Você está na página 1de 5

Analisis Aspek Sosial

Kasih Sayang

Dalam drama Malam Jahanam nilai kasih sayang ditunjukkan


antartokoh. Sesuai dengan pendapat Zubaedi (2005:13) kasih sayang akan
muncul ketika ada perasaan simpatik dan iba dari dalam hati kepada
seseorang yang dikasihi, tetapi kemunculan kasih sayang sangat alamiah
dan tidak bisa dibuat-buat atau direkayasa. Nilai kasih sayang dalam
drama ini dapat dilihat dari kasih sayang Paijah dan Mat Kontan terhadap
anaknya yang sedang sakit, serta rasa kasih Mat Kontan kepada Paijah.

Soleman : nggak! Capek! Semalam suntuk saya dan lakimu main


empat satu. (melihat paijah murung). Kau murung
benar!
Paijah : si kecil sakit. Kontan belum pulang. Panas saja badannya
seharian ini!
(Malam Jahanam, adegan III)
Soleman : kau nggak kasihan sama binimu?
Mat Kontan : ya kasihan!
(Malam Jahanam, adegan IV)
Mat Kontan : jangan bikin ribut! Anak saya makin sakit!
(Malam Jahanam, adegan X1V)

Dalam drama ini juga mengajarkan rasa kasih sayang bukan hanya kepada
manusia saja, namun hewan juga. Hal ini ditunjukkan oleh Mat Kontan yang
terlalu menyayangi si burungnya.

Mat Kontan : ( tertawa gembira dan melompat). Kau tahu?


Soleman : apa? Burung lagi?
(Malam Jahanam, adegan IV)

Pengabdian
Nilai pengabdian dalam drama Malam Jahanam ditunjukkan dengan
pengabdian seorang istri kepada suami yaitu Paijah sebagai sebagai istri Mat
Kontan, Paijah melayani Mat Kontan sebagai suaminya dalam bentuk apapun.
Paijah rela menunggui suaminya yang belum pulang. Begitupun dengan Mat
Kontan, Ia berusaha untuk memenuhi kebutuhan Paijah.

Paijah : (dengan nada mengambang) sudah malam belum pulang.


Utai : siapa?
Paijah : Mat Kontan!
(Malam Jahanam. adegan II)
Mat Kontan : betuuuuuul, betul. Dan saya sekarang kepingin
membelikan dia baju rok. (mengeluarkan uang dari
kantong). Ini. Tadi saya menang judi.
(Malam Jahanam, adegan IV)

Tolong Menolong

Sikap tolong-menolong dalam naskah Malam Jahanam terlihat ketika Mat


Kontan yang bingung mencari burungnya yang hilang. Datanglah Utai untuk
menolong Mat Kontan. Walau pertolongan dari Utai hanya berupa perkataan,
setidaknya mengurangi kepanikkan dari Mat Kontan. Ini berarti manusia sebagai
makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong- menolong, setia kawan dan
toleransi serta simpati dan empati terhadap sesamanya.

Mat Kontan : apa katamu tadi? Melihat burung saya? Beo saya
dekat sumur? Ia terbang kearah sumur di belakang
itu?
Utai : (mengangguk dan tertawa pendek).
Mat Kontan : jangan tertawa dulu. Hayo kita cari.
(Malam Jahanam, adegan V)

Kekeluargaan
Rasa kekeluargaan tercermin dari interaksi tokoh-tokohnya. misalnya
interaksi antara Mat Kontan dan Soleman yang merupakan sahabat, interaksi
antara Paijah dan Soleman, dan keusilan Utai yang terasa hangat.

Mat Kontan : man. Sini man.


Soleman : saya sudah bosan dengan cerita itu-itu juga. (tapi
kemudian ia mendatangi Mat Kontan).
(Malam Jahanam, adegan IV)

Soleman : kau susah jah!


Paijah : tahu sendiri saja! Ya, memang saya susah, man.
(Malam Jahanam, adegan III)

Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya


sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul
jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya (Zubaedi, 2005:15).
Rasa tanggung jawab dibuktikan oleh Soleman terhadap anak Paijah, dimana
anak tersebut juga anak kandungnya walaupun Ia belum berani untuk menggakui
di depan Mat Kontan.
Soleman : (tidak jadi mengambil). Baiklah! Itu sudah kepunyaan
kau sekarang. Tapi saya ingin bertanggung jawab atas
nyawanya.
Mat Kontan : apa kau punya hak atas nyawanya?
Soleman : biar bagaimanapun, ia adalah anak manusia bukan
anak burung.
(Malam Jahanam, adegan VIII)
Mudah Memaafkan
Sifat mudah memaafkan tercermin dari sikap Mat Kontan kepada Paijah,
walaupun Mat Kontan sudah mengetahui bahwa Paijah berselingkuh dan si Bayi
bukan anak kandungnya, tetapi Ia tidak tetap merasa sayang kepada mereka.
Mat Kontan : (menggeleng) bodoh saya kalau membunuh kau dan
anak ini (didekapnya bininya) jah! (ia menangis)kau
tahu jah? Kau tahu si Utai patah lehernya?
(Malam Jahanam, adegan XIII)
Balas Budi
Nilai balas budi ditunjukkan oleh Mat Kontan kepada Soleman, dimana Ia
tidak sanggup untuk membunuh Soleman karena berkah Soleman Ia masih hidup
dari tragedi pasir boblos.
Soleman : (membiarkan semua ini berlalu) kau berteriak minta
tolong, di pantai pasir boblos. Kau ingat itu, tan?
(suaranya lembut) kau minta satu ujung napas agar kau
hidup panjang.
Mat Kontan mendengar hal ini jadi kuyu, mukanya berpeluh.
Seperti tersentak dari mimpi, ia lempar goloknya dan melompat
memeluk Soleman
(Malam Jahanam, adegan IX)
Keikhlasan
Dalam hal ini rasa ikhlas ditunjukkan oleh Soleman yang dengan lapang dada
menyerahkan apa yang bukan menjadi miliknya, yaitu Paijah dan anak kandung
mereka. Padahal saat itu Soleman memiliki kesempatan untuk memiliki mereka
secara utuh.
Soleman : ia sahabat saya, jah. Saya tak mau biarkan dia mati
begituan. Saya pulangkan dia pada kau, karena kau
bukan hak saya yang syah!
(Malam Jahanam, adegan XI)
Kejujuran
Nilai kejujuran dalam drama Malam Jahanam ditunjukkan oleh Soleman
yang menggakui segala kesalahannya kepada Mat Kontan, walaupun Ia sudah
mengetahui konsekuensi dari perbuatannya tersebut. Jika Soleman mengatakan
kebenarannya bisa saja Mat Kontan membunuhnya.
Soleman : sayalah yang membunuh burung beo itu! (berjalan
lambat mendekati Mat Kontan)
Mat Kontan : (memandangi agak takut)
Soleman : sayalah yang melakukannya!
(Malam Jahanam, IX)
Soleman : (berjalan mendekati kontan dengan pandangan yang
mencekam pada paijah) akan saya jawab. Kau rela?
(pendek lambat) anak itu anak saya dari darah daging
saya!
(Malam Jahanam IX)
Keputusasaan
Sikap keputusasaan dalam drama ini dicerminkan dari tokoh Mat Kontan
yang merasa pasrah dan putus asa terhadap pengkhianatan Paijah dan Soleman
Mat Kontan menyerahkan tanpa mau memperjuangkan haknya.
Mat Kontan : tak usahlah, tak usahlah pamit pada si kecil. Karena dia
bukan darah daging, bukan anak saya. (berteriak sedih).
Ambillah oleh kalian! Telah kalian rampas seluruh
kepunyaan saya!
(Malam Jahanam, adegan IX)
Pengharapan
Dalam hal ini pengharapan ditunjukkan oleh Mat Kontan. Seperti orang tua
pada umumnya, Ia berharap agar umurnya panjang dan kelak dapat melihat
anaknya tumbuh dewasa.
Mat Kontan : sungguh, man. Saya kepingin hidup panjang umur. Kepingin
melihat si kontan kecil yang jadi milik saya satu-satunya.
Semoga nanti persis seperti saya sifatnya.
(Malam Jahanam, adegan IV)

Você também pode gostar