Você está na página 1de 25

ASKEP APENDISITIS ( USUS BUNTU )A. Definisi.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan
pada usia tua.
D. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan
oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal,(terjadi dlam lumen) menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara
progresif(semakin meluas/meningkat), dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi (radang)berisi pus.
E. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula
di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala
lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan
pergerakan, di perut terasa nyeri.
Tanda dan gejala :
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.
2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat
appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri
terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
F. Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra
vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam
sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop.
Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu
menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena
dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi
klien memerlukan antibiotik dan drainase.G. Komplikasi
1. Perforasi (lubang)dengan pembentukan abses.( . radang jaringan tubuh yg memungkinkan
timbulnya rongga tempat nanah mengumpul)
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis (Total Bowel Obstruction adalah kondisi dimana terjadi sumbatan (obstruction)
total di saluran cerna yang menyebabkan bagian usus proksimal akan mengalami pelebaran
akibat akumulasi kotoran yang tidak bisa keluar. Peritonitis generalisata adalah komplikasi dari
infeksi saluran cerna dimana keterlambatan penanganan setiap menit akan menurunkan
prognosis dan meningkatkan angka mortalitas. )dan abses hati, tapi jarang.
H. Prognosis.
I. Web Of Caution (WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status
perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
2. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang
menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
4. Riwayat penyakit sekarang

B. Pemeriksaan Fisik.

B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe, pernapasan
dangkal.
B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien nampak
gelisah.
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk
menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal
dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk
tegak.
B. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Mual, Muntah
DO : BB ↓, anorexia Infeksi epigastrium

Inflamasi dinding usus

Mual dan muntah Nutrisi kurang dari kebutuhan


2 DS : Pasien mengeluh nyeri, rasa sakit di bag. Perut sebelah kanan bawah.
DO : nyeri tekan titik MC Burney Nyeri
3 DS : Mual, muntah
DO : BB menurun, intake cairan menurun, Volume cairan kurang dari kebutuhan
Hipertermi
Intoleran Aktifitas
Kurang pengetahuan

Data Subyektif
a. Rasa sakit di epigastrium atau daerah periumbilikus kemudian menjalar ke bagian perut bawa
b. Rasa sakit hilang timbul
c. Mual, muntah
d. Diare atau konstipasi
e. Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
f. Rewel dan menangis
g. Lemah dan lesu
h. Suhu tubuh meningkat
5. Data Obyektif
a. Nyeri tekan titik MC.Burney
b. Bising usus meningkat, perut kembung
c. Suhu meningkat, nadi cepat
d. Hasil leukosit meningkat 10.000 – 12.000 /ui dan 13.000/ui bila sudah terjadi perforasi

Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak
adekuatnya pertahanan utama.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
4. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi yang ditandai
dengan anxietas.
6. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan terjadinya
penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
Intervensi dan Rasional
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak
adekuatnya pertahanan utama.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi atau
inflamasi
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatnya nyeri abdomen.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka aseptic. Berika perawatan paripurna.
c. Lihan insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
d. Beriakn informasi yang tepat dan jujur pada pasien
e. Ambil contoh drainage bila diindikasikan.
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi/ a. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
peritonitis.
b. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
c. Memberikan deteksi dini terjainya proses infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan
peritonitis yang telah ada sebelumnya.
d. Penetahuan tenteng kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan
anxietas.
e. Kultur pewarnaan gram dan sensitifias berguna untuk mengidentifikasi organism penyebab
dan pilihan terapi.
f. Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organism (pada innfeksi yang
telah ada sebelumnya) utuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen
2. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual muntah.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane
mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual haluaran urine adekuat.
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi TD dan nadi
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor ulit dan pengisian kapiler
c. Awasi masuk dan haluaran, catat warna urine, konsentrasi, berat jenis. d. Auskultasi bising
usus. Cata kelancaran flatus, gerakan usus. e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila
pemasukan oral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi. f. Pertahankan penghisapan
gaster/usus g. Beriakn cairan IV dan elektrolit a. Tanda yang membantu mengidentifikasi
fluktuasi volume intravaskuler.b. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi selulerc.
Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi cairan.d.
Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral.e. Menurunkan muntah
untuk meminimalkan kehilangan cairan.f. Dekompresi usus, meningkatnya istirahat usus,
mencegah muntahg. Peritonium bereaksiterhadap infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar
cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi
dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
Kriteria Hasil : BB normal,

No. Intervensi Rasional


1. Berikan nutrisi IV Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2.

4. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
Tujuan :
Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi
dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang (supine)
2. Berikan aktivitas hiburan Focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
3. Berikan anlgesik sesuai indikasi. Analgesic dapat menghilangkan nyeri yang diderita pasien.
4. Berikan kantong es pada abdomen Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui
penghilangan rasa ujung saraf.
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

2.3 Etiologi

Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada lumen apendiks
merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping hiperplasia (pembesaran) jaringan
limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit), tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing
dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan.

Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya
sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia
jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk
berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah
tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi
yang berakibat pada peradangan usus buntu.(Anonim,2008)

2.5 Maninfestasi klinis

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting yakni:

1. Anoreksia biasanya tanda pertama.

2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar
ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
Postekal/nyeri terbuka.

3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.

Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;

1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)

Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa mencapai 37,8-
38,8° Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak
terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya
bersifat meriang, atau mual-muntah saja
1. Penyakit Radang Usus Buntu kronik

Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar
(tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai
dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan
bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik
tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).

Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap
usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama
dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus
buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada
posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)

Pemeriksaan Diagnosa Penyakit

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology:

1. Pemeriksaan fisik.

1. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi).

2. Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari
diagnosis apendisitis akut.

3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi,
maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)

4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur
dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.

5. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi
adanya radang usus buntu.

6. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di rongga
pelvis maka Obturator sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih
menonjol

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Pemeriksaan radiologi

Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu
dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat
keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan
dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen foto
abdomen, USG abdomen dan apendikogram.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

STUDY KASUS

Tn. RJ berusia 28th datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri
terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.RJ
terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit. Selain nyeri Tn.RJ juga mengeluh
rasa mual dan muntah. Disertai demam tinggi ketika nyeri dirasakan.

3.2 PENGKAJIAN

Keluhan utama.

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat
atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.

Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.

Riwayat penyakit sekarang

3.1.2 Pemeriksaan Fisik.


B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe,
pernapasan dangkal.

B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.

B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien
nampak gelisah.

B4 (Bladder) : konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang

B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau


tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator
untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada
awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare

B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.

3.1.2 Pemeriksaan diagnostic

leukosit diatas 12.000/mm3. Neurofil meningkat sampai 75%. Foto abdomen dapat
menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisir

3.2 PERAWATAN PERIOPERATIF

1.Persiapan operasi (inform consent)

2.kecemasan menjelang operasi

3.Memberikan informasi tentang prosedur tentang pembedahan/prognosis, kebutuhan


pengobatan, dan potensial komplikasi

3.3 PERAWATAN POSTOPERATIF

Diagnosa keperawatan : infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama


pada apendisitis, pembentukan abses.
kriteria hasil : meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda

infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam

Intervensi Rasional

Mandiri

Awasi tanda vital. Perhatikan demam, Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
menggigil, berkeringat, perubahan mental, peritonitis
meningkatkan nyeri abdomen.

Lakukan pencucian tangan yang baik dan


perawatan luka aseptic. Berikan perawatan Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
paripurna.

Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik


drainase luka/drein (bisa dimasukkan), adanya
eritema.
Memberikan deteksi dini terjadi proses infeksi,
Berikan informasi yang tepat, jujur pada dan/atau pengawasan penyembuhan peritonitis
pasien/orang terdekat. yang telah ada sebelumnya.

Pengetahuan tentang kemajuan situasi


memberikan dukungn emosi, membantu
Kolaborasi menurunkan ansietas.

Ambil contoh drainase bila diindikasikan.

Kultur pewarnaan Gram dan sensitivities


berguna untuk mengidentifikasikan organism
penyebab dan pilihan terapi.

Berikan antibiotic sesuai indikasi. Mungkin diberikan secara profilaktik atau


menurunkan jumlah organism (pada infeksi
yang telah ada pertumbuhannya pada rongga
abdomen.

Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses


terlokalisir.
Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan

Diagnose keperawatan : kekurangan volume berhubungan dengan muntah


preoperasi kriteria hasil : mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh .

kelembaban membrane mukosa, tugor kulit baik, tanda-tanda vital dan secara individual
haluaran.

Intervensi Rasional

Mandiri

Awasi tekanan darah nadi. Tanda yang membantu mengidentifikasikan


fluktuasi volume intravaskuler.

Indicator keadekuatan sirkulasi perifer dan


Lihat membrane mukosa, kaji tugor kulit dan hidrasi seluler.
pengisian kapiler.
Penurunan haluaran urin pekat dengan
Awasi masukan dan haluaran, catat warna peningkatan berat jenis diduga
urine/konsentrasi, berat jenis. dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.

Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk


pemasukan per oral.
Auskultasi bising usus, catat kelancaran
flatus, gerakan usus. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering
dan pecah-pecah
Berikan perawatan mulut sering dengan
perhatian khusus pada perlindungan bibir.

Kolaborasi Selang NG biasanya dimasukkan pada


praoperasi dan dipertahankan pada fase segera
Pertahankan penghisapan gaster/usus. pascaoperasi untuk dekompresi usus,
meningkatkan istirahat usus, mencegah mentah.

Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi


dengan menghasilkan sejumlah besar cairan
yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dapat
terjadi ketidakseimbangan elektrolit

Berikan cairan IV dan elektrolit

Diagnose keperawatan : nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah

kriteria hasil : nyeri menghilang atau terkontrol

Intervensi Rasional

Mandiri

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, berat Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
(skala 0-10). Sakit dan laporkan perubahan kemajuan penyembuhan. Perubahan pada
nyeri dengan tepat. kerakteristik nyeri menunjukkan terjadinya
abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi
medic dan intervensi.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam
fowler. abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang.

Meningkatkan normalitas fungsi organ, contoh


merangsang peristaltic dan kelancaran flatus,
Dorong ambulasi dini. menurunkan ketidak nyamanan abdomen.

Focus perhatian kembali, meningkatkan


relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan
Berikan aktivitas hiburan. koping.

Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic


Kolaborasi usus dini dan iritasi gaster/muntah.

Pertahankan puasa/penghisapan NG pada Menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama


awal intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk.

Berikan analgesic sesuai indikasi Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui


penghilangan rasa ujung saraf.

Berikan kantong es pada abdomen.

Diagnose keperawatan : kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan

kurang mengenal sumber informasi

kriteria hasil : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan

berpartisipasi dalam program

Intervensi Rasional

Mandiri

Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi Memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa
menimbulkan masalah.

Membantu kembali ke fungsi usus semula


mencegah ngejan saat defekasi
Anjuran menggunakan laksatif/pelembek feses
ringan bila perlu dan hindari enema Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan
terapi, meningkatkan penyembuhan
Diskusikan perawatan insisi, termasuk
mengamati balutan, pembatasan mandi, dan
kembali ke dokter untuk mengangkat
jahitan/pengikat
Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi Upaya intervensi menurunkan resiko
medic, contoh peningkatan nyeri komplikasi lambatnya penyembuhan
edema/eritema luka, adanya drainase, demam peritonitis.

Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan
sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.

Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu
sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen
adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang
lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.

Evaluasi.

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya
infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang
perawatan dan pengobatannya. (Harnawatiaj,2008)

Perlu dipahami juga hal-hal yang penting dalam evaluasi dan harus dicatat dalam dokumentasi
yakni:

1. Jam: WIB

2. Prilaku verbal pasien

3. Prilaku non verbal

4. Kebutuhan untuk dibantu

5. Tindakan keperawatan(Abubakar,2010)
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:

1 Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.

2 Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

3 Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.

4 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi


kurang.

5 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.

6 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan keluar abnormal berbentuk
katong yang terbentuk dari lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot, merupakan
penonjolan dari mukosa serta submukosa. Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan
di suatu divertikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase
dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan yakni:

1. Nyeri berhubungan dengan diverticulitis

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap


penyakit divertikuler

1.2 Saran
Mahasiswa keperawatan harus benar-benar memahami konsep dasar penyakit apendisitis dan
diverkulitis ini sebelum benar-benar mempraktekkannya di rumah sakit.

Daftar Pustaka

L. Ludeman.2002.The pathology of diverticular disease (online)


(linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1521691802902970 diakses pada 28 Nov 2010 pukul
19.30)

_____,2009. Colonic Diverticular Disease. (online)


(www.clevelandclinicmeded.com/.../diseasemanagement/.../colonic-diverticular-disease/ diakses
pada 28 Nov 2010 pukul 19.35)

Mahdi,2010. ASKEP DIVERTIKULUM PADA COLON . (online)(http://askep-


mahdi.blogspot.com/2010/01/askep-divertikulum-pada-colon.html diakses pada 28 Nov 2010
pukul 19.46)

Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-volume 2, Jakarta :
EGC.

Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Jakarta : EGC.

RadenFahmi,2010. Divertikulosis. (online) (http://community.um.ac.id/showthread.php?55616-


diakses pada 29 Nov 2010 pukul 20.03)

Harnawatiaj,2008. Askep Apendisitis.


(online) (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ diakses pada 28 Nov
2010 pukul 20.07)

Putri,2010.Askep Apendisitis (online)(http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-


apendisitis-usus-buntu/ diakses pada 28 Nov 2010 pukul 13.50)

Perry & Potter, 2006, Fundamental Keperawatan volume 2, Jakarta : EGC.


Askep Apendisitis

Etiologi Apendisitis

Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :

1. Hiperplasia dari folikel limfoid

2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks

3. Tumor appendiks

4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis

5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan
mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan meningkatkan
tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan
pertumbuhan kuman flora pada kolon.
Patofisiologi Apendisitis

Keterangan :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama
mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan
bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan
terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk
terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

Tanda Dan Gejala Apendisitis

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan
tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.

Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada
beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan
nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya
dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung
appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot
rektum kanan dapat terjadi.

Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah
ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan
kondisi klien memburuk.
Komplikasi Apendisitis

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi
peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak
kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue.
Penatalaksanaan Apendisitis

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48
jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik
dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain
diperut kanan bawah.

a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk
menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan

b. Tindakan operatif ; appendiktomi

c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari
ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

Asuhan Keperawatan Apendisitis

Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat Keperawatan

1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.

2. Riwayat kesehatan masa lalu

3. pemeriksaan fisik

a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena
jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.

b. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.

c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.

d. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit
pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

e. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi.

2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

Diagnosa Keperawatan Apendisitis

a. Pre operasi

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah pre operasi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

b. Post operasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi apendektomi.

2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang berhubungan dengan anorexia, mual.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang
perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Perencanaan

1. Persiapan umum operasi

Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :

a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi
rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).

b. Mengukur tanda-tanda vital.

c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.

d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).

e. Wawancara.

2. Persiapan klien malam sebelum operasi

Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit

kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak
integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.

Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.

b. Persiapan saluran cerna

persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :

1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.

2. Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.

3. Mencegah infeksi faeses saat operasi.

Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :

1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.

2. Pemberian enema jika perlu.

3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.

4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam sebelum
operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi
sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.

c. Persiapan untuk anastesi

Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melekukan
pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi
yang akan digunakan selama operasi.

d. Meningkatkan istirahat dan tidur

Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga
mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.

3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-
obatan pre operasi :

1. Mencatat tanda-tanda vital


2. Cek gelang identitas klien

3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik

4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus

5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir

6. Anjurkan klien untuk buang air kecil

7. Perawatan mulut jika perlu

8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala

9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.

4. Interpesi pre operasi

1. Obsevasi tanda-tanda vital

2. Kaji intake dan output cairan

3. Auskultasi bising usus

4. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik

5. Ajarkan tehnik relaksasi

6. Beri cairan intervena

7. kaji tingkat ansietas

8. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan

5. Intervensi post operasi

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi

3. Kaji keadaan luka

4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.

5. Kaji status nutrisi


6. Auskultasi bising usus

7. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.

Evaluasi

a. Gangguan rasa nyaman teratasi

b. Tidak terjadi infeksi

c. Gangguan nutrisi teratasi

d. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya

e. Tidak terjadi penurunan berat badan

f. Tanda-tanda vital dalam batas normal

1.obstruksi: 1 sumbatan, rintangan (cairan yg tidak dapat mengalir atau bergerak dl saluran, spt
adanya batu dl empedu, adanya lumpur dl pipa air); 2 Pol penghambatan yg dilakukan oleh
golongan politik tertentu untuk menghalangi diterimanya suatu undang-undang atau peraturan
oleh Dewan Perwakilan Rakya

k rongga di dl pembuluh.lumen

3. Sebuah cairan lengket yang disekresikan oleh membran mukosa, yang berfungsi untuk
membasahi dan melindungi. Ini mencakup lapisan lendir semua rongga yang membuka
eksternal, seperti mulut, hidung, paru-paru, usus kanal, saluran kemih bagian, dll.mucus
4. Ulserasi:busuk

Apendisitis (radang usus buntu) adalah peradangan pada apendiks vermiformis


(umbaicacing/ usus buntu).

Umumnya apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada
beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di
antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh
timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker dan pelisutan.

Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan konstipasi /susah buang air besar
(BAB) menunjukkan peran terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
meningkatkan tekanan lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan flora normal usus.

Apendisitis akut local(peradangan local)


Peradangan peritorium(radang selaput rongga perut)

Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap
patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada
tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang
atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan
iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien,
dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di
dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi

Bagian atau lapisan luar otak besar yg trdiri atas sel2 saraf(korteks serebri)
1. lebih rendah atau hindmost bagian dari otak; terus-menerus dengan tulang; ('bohlam'
adalah istilah untuk medula oblongata) Terjemahkan medula oblongata adalah bagian
paling penting dari otak karena berisi pusat mengontrol pernapasan dan hati berfungsi
Obstruksi ini disebabkan oleh pengerasan bahan tinja (fekolit)1. Nosiseptor

Nosiseptor merupakan reseptor berupa ujung saraf yang telanjang yang peka terhadap nyeri.
Terdapat tiga jenis nosiseptor, yaitu nosiseptor mekanis yang bersepons terhadap kerusakan
mekanis, nosiseptor termal yang berspons terhadap suhu yang berlebihan terutama panas, serta
nosispetif polimodal yang berespons setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak,
termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Nosiseptor tidak memiliki
kemampuan untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang menetap atau repetitif. Nosiseptor
disensitisasi oleh prostraglandin, yaitu untuk meningkatkan respons reseptor terhadap
rangsangan yang mengganggu.

DASAR ANATOMI MEDULA SPINALIS

Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari foramen
magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus terminalis
atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang
disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang syaraf spinal: 8 pasang syaraf servikal, 12 Pasang syaraf Torakal, 5 Pasang
syaraf Lumbal, 5 Pasang syaraf Sakral dan 1 pasang syaraf koksigeal. Akar syaraf lumbal dan
sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui
Intervertebral foramina. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh
meningen spinal dan CSF.

Você também pode gostar