UNIVERSITAS UDAYANA SEMSETER GANJIL PERIODE 2018/2019 I. PSAK 18: AKUNTANSI DAN PELAPORAN PROGRAM MANFAAT PURNAKARYA Program manfaat purnakarya kadang dikenal dengan berbagai istilah, seperti program pensiun. tunjangan hari tua, atau program manfaat purnakarya. Pernyataan ini menganggap program manfaat purnakarya sebagai suatu entitas pelaporan yang terpisah dari pemberi kerja peserta dalam program tersebut. Berikut ini adalah istilah yang digunakan dalam pernyataan ini: a. Pendanaan adalah pengalihan aset kepada entitas (dana) yang terpisah dari entitas pemberi kerja. b. Program imbalan pasti adalah program manfaat purnakarya dimana jumlah yang dibayarkan sebagai manfaat purnakarya yang biasanya didasarkan pada penghasilan karyawan dan/atau masa kerja. c. Program iuran pasti adalah program manfaat purnakarya yang mana jumlah yang dibayarkan sebagai manfaat purnakarya dientukan oleh iuran ke suatu dana bersama pendapatan investasi selanjutnya. d. Program manfaat purnakarya adalah pengaturan yang mana entitas menyediakan manfaat purnakarya untuk karyawan pada saat atau setelah berhenti bekerja (baik dalam bentuk iuran bulanan atau lumpsum) Istilah-istilah berikut ini juga digunakan untuk tujuan Pernyataan ini: a. Aset neto tersedia b. Manfaat telah menjadi hak (vested benefits) c. Nilai kini aktuaria dari manfaat purnakarya terjanji
1.1 Program Iuran Pasti
Laporan keuangan program iuran pasti mencakup laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya dan deskripsi mengenai kebijakan pendanaan. Tujuan pelaporan program iuran pasti adalah memberikan informasi secara periodik mengenai penyelenggaraan program purnakarya dan kinerja investasinya. Tujuan tersebut lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan, antara lain terdiri atas: a. Deskripsi atas aktivitas signifikan program manfaat purnakarya selama suatu periode pelaporan dan dampak setiap perubahan yang terkait dengan program, serta keanggotaan dan syarat dan ketentuannya. b. Pelaporan kinerja transaksi dan investasi selama periode dan posisi keuangan program purnakarya pada akhir periode pelaporan. c. Deskripsi atas kebijakan investasi.
1.2 Program Manfaat Pasti
Dalam paragraf 17, laporan keuangan program imbalan pasti mencakup: a. Laporan yang menyajikan: 1) aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya; 2) nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji yang membedakan antara manfaat telah menjadi hak (vested benefits) dan manfaat belum menjadi hak (nonvested benefits); 3) surplus atau defisit. b. Laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya termasuk salah satu dari: 1) catatan yang mengungkapkan nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji, yang membedakan antara manfaat telah menjadi hak dan manfaat belum menjadi hak; 2) acuan atas informasi aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya disertakan dalam laporan aktuaris jika penilaian aktuaria belum disajikan pada tanggal pelaporan keuangan, penilaian terakhir digunakan sebagai dasar penyusunan dan tanggal penilaian diungkapkan. 1.2.1 Nilai Kini Aktuarisasi dari Manfaat Purnakarya Terjanji Nilai kini dari pembayaran yang diperkirakan oleh program manfaat purnakarya yang dapat dihitung dan dilaporkan dengan menggunakan tingkat gaji kini atau proyek gaji proyeksi sampai dengan waktu purnakarya peserta. \ Hal ini dimasukkan dalam laporan keuangan atau laporan aktuaris. 1.2.2 Penilaian Aktuaris Jika penilaian aktuaris belum disajikan pada tanggal pelaporan keuangan, penilaian terakhir digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang bersangkutan dan tanggal penilaian tersebut diungkapkan. 1.2.3 Isi Laporan Keuangan Pada program imbalan pasti, informasi disajikan dalam salah satu format berikut, yang mencerminkan perbedaan praktik pengungkapan dan penyajian informasi aktuaris: a. Suatu laporan dimasukkan dalam laporan keuangan yang memperlihatkan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya b. Laporan keuangan termasuk laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya dan laporan perubahan aset tersedia untuk manfaat purnakarya. c. Laporan keuangan termasuk laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya dan laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya dengan nilai kini aktuaria dari manfaat purnakarya terjanji yang terdapat dalam laporan aktuaris terpisah. 1.3 Program Purnakarya 1.3.1 Penilaian Aset Program Purnakarya Investasi program manfaat purnakarya harus diakui pada nilai wajar. Pada kasus surat berharga yang diperdagangkan, maka nilai wajar adalah nilai pasar. Pada investasi program purnakarya yang dimiliki seandainya estimasi nilai wajar tidak mungkin, maka pengungkapan harus dibuat berisi alasan mengapa nilai wajar tidak dapat digunakan. 1.3.2 Pengungkapan Laporan keuangan program manfaat purnakarya yang berupa manfaat pasti atau iuran pasti, berisi informasi berikut ini: a. Laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya. b. Ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan. c. Penjelasan mengenai program manfaat purnakarya dan dampak setiap perubahan program manfaat purnakarya selama periode. 1.4 Tanggal Efektif Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012.
II. PSAK NO. 53 TENTANG PEMBAYARAN BERBASIS SAHAM
PSAK 53 (revisi 2010): “Pembayaran Berbasis Saham” secara jelas membagi transaksi pembayaran berbasis saham, sedangkan PSAK 53 (revisi 1998): “Kompensasi Berbasis Saham” tidak memberikan batasan yang jelas hanya mengatur tentang transaksi pembayaran berbasis saham. 2.1 Ruang Lingkup Entitas harus menerapkan pernyataan ini untuk akuntansi seluruh transaksi pembayaran berbasis saham, apakah entitas dapat mengidentifikasikan secara khusus beberapa atau seluruh barang dan jasa yang diterima, termasuk: a. Transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian instrumen ekuitas, b. Transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian kas, dan c. Transaksi di mana entitas menerima atau memperoleh barang atau jasa dan syarat perjanjiannya memberikan pilihan kepada entitas atau pemasok barang atau jasa mengenai penyelesaian transaksi apakah dengan kas (atau aset lain) atau dengan penerbitan instrumen ekuitas kecuali seperti yang tercantum dalam paragraf selanjutnya. 2.2 Pengakuan Entitas harus mengakui barang atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham pada saat memperoleh barang atau pada saat jasa diterima. 2.3 Transaksi Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan dengan Ekuitas Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas, entitas harus mengukur barang atau jasa yang diterima, dan kenaikan ekuitas terkait, secara langsung, pada nilai wajar barang atau jasa yang diterima, kecuali jika nilai wajar tersebut tidak dapat diestimasi secara andal. 2.4 Transaksi Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan dengan Kas Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas, entitas harus mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan liabilitas yang timbul sebesar nilai wajar liabilitas. 2.5 Transaksi Pembayaran Berbasis Saham dengan Pilihan Kas Untuk transaksi pembayaran berbasis saham dimana persyaratan perjanjian memberikan pilihan kepada entitas atau pihak lawan transaksi untuk menyelesaikan transaksi. 2.5.1 Transaksi Pembayaran Berbasis Saham dengan Persyaratan Pengaturan yang Memberikan Pilihan Penyelesaian kepada Pihak Lawan Jika entitas memberi hak kepada pihak lawan transaksi untuk memilih apakah transaksi pembayaran berbasis saham akan diselesaikan dengan kas atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas, maka entitas telah memberi instrumen keuangan majemuk. 2.5.2 Transaksi Pembayaran Berbasis Saham dengan Persyaratan Pengaturan yang Memberikan Pilihan Penyelesaian kepada Entitas Untuk transaksi pembayaran berbasis saham dimana persyaratan perjanjiannya memberikan entitas dengan pilihan apakah akan diselesaikan dengan kas atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas, entitas harus menentukan apakah entitas memiliki kewajiban kini untuk menyelesaikan dengan kas dan menghitung transaksi pembayaran berbasis saham secara benar. 2.6 Pembayaran Berbasis Saham antara Kelompok Entitas Untuk transaksi pembayaran berbasis saham antara kelompok entitas, dalam laporan keuangan tersendiri atau individu, entitas yang menerima barang atau jasa harus mengukur barang atau jasa yang diterima sebagai diselesaikan dengan instrumen ekuitas atau diselesaikan dengan kas 2.7 Pengungkapan Entitas harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami bagaimana nilai wajar barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan, dalam suatu periode yang telah ditentukan. Untuk memberi gambaran implementasi tersebut, entitas harus mengungkapkan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: a. Penjelasan mengenai setiap jenis perjanjian pembayaran berbasis saham yang ada pada suatu periode b. Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi saham untuk setiap kelompok opsi saham berikut ini: (i) opsi yang beredar pada awal periode; (ii) opsi yang diberikan dalam suatu periode; (iii) opsi yang hangus dalam suatu periode; (iv) opsi yang dieksekusi dalam suatu periode; (v) opsi yang telah jatuh tempo dalam suatu periode; (vi) opsi yang beredar pada akhir periode; dan (vii) opsi yang dapat dieksekusi pada akhir periode. c. Untuk opsi saham yang dieksekusi dalam suatu periode, rata-rata tertimbang harga saham pada tanggal eksekusi. Jika opsi dieksekusi secara berkala selama periode tersebut, sebagai alternatif, entitas dapat mengungkapkan rata-rata tertimbang harga saham selama periode tersebut. d. Untuk opsi saham yang beredar pada akhir periode, kisaran harga eksekusi dan rata-rata tertimbang sisa umur kontrak. Jika kisaran harga eksekusi sangat besar, opsi yang beredar harus dibagi ke dalam beberapa kisaran yang dapat digunakan untuk menilai waktu dan jumlah tambahan saham yang dapat diterbitkan dan kas yang dapat diterima pada saat eksekusi opsi tersebut. 2.8 Tanggal Efektif Entitas menerapkan PSAK ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012. Penerapan dini diperkenankan. DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan per Efektif 1 Januari 2015. Jakarta.