Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Faudila
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, faudila.thawus62@gmail.com
Andi Zulfikar
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com
ABSTRAK
Kabupaten Bintan merupakan salah satu kawasan wisata yang tengah berkembang.
Potensi sumberdayanya beragam salah satunya potensi terumbu karang yang terdapat di Kampung
Teluk Dalam Desa Malang Rapat. kawasan ini merupakan salah satu kawasan wisata umum yang
sering dikunjungi namun ekowisata masih sangat jarang dilakukan. salah satu ekowisata yang
dapat dilakukan adalah ekowisata snorkling. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat
kesesuaian kawasan terumbu karang dan melihat daya dukung kawasan untuk pengembangan yang
bekelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Untuk melihat tutupan
karang digunakan line intercept transec (LIT) dengan 10 titik yang telah diacak menggunakan
sampling plan. Analisis kesesuaian kawasan terumbu karang mengacu pada metode indeks
kesesuaian wisata menurut Yulianda (2007) untuk ekowisata snorkling. Hasil pengukuran tiap
parameter oseanografi seperti kecerahan, jenis life form, kecepatan arus, kedalaman, dan luas
hamparan karang termasuk kategori sangat sesuai namun tutupan karang dan jumlah jenis ikan
karang masing masing termasuk dalam kategori sesuai dan sesuai bersyarat. Hasil yang dihitung
secara keseluruhan bahwa kawasan terumbu karang pada kampung teluk dalam termasuk dalam
kategori sesuai yaitu IKW = 67 %. Hasil perhitungan daya dukung kawasan adalah 1526 orang per
hari, daya dukung pemanfaatannya adalah 10 % dari nilai daya dukung kawasan yaitu 153 orang
per hari.
Kata Kunci : Ekowisata Snorkling, Terumbu Karang, Daya Dukung Kawasan, Kampung
Teluk Dalam
1
ANALYSIS ON THE SUITABILITY FOR USE AREA REEF IN ECOTOURISM
SNORKLING AT KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT
KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU
Faudila
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, faudila.thawus62@gmail.com
Andi Zulfikar
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com
ABSTRACT
Bintan is a growing tourist area. Potential resources are diverse coral reefs one
potential contained in Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat. This region is one of
the common tourist areas frequented but ecotourism is still very rarely done. one that can
be done is ecotourism ecotourism snorkeling. This study with the aim of seeing the
suitability dilaukan reefs and see carrying capacity region for a sustainable development.
The method used is the method of field survey. To see coral cover used line intercept
transec (LIT) with 10 points using a randomized sampling plan. Analysis of the suitability
of the reef area refers to the tourist suitability index method according Yulianda (2007)
for ecotourism snorkeling. The results of each measurement oceanographic parameters
such as brightness, type of life form, current velocity, depth, and wide stretch of coral
including very appropriate category but coral cover and the number of each type of reef
fish including the appropriate and corresponding conditional category. Results were
calculated as a whole that the coral reef area at Kampung Teluk Dalam is in suitable
category as IKW = 67%. The results of the calculation of the carrying capacity of the
region is 1526 person per day, the carrying capacity utilization is 10% of the value of the
carrying capacity of the area is 153 person per day.
2
I. PENDAHULUAN ekowisata snorkling, namun perlu analisis
kesesuaian lahan untuk dijadikan salah satu
Kabupaten Bintan merupakan
ekowisata snorkling yang terdapat di
kabupaten yang terdapat di kepulauan Riau
kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat,
dan merupakan wilayah pesisir. Kabupaten
dan untuk dapat menganalisis ekowisata
Bintan memiliki luas perairan sekitar
snorkling yang berkelanjutan maka perlu
8.369.832,85 ha, dan menurut data Beppeda
melihat daya dukung kawasan agar
(2007) dalam COREMAP II Bintan (2011),
pengembangan wisata kedepan dilakukan
kabupaten bintan memiliki kawasan padang
secara lestari dan tujuan konservasi juga
lamun seluas 2.918,36 ha dan hutan
tercapai.
mangrove seluas 8.895,87 ha, serta menurut
Adapun tujuan penelitian ini yaitu
Cappenberg dan Salatalohi (2009) tutupan
untuk mengetahui kesesuaian terumbu
karang hidup pada kawasan bagian timur
karang yang terdapat di Kampung Teluk
Bintan dalam kondisi “sedang” hingga
Dalam Desa Malang Rapat untuk kegiatan
“baik” oleh karena itu Kabupaten Bintan
ekowisata snorkeling, Serta Mengetahui
memiliki potensi wisata yang sangat besar.
daya dukung kawasan Kampung Teluk
Letak daerah yang strategis, Kabupaten
Dalam Desa Malang Rapat untuk ekowisata
Bintan memiliki sumberdaya hayati yang
snorkling.
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai
Manfaat dari penelitian ini adalah
kawasan wisata.
diharapkan dapat memberikan informasi
Kawasan yang memiliki sumberdaya
mengenai kesesuaian ekowisata snorkling
terumbu karang yaitu pada Kampung Teluk
pada lahan terumbu karang yang terdapat di
DalamDesa Malang Rapat, daerah ini
Kampung Dalam Desa Malang Rapat.
merupakan tempat wisata yang sering
Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
dikunjungi, namun belum banyak yang
bagi masyarakat, pemerintah, dan sektor lain
memanfaatkan ekosistem yang ada untuk
yang membutuhkan dan dapat menjadi
kegiatan ekowisata.Peluang ekowisata
acuan untuk kegiatan ekowisata snorkling
snorkling pada kawasan ini merupakan salah
yang ramah lingkungan.
satu solusi yang dapat dipertimbangkan.
Kegiatan konservasi yang dilakukan tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA
hanya membiarkan terumbu karang tumbuh
dialam secara alami pada ekosistemnya, Terumbu karang merupakan
namun dengan ekowisata pemanfaatan sumberdaya yang khas pada wilayah pesisir
ekosistem karang dapat lebih konservatif dan laut daerah tropis. Terumbu merupakan
dan menghasilkan keuntungan yang lainnya. bentukan endapan - endapan masif kalsium
Potensi sumberdaya terumbu karang karbonat yang dihasilkan oleh organisme
serta kamunitas biota yang hidup di karang pembentuk terumbu yang hidup
sekitarnya dapat di jadikan kawasan bersimbiosis dengan zooxantellae dan
3
sedikit tambahan dari algae berkapur serta Dalam, Desa Malang Rapat Kabupaten
organisme lain yang menyereksi kalsium Bintan.
karbonat (Bengen, 2001). Pengambilan data dilakukan dengan
Terumbu karang memiliki nilai estetika cara survey lapangan pada 10 titik yang
yang tinggi untuk dijadikan lokasi wisata telah diacak menggunakan sampling plan.
bahari dan merupakan sumberdaya yang
khas pada daerah tropis yang memiliki Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan
produktifitas dan keanekaragaman yang No Alat Kegunaan
tinggi, siklus energi yang sangat efisien, 1. GPS Menentukan Titik
Koordinat
unik dan indah (Nontji, 1984; Nyibakken, Penyamplingan (Titik
1988; dalam Guntur 2011). Sampling)
2. Roll Meter Mengukur Luasan
Ecotourism adalah kegiatan perjalanan Hamparan Karang
wisata yang dikemas secara profesional, 3. Snorkle Snorkling,
Menentukan Titik
terlatih, dan memuat unsur pendidikan, Sampling Serta
sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang Mengumpulkan Data
Pengambilan Data
mempertimbangkan warisan budaya, 4. Scuba Melihat Kondisi
partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal Karang
5. Tonggak Mengukur kedalaman
serta upaya-upaya konservasi sumberdaya kayu perairan
alam dan lingkungan (Nugroho, 2004 dalam 6. Pelampung Untuk Mengukur
Kecepatan Arus
Kurnianto, 2008). Snorkling dilakukan pada Perairan
perairan dangkal yang pemandangannya 7. Life Form Melihat Bentuk
pertumbuhan karang
dapat dinikmati secara jelas, selain itu 8. Lembar Mengidentifikasi ikan
penjelasan dan pengawasan diberikan Identifikasi Karang Dan Biota
Assosiasi
kepada pengunjung secara efektif sehingga 9. Alat Tulis Mencatat Hasil
kerusakan terhadap komunitas biota dan Pengukuran/
Pengambilan Data
ekosistem dapat dicegah semaksimal 10. Kamera Dokumentasi
mungkin. Kegiatan snorkling dapat penelitian
11. Buku Acuan identifikasi
dilakukan disekitar pinggiran teluk dan identifikasi ikan karang
pulau kecil sepanjang hamparan datar (flat) ikan karang
Allen et al
hingga tubir (Irwanto, 2008 dalam Imron, (2003)
2012). 12. Literatur- Data skunder
literatur
yang
mendukung
III. METODE PENELITIAN penelitian
4
karang, keceparan arus , kedalaman, luas Ni = nilai parameter ke-i (bobot x skor)
hamparan datar karang dilakukan pada tiap N maks = nilai maksimum dari suatu
titik tersebut. kategori wisata
Pengukuran tutupan karang dan jenis Jumlah = Skor x Bobot
life form menggunakan metode LIT yang Nilai maksimum = 57
digunakan metode dalam Cappenberg dan S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 75 – 100 %
Salatotohi (2009), yaitu mengikuti English S2 = Cukup Sesuai, dengan nilai 50 - < 75 %
et al (1997) dengan beberapa S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 25 - <
modifikasi.Data jumlah jenis ikan karang 50 %
menggunakan metode survey visual. N = Tidak sesuai, dengan nilai < 25 %
Pengolahan data tutupan karang Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK
dihitung menggunakan rumus (English et al., adalah jumlah maksimum pengunjung yang
1997) secara fisik dapat ditampung di kawasan
C = a / A x 100% yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
Dimana : menimbulkan gangguan pada alam dan
C = Presentase penutupan life form i manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk
a = Panjang transek life form i rumus:
A = Panjang total transek DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp
Analisis Kesesuaian ekowisata Dimana :
snorkling mengacu pada Yulianda (2007). DDK = Daya dukung kawasan
Berdasarkan matrik analisis kesesuaian K = Potensi ekologis pengunjung per
ekowisata snorkling. Pada matriks analisis satuan unit area
kesesuaian ekowisata snorkling terdapat Lp = Luas area atau panjang area yang
beberapa kriteria yang harus diukur yaitu dapat dimanfaatkan
kecerahan, tutupan karang, jenis life form, Lt = Unit area untuk kategori tertentu
jenis ikan karang, kecepatan arus, Wt = Waktu yang disediakan oleh
kedalaman, dan luas hamparan datar karang. kawasan untuk kegiatan wisata
Matriks analisis kesesuaian ekowisata perhari
snorking menurut Yulianda (2007) dapat Wp = Waktu yang dihabiskan oleh
dilihat pada Tabel 2. pengunjung untuk setiap kegiatan
Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata tertentu
berdasarkan Yulianda (2007) Rumus yang Pada perhitungan DDK terdapat angka
digunakan untuk menghitung indeks yang telah ditentukan untuk tiap kategori
kesesuaian wisata adalah sebagai berikut : wisata seperti K = 1, Wp = 3, Wt = 6, dan Lt
IKW = (∑ Ni / N max) x 100% = 500 m². Sedangkan Lp dihitung luas area
Keterangan : atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
IKW = indeks kesesuaian wisata
5
untuk ekowisata snorkling pada suatu diizinkan untuk dikembangkan adalah 10 %
kawasan. dari luas zona pemanfaatan. Sehingga daya
Pengusahaan kegiatan wisata dalam dukung kawasan dalam kawasan konservasi
konservasi diatur oleh ketentuan PP perlu dibatasi dengan “Daya Dukung
No.18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Pemanfaatan” (DDP) dengan rumus
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional (Yulianda, 2007) : DDP = 0.1 x DDK
dan taman wisata alam, maka areal yang
6
IKW = (n / Ni) x 100 % persentase ketiganya26 %, tutupan karang
IKW = (38 / 57) x 100% hidup masih tegolong besar, namun jika
Indeks kesesuaian wisata snorkling dengan baik maka peluang tutupan karang
perhitungan seluruh kriteria terkait dengan Keterangan lengkap mengenai rata – rata
kriteria yang telah di tentukan. Dalam Pada titik pengambilan data didapat
perhitungan indeks kesesuaian yang dipakai megabentos yaitu kima yang merupakan
menurut Yulianda (2007). Total keseluruhan hewan yang dilindungi. Hal ini akan
dengan nilai maksimun yaitu 57 dan ekowisata snorkling pada Kampung Teluk
kemudian dikalikan 100%, sehingga didapat Dalam. Selain itu terdapat anemon dengan
hasil persentase kesesuaian wisata. Pada selubung mantel berwarna ungu, merah,
penelitian ini persentase IKW (indeks hijau dan coklat. Warna anemon yang
merupakan persentase yang sesuai (S2). juga sering di jadikan tempat hidup ikan
Hasil pengukuran yang didapat masih badut dan ikan lainnya. Jika dilihat dari
masih tergolong sedang selain itu jumlah kunjungan alam yang juga memperhatikan
jenis ikan karang juga menunjukkan angka keberlanjutan sumberdaya sehingga dengan
yang dikategorikan sesuai bersyarat. Hal keadaan terumbu karang tersebut perlu
tersebut berkaitan erat, jika tutupan karang dilakukan program yang bertujuan
sedang maka jenis ikan karang yang meningkatkan ekosistem karang seperti
penjumlahan karang mati, karang mati yang Ekowisata pada desa malang rapat
memiliki peluang untuk dikembangkan.
di tumbuhi alga dan pecahan karang dengan
7
Menurut Pratomo et al (2010) Desa Malang adalah Luas area atau panjang area yang
Rapat memiliki peluang bagi produk dapat dimanfaatkan (LP) adalah 381400 m²,
ekowisata seperti snorkling, diving, sedangkan kriteria lain telah di tentukan
pemancingan, dan sebagainya untuk yaitu potensi ekologis pengunjung per
dikembangkan. Namun pendidikan dan satuan unit area (K) adalah 1, unit area untuk
pengetahuan masyarakat yang masih rendah kategori tertentu (Lt) adalah 500 m², waktu
mengenai ekowisata dapat menjadi masalah yang disediakan oleh kawasan untuk
yang dapat memperlambat kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) adalah
pengembangannya. Selain itu lebih banyak 6 jam, dan waktu yang dihabiskan oleh
investor luar yang tertarik untuk pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
pengembangan ekowisata pada kawasan (Wp) adalah 3 jam. kriteria yang didapat
dihitung dengan rumus :
ini.
DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp
8
haruslah berdasarkan pembangunan yang 2. Nilai daya dukung kawasan terumbu
berkelanjutan. Lim (1998) dalam Johan et al karang di Kampung Teluk Dalam Desa
(2011) daya dukung suatu kawasan adalah Malang Rapat yakni sebesar 1526
jumlah wisatawan suatu kawasan yang dapat orang/haridan perlu pembatasan
diakomodasi dengan tingkat kepuasan pengembangan kawasan yaitu 10 %
wisatawan yang tertinggi dan berdampak dari luas zona pemanfaatan sehingga
minimal pada sumberdaya.Sumberdaya didapat daya dukung pemanfaatan
seperti terumbu karang membutuhkan waktu adalah 153orang/hari.
pemulihan yang lama, jika pemanfaatan
ekowisata terlalu berlebihan maka akan B. Saran
berdampak buruk bagi ekosistem sehingga Saran kedepan untuk menghasilkan
perlu dibatasi pemanfaatan kawasan terumbu sebuah program ekowisata yang optimal
karang. yaitu:
Daya dukung merupakan cara 1. Perlu dilakukan penelitian untuk
menerapkan konsep dimana ada pembatasan menentukan zonasi wilayah untuk
dalam pemanfaatan sumberdaya. Pentingnya mempermudah pengelolaan.
mengetahui daya dukung suatu kawasan 2. Perlu dilakukan peninjauan musim
terkait dengan konsep kelestarian yang sesuai untuk eowisata snorkling,
lingkungan atau pengembangan yang karena terdapat variasi musim yang
berkelanjutan.Dalam hal ini sumberdaya terjadi sepanjang tahun.
memiliki peran yang amat penting 3. Selain itu perlu dilakukan program
keberadaannya. pendukung seperti fasilitas dan
kegiatan alternatif lain perlu
karang.
Cappenberg, H., dan Salatohi, A, 2009,
Monitoring Kesehatan Terumbu
9
Karang Kabupaten Bintan (Bintan Ekowisata Bahari Sebagai Mata
Timur dan Numbing), COREMAP- Pencaharian Alternatif Bagi
LIPI. Jakarta. Masyarakat (Studi Kasus Kab Bintan,
Kepulauan Riau) Fakultas Ilmu
Guntur, 2011, Ekologi Karang Pada Kelautan Dan Perikanan Universitas
Terumbu Karang Buatan, Ghalia Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Indonesia. Bogor. Kepri.
10