Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Novianto Guanovora
Nola T. S. Mallo
Djemi Tomuka
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi – RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado
Email: novianto.g.12303@gmail.com
Abstract: The objective of this study is to compare the time of rigor mortis formed between
the control group and the treated group. This was a true experimental study with a post –test
only control group design. This study was conducted at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Forensic Laboratory Manado from September to November 2015. This research begins with
caring of the rabbits (Oryctolagus cuniculus) weighting 1250 – 2100 g. were divided into two
groups, control group and treated group. Treated group was exposed to diazinon 600 as many
as 3 ml in one treatment. Data were analyzed by using univariat analysis, subsequently tested
by using independent t-Test. The results showed that there was a significant difference (P
<0.05) in the time of rigor mortis formed and disappeared between the two groups.
Conclusion: The time of rigor mortis formed and then disappeared was shorter among rabbits
with organopgosphate intoxication compared to the ones without intoxication. Further studies
are needed using instrument to evaluate the rigor mortis.
Keywords: rigor mortis, intoxication, organophosphate
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecepatan rigor mortis pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jenis penelitian eksperimental murni (true
experimental desaign) dengan rancangan penelitian post test only control group desaign.
Penelitian dilakukan dilaboratorium Forensik RSUP. Prof. Dr. dr. R. D. Kandou Manado pada
bulan September – November 2015. Penelitian diawali dengan pemeliharaan kelinci
(Oryctolagus Cuniculus ) dengan berat badan 1250 – 2100 g. Selanjutnya kelinci dibagi
menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, kelompok yang dilakukan pemaparan
Diazinon 600 sebanyak 3 ml dalam satu kali pemberian. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan bemakna (P < 0,05) waktu terbentuk rigor mortis, kaku, kaku sempurna,
dan mulai melemas antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Simpulan: Waktu
terbentuk rigor mortis dan waktu mulai melemas lebih singkat pada kelinci dengan intoksikasi
organofosfat dibandingkan yang tanpa intoksikasi. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan alat ukur untuk menilai rigor mortis.
Kata kunci: rigor mortis, intoksikasi, organofosfat
saraf pusat dan perifer. 12 sempurna, dan waktu melemas dapat dilihat
Terjadinya kematian sel dan deplesi pada Tabel 1.
ATP karena proses dari peningkatan dari
Asetilkolin. Kemudian terjadi Reaksi Perbandingan Waktu Terbentuk Rigor
Hidrolisis Asetilkolin Menjadi Asetat dan Mortis, Waktu Terbentuk Rigor Mortis
Kolin.7 Dalam reaksi siklus krebs, asam Sempurna, Serta Waktu Mulai Melemas
laktat meningkat maka terjadinya reaksi Antara Kelompok Kontrol Dan
anaerob,7,8 Jika ATP habis dari setiap Kelompok Perlakuan
cadangan yang disimpan, yang dibutuhkan Pada kelompok kontrol dan kelompok
untuk pemisahan jembatan silang dari perlakuan didapatkan nilai rerata waktu
filament aktin selama proses relaksasi terbentuk rigor mortis masing-masing
sehingga terjadinya rigor mortis. Otot akan 63,40 menit dan 29,00 menit. Hasil uji T
kaku sampai protein-protein terurai.18 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna
waktu terbentuk rigor mortis antara kedua
METODE PENELITIAN kelompok dengan nilai p=0,000 (p<0,05)
Penelitian ini menggunakan metode (Tabel 2).
eksperimental murni (true experimental Pada kelompok kontrol dan kelompok
design) dengan rancangan penelitian post perlakuan didapatkan nilai rerata waktu
test only control group design. Penelitian terbentuk rigor mortis sempurna masing-
ini dilakukan di Laboratorium Forensik masing 340,80 menit dan 244,80 menit.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Hasil uji T menunjukkan terdapat
Ratulangi RSUP Prof. Dr. dr. R. D. Kandou perbedaan bermakna waktu terbentuk rigor
Manado pada bulan September - November mortis antara kedua kelompok dengan nilai
2015. Objek penelitian ialah kelinci spesies p=0,000 (p<0,05) (Tabel 3).
Oryctolagus cuniculus dewasa, sehat, Pada kelompok kontrol dan kelompok
berumur 16-18 minggu dengan berat badan perlakuan didapatkan nilai rerata waktu
1000-2100 g. Kelinci yang memenuhi terbentuk mulai melemas masing-masing
kriteria dibagi menjadi dua kelompok, 600,20 menit dan 469,20 menit. Hasil uji T
masing-masing kelompok terdiri dari lima menunjukkan terdapat perbedaan bermakna
ekor kelinci kelompok control dan lima waktu terbentuk rigor mortis antara kedua
ekor kelinci kelompok perlakuan. Pada kelompok dengan nilai p=0,000 (p<0,05)
kelompok kelinci pertama sebagai kontrol (Tabel 4).
dimatikan dengan cara deserebrasi. Pada Berdasarkan hasil uji normalitas dan
kelompok kelinci kedua diberikan secara uji homogenitas didapatkan bahwa data
oral organofosfat dengan dosis 3 ml dan seluruh variabel penelitian terdistribusi
diamati keadaan kelinci sampai terjadi normal dan memiliki varian yang sama
kematian dan terjadi kekakuan. dimana masing-masing memiliki
signifikansi ≤ 0,05. Oleh karena itu untuk
HASIL PENELITIAN uji hipotesis secara statistik digunakan
Setiap kelompok diamati mulai dari metode pengujian parametrik uji T-test
waktu kematian, terbentuk rigor mortis, Independent Sample. Pengujian mengguna-
sampai mulai melemas. Hasil yang kan T-Test, diperoleh angka nilai T hitung
didapatkan menunjukkan rerata waktu 50,70 pada waktu terbentuk rigor mortis,
terbentuk rigor mortis dari keseluruhan waktu terbentuk rigor mortis sempurna
sampel adalah 46,20 menit, rerata waktu nilai T hitung 14,729, serta waktu mulai
rigor mortis sempurna dari keseluruhan melemas 22,046 didapatkan T hitung > dari
sampel adalah 292,50 menit, dan rerata T tabel yang hipotesis 0 (H0) diterima
waktu mulai melemas dari keseluruhan dengan kesimpulan terdapat perbedaan
sampel adalah 539,00 menit. Variabel dari signifikan waktu terbentuk rigor mortis,
seluruh sampel menurut berat badan, waktu waktu terbentuk rigor mortis sempurna,
terbentuk rigor mortis, waktu rigor mortis serta waktu mulai melemas pada
27
Guanovora, Mallo, Tomuka: Kecepatan rigor mortis pada intoksikasi insektisida ...
dapat terlepas pada akhir siklus, meskipun paralisis.2 Dalam kasus ini keracunan
selama proses disosiasi ini ATP tidak insektisida golongan organofosfat
terurai. Kebutuhan akan ATP dalam menyebabkan peningkatan kecepatan rigor
memisahkan myosin dan aktin jelas terlihat mortis dan dimana terjadinya deplesi ATP
dalam rigor mortis (kaku mayat).7,8 Ikatan dan peningkatan reseptor ACh sehingga
antara aktin dan myosin di otot manusia kontraksi otot terjadi secara terus menerus
akan menetap (menggumpal) dan terjadilah (tanpa relaksasi). 7,8,20
kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai Penelitian ini kami menemukan bahwa
muncul 2 jam postmortem (setelah rerata waktu mulai melemas pada
kematian).2 Pemberian organofosfat pada kelompok kontrol (600,20 menit) lebih
kelinci perlakuan maka mempercepat tinggi daripada kelompok perlakuan
terjadinya rigor mortis, ini dikarenakan (469,20 menit), secara statistik terdapat
kerja dari organofosfat Dalam mekanisme perbedaan yang bermakna (p<0,05 atau
organofosfat AChE dihambat sehingga p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terjadi pembersihan ACh yang terdapat perbedaan waktu terbentuk rigor
seharusnya AChE berfungsi mengakhiri mortis antara kelompok kontrol (kelinci
aktivitas ACh di taut motor end plate. yang tidak diberikan diazinon) dengan
Pembersihan ACh mengakhiri end plate kelompok perlakuan (kelinci yang
potensial (EPP) sehingga membran sel otot diberikan organofosfat). Dalam teori, Pada
kembali ke potensial istirahat (otot dalam 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam
keadaan relaksasi). Jika terjadi hambatan postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada
AChE pada keracunan organofosfat maka lagi.2 dan pada teori yang lain mengatakan
terjadi peningkatan ACh pada taut motor beberapa hari selanjutnya, kaku mayat
end plate dan terjadi kontraksi otot terus secara bertahap berkurang akibat protein-
menerus. Pada kelinci, rigor mortis yang protein yang terlibat dalam kompleks rigor
terbentuk lebih cepat dibandingkan mortis mulai terurai.7,8 Pada kelinci
manusia kemungkinan oleh karena luas mungkin lebih cepat, hal ini mungkin
penampang tubuh kelinci yang lebih kecil karena luas penampang tubuh kelinci yang
dibandingkan manusia sehingga darah lebih lebih kecil dibandingkan manusia,
cepat terakumulasi di pembuluh darah kecil sehingga, efek rigor mortis lebih cepat
di bagian tubuh yang paling rendah.7,8,19 menghilang (keadaan mulai melemas).
Hasil penelitian ini (tabel 3) Hasil dari penelitian ini (tabel 5)
menunjukkan bahwa kisaran waktu rigor menunjukkan bahwa kisaran waktu
mortis terbentuk pada kelompok kontrol keadaan mulai melemas terbentuk pada
(62 – 65 menit) lebih lama dibandingkan kelompok kontrol (594-603 menit) lebih
dengan kisaran waktu terbentuk rigor tinggi dibandingkan dengan kisaran waktu
mortis pada kelompok perlakuan yang mati keadaan mulai melemas pada kelompok
akibat intoksikasi organofosfat (28-30 perlakuan yang mati akibat intoksikasi
menit). Hal ini kemungkinan karena efek organofosfat (455-485 menit). Secara teori,
tubuh akan mengikat enzim asetilkolin- ini disebabkan efek dari intoksikasi
esterase (AChE), sehingga AChE menjadi organofosfat yang menghambat AChE
infaktif dan terjadi akumulasi asetilkolin. sehingga produksi ACh secara terus
Asetikolin bekerja pada ganglion menerus, dan mempengaruhi otot dalam
disimpatik dan parasimpatik, reseptor pengahsilan ATP. Penggunaan ATP secara
parasimpatik, neuro-muscular junction, terus menerus, dalam beberapa jam akan
neuro-transmitter sel-sel saraf dan medulla habis, sehingga keadaan rigor mortis mulai
kelenjar suprarenal. Keadaan ini akan melemas. Semakin cepat terjadinya rigor
menimbulkan efek yang luas. Depolarisasi mortis, semakin cepat pula terjadinya
yang menetap pada otot-otot rangka, deplesi ATP dan terjadi relaksasi (keadaan
sehingga mula-mula terjadi fasikulasi yang mulai melemas).8,12,15,16,21
disusul dengan blok neuromuskular dan
29
Guanovora, Mallo, Tomuka: Kecepatan rigor mortis pada intoksikasi insektisida ...
30