Você está na página 1de 24

ACUTE KIDNEY INJURY

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.046 1/1

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015

dr. Thomas Soharto. M. Kes


Direktur
Suatu keadaan yang ditandai dengan memburuknya fungsi ginjal selama
PENGERTIAN beberapa jam sampai hari, sehingga menyebabkan ketidakmampuan ginjal
untuk mengekskresikan sisa produk nitrogen dan mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit.
TUJUAN Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar No.
KEBIJAKAN 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan PONEK.

1. bila bayi dicurigai AKI, lakukan pemeriksaan untuk


menegakkan diagnosis
2. bila didapatkan oliguria, pasang kateter urine untuk
mengetahui dieresis bayi.
3. Bila output urine belum ada perbaikan setelah kateter
terpasang, lakukan fluid challenge 10-20 ml/kg selama 1-2
PROSEDUR jam untuk mengeklusikan AKI perenal.
4. Bila ada perbaikan,kemungkinan penyebab AKI intrinsink
5. Restrisikan cairan sesuai IWL (500 ml/m2 perhari atau 30
ml/kg/hari) ditambahkan dengan urine output dan perhitungan
kehilangan cairan yang lain.
6. Hentikan pemberian obat yang bersifat nefrotosik
7. Sesuaikan dosisi dan interval obat berdasarkan derajat
difungsi ginjal
8. Observasi tanda vital, BB harian dan intake serta output
cairan bayi
9. Bila didapatkan hiperkalemia atau hiperkaemia atau
hiperfosfatemia, maka restrikan pemberian potassium atau
fosfat
10. Bila didapatkan asidosis metabolic, koreksi dengan NaBic iv
atau oral
11. Diuretic loop dan tiazid dapat membantu aliran urine pada
bayi dengan AKI.
12. Dialisis peritoneal atau hemodialisis dapat dipertimbangkan
pada bayi yang tidak didapatkanperbaikan setelah dilakukan
penanganan optima.

UNIT TERKAIT NICU

58
ASFIKSIA NEONATORUM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.047 1/1

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015

dr. Thomas Soharto. M. Kes


Direktur
Suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya oksigen pada udara
PENGERTIAN respirasi, dimana ditandai oleh:
1. Asidosis (PH < 7,0) pada darh arteri umbilikalis
2. Nilai APGAR setelah menit ke 5 tetap 0 – 3.
3. Manifestasi neurologis ( kejang, hipotoni, koma atau HIE)
4. Gangguan sistem multiorgan.

TUJUAN Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.


Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.

1. Lakukan langkah – langkah resusitasi secara tepat dan benar:


a. Penatalaksanaan sesuai bagian resusitasi neonates menurut
AHA 2010 (lampiran 1).
b. Berikan epinefrin 0,1 - 0,3 ml/kg 1:10000 IV atau melalui ETT
(dapat diulang setiap 3-5 menit) bila Hr , 60 x/menit dan telah
PROSEDUR mendapat paling sedikit 30 detik ventilasi adekuat dengan
oksigen 100% dan penekanan dada.
c. Bolus RL / NACL 0,9% 10-20 ml/kg IV dalam 5-10 menit
(maksimal 60ml/kg) bila syok atau ganggua perfusi, dapat jg
dengan whole blood (O negatif) 10 ml/kg IV.
d. Nalokson hidroklorit 0,1 mg/kg IV bila ibu mempunyai
riwayat pemberian / konsumsi narkotik 4 jam sebelum
persalinan.
2. Lakukan penilainan skor gawat napas untuk menentukan
penanganan selanjutnya
3. Observasi tanda vital dan kemungkina terjadinya kejang.

UNIT TERKAIT NICU

59
BBLR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


1/1
MDG’S.SPO.048

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015

dr. Thomas Soharto. M. Kes


Direktur
Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr tanpa memandang usia
PENGERTIAN gestasi

Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.


TUJUAN
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.
1. Lingkungan yang optimal
Suhu tubuh normal bayi: diukur dari kulit adalah 36-36,5°C, dari
rektal 36,5-37,5°C, sedangkan dari aksila 0,5-1 °C lebih rendah dari
suhu rektal
Pengaturan suhu:
 Pada bayi dengan berat lahir 1800-2500 gram : dirawat dintempat
tidur bayi dengan gunakan sellimut dan topi
 Pada bayi dengan berat lahir 1000-1800 gram yang sehat: dirawat
di dalam incubator dengan servo-control
PROSEDUR  Pada bayi dengan lahir 1000-1800 gram yang sakit: dirawat di
bawah radiant warmer denga servo-control
 Pada bayi dengan berat lahir < 1000 gram: dapat dirawat di dalam
incubator atau dibawah radiant warmer dengan servo-control,
gunakan topi, gunakan matras hangat.
2. Oksigenasi dan perfusi jaringan yang baik
3. Cairan dan elektrolit yang sesuai
 Hari pertama: pada bayi yang sakit berat terkadang membutuhkan
cairan untuk resusitasi syok atau asidosis
 Hari pertama ketiga
Pada bayi 800-1000 gram: 80-100 ml/kg/hari, glukosa 5-6
mg/kg/menit (D₇‚₅W), dinaikkan 20-40 ml/kg/hari (D₅W)

60
BBLR

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.048 2/2

Pada < 800-1000 gram: membutuhkan tambahan cairan sampai


kulit bayi menjadi matur (5-7 hari). Pemberian cairan (> 160
ml/kg/hari) terkadang dibutuhkan
Suplementasi K⁺ dapat diberikan bila da urin: 1-3 mEq/kg/hari
Suplementasi Ca ⁺⁺ 20-30 mg/kg/hari
 Hari ketiga-ketujuh: cairan dapat diturunkan seiring
PROSEDUR dengan berkurangnya IWL melalui kulit. Pemberian
cairan dan elektrolit seperti pada NCB
4. Nutrisi yang adekuat
 Energi untuk mempertahankan berat badan 50-60
kkal/kg/hari sedangkan adekaut bila pertambahan berat
badan 15 g/kg/hari
 Karbohidrat 10-30 g/kg/hari (40-50% kalori total)
 Protein 2,25-4 g/kg/hari (7-16% kalori total)
 Lemak 5-7 g/kg/hari (40-55% kalori total)
5. Vitamin dan mineral
 Vit.A : diferensiasi sel epitel saluran na[pas dan sintesis
pigmen retina (2000 IU)
 Vit.D : absorpsi kalsium (400-600 IU/hari)
 Vit.E : Antioksidan
 Vit.K : pencegahan perdarahan
6. Psikososial
 Kontak dini dengan ibunya
 ASI

UNIT TERKAIT NICU

61
HIPERGLIKEMIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


1/1
MDG’S.SPO.049

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL
02 Mei 2015
dr. Thomas Soharto. M. Kes
Direktur
Suatu keadaan dimana :
PENGERTIAN 1. Kadar gula darah serum pada bayi > 145 mg/dL atau > 8,05 mmol/L
2. Kadar gula darah whole blood >120 mg/dLatau > 6,66 mmol/L,
tanpa memandang usia gestasi dan berat badan bayi.

Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.


TUJUAN
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar No.
KEBIJAKAN 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan PONEK.

1. Ukur kadar GD pada bayi beresiko tinggi menderita hiperglikemia.


2. Bila didapatkan kadar GD pada dextrosttick tinggi, maka dilakukan
pemeriksaan GD serum sambil menurunkan GIR bayi tersebtu (4 – 6
mg glukosa/kg/menit). Bila dibutuhkan, pada keadaan tertentu GIR
dapat diturunkan sampai minimum 2 mg/kg/menit. Hindari
pemberian cairan yang hipotonik atau cairan < dextrose 5%.
PROSEDUR
3. Pemberian insulin ada 2 macam:
a. Subkutan 0,05 – 0,2 u/kg stiap 4-6 jam sambil memonitor kadar
GD pada jam 1,2 dan 4 dan memoitor kadar K setiap 6 jam. Cara
ini lebih dianjurkan pada bay dengan diabetes neonatal.
b. Infuse kontinu 0,01 – 0,1 u/kg/jam (biasanya dimulai dengan
0,05 u/kg/jam), sambil dilakukan pemeriksaan GD (paling
banyak dipakai).
c. Bolus insulin 0,05 – 0,1 u/kg iv (bias sampai 3 kali bolus).
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian insulin maintenance.
4. Flush tubing iv dengan minimum 25 ml insulin dan diamkan selama
20 menit sebelum digunakan ( untuk saturase binding site)
5. Bila didapatkan kadar GD serum ≥ 250 mg/dl maka dimulai
pengobatan dengan insulin.

62
HIPERGLIKEMIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.049 2/2

6. Insulin yang digunakakn sebaikknya : actrapid® atau


humulin®
7. Insulin 5 u/kg dicampurkan dengan 50 ml D5% atau NaCl
0.9%
8. Didapatkan tetesan insulin 1 ml/jam setara dengan 0,1 u/kg/jam
9. Selama dengan pemberian insulin, pantau kdara GD, dimana:
PROSEDUR a. Bila kadar GD < 80 mg/dL, hentikan pemberian insulin
b. Bila kadar GD 80-100 mg/dL, maka insulin iturunkan
dosisnya 50%
c. Bila kadar GD 100-180 mg/dL, maka dosis insulin tetap
dipertahankan
d. Bila kadar GD serum masih > 180 mg/dL maka dosis
insulin dinaiikan 0,01-0,02 unit/kg/jam.
10. GD dicek 1 jam setiap kali setelah penderita dilakukan
intervensi. Lakukan pemeriksaan GD setiap jam sampai 2 kali
GD stabil, kemudian dilakukan pemeriksaan GD setiap 2 – 4
jam.
11. Monitor tanda-tanda overdosis insulin seperti: takikardia dan
pusat.
12. Jika terjadi hipoglikemia, stop infus insulin dan berikan bolus
D10% 2 ml/kg intravena, selanjutnya dilakukan penetalaksanan
sesuai penatalaksaan hipoglikemia
13. Jika terjadi hyperkalemia, maka diberikan insulin 0,02-0,1
u/kg/jam iv dengan menggunakan D25% sebagai cairan infus
14. Dalam keadaan hiperglikemia, pemberian lipid, teofilin,
pheniton, cafein sitrat dan steroid pada bayi lebih baik hentikan
atau diturunkan ke dosis minimum

UNIT NICU
TERKAIT

63
HIPOGLIKEMIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.050 1/1

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL
02 Mei 2015
dr. Thomas Soharto. M. Kes
Direktur
Suatu keadaan dimana kadar gluksa darah bayi < 45 mg/dl atau < 2,6
PENGERTIAN mmol/L, baik yang memberikan gejala maupun yang tidak
memberikan gejala.
Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.
TUJUAN
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.
1. Ukur GD pada bayi yang beresiko tinggi menderita
hipoglikemia
2. Pemeriksaan dilakukan pada usia 1-2 jam pertama kehidupan
3. Bila didapatkan hipoglikemia, maka dilakukan pemeriksaan
PROSEDUR GD setiap ½ - 1 jam sampai keadaan stabil.
4. Lakukan penanganan sesuai bagan 1
5. Hitung GIR 6-8 mg/kg/menit, naikkan bertahap 2 mg/kg/menit
sampai maksimal 10-12 mg/kg/menit.
a. Bila kadar GIR sudah mencapai >12 mg/kg/menit,
pertimbangkan obat: glucagon 200 mikrogram IV (segera
atau infus berkesinambungan 10 mikrogram/kg/jam)
b. KS (hidrokortison) 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
c. Diazoxid 10 mg/kg/hari setiap 8 jam (untuk menghambat
sekresi insulin pancreas), atau
d. Konsultasi kebagian Endokrinologi

64
HIPOGLIKEMIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.050 2/2

6. Bila hipoglikemia menetap > 7 hari konsulkan kebagian


Endokrinologi
7. Bila pada pemeriksaan didapatkan kadar GD > 47 mg/dl 2x
berturut-turut setelah 24 jam terapi dengan infuse glukosa,
infuse dapat diturunkan bertahap 2 mg/kg/menit setiap 6 jam
PROSEDUR
dan dilakukan pemeriksaan GD setiap 6 jam serta tingkatkan
asupan per oral.

UNIT TERKAIT NICU

65
HIPOTIROID KONGENITAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.051 1/1

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL
02 Mei 2015
dr. Thomas Soharto. M. Kes
Direktur
Suatu keadaan dimana produksi hormone tiroid yang tidak mampu
PENGERTIAN memenuhi kebutuhan tubuh dan bias mengakibatkan retardasi mental.

Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.


TUJUAN
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.
1. Bila dicurigaai bayi dengan klinis hipotiroid, lakukan
penilaian dengan indeks neonatal Hipotiroid (table 1).
2. Bila didapatkan skor ≥ 4 untuk indeks neonatal hipotiroid,
bayi dapat didiagnosis sebagai tersangka Hipotiroid
Kongenital dan perlu diperiksa kadar TSH dan fT4nya.
3. Bila didapatkan skor > 2 untuk indeks neonatal Hipotiroid,
PROSEDUR lanjutkan dengan pemeriksaan TSH dan fT4 untuk
menskrining hipotiroid
4. Bila didapatkan skor ≤ 2 untuk Indeks Neonatal Hipotiroid
berarti bayi normal
5. Konsulkan ke bagian Endokrinologi
6. Pemberian preparat Na Levo- tiroksin seumur hidup dengan
dosisi sesuai usia
7. Observasi ES pemberian preparat L-toroksin seperti:
hiperaktif, kecemasan, takikardia, palpitasi, tremor, demam,
BB menurun
8. Rehabilitasi medis atau fisioterapi
9. Pemantauan tumbuh kembang
10. Pemeriksaan serum T4 dan TSH:
a. Minggu II dan IV setelah terapi inisial
b. Setiap 1-2 bulan sampai usia 1 tahun
c. Setiap 2-3 bulan pada usia 1-3 tahun
d. Setiap 3-12 bulan sampai pertumbuhan lengkap

UNIT TERKAIT NICU

66
HIPOTERMIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.052 1/1

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015

dr. Thomas Soharto. M. Kes


Direktur
Suhu tubuh bayi dibawah 36,5ºC
PENGERTIAN
TUJUAN Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.

Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar


KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.

1. Saat persalinan keringkan badan bayi dengan segara


2. Bungkus bayi BB < 1500 gr dengan plastic
3. Tutup kepala bayi dengan topi
4. Pastikan infant warmer / incubator dalam keadaan hidup
5. Rawat unkubator bayi yang tidak bugar atau bayi dengan BB <
PROSEDUR 1800 gr
6. Rawat neonates di infant warmer / incubator dalam keaddan
telanjang hanya mengenakan popok
7. Minimalkan tindakan membuka / menutup incubator
8. Gunakan lubang jendela incubator bila ingin melakukan
tindakan / mengukur tanda vital bayi
9. Latakkan probe suhu tubuh pada daerah abdomen
(hipokondrium kanan)
10. Setting suhu servo (skin probe) pada 36,0-36,5°C
11. Pertahankan suhu tubuh incubator pada 34,o-35,0°C
12. Letakkan termometr ditngah aksilla dengan lengan ditempelkan
secara lembut tapi kuat pada sisi tubuh bayi selama 5 menit
13. Jangan mengukur suhu tubuh bayi lewat rektal, pengukuran
hanya diperbolehkan pada saat bayi baru lahir dimana sekaligus
untuk mengetahui adanya lubang anus (diukur dengan
thermometer raksa dengan sudut 30° pada rectum dengan
panjang thermometer yang dimasukkan untuk NCK 3 cm dan
NKB 2cm)

67
HIPOTERMIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.052 2/2

15. Dilakukan pengukuran suhu setiap 30 menit


PROSEDUR 16. Bila bayi hipotermia, naikkan suhu bayi dengan menaiikan setting
suhu incubator 1°C/jam
Pada bayi dengan BB < 1200gr, UG < 28 minggu, SB < 32°C,
naikkan suhu bayi dengan menaikkan setting suhu incubator
0,5°C/jam.
17. Jaga suhu lingkungan kamar antara 24-26°C (setiap ruangan harus
mempunyai thermometer dinding)
18. Bila bayi dalam keadaan stabil, anjurkan untuk melakukan kontak
kulit dengan kulit.

UNIT TERKAIT NICU

68
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.053 1/1

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015
dr. Thomas Soharto. M. Kes
Direktur
PENGERTIAN Suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonates yang gagal bernapas
secara spontan dan adekuat.
TUJUAN Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.

1. Dapatkan informasi dari dokter kebiodanan mengenai informasi


kehamilan dan rencana persalinan bayi
2. Rencanakan bersama kemungkinana problem yang akan
dihadapi dan tatalaksana terbaik untuk persalinan
3. Pada persalinan yang diduga beresiko tinggi, dihadiri oleh
minimal tiga petugas dari bagian neonati (termasuk dokter anak
PROSEDUR / petugas kesehatan yang terampil, terlatih serta kompeten
dalam resusitasi)
4. Persiapkan dan lakukan pengecekkan terhadap peralatan
resusitasi sebelum persalinan, pastikan semuanya berfungsi
dengan baik
5. Persiapkan topi dan selimut hangat / linen kering pada bayi
6. Persiapkan incubator transport untuk mentransport bayi yang
telah lahir,
7. Nyalakan radiant warmer / pemanasan radiant
8. Nyalakan pengisap lender mekanik (tekanan diatur pada 100
mmHg, bila terlalu tinggi dapat menyebabkan cedera)
9. Saat bayi lahir, tempatkan bayi dibawah pemanas radiant.
10. Bungkus bayi dengan plastic polyetilen sampai setinggi leher
bila bayi BB < 1500 gr untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
tetap hangat
11. Letakkan bayi terlentang pada posisi setengah tengadah untuk
membuka jalan napas (gulungan handuk dapat diletakkan
dibawah bahu untuk membantu mencegah fleksi leher dan
sumbatan jalan napas).

69
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.053 2/2

12. Pasang oksimetri pada tangankanan bayi untuk menilai


oksigenasi (karena warna kulit bayi tidak dapat diandalkan
pada penilaian ini)
13. Stabilisasi bayi dengan memberikan kehangatan,
membersihkan jalan napas, mengeringkan badan dan memberi
stimulasi
14. Lakukan resusitasi sesuai langkah resusistasi AHA 2010
PROSEDUR 15. Bersihkan jalan napas dengan menghisap mulut terlebih
dahulu kemudian hidung (gunakan bulb synringer, alat
penghisap lender atau kateter penghisap).
16. Nilai pernapasan bayi
17. Bila bayi bernapas spontan dan teratur, HR > 100x/menit,
tidak ada sianosis maka resusitasi dapat dihentikan
18. Bila bayi sianosis, berikan oksigen aliran bebas
19. Bila bayi cukup bulan cukup bulan lebih baik dilakukan
resusitasi dengan oksigen ruangan (FiO₂ 21%) dibandingkan
dengan oksigen 100%
20. Bila HR <60 x/menit walaupun telah mendapat VTP dan
kompresi dada, berikan epinefrin 1: 10000 0,1 - 0,3 ml/kg
(0,01-0,03 mg/kg) IV atau 0,3 – 1,0 ml/kg melalui endotrakeal
21. Bila syok hipovolemik (pucat, nadi lemah) dapat diberikan
NaCl 0,9% 10 ml/kg IV selama 5-10 menit
22. Bila ditemukan tanda atau hasil AGD asidosis metabolic,
berikan NaBic 4,2 % 2 mEq/ kg (4 ml/kg) melalui vena
umbilikalis dengan kecepatan 1 mEq/kg/menit
23. Lakukan penilaian selama proses resusitasi dan jangan lupa
mencatat nila Apgar (Apgar Score) yang ada.
24. Selesai melakukan proses resusitasi, lakukan penilaian skor
gawat napas (skor Downe) untuk menentukan penangan
selanjutnya
25. Bila bayi dalam keadaan stabil, lettakkan bayi di perut ibu
(kontak kulit dengan kulit), kemudian ibu dan bayi diselimuti
dengan kain kering dan biarkan bayi istirahat dan mulai
mencari putting ibu.
26. Pastikan bayi dalam keaddan stabil dan atau dalam keadaan
STABLE sebelum dipindahkan dari ruang bersalin
27. Selanjutnya pindahkan bayi keruang neonates untuk
dimonitor dan ditindaklanjuti.

UNIT NICU
TERKAIT

70
KOLESTASIS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.054

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015

dr. Thomas Soharto. M. Kes


Direktur
Peningkatan kadar bilirubin direk > 1 mg/dl (bila bilirubin total < 5
PENGERTIAN mg/dl) atau peningkatan kadar bilirubin direk > 20% (bila bilirubin
total > 5 mg/dl.
TUJUAN Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.

Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar


KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.

1. Bayi dengan kolelitas tidak boleh dilakukan terapi sinar karena


dapat menyebabkan sindroma bayi tembaga (kecuali ditakutkan
kernicterus akibat tingginya kadar bilirubin indirek)
2. Lakukan pemeriksaan yang dianggap tepat dalam menegakkan
penyebab kolelitas
3. Atasi infeksi, bila penyebab kolelitasnya karena infeksi
PROSEDUR 4. berikan suplemen multivitamin, yang mengandung vitamin
A,D,E dan K.
5. berikan injeksi vit K₁ mg IM seminggu sekali
6. berikan ASI atau susu formula yang mengandung MCT
(medium chain triglycerides),
7. hindari pemberian galaktosa dan fruktosa, bila penyebabnya
galaktosasemia dan intoleransi fruktosa herediter,
8. pemberian medikamentosa pada bayi dengan kolestasis:
a. asam ursodeoksikolat 15-20 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi, digunakan terutama pada kolestasis ec TPN, post
operasi Kasai (ES : diare yang berespon bila dosis
ursodeksikolatnya dikurangi)
b. Kolestiramin (ES : binding vitamin yang larut dalam lemak,
asidosis metabolic dan konstipasi).
c. Phenobarbital 3-5 mg/kg/hari, digunakan terutama pada
sindr Gilbert dan Cringler-Najjar tipe II (ES : sedative dan
gangguan perilaku).
9. tindakan pembedahan (prosedur kasai / portoenterostomi) pada
kolelitas yang disebakan oleh atresia biler sebelum berusia 45-
60 hari.

UNIT TERKAIT NICU


71
SEPSIS NEONATORUM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.055

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015
dr. Thomas Soharto. M. Kes
Direktur
Sindrom klinis penyakit sistemik akiat invasi mikroorganisme ke dalam
PENGERTIAN aliran darah yang timbul pada satu bulan pertama kehidupan.
Dibagi atas: sepsis awitan dini, yang terjadi ≤ 72 jam dan sepsis awitan
lambat yang terjadi setelah 72 jam.
Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.
TUJUAN
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.
1. Lakukan pelaksanaan sesuai skrining Sepsis neonatal
2. Berikan terapi O₂ bila sesak
3. Pasang IVFD untuk pemberian nutrisi parental dan oabt injeksi
4. Paertimbangkan untuk melakukan lumbal punksi pada bayi
dengan kultur darah (+), sepsis awitan lambat dengan klinis (+)
dan kultur (+) atau bayi dengan tersangka meningitis
PROSEDUR 5. Berikan antibiotic kombinasi sesuai dengan peta pola kuman
setempat (mulai dengan lini I: Amoksisilin dan gentamisin),
kecuali pada bayi dengan klinis sakit berat dapat diberikan
langsung antibiotic lini II.
6. Bila disertai meningistis pemberian antibiotika selama 14 hari
untuk kuman gram positif dan 21 hari untuk kuman gram
negative
7. Bila didapatkan bahwa penyebab sepsis adalah jamur, dapat
diberikan obat anti jamur IV, berupa :
a. Amphotericin B
b. Fluconazole
8. Observasi tanda vital
9. Pemberian IVIG dosis tunggal 750 mg/kg/dosis pada bayi
premature dan 1 gr/kg untuk bayi aterm (bila bayi sakit berat,
klinis memburuk dan tidak berespon dengan pemberian
antibakteri sampai lini III serta anti jamur)
10. Transfusi FFP bila sudah teerjadi DIC
11. Berikan bolus NaCl 0,9% 10-20 ml/kg (maks 60 ml/kg) bila
terjadi gangguan perfusi atau CRT > 3″
12. Pemantauan tumbuh kembang

UNIT TERKAIT NICU

72
SINDROM ASPIRASI MEKONIUM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.056

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015

dr. Thomas Soharto. M. Kes


Direktur
Sekumpulan gejala kegawatan pernapasan yang ditandai sumbatan
PENGERTIAN jalan napas kecil, terperangkapnya uadara dan pneumonitis
inflamatoris, yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia dan mekonium yang kental (pea soup) .
Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi.
TUJUAN
Sesuai dengan SK Direktur RS. Rumah Sakit Stella Maris Makassar
KEBIJAKAN No. 1085.SM.SK.MDGS.IN.V.2015 Tentang Kebijakan Pelyanan
PONEK.
1. Identifikasi persalinan dengan resiko tinggi
2. Persiapkan resusitasi dengan baik sebelum bayi lahir
3. Bayi baru lahir dengan meconium yang kental, dengan apnea
atau depresi napas (tidak bugar) harus diintubasi dan dihisap
dengan kateter penghisap
PROSEDUR 4. Keringkan bayi, berikan kehangatan, rangsangan taktil dan
posisikan kembali
5. Bila bayi mengalami depresi napas, lakukan penanganan
sesuai alur resusitasi
6. Selesai langkah resusitasi, dilakukan perawatan pasca
resusitasi dengan terlebih dahulu menilai skor gawat napas
bayi
7. Kosongkan isi perut untuk menghindari aspirasi lebih lanjut
8. Bila perlu (pada bayi simpotomatik), dapat digunakan ETT
sebagai pulmonary toilet
9. Suplementasi oksigen, (bila perlu dipasang ventilator mekanik
atau HFO),
10. Berikan antibiotika kombinasi berspektrum luas (mulai dari
lini I)
11. Pemberian lavage surfaktan untuk memperbaiki oksigenasi
dan mengurangi komplikasi (pada bayi dengan SAM berat
yang

73
SINDROM ASPIRASI MEKONIUM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.056 2/2

12.Inhalasi Nitrit Oxide (bila telah terjadi PPHN),

13.Dapat dilakukan fisioterapi dada setiap 30 menit sampai 1 jam

untuk membantu membersihkan jalan napas (kontraindikasi pada

bayi ynag belum stabil dan dicurigai PPHN)


PROSEDUR
14.Pantau tanda vital bayi dan monitoring saturasi oksigen.

UNIT NICU
TERKAIT

74
PENYERAHAN BAYI SAAT PULANG

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.057 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :


STANDAR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015 Makassar
PROSEDUR

dr. Thomas Soharto, M.Kes

PENGERTIAN

TUJUAN agar ibu dapat mengerti cara merawat bayi dan cara menyusui
yang benar
KEBIJAKAN Sesuai dengan SK Direktur RS. Stella Maris Makassar
No.1085.SM.SK.MDG’S.IN.IV.2015 Tentang Kebijakan
Pelayanan PONEK
LANGKAH-LANGKAH PENYERAHAN BAYI
1. Setelah perawatan bayi 2-3 hari dan dokter mengizinkan pulang
2. Lalu Identifikasi apakah bayi tersebut sedah sesuai identitas,
dimana identitas penderita pada gelang bayi sudah sesuai.
PROSEDUR
3. Edukasi keluarga untuk tata cara perawatan bayi saat di rumah
4. Berikan jadwal pencatatan imunisasi bayi pada orang tua,
termasuk imunisasi yang telah diberikan dan imunisasi yang akan
diberikan selanjutnya.
5. Setelah diberikan edukasi maka orang tua bayi di anjurkan datang
untuk memeriksakan perkembangan berat badan bayi setiap hari
Senin dan Kamis di poliklinik.
6. lalu pemotongan gelang bayi bahwa bayinya telah diserahkan
kepada ibunya dan boleh pulang.
UNIT TERKAIT Kamar Bayi

75
PERAWATAN BAYI KEJANG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


MDG’S.SPO.058 1/2

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL Makassar
02 Mei 2015
dr. Thomas Soharto, M.Kes
Direktur
Perawatan anak kejang adalah memberikan tindakan perawatan pada
anak yang mengalami perubahan fungsi pada otak secara mendadak
dan sangat singkat/ sementara karena aktifitas otak yang abnormal serta
PENGERTIAN adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan, akibat dari
malformasi otak kongenital,faktor genetis atau adanya penyakit seperti
meningitis, encephalitis serta demam, atau gangguan metabolisme,
trauma, dsb.
Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi/hypoksia dan
TUJUAN
kecemasan keluarga akibat kejang pada anak.
Sesuai dengan SK Direktur RS. Stella Maris
KEBIJAKAN Makassar.No.1085.SM.SK.MDG’S.IN.IV.2015.Tentang
Kebijakan Pelayanan PONEK:

PROSEDUR A. Persiapan :
1. Obat anti-epileptik sesuai resep dokter.
2. Selimut atau bantalan lunak
3. Bengkok atau nierbekken
4. Tabung oksigen dan alat bantu pernafasan
5. Set infus/ tranfusi dan cairannya
6. Set alat pengukuran tanda vital
B. Pelaksanaan :
1. Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan
2. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain /
paksaan pada anak (kecuali anak dalam bahaya). Bila anak
berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode, bantu anak
untuk mencapai lantai/ tempat baring. Jangan membuat anak
teragitasi, bicara dengan suara lembut dan sikap tenang. Jangan
mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi, karena adanya
kerusakan kesadaran.
3. Tempatkan selimut kecil yang lunak atau tangan perawat sendiri
di bawah kepala anak.
4. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa
makanan yang tertinggal di mulut.
5. Lepaskan kacamata atau gigi palsu bila ada.
6. Longgarkan pakaian anak.
7. Cegah anak dari membenturkan kepala pada objek keras,

76
PERAWATAN BAYI KEJANG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


MDG’S.SPO.058 2/2

PROSEDUR 8. Beri bantalan lunak disekitar tempat tidur / kursi ( pertahankan


kondisi ini tetap terpasang ketika anak sedang tidur,istirahat atau
mengalami kejang)
9. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperektensi,
untuk meningkatkan ventilasi yang adekuat.
10. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati hati
(pertimbangkan posisi dekubitus lateral bila anak mulai muntah
dan pengisapan tidak cukup untuk mengontrol saluran nafas).
Dekatkan bengkok / wadah muntah di sisi dekat mulut anak.
11. Bila tak terdapat peralatan medis lengkap hubungi pelayanan
medis darurat.
12. Bila peralatan memadai, berikan terapi oksigen (lihat SOP cara
pemberian cairan elektrolit per infus) sebagai perawatan
pendukung.
13. Berikan obat Antipiletikdalam dosis yang sesuai denganberat
badan anak (lihat SOP cara pemberian obat pada anak )
14. Lakukan perawatan gigi dengan baik selama terapi fenitoin
untuk menurunkan hyperflasi gusi
15. Berikan vitamin d dan asam folat selama terpai fenitoin dan
phenobartial untuk mencegah defisiensi.
16. Lindungi anak pada periode pasca kejang :
17. Pertahankan posisi miring; tetaplah bersama anak dan tenangkan
anak sampai ia sadar ( karena anak mungkin bingung dan takut)
18. Tanyakan perasaan anak dan keluarga setelah tindakan.
19. 18. Ajarkan orang tua dan anak cara mengantipasi kejang dan
beradaptasi terhadap situasi pencetus kejang secara tepat.
20. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
21. Bereskan semua peralatan, kembalikan ke tempat semula.
22. Cuci tangan (lihat SOP cuci tangan)
23.Dokumentasikan hasil tindakan, termasuk reaksi/ res[on bayi /
anak saat dilakukan tindakan dan sesudahnya.

UNIT TERKAIT Ruang bayi

77
RAWAT GABUNG

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.059A 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :


STANDAR Direktur RS Stella Maris
OPERASIONAL 02 Mei 2015 Makassar
PROSEDUR

dr. Thomas Soharto, M.Kes

PENGERTIAN Suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru dilahirkan tidak
dipisahkan melainkan ditempatkan dalam suatu ruangan
kamar/tempat bersama-sama selama 24 jam sehingga baik bagi
ibu dan bayi saling berhubungan dan diberi kesempatan
keduannya untuk pemberian ASI.
Rawat gabung ada 2 yaitu :
1. Rawat gabung continue yaitu bayi tetap disamping ibunya selama
2 jam
2. Rawat gabung parsial yaitu ibu dan bayi bersama – sama hanya
dalam beberapa jam sehari.

TUJUAN a. Memberikan bantuan emosional


 Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya pada bayi.
 Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi
b. Penggunaan ASI
 Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum
dan ASI
c. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

KEBIJAKAN Sesuai dengan SK Direktur RS. Stella Maris Makassar


No.1085.SM.SK.MDG’S.IN.IV.2015 Tentang Kebijakan
Pelayanan PONEK
A. Persyaratan dalam rawat gabung terdiri dari :
1. Kondisi bayi
 Bayi sehat
 Berat badan lahir 2500-4000 gram
PROSEDUR  Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (menilai apgar
minimal 5)
B. Pelaksanaan rawat gabung ibu dan bayi
 Bayi dipindahkan dari ruang bayi sehat ke ruang perawatan
ibu

78
RAWAT GABUNG

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.059 2/2
A
 Awali dengan IMD pada kamar bersalin jika tidak
PROSEDUR memungkinkan dilakukan di ruang perawatan.
 Tempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan sedemikian rupa
sehingga ibu dapat meihat dan menjangkau bayi. Bayi dapat
diletakkan di tempat tidur bersama ibunya (bedding in) atau
dalam box disamping tempat tidur ibu
 Berikan asuhan bayi baru lahir yang meliputi :
 Pencegahan hipotermi
 Pemeriksaan klinis bayi
 Perawatan umum (perawatan tali pusat, mengganti popok,
memandikan bayi, menjaga hygiene bayi)
 Deteksi dini bayi baru lahir.
 Ajarkan pada ibu mengenai tanda-tanda bayi ingin menyusu

UNIT TERKAIT Ruang bayi


Ruang Perawatan ibu

79
PERAWATAN METODE KANGGURU

No. Dokumen : No. Revisi Halaman :


MDG’S.SPO.059B : 1/2

Ditetapkan Oleh :
Direktur RS Stella Maris Makassar
STANDAR Tanggal Terbit :

PROSEDUR 20 April 2015


(dr. Thomas Soharto, M. Kes)
OPERASIONAL Direktur

Cara merawat bayi premature dalam keadaan telanjang diletakkan


PENGERTIAN
secara tegak / vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (
ibunya telanjang dada kemudian diselimuti)
1. Stabilisasi BBL terutama BBLR
TUJUAN 2. Menggantikan inkubator atau sebagai alternative
3. Merawat bayi premature
4. Sebagai cara tepat guna merujuk / transfer
UU 44 Tahun 2009 tentang RS.
KEBIJAKAN Permenkes 340/Menkes/Per/III/2010
SK Direktur Rumah Sakit Stella Maris Makassar No........Tentang
kebijakan pelayanan
a. Persiapan
1. kapas puting
PROSEDUR 2. baju kangguru
b. Pelaksanaan
1. Pastikan Ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan siapkan
semua peralatan
2. Pastikan kuku sudah keadaan terpotong dan bersih.
3. Mandi dengan sabun terutama daerah dada supaya bersih.
4. Letakan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada
bayi menempel ke dada Ibu. Posisi bayi diamankan agar tidak
ngeloyor, dengan kain panjang atau support binder.
5. Palingkan kepala bayi ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi
sedikit menengadah.
6. Posisikan paha bayi dalam posisi fleksi dan ekstensi seperti
“kodok”, tanganpun harus dalam keadaan fleksi.
7. Ikatkan kain dengan kuat agar saat Ibu bangun dari duduk
bayi tidak tergelincir, dan pastikan ikatan yang kuat dari kain
tersebut menutupi si bayi.
8. Lakukan pengukuran suhu tubuh bayi setiap satu jam sekali
pada saat melakukan PMK, dengan batas normal 36, 5 – 37
O
C.
9. Awasi frekuensi pernapasan bayi, bila terjadi periode apnoe
(tidak bernafas) dengan ≥ 20 detik dan bibir bayi menjadi biru
80
PERAWATAN METODE KANGGURU

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


MDG’S.SPO.059B 2/2

PROSEDUR segera lakukan tindakan resusitasi.

UNIT TERKAIT Ruang bayi

81

Você também pode gostar