Você está na página 1de 2

“ Mau Membaca, dan Peduli dengan Pasien”

Kelompok 1 : Angela F. S. Kega & Andika Putra Riswana

“Syaratnya menjadi dokter ya cuma dua, satu kamu mau membaca, mau belajar, dua kamu
peduli sama pasien...” Sebuah ungkapan yang diucapkan dengan ringan namun mempunyai makna
yang sangat mahal oleh dr. Su Djie To Rante, M. Biomed., Sp. OT. Seorang dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Nusa Cendana.

Dokter sekaligus dosen yang juga menjabat sebagai kepala UPT


Klinik Undana ini lahir dan besar di Kupang. Dokter Djito demikian sapaan
hangat beliau lahir pada 11 Juni 1960. Beliau merupakan anak pertama dari 4
bersaudara. Beliau telah memiliki isteri bernama Susana dan telah dianugerahi
2 orang anak. Dokter Djito telah mengabdi sebagai dosen di FK Undana sejak
2009. Selain sebagai dosen, beliau juga merupakan dokter spesialis
Orthopaedi dan Traumatologi di RSUD Prof. W. Z Johanes Kupang sejak
2016 lalu. Tak sampai disitu, beliau juga memiliki jam praktek di Rumah
Sakit Umum Siloam Kupang.

Perjalanan pendidikan formal Dokter Djito berlangsung di tempat kelahiran beliau. Dokter
Djito menempuh pendidikan dasar di SDK Don Bosco 1 Kupang, dilanjutkan dengan pendidikan
menengah di SMPK Frater Kupang dan SMAK Giovani Kupang. Setelah menamatkan studinya,
beliau memilih untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Bali. Dokter Djito mengambil
jenjang S-1dan Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.

Dokter yang memiliki hobbi tracking naik gunung ini memiliki kisah yang panjang mengenai
perjalanan menempuh pendidikan S-1 hingga Spesialis. Semasa mengenyam pendidikan S-1 segala
biaya kuliah dan kebutuhan hidup beliau menjadi tanggung jawab penuh orang tuanya. Hal ini
memotivasi beliau untuk lebih bekerja keras agar dapat selesai tepat waktu. Lain S-1 lain S-2. Bila
sebelumnya beliau ditanggung penuh oleh kedua orang tuanya, pada jenjang S-2 semua biaya
pendidikan dan kehidupan ditangani oleh beliau sendiri. Gaji PNS Dokter Djito menjadi sumber biaya
pendidikan serta untuk mencukupi kehidupan beliau. “ Harus mandiri tanpa bantuan orang tua. Gaji
PNS lewat aja” ujar beliau.

Sebagai seorang dokter dan dosenr senior, Dokter Djito dikenal sebagai dosen yang
senantiasa memberikan pelajaran hidup mengenai sopan santun dan nilai kehidupan agar kelak
mahasiswannya menjadi seorang dokter yang tidak hanya unggul dalam kompetensi tapi juga
berakhlak. “Asalkan kamu mau membaca, asalkan kamu peduli dengan pasien, sudah cocok jadi
dokter, tapi kalau kamu jenius namun tidak mau peduli dengan pasien, tidak cocok jadi dokter.
Artinya itu ya, pengalaman saya selalu saya tekankan, kenapa saya bisa dekat dengan pasien karena
kita peduli sama mereka, itu yang paling utama. Jadi kalau kamu tidak peduli, akan tercipta jarak
antara dokter dengan pasien. Jaraknya bukan jauh lagi, tapi atas dengan bawah.” Ujar beliau ketika
diwawancarai. Dari penuturan beliau kami akhirnya paham, aspek utama menjadi dokter bukan cuma
sekedar kejeniusan saja namun keinginan untuk peduli dengan pasien agar tidak tercipta jarak antara
dokter dengan pasien.
Dokter Djito sangat memperhatikan mahasiswa-mahasiswanya. Beliau terkenal ramah dan
peduli akan keadaan para mahasiswa. Pemberian materi dengan diselingi ceramah-ceramah ringan
tentang sopan santun untuk menjadi seorang dokter sering beliau berikan. Jenius saja tidak cukup,
mau membaca dan mau peduli dengan pasien itu merupakan aspek yang paling utama menjadi
seorang dokter.

Você também pode gostar