Você está na página 1de 19

ARTIKEL

SEJARAH PERKEMBANGAN PERKERETAAPIAN TANJUNG KARANG


BANDAR LAMPUNG TAHUN 1950-2007

RISWANDA PANDU WINATA


NPM. 14220046

Metro, 3 September 2018


Pembimbing I

Bobi Hidayat, M.Pd


NIDN. 0219098502

Pembimbing II

Umi Hartati, M.Pd


NIDN. 0226129001

Mengetahui
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Wakil Dekan I

Bobi Hidayat, M.Pd


NIDN. 0219098502
SEJARAH PERKEMBANGAN PERKERETAAPIAN TANJUNG KARANG
BANDAR LAMPUNG TAHUN 1950-2007

Riswanda Pandu Winata


E-mail: ?????
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Bobi Hidayat, M.Pd


E-mail: bobihidayat@ummetro.ac.id
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Umi Hartati, M.Pd


E-mail: umihartati@ummetro.ac.id
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Abstrak

Secara etimologis istilah sejarah berasal dari kata syajarah yang berarti terjadi,
atau dari kata syajaratun berasal dari bahasa Arab, yang berarti pohon, syajarah
an nasab, artinya pohon silsilah. Dalam memahami arti sejarah, tidak hanya
sebatas pada sebuah peristiwa yang terjadi saja, melainkan dalam memahami
arti sejarah akan selalu berkaitan dengan faktor lokasi pada suatu tempat atau
faktor kewilayahan.
Kurangnya perhatian dan pemahaman masyarakat terhadap transportasi kereta
api Tanjung Karang maka peneliti mengkaji dan menyajikan ulang seperti apakah
sejarah kereta api Tanjung Karang tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian historis yang dimana penelitian ini menggunakan tehnik wawancara
dan analisa dari berbagi sumber seperti buku dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, telah didapat bahwasanya kereta api Tanjung
Karang dibangun ada masa pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1914 yang
digunakan sebagai alat angkutan transportasi darat yang digunakan sebagai
angkutan barang dari Sumatera Selatan yang menggunakan kereta api sebagai
alat transportasinya dan selanjutnya kereta api juga digunakan sebagai penyalur
(SDM) sumber daya manusia dari pulau Jawa yang akan di kirim ke sumatera
Selatan guna melakukan pembukaan lahan pertanian yang dimana dilakukan
supaya pemerintah Hindia-Belanda mendapatkan hasil rempah-rempah yang
melimpah, dan setelah Indonesia merdeka kereta api Tanjung Karang berhasil
dikuasai oleh pemerintah Indonesia dan selanjutnya digunakan sebagaimana
mestinya didalam perkembangan kereta api Tanjung Karang terdapat dampak
positif yang di ambil bahwasanya dengan adanya transportasi kereta api ini
membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitarnya dan memperbaiki sistem
perekonomian yang ada di Lampung selanjutnya terjadilah suatu interaksi sosial
antara tubuh perkeretaapian Tanjung Karang dengan masyarakat.

Kata Kunci : Sejarah, Kereta api, Perkembangan


Pendahuluan

Kereta api Tanjung Karang pertama dibangun pada tahun 1914 pada masa

kolonial Hindia-Belanda. Tujuan dibangunnya stasiun Tanjung Karang ini

digunakan untuk transportasi darat dan sebagai pengiriman barang dari

Sumatera Selatan ke pulau Jawa. Kereta api ini mengalami perkembangan dari

tahun ke tahun dan baru dibangunlah stasiun lainya sebagai cabang untuk

memudahkan dalam transportasi yang ada di Lampung.

Dalam periode 1950-2007, perkeretaapian menghiasi sejarah perjuangan bangsa

Indonesia dalam mempertahankan, menegakkan, serta mengisi

kemerdekaanya.Pada masa revolusi kemerdekaan Kereta api turut berperan

serta sebagai salah satu alat perjuangan. Oleh karena itu, kehidupan

perkeretaapia pada masa itupun dijiwai dan diwarnai oleh suasana dan kegiatan

perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan dalam bentuk mengangkat senjata

dalam bidang diplomasi, tidak lepas dari peranan dan jasa kereta api. Dalam

perjuangan guna menegakkan kemerdekaan, terutama pada periode 1950-1965,

kedudukan, fungsi, dan peranan kereta api tidak lepas dari pengaruh kemelut

yang terjadi dalam bidang pemerintah, politik, ekonomi, keamanan,dan sosial

budaya sehingga perkembangan perkeretaapian pun mengalami pasang surut

sesuai dengan situasi zamannya.

Stasiun Tanjung Karang pada tahun 1950-2007 digunakan sebagaimana

fungsinya dan kereta api pada saat itu memudahkan masyarakat Indonesia

dalam pengeksporan barang dari Sumatera ke pulau Jawa. Stasiun Kereta Api di

Tanjung Karang mengalami berbagai perkembangan dan pembangunan seperti

pemanjangan rel kereta api, pembangunan jembatan, pembuatan trowongan

serta membangun cabang stasiun di Bandar Lampung tepatnya. Kegunaan

kereta api pada saat ini sangat penting artinya bagi Indonesia. (R Oerip

Simoen,1953)
Metode Penelitian

Dalam penyusunan rencana penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian

historis yang dimana dikaji dari berbagai sumber baik secara tertulis maupun

lisan.

Metode sejarah sebagai perangkat asas dan aturan yang sistematik


didesain untuk membantu secara efektif agar dapat mengumpulkan
sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis dan menyajikan hasil-
hasil yang telah dicapainya dan ditampilkan dalam bentuk tertulis”.
(Daliman, 2012: 27).

Metode sejarah adalah suatu upaya guna membantu terlaksanakannya suatu

penelitian. Dengan kata lain untuk membantu peneliti dalam memberikan kritik

serta analisis terhadap sumber-sumber yang diperoleh. Sehingga data yang

diperoleh adalah fakta yang kebenarannya dapat diuji. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode historis dengan melakukan studi kepustakaan.

Peneliti menganalisa data-data dari sumber-sumber mengenai materi yang akan

dikaji. Data-data yang diperoleh peneliti dari narasumber serta dokumen dan

buku-buku yang relevan yang di dalamnya membahas mengenai perkembangan

perkeretaapian.

Gambaran Umum Kereta Api Tanjung Karang

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap

Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin oleh

Ir. J.P. de Bordes, dari Desa Kemijen menuju Desa Tanggung (26 km) dengan

lebar rel sebesar 1435 mm dan bertujuan sebagai sarana logistik dan politik

untuk kepentingan strategi peperangan dan untuk menunjang kebutuhan

ekonomi pemerintah Hindia Belanda.

Sejak awal beroperasi, PT. KA (Persero) berdasarkan kedudukan, fungsi, tugas,

dan susunan organisasinya telah mengalami perubahan nama sebanyak 6 kali

yaitu pada tahun 1949, 1963, 1971, 1974, 1990, dan 1998.
PT. KAI adalah salah satu pilihan jasa transportasi yang mengutamakan

pelayanan dan keselamatan serta menyelenggarakan transportasi baik barang

maupun penumpang secara lebih efisien. Falsafah dan budaya PT.KAI adalah

melakukan pelayanan yang efektif dan efisien untuk meraih laba serta berpegang

teguh pada pedoman dalam melakukan interaksi antar karyawan dalam usaha

mencapai sasaran perusahaan. Makna karakter logo PT.KAI yaitu menyiratkan

kecepatan tetapi tetap memberikan kesan aman dalam penggunaannya.

Pengangkutan tidak hanya berguna untuk orang saja tetapi juga berguna untuk

barang. Dari segi pengangkutan kereta api ternyata pengangkutan ini sangat

besar manfaatnya terhadap pengangkutan barang, karena dengan

pengangkutan kereta api barang yang dibawa dapat dengan cepat sampai

ketempat tujuan sehingga barang yang diangkut tersebut memiliki daya guna dan

nilai ekonomi yang tinggi. Jika dilihat fungsi dari pengangkutan yaitu

memindahkan orang atau barang dari suatu tempat lain dengan maksud untuk

meningkatkan daya guna dan nilai. Peningkatan daya guna dan nilai inilah yang

merupakan tujuan dari pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai

barang ditempat yang baru tidak naik, maka pengangkutan suatu tindakan yang

merugikan.

Sejarah Kereta Api Tanjung Karang

Perkeretaapian di Provinsi Lampung telah ada sejak tahun 1914 dan

dibangunnya stasiun pada tahun 1915 di kawasan Panjang dikarenakan

kawasan tersebut merupakan yang terdekat dengan dermaga bongkar muat

pelabuhan penyeberangan kapal laut ke pulau Jawa masa Kolonial Hindia

Belanda.

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber kekayaan alam yang sangat

berlimpah, salah satunya adalah batubara. Namun melimpahnya kandungan


batu berwarna hitam ini tidak didukung oleh lokasi tambang. Jauhnya lokasi

penambangan, serta tujuan penampungan (Stockpile) yang berbeda antara

perusahaan batubara mengakibatkan perbedaan dalam pemilihan moda

angkutan. Dalam distribusi angkutan barang batubara terdapat perusahaan yang

menggunakan moda kereta api yaitu PT Bukit Asam Tbk, sedangkan yang

menggunakan moda truk ialah perusahaan swasta. Letak tambang dan stockpile,

kapasitas stockpile masing-masing perusahaan, dan jumlah target produksi

masing-masing perusahaan serta biaya angkut. Jadi beberapa faktor tersebut

sangat mempengaruhi dalam menentukan pemilihan moda. Pengangkutan

batubara dari Provinsi Sumatera Selatan menuju Provinsi Lampung

menggunakan moda truk mengakibatkan rusaknya infrastruktur jalan akibat

beban berlebih (overloading).

Truk-truk yang membawa batubara membawa muatan batubara melebihi

kapasitas wajar. Truk-truk tersebut membawa muatan batubara sebanyak 25-30

ton, sedangkan batas wajar hanya 20 ton, sehingga membawa beberapa efek

negatif yang merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat tidak memperoleh

kompensasi dari pengusaha batubara atas ekternalitas negatif yang ditimbulkan

oleh truk-truk pengangkut batubara yang melintasi jalan nasional. Oleh karena itu

transportasi kereta apilah yang dijadikan solusi dalam pendistribusian batubara

ini sebagai solusi terbaik.

Situasi Indonesia yang saat itu perang kemerdekaan juga menimbulkan dampak

pada transportasi darat, namun berbeda halnya dengan transportasi kereta api

yang tidak terpengaruh oleh keadaan peperangan, Serangkaian peristiwa terjadi

dalam tubuh perkeretaapian Tanjung Karang diantaranya terjadi perubahan nama

dan terdapat perkembangan dari tahun ketahun baik dalam bentuk infrastruktur

maupun sistem perusahaan.


Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) dibentuk pada 20 Agustus 1945 yang

kemudian berhasil mengambil alih kekuasaan kantor eksploitasi tengah pada 28

September 1945 yang diduduki oleh penjajah Jepang.

Kondisi kereta api setelah kemerdekaan di Tanjung Karang adalah penggunaan

operator khusus pulau sumatera yaitu Kereta Api Soematra Oetara Negara

Republik Indonesia dan Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia. Penggunaan

operator lain ini dikarenakan Stasiun Tanjung Karang termasuk ke dalam wilayah

Pulau Sumatera, Dan kereta api Tanjung Karang digunakan sebagai mana

fungsinya.

Kondisi kereta api setelah kemerdekaan pada masa DKA ditandai dengan

perubahan jenis lokomotif yaitu dari lokomotif uap menjadi lokomotif diesel.

Dieselisasi ini juga terjadi di stasiun tanjung karang dengan penggunaan

lokomotif diesel BB200.

Pada masa setelah kemerdekaan yaitu masa operator kereta api bernama

PNKA, kondisinya adalah kereta api di Indonesia juga di Stasiun Tanjung Karang

menjadi tidak menentu, yaitu tidak adanya jadwal operasi yang pasti setiap

minggunya bahkan pernah dalam kurun waktu 2 minggu Stasiun Tanjung Karang

tidak ada aktifitas keberangkatan maupun pemberhentian kereta api akibat

kondisi di Indonesia yang tidak menentu.

Pada tahun 1971 terjadi perubahan nama operator kereta api dari PNKA menjadi

Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Pada tahun ini, PJKA belum mampu

menampung dan memfasilitasi keinginan penumpang. Pendapatan PJKA dalam

tahun 1979/1980 sampai 1983/1984 tidak dapat menutup biaya operasional yang

dikeluarkan, bahkan biaya eksploitasi dan biaya prasaranapun tidak tertutup.

Pada tahun ini sudah mulai dilakukan penggantian jembatan dan pergantian alat

termasuk di Stasiun Tanjung Karang jalur lintas Tanjung Karang-Prabumulih.


Pada masa tahun 1991 yaitu PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta

Api (Perumka), perkeretaapian di Indonesia diwajibkan oleh pemerintah untuk

melakukan pengelolaan mandiri yaitu membiayai sendiri operasional sampai

dengan memperoleh keuntungan, namun tetap mengutamakan keselamatan dan

pelayanan. Kebijakan pemerintah ini diterapkan perkeretaapian Indonesai melalui

konsep subsidi silang yang bertujuan agar PJKA memperoleh keuntungan dari

kegiatan operasional kereta api di Indonesia.

Perkembangan sejarah PT.KAI persero mengalami perjalanan yang cukup

panjang. Bahkan PT.KAI sempat mengalami keterpurukan yaitu antara

pendapatan dan pengeluaran PJKA dalam tahun 1979/1980 sampai 1983/1984

tidak dapat menutup biaya, bahkan biaya eksploitasi tanpa biaya prasaranapun

tidak tertutup. Pendapatan tiap tahun kira-kira hanya seimbang dengan biaya

operasi langsung. Namun perjuangan PT.KAI membuahkan hasil yang

cemerlang, yaitu saat ini terbukti jika kereta api merupakan moda transportasi

pilihan masyarakat yang paling diminati, hal ini terlihat dengan selalu

meningkatnya data statistik penumpang tiap tahunnya. Dan tentunya kini PT.KAI

sudah sangat memuaskan baik itu dari pelayanan, sarana prasarana stasiun dan

kereta api itu sendiri.

Perkembangan Kereta Api Tanjung Karang

Stasiun Tanjung Karang terletak di pusat Kota Bandar Lampung, tepatnya di

Jalan Kotaraja No.1. Letak stasiun yang berada di pusat kota serta didukung

kawasan perekonomian dan perdagangan di sekitarnya membuat situasi

kawasan stasiun selalu ramai. Pintu masuk stasiun merupakan jalan satu arah,

sehingga akses menuju stasiun hanya bisa melalui Jalan Kotaraja.

Laju pertumbuhan yang meningkat pada Provinsi Lampung tersebut tidak


diiringi dengan perkembangan sektor transportasi yang memadai.
Transportasi merupakan salah satu katalisator penting yang mendukung
berkembangnya suatu kota. Sistem jaringan transportasi yang baik dapat
dilihat dari segi efektivitas, dalam arti keselamatan, aksesibilitas yang
tinggi, keterpaduan, kapasitas yang mencukupi, keteraturan, kelancaran
dan kecepatan, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau,
tertib, aman, rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban
publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem
transportasi (Munawar, 2007).

Kereta api merupakan salah satu moda transportasi darat di Lampung yang

mengalami peningkatan jumlah penumpang yang signifikan. Dari sekian banyak

stasiun kereta api yang berada di Provinsi Lampung, Stasiun Tanjung Karang

merupakan stasiun kereta api terbesar di Provinsi Lampung yang paling banyak

dikunjungi. (BPS, Provinsi Lampung Dalam Angka 2017)

Pengembangan Stasiun Kereta Api Tanjung Karang di Lampung juga diperlukan

untuk mendukung program pemerintah pusat yang merencanakan proyek besar

yang disebut dengan Trans Sumatera Railways. Rencana pembangunan jalur

Kereta Api (KA) Lampung-Aceh (Trans Sumatera Railways) direncanakan akan

dimulai pada tahun ini. Nantinya, jalur KA tersebut akan menembus dari ujung

Sumatera hingga terhubung dengan Jembatan Selat Sunda untuk menuju Jawa.

Detil tahapan pembangunan bahkan sudah tertuang secara rinci dalam Rencana

Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS). Dengan kata lain, jalur KA lintas

Sumatera ini nantinya menghubungkan jalur KA eksisting yang sudah ada yaitu

di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan dan Lampung menjadi jaringan jalur KA yang saling terhubung.

Trans Sumatera Railways nantinya juga akan terintegrasi dengan mega proyek

Jembatan Selat Sunda yang sebelumnya telah dirancang. Jalur yang ditargetkan

beroperasi pada 2030 ini akan dilayani 145 lokomotif dan 1.435 unit kereta, untuk

mengangkut penumpang sebesar 48 juta orang per tahun. Jumlah penumpang

itu merupakan perkiraan yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan.

Sedangkan untuk angkutan barang dibutuhkan lokomotif sebanyak 760 unit dan
gerbong sebanyak 15.170 unit untuk mengangkut barang sebesar 403.000.000

ton per tahun.

Saat ini Lampung memiliki sarana transportasi cukup lengkap yaitu transportasi

darat, laut, dan udara. Khusus angkutan umum darat, di Bandar Lampung sendiri

terdapat beberapa moda transportasi seperti Damri, BRT (Bus Rapid Transit),

Taksi dan Angkot. Namun karena kurangnya fasilitas dan keterpaduan antar tiap

moda transportasi justru membuat keadaan lalulintas semakin padat dan tidak

teratur sehingga membuat kepadatan penumpang tetap terjadi. Sebagai contoh,

Stasiun Tanjung Karang terletak berdekatan dengan dua fasilitas transportasi

umum lainnya yaitu Damri dan Angkutan Kota (Angkot).

Loket Damri terletak pada sisi Utara bangunan stasiun, loket Damri membuat

suasana stasiun semakin semerawut karena hanya menempati sisi badan jalan

stasiun. Parkiran Bus Damri tidak dibangun pada tempat yang sesuai, sehingga

laju perjalanan Bus-bus Damri sangat mengganggu kelancaran penumpang yang

akan menuju stasiun.

Stasiun Tanjung Karang terletak di pusat Kota Bandar Lampung sehingga mudah

diakses dari berbagai arah. Dari segi perdagangan, letak Stasiun Tanjung Karang

sangat strategis karena dikelilingi oleh pusat-pusat perdagangan terkenal di

Lampung. Stasiun Tanjung Karang berbatasan langsung dengan dua pusat

perbelanjaan besar yaitu Bambu Kuning Square (BKS) dan Ramayana Plasa.

Namun karena kurang tertatanya ruang-ruang publik dan bangunan disekitar

stasiun menyebabkan semerawutnya kondisi jalanan sekitar stasiun. Kondisi

letak stasiun yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan seharusnya dapat

memberi nilai positif bagi kedua pihak. Namun dari hasil pengamatan lapangan,

belum adanya sinkronasi antara pusat perbelanjaan dengan Stasiun Kereta Api

Tanjung Karang, justru terjadi tumpah tindih penggunaan lahan yang


menyebabkan ketidaknyamanan dan kemacetan lalulintas di sekitar daerah

stasiun.

Sebagai bagian dari mega proyek pembangunan provinsi Lampung,

pengembangan Stasiun Tanjung Karang bukan saja sekedar perluasan

bangunan semata, namun dari tampilan dan fungsi bangunan, Stasiun Tanjung

Karang harus dirancang memiliki daya tarik yang dapat menjadi ciri khas baru

Provinsi Lampung, yakni sebuah bangunan ikonik masa kini dengan tetap

menonjolkan khazanah tradisi dan budaya Lampung. Sehingga kelak bentuk

bangunan stasiun yang baru dapat tetap mengedepankan identitas Provinsi

Lampung.

Berikut daftar atau penjelasan mengenai perkembangan stasiun Tanjung Karang

dari tahun 1950-2007 yang dijadikan acuan perbaikan dan perkembanganya

pada saat ini.

Pada tahun 1950 dilakukanya perbaikan rel di Kotabumi yang dimana digunakan

sebagai penghubung kestasiun Tanjung Karang,dan selanjutnya di buatnya dua

jalur pada stasiun Tanjung Karang yang digunakan sebagai pemutaran kereta,

dan pada tahun selanjutnya belum dilakukanya pembaruan atau perbaikan

sarana dan prasarana kereta api karena pada saat itu PT.KAI lebih terfokus

terhadap pembangunan di pulau Jawa tetapi PT.KAI tetap mengupayakan proses

pembangunan dan perbaikan guna melancarkan aktifitas perjalanan kereta api

Tanjung Karang.

Berikut susunan tabel mengenai proses pembangunan dan perbaikan serta

perawatan kereta api Tanjung Karang.


Tabel 1. Rehabilitasi Jembatan dan Rel Tahun 1956-2007

Banyaknya
Jenis Pekerjaan
1956 1957 1970
Sumatera Selatan
Pemeliharaan Baja (Rel) 2.500 ton 21.913 ton -
Pengecetan Jembatan 21.100 m 18.082 m 3.378 m
Perbaikan Jembatan 50 ton 15 ton 30 ton
Sumber : DKA No. 692360 Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa rehabilitasi jembatan dan rel

dilakukan pada tahun 1956, 1957, dan 1970. Rehabilitasi yang dilakukan oleh

PT.KAI (Persero) yaitu pemeliharaan baja (rel), pengecatan jembatan, dan

perbaikan jembatan. Rehabilitasi ini dilakukan di Sumatera Selatan yang

merupakan jalur kereta api dari Stasiun Tanjung Karang.

Tabel 2. Jumlah Terowongan Kereta Api Sumatera Selatan

Nama Terowongan Panjang (m) Tanggal Pembukuan


Lahat 368 01-11-1932
Tebing Tinggi 424 01-11-1932
Sumber : DKA No. 692360 Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat dua jumlah

terowongan yang ada di jalur kereta api Stasiun Tanjung Karang (Lampung) –

Sumatera Selatan yaitu terowongan lahat dengan panjang 368 meter dan

terowongan tebing tinggi dengan panjang 424 meter. Kedua terowongan ini resmi

dibuka pada 1 September 1932. Terowongan ini menembus bukit yang ada di

Pulau Sumatera yaitu Bukit Barisan Selatan dan dibuat untuk memangkas jalur

rel.

Tabel 3. Jumlah Pemesanan Gerbong Kereta Baru di Stasiun Tanjung Karang

Pada tahun 1950-2000

Tahun Jumlah Pabrik Negara


1950 100 Beynes Belanda
Tahun Jumlah Pabrik Negara
1952 88 Beynes Belanda
1952 10 Simering Graz Australia
1959 16 Nipon Jepang
Sumber : DKA No. 692360 Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa gerbong kereta yang ada di

Stasiun Tanjung Karang adalah gerbong kereta tahun pembuatan 1950, 1952,

dan 1959. Gerbong yang digunakan adalah gerbong angkutan penumpang dan

gerbong batubara dan masih masih beroperasi hingga saat ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sabar selaku Kepala Senior

Supervisor DIPO Lokomotif KRD, menjelaskan bahwa : “Gerbong kereta buatan

Belanda, Australia, dan Jepang ini yaitu gerbong penumpang dan batu bara.

Gerbong ini masih beroperasi sampai sekarang, namun selalu dilakukan

perbaikan (maintenance) secara berkala”.

Tabel 4. Jumlah Angkutan Penumpang dan Barang Stasiun Tanjung Karang

Penumpang Barang
Tahun
(Jiwa) (ton)
1952 60.452 758
1978 94.248 1.239
1998 100.564 37.523
2005 102.266 60.945
2007 140.229 127.916
Sumber : DKA No.III.5

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa fungsi Stasiun Tanjung

Karang adalah sebagai angkutan penumpang dan barang. Pada kurun waktu

1952-2007, selalu mengalami peningkatan penggunanya.

Tabel 5. Jumlah Stasiun Yang Terhubung antara Stasiun Tanjung Karang dan

Sumatera Selatan

Jalur Jumlah Stasiun


Jumla
Besa
Stasiun Tanjung Karang K1 K2 K3 K4 h
r
Ke Sumatera Selatan
1 3 6 3 3 16
Sumber : Surat Keputusan DDKA No.20493/BB/54, Tanggal 16 Maret 1954
Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa pada jalur kereta api Stasiun

Tanjung Karang – Sumatera Selatan terdapat 16 stasiun yang dilalui yaitu 1

stasiun K1, 3 stasiun K2, 6 stasiun K3, 3 stasiun K4, dan 3 stasiun besar.

Stasiun Tanjung Karang berdasarkan fungsi terhadap pemakaian adalah

melayani penumpang dan barang. Berdasarkan posisi stasiun terhadap jaringan

jalur kereta yaitu jenis stasiun terminal, karena berfungsi sebagai tempat kereta

mengawali dan mengakhiri perjalanan. Berdasarkan ukuran stasiun termasuk

stasiun kecil. Berdasarkan posisi rel terhadap permukaan tanah yaitu on ground

track), dan berdasarkan fungsi dikategorikan sebagai City Center Terminals,

sebab terletak di pusat kota.

Stasiun Tanjung Karang merupakan stasiun kereta api tersibuk di Provinsi

Lampung dimana padatnya lalu lintas perkeretaapian disebabkan bertambahnya

jumlah penumpang dan barang. Terdapat berbagai aktivitas inti pada stasiun.

Konsep perencanaan pembangunan stasiun dirancang untuk mengimbangi

jumlah penumpang yang terus mengalami peningkatan setiap tahun. Kegiatan di

stasiun dapat terjadi dari berbagai macam aktivitas penumpang,

pengantar/penjemput, pegawai/pengelola, dan pedagang.

Besaran ruang Stasiun Tanjung Karang didasarkan pada konsep besaran ruang

yang lebih memfokuskan pada pengoptimalan ruang vertikal sehingga terdapat

sisa lahan yang dapat dijadikan RTH.

Hubungan antar ruang Stasiun Tanjung Karang adalah berdasarkan fungsi makro

dan mikro. Konsep ini mengaitkan berbagai jenis fungsi penyediaan jasa,

pelayanan, penunjang, fasilitas, pengelola, dan utilitas.

Stasiun Tanjung Karang dibagi menjadi 4 (empat) zona yaitu zona pergantian

moda, zona perdagangan/perkantoran, zona penumpang, dan zona khusus.

Semua zona yang ada tersusun secara baik melalui proses perencanaan tata

ruang.
Fungsi kereta api dalam bidang ekonomi diharapkan dapat berperan sebagai

penghubung antara simpul-simpul transportasi seperti terminal, pelabuhan dan

bandara serta dapat menghubungkan pusat-pusat kegiatan industri dan

pertambangan dengan pelabuhan sebagai outlet bongkar muat perdagangan

barang. Selain itu perkeretaapian nasional juga diharapkan mampu berperan

dalam mendukung keterhubungan wilayah (domestic connectivity) serta

pengembangan koridor ekonomi nasional.

Kereta api dalam peranannya dalam bidang ekonomi sangatlah penting.

Penyediaan transportasi yang baik seperti kereta api dapat meningkatan

pendapatan suatu daerah. Peran lain adalah transportasi kereta api yang baik

dalam mendukung pembangunan Nasional dengan adanya pertumbuhan

ekonomi yang merata di setiap daerah, Seperti dibangunya cabang stasiun

kereta api di berbagai daerah dengan demikian dapat meningkatkan produksi

perekonomian bagi masyarakat sekitar dalam kata lain sebagai angkutan

transportasi.

Peranan kereta api dalam bidang sosial adalah adalah menciptakan produk dan

kehidupan sosial berupa kesadaran nasional di antara masyarakat Indonesia,

dan kereta api juga mempermudah segala urusan masyarakat terutama sebagai

angkutan transportasi yang memudahkan masyarakat dalam berpergian dan

kereta api juga membuka lapangan pekerjaan sehingga masyarakat dapat

bekerja dari sisinilah timbul hubungan sosial antara masyarakat dengan

transportasi kereta api, masyarakat menyadari akan hal itu dan selanjutnya

timbul lah rasa nasionalisme bahwa kereta api sangat penting peranya dalam

kehidupan sosial.

Peranan PT.KAI dalam bidang sosial sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan

banyaknya program pembangunan sosial yang dilakukan PT.KAI melalui CSR

(Corporate Social Responsibility) yang terdiri dari banyak program seperti


Community Relation, Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta pembinaan dan

pelatihan dalam hal pemasaran produk serta kereta api ini juga memberikan

dampak baik kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kereta api karena

dengan adanya kereta api di lingkungan masyarakat, masyarakat dapat

membuat sebuah usaha demi menunjang perekonomian mereka seperti

berjualan, membuat penginapan, dalam hal ini dapat di simpulkan kembali bahwa

kereta api berdampak baik dalam bidang sosial karena saling berkaitan antara

kehidupan sosial masyarakat dengan adanya transportasi kereta api.

Penutup

1. Kesimpulan
a. Perkembangan perkeretaapian Tanjung Karang pada tahun 1950 sampai

dengan 2007 secara garis besar sejalan dengan perkembangan

perkeretaapian di Indonesia. Perkembangan pada masa setelah

kemerdekaan yang terjadi yaitu perubahan nama dari Djawatan Kereta

Api (DKA) sejak tahun 1950, lalu berganti Perusahaan Negara Kereta Api

(PNKA) tahun 1963, PJKA tahun 1971, Perumka pada tahun 1990 dan

kini menjadi PT. KA (Persero) sejak 1998.


b. Peranan kereta api dalam bidang ekonomi yaitu dapat meningkatan PDB

suatu daerah serta mendukung pembangunan Nasional dengan adanya

pertumbuhan ekonomi yang merata di setiap daerah. Sedangkan dalam

bidang sosial yaitu menciptakan produk dan kehidupan sosial berupa

kesadaran Nasional di antara masyarakat Indonesia serta dukungan

terhadap pembangunan sosial melalui CSR (Corporate Social

Responsibility) yang terdiri dari banyak program seperti Community

Relation, Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta pembinaan dan pelatihan

dalam hal pemasaran produk.


c. Perkeretaapian Tanjung Karang telah mengalami banyak perkembangan

pada tahun 1950 sampai dengan 2007. Perkembangan ini bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan. Perkembangan

ini harus senantiasa didukung demi tercapainya aksesbilitas dan mobilitas

yang memadai.Perkembangan kereta api harus diimbangi dengan

kualitas masyarakat yang ada di lingkungan kereta api Tanjung Karang,

apabila masyarakat mendukung akan kemajuan teknologi maka

masyarakat itu sendiri yang menikmati hasilnya, seperti kemudahan

transporasi barang dan penumpang.


2. Saran

Skripsi ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta

memudahkan kita dalam mempelajari sejarah. Skripsi ini ditujukan kepada

pembaca yang mencari informasi mengenai sejarah kereta api Tanjung Karang

serta dapat dijadikan kajian relevan yang digunakan sebagaimana mestinya.

Penyusunan penelitian sejarah (historis) tidak dapat dilakukan sekali jadi dan

sempurna, oleh karena itu masih sangat diperlukan proses penyempurnaan,

perbaikan, koreksi dari pembahasan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan

dokumentasi hasil penelitian tentang perkeretaapian di Indonesia khususnya

Stasiun Tanjung Karang sangatlah minim, padahal sumber utama seharusnya

adalah kereta api itu sendiri. Penelitian lanjut mengenai sejarah perkeretaapian di

Stasiun Tanjung Karang diharapkan dapat membahasnya secara lebih

mendalam.

Daftar Pustaka

Abdul Kadir, Muhammad. 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung : Citra

Aditya Bakti
Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, 2003, Makalah pada Studium General

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) : Pengembangan

Wilayah dan Penataan Ruang Di Indonesia, Tinjauan Teoritis dan

Praktis, Yogyakarta.

Dokumen PT.KAI Tanjung Karang Tahun 1948-2006

Eko Saputro, Wisnu Happy. 2014. Perkembangan Transportasi kereta api dan

pengaruhnya terhadap industri perkebunan di Surakarta (1864-

1930 ). Surakarta

Mujiman, 2004. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bogor. IPB.

Notosusanto, Nugroho. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu

Pengalaman). Jakarta: Yayasan Idayu.

Oktaviana, Arischa. 2016. Analisa Pelayanan Kereta Api Penumpang (Limex

Sriwijaya) Tanjung Karang – Palembang Dari Sisi Kepuasan

Pengguna. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Oerip R Simeon. 1953. Kereta Api Indonesia. Bandung: Pengurus Besar

Persatuan Buruh Kereta-Api.

Pujiriani, Ike. 2008. Faktor-faktor yang Pelayanan Kereta Api. Depok : FKM UI,

Universitas Indonesia

Ratnawati, Yusi. 2015. Perkembangan perkeretaapian pada masa kolonial di

Semarang. Semarang

Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D; Penerbit. CV

Alfabeta, Bandung.

Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I.

Bandung : Angkasa

Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid

II.Bandung : Angkasa
Universitas Muhammadiyah. 2015. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( PPKI ).

Metro: Universitas Muhammadiyah Metro

A.Ropa. 1980. Sejarah kereta api Indonesia.

(http://www.sejarahKeretaapi.com.Diakses 2 januari 2018)

Daliman. 2012. Metode Penelitian menurut Daliman. (http://www.metode

penelitianhistoris.com Diakses 2 Januari 2018)

Fathoni. 2005. Pengertian dokumentasi. (https///www.artidokumentasi.co.id.

Diakses 3 Januari 2018)

Ikalor, Allvanialista. Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan, ISSN: 2104-1994

Volume: 7, Nomor 1, Mei 2013: 1-6 Accredited 97/DIkti/Kep/2013

Khaldun, Ibnu. 2008. Definisi perkembangan dalam Sejarah. (https///www.definisi

perkembangan.com. Diakses 20 april 2018)

Kuntowijoyo. 2008. Penelitian historis. (https///www.penelitianstudipustaka.com.

Daikses 4 Januari 2018)

Priyadi, Sugeng. 2012. Pengertian kritik intern dan exstern.

(https///www.pengertian kritik.com Diakses 12 Januari 2018)

Sulistyorini, Rahayu. 2012. Potensi Kereta Api Sebagai Angkutan Barang Di

Provinsi Lampung. Inovasi Dan Pembangunan – Jurnal Kelitbangan

Vol.03 No. 01

Wibowo, Mahfuds. 2011. Artikel perkereta apian bandar Lampung.

(https///www.perkeretaapiandiLampung.com. Diakses 15 januari

2018)

Você também pode gostar