Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
TOTO SUGIYARTO 142160159
JB
BOBY
KELAS EA-A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita ketahui bahwa sektor publik sebagai suatu entitas yang aktivitasnya
berhubungkan dengan usaha untuk menghasikan barang dan pelayanan publik dalam memenuhi
kebutuhan dan hak publik.
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan berbagai pelayanan publik ( Public
Services) yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau
pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, utlilitas, dan lainnya.
Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dibiayai melalui 2 sumber, yaitu :
1. Pajak, jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus
membayar tanpa mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik
tersebut atau tidak. Hal tersebut dikarenakan pajak merupakan iuran masyarakat kepada
negara yang tidak memiliki jasa timbal balik (kontraprestasi) individual yang secara
langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak.
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik, jika pelayanan
publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar hanyalah mereka
yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan
tidak diwajibkan untuk membayar.
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD
dan BUMN akan memberikan tarif pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk retribusi,
pajak dan pembebanan tarif Jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik
(charging for sevice).
Tidak semua prestasi yang diberikan oleh organisasi sektor publik kepada masyarakat secara
gratis mengingat terdapat barang privat yang manfaat barang dan jasa hanya dinikmati secara
individu oleh yang membelinya, sedangkan yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati
barang dan jasa, contoh : makanan, listrik, telepon, dsb.
Barang publik yaitu barang dan jasa kebutuhan yang dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat secara bersama-sama, contoh : pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi,
dsb.
Campuran barang privat dengan barang publik adalah campuran barang antara barang privat
dan publik yang meskipun dikonsumsi secara individual, seringkali masyarakat umum (publik)
juga membutuhkan barang atau jasa tersebut.Contoh: pendidikan, pelayanan kesehatan,
transportasi publik, dan air bersih.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Jelaskan mengenai pembebanan tarif pelayanan publik yang ada dalam pelayanan publik
yang dapat dijual?
2. Apa saja yang menjadi argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan?
3. Bagaimana prinsip dan praktek pembebanan?
4. Apa saja kegunaan pembebanan dalam praktek?
5. Apa saja yang menjadi kesulitan dalam penetapan harga pelayanan?
6. Apa yang menjadi permasalahan marginal cost pricing?
7. Sebutkan kompleksitas strategi harga?
8. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam taksiran biaya?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat memahami pembebanan tarif pelayanan publik yang ada dalam pelayanan publik
yang dapat dijual
2. Dapat mengetahui argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan
3. Agar dapat mengetahui prinsip dan praktek pembebanan
4. Agar lebih memehami kegunaan pembebanan dalam praktek
5. Dapat mengetahui kesulitan-kesulitan dalam penentuan harga pelayanan public
6. Dapat menngetahui permasalahan marginal cost pricing
7. Dapat memgetahui kompleksitas strategi harga
8. Agar dapat mengetahui apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam taksiran biaya
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat
(public services). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dibiayai melalui 2 sumber, yaitu :
1. Pajak
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public.
Jika pelayanan public dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar
tanpa mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa public tersebut atau tidak. Hal
tersebut dikarenakan pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa
timbal balik (kontraprestasi) individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar
pajak. Jika pelayanan public dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar
hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan public tersebut, sedangkan yang tidak
menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. Permasalahan yang kemudian muncul adalah
apakah suatu pelayanan public lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan pembebanan
langsung kepada konsumen.
Pada tataran praktek, terdapat kesulitan membedakan barang public dan barang barang
privat. Beberapa sebab kesulitan membedakan barang public dengan barang privat tersebut antara
lain :
1. Batasan antara barang public dan barang privat sulit untuk ditentukan.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa public, tapi dalam penggunaannya
tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan langsung. Contohnya
adalah biaya pelayanan medis, tariff obat-obatan, dan air. Pembebanan terhadap
pemanfaatan barang tersebut memaksa orang untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi
sumber-sumber yang mahal atau langka.
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan
pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulkannya. Jika digunakan pajak,
maka akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar pajakyang pantas dan cukup.
Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif pelayanan, orang harus membayar untuk
memperoleh jasa yang diinginkannya, dan mungkin bersedia untuk membayar lebih
tinggi dibandingkan dengan tarif pajak. Terdapat argument yang menyatakan bahwa
pembebanan pada dasarnya demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang
ingin mereka bayar dan apa yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran
public dapat diarahkan menurut pilihan mereka.
Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed
economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market) dan barang public
lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui pajak. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan penyediaan barang public
kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak.
Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik,telepon, dan air bersih, maka untuk
memperoleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan tarif untuk penyediaan
kebutuhan tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum, karena spillover effects (eksternalitas
positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada seperti pertahanan dan pengendalian kesehatan,
maka pendanaan untuk hal-hal tersebut lebih tepat didanai lewat pajak.
Dalam hal penyediaan pelayanan public, yang perlu diperhatikan adalah :
1. Identifikasi barang/jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat (apakah barang public atau
privat)
2. Siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan public
tersebut (pemerintah atau swasta)
3. Dapatkah penyediaan pelayanan public tertentu diserahkan kepada sektor swasta dan
sektor ketiga
4. Pelayanan public apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun dapat
ditangani oleh swasta.
2. Efisiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang mereka ingin
konsumsi , mekanisme harga memiliki perang penting dalam mengalokasikan sumber daya
melalui :
a. Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling banyak harus
membayar lebih banyak pula.
b. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
c. Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi.
d. Penyediaan sumber daya padasupplier untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan
jasa(supply of servise).
3. Prinsip Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila didasarkan prinsip bahwa yang
tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada
masyarakat atau mereka yang diuntungkan kepada pelayanan tersebut. Pemerintah tidak boleh
melakukan maksimisasi keuntungan bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full price,
subsidi, bahkan tanpa dipungut biaya. Fee adalah biaya atas perijinan atau lisensi yang diberikan
pemerintah.
Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi & pengaawasan,
yang didasarkan pada:
a. Kategori perijinan yang dilakukan.
b. Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas ijin/lisensi yang
dimiliki.
H. TAKSIRAN BIAYA
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah mendasarkan
pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa pertimbangan sebagai
berikut :
a. Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.
b. Opportunity cost of capital
c. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost)
d. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
e. Cadangan inflasi
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Prinsip biaya
memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor publik. Marginal cost pricing
bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik. Digunakan MC
pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang
mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Harga di dalam sektor publik mempunyai suatu dampak yang penting pada konsumsi dan
perilaku. Harga juga mempunyai kemampuan untuk mencapai sejumlah pencapaian lain, termasuk
dalam penggunaan sumber daya efisien, peningkatang pendapatan, dan pemerataan pendapatan.
Sering kali, harga diatur dalam cara-cara yang bertentangan dengan sasaran hasil kebijakan
publik. Akan tetapi sering kali juga hal ini merupakan hasil dari suatu pemahaman yang kurang
mengenai peran harga dan keberadaan alternatif mekanisme penetapan harga.
Ketika menentukan harga untuk suatu fasilitas yang ada, adalah hal yang penting untuk
memahami bahwa ada banyak pilihan dalam penetapan harga dan tidak ada suatu metode tunggal
yang benar untuk tiap-tiap situasi. Pemanfaatan sumber daya efisien tergantung pada penetapan
biaya marginal, walaupun untuk kebanyakan barang publik, hal ini mengarah pada pendapatan
jangka pendek. Masih ada sejumlah strategi penetapan barang publik yang lebih efisien, seperti
two-part tarif. Akhrnya, harga didalam sector publik tidak terpisahkan dengan permasalahn politis,
distribusional, kelembagaan, dan factor historis sering kali sangat penting.
Memang disadari bahwa penetapan harga pada barang publik ditujukan untuk mengganti
biaya penyediaan barang tersebut. Namun, juga harus diingat bahwa penyediaan barang public
pada awalnya memiliki tujuan tertentu. Tidak seperti barang swasta yang secara pasti bertujuan
untuk mendapatkan laba semaksimal mungjkin. Penyediaan barang publik lebih mengaruh pada
pencapaian kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan-tujuanya bias berupa peningkatan
pendapatan, pemerataan pendapatan, ataupun mewujudkan eksternalitas positif dari penyediaanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://aquocha.blogspot.com/2010/12/penentuan-harga-pelayanan-sektor-publik.html.
http://riskaseilya.wordpress.com/2012/01/22/120122-akt-sektor-publik-penentuan-harga-
pelayanan-publik/.