Você está na página 1de 5

Ada pertanyaan tentang hadits-hadits menjulurkan (pakaian—pent.

)
dan Isbal (menjulurkan pakaian di bawah mata kaki—pent.), yakni
menjulurkan sarung, yang memuat ancaman dengan neraka, dan
bagaimana rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam
memerintahkan orang yang shalat dalam keadaan isbal (musbil) agar
mengulangi wudhunya dua kali berulang.

Maka aku jawab dengan jawaban yang ringkas dan mencukupi, tanpa
mengkaji ………, dengan pendapatnya para imam-imam besar, lalu aku
melihat uraian jawaban dan ucapan yang memuaskan dan aku
memberinya judul : “Perkataan yang memuaskan dalam mengharamkan
isbal bagi laki-laki.”

Maka, aku berkata :

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab “Shahih”-nya dan al-Baihaqi


dalam “as-Sunanul Kubro” dari hadits Abdullah bin ‘Umar radhiallahu
‘anhu, dia berkata : Aku melewati rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi
wa sallam dalam keadaan sarungku terjulur.

Maka rasulullah berkata, “Wahai Abdullah, angkat sarungmu.”

Lalu aku mengangkatnya.

Kemudian rasulullah berkata, “angkat lagi.”

Maka aku mengangkatnya lagi hingga setelah itu aku senantiasa


memeriksannya.

Sebagian orang berkata, “di mana (sebatas mana diangkatnya—pent.)?”

Dia berkata, “di pertengahan kedua betis.”


Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari al-‘Alaa bin ‘Abdurrahman, dari
Bapaknya, yang berkata: Aku bertanya kepada Abu Sa’id tentang
sarung. Maka Abu Sa’id berkata: Aku akan memberitahumu dengan
ilmu: Aku mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Pakaian seorang yang beriman adalah sampai pertengahan kedua


betis, dan tidak mengapa yang berada di antara pertengahan kedua
betis dan kedua mata kaki, adapun yang di bawah mata kaki maka di
neraka, Allah tidak akan memandang orang yang menyeret pakaiannya
di bawah mata kaki dengan sombong.”

(HR. Abu Daud dalam Sunan-nya [4/353: No.4093]; Ibnu Majah [2/1183:
No.3573]; Malik dalam al-Muwaththa; Ahmad dalam Musnad-nya; Ibnu
Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya; Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah;
Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubro; Al-Humaidi dalam Musnad-nya—
pentahqiq)

Imam Ash-Shon’ani rahimahullah berkata:

Hadits-hadits tersebut menjadi dalil bahwa apa saja yang berada di


bawah mata kaki adalah di neraka, dan itu menunjukkan perkara
tersebut haram. Dan menjadi dalil bahwa siapa saja yang menyeret
pakaiannya karena sombong, Allah tidak akan memandangnya, yakni
menunjukkan perkara tersebut haram. Dan menunjukkan bahwa
hukuman karena sombong adalah bersifat khusus, yakni Allah tidak akan
memandangnya. Dan itu merupakan bantahan terhadap pendapat yang
mengatakan (isbal: menjulurkan pakaian di bawah mata kaki) tidak
haram kecuali jika dengan sombong, sebagaimana akan datang
keterangan dan bantahannya.
Dalam berpakain ada adabnya; Di antaranya:

Dalam ber-sorban, hendaknya memendekkan ujungnya, jangan terlalu


memanjangkannya, melepasnya di antara dua pundak, dan boleh
meninggalkannya.

Dalam hal mengenakan baju, hendaknya memendekkan lengannya,


karena ada hadits dari Abu Daud dari Asma’ : “lengan baju nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di pergelangan tangan.”

Ibnu Abdussalam berkata : “berlebihan dalam meluaskan ukuran ujung


lengan baju dan pakaian adalah bid’ah dan berlebih-lebihan. Dan dalam
masalah sarung --sama seperti pakaian dan baju—agar memakainya
tidak melebihi setengah betis (antara lutut dan mata kaki), dan
diharamkan melebihi mata kaki.”

Você também pode gostar