Você está na página 1de 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filum Arthropoda (arthro = sendi atau ruas; pada = kaki atau juluran) adalah golongan makhluk
hewan yang paling besar di dunia ini. Diperkirakan lebih dari 80% dari seluruh jenis hewan sekarang ini
adalah Arthropoda, menghuni semua jenis habitat yang ada.
Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini, ternyata filum Arthropoda
menduduki urutan nomor satu diantara jenis-jenis hewan lain. Dari filum Arthropoda ini, kelas Insecta atau
serangga merupakan jenis yang terbesar (sekitar satu juta spesies). Hal ini disebabkan oleh daya tahan
tubuhnya yang baik, cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas
yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub.
Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang arthropoda.
Tentang karakteristik umum arthropoda, ciri-ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi arthropoda. Serta
mengetahui klasifikasi dan manfaat apa saja dari arthropoda

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Ciri-ciri Arthropoda ?
2. Bagaimana Struktur Tubuh Arthropoda ?
3. Bagaimana Klasifikasi Arthropoda kelas Archnida?
4. Bagaimana Reproduksi Arthropoda ?
5. Apa saja Peranan Arthropoda ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan materi Arthropoda dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Ciri-ciri Arthropoda
2. Untuk mengetahui Struktur Tubuh Arthropoda
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Arthropoda pada kelas Archnida
4. Untuk mengetahui Reproduksi Arthropoda
5. Untuk mengetahui Peranan Arthropoda
BAB II
PEMBAHASAN

Kata Arthropoda berasal dari bahasa Latin (arthra = ruas, podos = kaki), dapat diartikan bahwa
Arthropoda merupakan hewan yang memiliki ciri, yaitu kaki beruas, berbuku, atau bersegmen (segmen
tersebut juga terdapat di tubuh). Tubuh Arthropoda merupakan simetris bilateral dan tergolong triploblastik
selomata. Jumlah spesies anggota filum ini adalah terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu
diperkirakan lebih dari 1.000.000 spesies. Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga,
laba-laba, kalajengking, kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya
berdasarkan fosil. Habitat hewan-hewan Arthropoda adalah di air dan di darat. Di air dapat mencapai
kedalaman lebih dari 6000 meter, sedangkan di daratdapat mencapai ketinggian 7000 meter. Sifat hidup
Arthropoda bervariasi, ada yang menguntungkan dan ada juga yang bersifat parasit.
Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-
laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku.
Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk
simbiosis dan parasit. Hampir dari 90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda.
Arthropoda memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu : Tubuh
bersegmen; segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen
berpasangan (Asal penamaan Arthropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin; secara berkala
mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, kanal alimentari seperti pipa dengan mulut dan
anus, sistem sirkulasi terbuka, hanya pembuluh darah yang biasanya berwujud sebuah struktur dorsal
seperti pipa menuju kanal alimentar dengan bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh; sebuah
rongga darah atau hemosol dan selom tereduksi, sistem syaraf terdiri atas sebuah ganglion anterior atau
otak yang berlokasi di atas kanal alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar
kanal alimentari dan tali syaraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentary, ekskresi biasanya oleh
tubulus malphigi; tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material hasil ekskresi melintas keluar
lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau nefridia. Secara evolusi
kelompok arthropoda merupakan hewan yang paling berhasil dalam mengembangkan jenisnya. Hampir
75% hewan di bumi ini adalah arthropoda. Begitu juga di dalam gua, arthropoda memgang peranan
penting dan mempunyai keanekaragaman tinggi dan paling berhasil beradaptasi dalam lingkungan
gua. Arthropoda banyak ditemukan sebagi hewan yang khas dan teradaptasi dengan lingkungan gua.
Arthropoda menyumbang sekitar 80% hewan khas gua.
A. Ciri-ciri Arthropoda
Secara umum ciri-ciri filum arthropoda adalah sebagai berikut:
1. Tubuh beruas-ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan belakang (abdomen).
Beberapa diantaranya ada yang memiliki kepala dan dada yang bersatu (cephalothoraks).
2. Memiliki 3 lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm dengan rongga tubuh.
3. Bentuk tubuh simetris bilateral.
4. Bagian tubuh terbungkus oleh eksoskelet yang mengandung khitin.
5. Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan anus.
6. Sistem reproduksi terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi terjadi secara
seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis).
7. Memiliki sistem peredaran darah terbuka (sistem lakuner) dan alat peredarannya berupa jantung dan
pembuluh-pembuluh darah terbuka .
8. Sistem syaraf terdiri dari ganglion anterior yang merupkan “otak” terletak di atas saluran pencernaan,
sepasang syaraf yang menghubungkan otak dengan syaraf sebelah ventral,serta pasangan-pasangan
ganglion ventral yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat syaraf ventral, berjalan sepanjang
tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran pencernaan.
9. Sistem eksresinya berupa berupa saluran-saluran malphigi
10. Alat pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran (paru-paru buku)
11. Sifat hidup ada yang parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas
12. Hidupnya di darat, air tawar dan laut.

B. Struktur Tubuh Arthropoda


Arthropoda termasuk golongan hewan triplobastik selomata, yaitu mempunyai rongga sejati dan
tiga lapisan tubuh. Tubuhnya berbuku-buku/ beruas-ruas, kakinya pun beruas-ruas, mempunyai rangka luar
(eksoskeleton) dari bahan kitin yang berguna untuk melindungi alat-alat tubuh bagian dalam dan dapat
memberikan bentuk tubuh.
Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Jika dipotong
menjadi dua, maka bersifat simetri bilateral. Mulutnya terdapat pada bagian ujung anterior dan anus
terdapat pada ujung posterior. Mempunyai alat-alat tubuh yang sudah lengkap meliputi alat pencernaan,
yaitu mulut, kerongkongan, usus, dan anus. Respirasi dengan insang, trakea, permukaan tubuh, atau dengan
paru-paru buku. Hewan ini sudah mempunyai sistem saraf, peredaran darah, ekskresi, serta indra. Filum ini
dianggap berkerabat dekat dengan Annelida sebab banyak memiliki sifat-sifat yang sama.
Struktur Tubuh Arthropoda

C. Klasifikasi Arthropoda
Hewan ini dikelompokkan atas Crustaceae (udang-udangan), Insekta (serangga), Arachnoidea
(labah-labah), dan Myriapoda (kaki seribu). Berikut informasi mengenai keempat kelompok hewan
tersebut.
3. Arachnoidea
Arachnida adalah kelas hewan invertebrata Arthropoda dalam subfilum Chelicerata. Istilah arachnid
berasal dari bahasa Yunani άράχνη atau arachne, berarti laba-laba, dan juga merujuk pada figur mitologi
Yunani, Arachne. Di dalamnya termasuk hewan seperti laba-laba, kalajengking, serta ketonggeng.
Arachnida pada umumnya berhabitat di darat. Tubuh bersegmen terdiri atas sefalotoraks serta abdomen
yang tak beruas. Di bagian sefalotoraks terdapat organ-organ berikut ini :
1. Empat pasang kaki.
2. Delapan buah mata sederhana di bagian depan.
3. Satu pasang klisera (taring pisau mengandung racun berbentuk gunting atau catut untuk melumpuhkan
mangsa).
4. Sepasang pedipalpus yang berfungsi sebagai indra, tangan, maupun alat untuk melakukan kopulasi.
5. Suatu organ di depan anus yang menghasilkan sutra disebut spineret; terdapat pada beberapa jenis
Arachnida.
12 |
A r t h r o p o d a

Arachnida terdiri dari beberapa ordo, yaitu : a.


Scorpiones
Spesies yang termasuk
scorpiones
mencakup segala macam kala, antara lain kalajengking, kala buku, dan kala laba-laba. Tubuh
Scorpiones
dibagi mrenjadi dua, yaitu sefalotoraks (disebut juga prosoma) dan bagian perut (opithosoma).
Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan kelisera-keliseranya kecil. Segmen terakhir
bagian posterior atau ekor mempunyai alat penyengat. Ekor biasanya melengkung di atas punggung dan
berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. b.
Araneae
Ordo ini mencakup berbagai jenis laba-laba. Tubuhnya terdiri dari dua segmen, delapan kaki, dan tidak
memiliki sayap serta bagian mulut untuk mengunyah. Semua laba-laba menghasilkan sutra, yaitu
lembaran protein kuat yang dikeluarkan melalui spineret, biasanya terdapat di bagian ujung abdomen.
Pada laba-laba penjaring, terdapat alat untuk membuat jaring pada bagian tengah perut. Dalam jaringnya,
laba-laba tidak terperangkap karena laba-laba mempunyai kelenjar minyak anti rekat di kakinya. c.
Acarina Acarina
mencakup caplak dan tungau. Ciri khas
acarina
ialah tubuhnya tidak berbuku-buku.

Respirasi dengan paru-paru buku, pada bagian ventral tubuhnya terdapat lubang atau pori-pori yang
merupakan muara dari paru-paru buku. Sistem peredaran darah yang dimiliki adalah sistem peredaran darah
terbuka karena darah mengalir tanpa melewati pembuluh darah. Arachnoidea juga memiliki sistem saraf
tangga tali. Alat ekskresi yang dimiliki berupa badan malphigi. Khusus pada ordo Arachnida, pada daerah
posterior terdapat dua lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya jaring disebut sebagai spineret.
Klasifikasi Arachnoidea:
 Scorpionida, contoh: kalajengking.
 Arachnida, contoh: labah-labah.
 Acarina, contoh: caplak, tungau.

D. Reproduksi Arthropoda
Reproduksi hewan ini dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan melakukan
partenogenesis (terjadi reproduksi tanpa pembuahan oleh hewan jantan) dan paedogenesis (terjadi
reproduksi pada individu yang muda, yaitu pada larva). Jenis alat kelamin hewan ini sudah terpisah.
Arthtropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka, cairan tubuh yang disebut hemolimfa didorong oleh
suatu jantung, masuk ke ruang sinus yang mengelilingi jaringan dan organ. Terdapat organ khusus untuk
pertukaran gas, seperti spesies akuatik yang bernafas dengan sejenis insang tipis dan berbulu. Pada
Arthropoda terrestrial menggunakan trakea untuk pertukaran gas.

E. Peranan Arthropoda
Filum Arthropoda yang menguntungkan antara lain :
Arachnida bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga, terutama serangga hama. Akan tetapi,
hewan-hewan Arachnida lebih banyak merugikan manusia, misalnya
Sarcoptes scabei
menyebabkan gatal atau kudis pada manusia,
Psoroptes equi
menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci, dan kuda,
Otodectes cynotis
menyerang anjing dan kucing, dan
Dermacentor variabilis
sebagai vektor demam Rocky Mountain.

 Arachnida bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga, terutama serangga hama.

Filum Arthropoda yang merugikan antara lain :


 Hewan-hewan Arachnida lebih banyak merugikan manusia, terutama hewan-hewan Acarina, yaitu:
 Sarcoptes scabei, menyebabkan gatal atau kudis pada manusia
 Prosoptes equi, menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci,dan kuda
 Todectes cynotis, (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing
 Merusak tanaman budidaya manusia, misal: belalang, kumbang kelapa, ulat.
 Menyebabkan penyakit pada tanaman, misal: Nilapervata lugens (wereng) menyebabkan penyakit virus
tungro, belalang (walang sangit) yang mengisap cairan biji padi muda sehingga tanaman padi menjadi puso.
 Parasit pada manusia (mengisap darah), misal: nyamuk, kutu kepala dan kutu busuk.
 Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung, kedelai) oleh berbagai Coleoptera, misal: kumbang beras,
kepik.
 Dapat merusak bahan bangunan, misal: kumbang kayu dan rayap.
 Merusak galangan kapal (perahu) oleh anggota Isopoda.
 Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia dan Copepoda.
 Vektor perantara penyakit bagi manusia.Misalnya nyamuk malaria, nyamuk demam berdarah, lalat tsetse
sebagai vektor penyakit tidur, dan lalat rumah sebagai vektor penyakit tifus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki.
Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala),
toraks(dada), dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Hewan arthropoda ada yang mengalami
metemorfosis sempurna, metemorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis. Sistem
reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual. Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain
mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh
dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang
tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali.

B. Saran
1. Arthropoda sangat berguna bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, kita tidak
diharapkan menumpas atau berburu secara berlebihan apalagi buntuk kepentingan sendiri.
2. Disarankan bagi kita semua turut menjaga keseimbangan ekosistem dengan tidak merusak salah satu
anggota dari ekosistemkehidupan, Arthropoda.
DAFTAR PUSTAKA

http://arianirini.blogspot.co.id/2014/06/makalah-biologi-filum-arthropoda.html
http://deachrestella888.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-arthropoda.html
http://mybyologimateri.blogspot.co.id/2015/05/makalah-arthropoda.html
http://amelyaputeri.blogspot.co.id/2014/05/makalah-arthropoda.html
http://www.zonasiswa.com/2014/07/mengenal-phylum-arthropoda.html
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 2
C. Tujuan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Arthropoda.......................................................... 2
B. Struktur Tubuh Arthropoda.............................................. 3
C. Klasifikasi Arthropoda...................................................... 4
D. Reproduksi Arthropoda ................................................... 9
E. Peranan Arthropoda.......................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 11
B. Saran................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 12
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul "
ARTHROPODA".
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, kasih,
dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari Makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini
dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar Makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Bima, Mei 2016

Penulis
Arthropoda “

MAKALAH BIOLOGI
“ Filum Arthropoda “

Disusun oleh :
RINI ARIANI
D1B011020

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fillum artrophoda” sebagaimana
mestinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi. Dalam penyusunan makalah ini,
banyak kendala yang penulis temukan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengajar yang telah memberi masukan dalam mengerjakan makalah ini dan pihak terkait
yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 22 Desember 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………... ............. i


Daftar Isi……………………………………………………………............. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………. ............................ 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………..................... 2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….... 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... . 4
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 5
3.2 Tahap Penulisan................................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 PENGERTIAN ARTHROPODA………………………………. .......... .. 6
4.2 PEMBAGIAN KELAS FILUM ARTHROPODA ……....……................ 8
1. Kelas Crustacea (golongan udang). ................................................. 11
2. Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba).................. 14
3. Kelas Myriapoda (golongan luwing). .............................................. 16
4. Kelas Insecta (serangga)................................................................... 17
4.3 PERANAN ANGGOTA KELAS FILUM ARTHROPODA……………. 18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 19
5.2 Saran.............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... ............... 20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arthropoda (arthros = sendi atau ruas dan podos = kaki) adalah hewan yang memiliki kaki bersendi/beruas-
ruas. Arthropoda merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Jumlah spesiesnya lebih banyak dari
filum-filum lainnya. Arthropoda dapat ditemukan di berbagai habitat, antara lain di air, di darat, di dalam
tanah dan ada juga yang hidup sebagai parasit pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Arthropoda adalah hewan triploblastik, selomata (tubuh dan kaki beruas-ruas) dan bilateral simetris.
Tubuhnya terdiri atas kepala, dada, dan abdomen yang keseluruhannya dibungkus oleh zat kitin dan
merupakan kerangka luar (eksoskeleton). Biasanya diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak berkitin
sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan. Pada waktu tertentu kulit dan tubuh arthropoda dapat
mengalami pergantian kulit (eksdisis.
Arthropoda memiliki sistim pencernaan yang sempurna (memiliki anus). Mulut dilengkapi dengan rahang.
Sistim peredaran darahnya terbuka dan darahnya berwarna biru, karena mengandung disebabkan oleh
hemosianin (bukan hemoglobin). Sistem pernapasannya ada yang berupa trakea, insang, paru-paru buku,
atau melalui seluruh permukaan tubuhnya. Organ ekskresinya berupa tubulus malphigi yang bermuara pada
usus belakang. Reproduksi dilakukan dengan perkawinan, tetapi ada juga beberapa hewan yang melakukan
parthenogenesis. Partenogenesis adalah proses perkembangan embrio dari telur yang tidak dibuahi. Jenis
kelaminnya terpisah (gonokori). Artinya ada hewan jantan ada hewan betina. Sistem sarafnya adalah sistem
saraf tangga tali.
Arthropoda memiliki empat kelas, diantaranya yaitu :
1. Kelas Myriapoda.
2. Kelas Crustacea.
3. Kelas Arachnida.
4. Kelas Insecta.
Arthropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar di dunia. Empat dari lima bagian spesies
hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil
yang mencapai awal Cambrian. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi.
Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies hewan yang diketahui sekarang. Arthropoda dapat hidup di air tawar,
laut, tanah, dan praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Arthropoda dianggap berkerabat
dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan.
Arthropoda mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu terjal di pegunungan
yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas dan kerangka luar yang tersusun dari
kitin. Rongga tubuh utama disebut hemocoel. Hemocoel terdiri dari sejumlah ruangan kecil yang dipompa
oleh jantung. Jantung terletak pada sisi dorsal dari tubuhnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. apakah pengertian dari filum arthropoda ?
2. bagaimanakah ciri-ciri dari filum arthropoda ?
3. bagaimanakah pembagian kelas filum arthropoda ?
4. peranan dan fungsi dari filum arthropoda ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui lebih dalam tentang filum arthropoda.
2. untuk mengetahui ciri-ciri anggota filum arthropoda.
3. untuk mengetahui pembagian kelass filum arthropoda.
4. untuk mengetahui peranan serta fungsi anggota filum arthropoda.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis, sebagai salah satu sarana untuk melatih kemampuan dalam menganalisis berdasarkan data
dan fakta yang tersedia tentang filum arthropoda.
2. Bagi Pembaca, makalah ini dapat dijadikan sumber acuan dalam penulisan makalah-makalah selanjutnya
mengenai kajian filum arthropoda
1.5 Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dalam menyusun makalah ini dan agar tidak terjadi
pelebaran masalah, serta tidak menyimpang dari permasalahan yang akan di bahas. Maka kami akan
membatasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Dalam makalah ini kami hanya membahas tentang filum arthropoda.
2. Dalam makalah ini kami akan menjelaskan apa saja pembagian kelas filum arthropoda serta ciri-ciri filum
arthropoda.
3. Dalam makalah ini kami hanya membahas masalah peranan beserta fungsi anggota filum arthropoda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Arthropoda berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang berarti berbuku - buku atau beruas dan podos
yang berarti kaki. [arthos podos] biggrin. jadi secara umum kelompok afthopoda dicirikan dangan kaki
yang berbuku - buku atau kotak - kotak atau beruas. antara ruas yang satu dengan ruas yang lain
dihubungkan oleh lembaran tipis yang elastis untuk memudahkan pergerakan badan dan kakinya.
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, arthos yang artinya segmen/ruas dan poda yang artinya kaki. Jadi,
Arthropoda adalah hewan berkaki ruas. Semua jenis hewan yang termasuk filum arthropoda memiliki tubuh
dan kaki yang berruas-ruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya.
Filum Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba,
udang, lipan dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku.
Empat dari lima bagian dari spesies hewan adalah Arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies
modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Arthropoda biasa ditemukan di
laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Hamper
90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda. Arthropoda dianggap berkerabat
dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan.

Secara evolusi kelompok arthropoda merupakan hewan yang paling berhasil dalam mengembangkan
jenisnya . hampir 75% hewan dibumi ini adalah arthropoda.
ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak mempunyai sertuktur tulang di dalam tubuhnya.
Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian dalam tubuh yang
biasanya disebut aksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras namun struktur
ini masih memungkinkan pergerakan disetiap ruas.

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah penulis menggunakan studi kepustakaan .
Adapun sumber-sumber data yang diambil, yaitu :
 Buku tentang fillum artrophoda
 Artikel-artikel dan makalah tentang filum artrophoda dari internet
3.2 Tahap Penulisan
1. Mengumpulkan sumber referensi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta mempelajarinya.
2. Setelah sumber referensi terkumpul diklasifikasikan data yang akan di bahas dengan landasan teori yang
telah diperoleh dari sumber-sumber referensi.
3. Dilakukan proses analisa
4. Penulis menyusun makalah

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. PENGERTIAN ARTHROPODA


Arthropoda adalah hewan triploblastik, selomata (tubuh dan kaki beruas-ruas) dan bilateral simetris.
Tubuhnya terdiri atas kepala, dada, dan abdomen yang keseluruhannya dibungkus oleh zat kitin dan
merupakan kerangka luar (eksoskeleton). Biasanya diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak berkitin
sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan.
Pada waktu tertentu kulit dan tubuh arthropoda dapat mengalami pergantian kulit (eksdisis).Arthropoda
memiliki sistim pencernaan yang sempurna (memiliki anus). Mulut dilengkapi dengan rahang. Sistim
peredaran darahnya terbuka dan darahnya berwarna biru, karena mengandung disebabkan oleh hemosianin
(bukan hemoglobin). Sistem pernapasannya ada yang berupa trakea, insang, paru-paru buku, atau melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Organ ekskresinya berupa tubulus malphigi yang bermuara pada usus
belakang.
Reproduksi dilakukan dengan perkawinan, tetapi ada juga beberapa hewan yang melakukan
parthenogenesis. Partenogenesis adalah proses perkembangan embrio dari telur yang tidak dibuahi. Jenis
kelaminnya terpisah (gonokori). Artinya ada hewan jantan ada hewan betina. Sistem sarafnya adalah sistem
saraf tangga tali
Ciri-Ciri Umum Filum Arthropoda :
Secara umum ciri-ciri filum arthropoda adalah sebagai berikut:
1. Tubuh beruas-ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan belakang (abdomen).
Beberapa diantaranya ada yang memiliki kepala dan dada yang bersatu (cephalothoraks).
2. Memiliki 3 lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm dengan rongga tubuh.
3. Bentuk tubuh simetris bilateral.
4. Bagian tubuh terbungkus oleh eksoskelet yang mengandung khitin.
5. Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan anus.
6. Sistem reproduksi terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi terjadi secara
seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis).
7. Memiliki sistem peredaran darah terbuka (sistem lakuner) dan alat peredarannya berupa jantung dan
pembuluh-pembuluh darah terbuka .
8. Sistem syaraf terdiri dari ganglion anterior yang merupkan “otak” terletak di atas saluran pencernaan,
sepasang syaraf yang menghubungkan otak dengan syaraf sebelah ventral,serta pasangan-pasangan
ganglion ventral yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat syaraf ventral, berjalan sepanjang
tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran pencernaan.
9. Sistem eksresinya berupa berupa saluran-saluran malphigi
10. Alat pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran (paru-paru buku)
11. Sifat hidup ada yang parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas
12. Hidupnya di darat, air tawar dan laut.
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasnya mencapai lebih dari 21 ruas,
yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini
ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.
Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya.
Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi
bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang
paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan
pergerakan di tiap ruas.
Sistem organ dalam tubuh arthropoda antara lain :

Sistem organ Keterangan


Sistem Alat pencernaan makanan lengkap terdiri dari mulut,
pencernaan kerongkongan, usus, dan anus. Mulut dilengkapi alat-alat mulut.
makanan Anus terdapat pada segmen posterior.
Sistem Ekskresi dengan kelenjar hijau atau dengan pembuluh malpigih
ekskresi
Reproduksi secara seksual dan aseksual (partenogenesis dan
Sistem
paedogenesis). Sistem reproduksi pada arthropoda terpisah, artinya
reproduksi
ada hewan jantan dan ada hewan betina.
Sistem saraf Sistem saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena.

4.2 PEMBAGIAN KELAS FILUM ARTHROPODA


Berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuhnya, arthropoda dikelompokkan menjadi lima kelas,
yaitu Custacea, Insekta, Diplopoda, Arachoinidea, dan Chilopoda. Persamaan dan perbedaan ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
Crustacea Insekta Arachnoidea Diplopoda Chilopoda
(udang (serangga): (laba-laba (kaki (kelabang):
udangan): seribu):
Susunan Kepala (5 Kepala, Kepala, dada, kepala dan Kepala dan
Tubuh ruas), dada dada, dan dan perut.. badan yang badan yang
(8 ruas), dan perut. bentuknya memanjang
perut (6 silindris.. agak
ruas) . gepeng
Antena 2 pasang sepasang Tak ada sepasang sepasang
Anggota Sepasang 3 pasang 4 pasang kaki 2 pasang Sepasang
Tubuh pada setiap Kaki pada kaki pada kaki pada
ruas untuk sefalotoraks setiap ruas setiap ruas
berbagai tubuh
fungsi, 5
pasang kaki
pada dada
Sayap Tak ada Ada Tak ada Tak ada Tak ada
Alat Insang atau Trakea Paru-paru trakea trakea
respirasi permukaan buku
tubuh
Habitat air Darat Darat darat darat

Karakteristik umum anggota arthropoda


Ciri-ciri Crustacea Chelicerata Myriapoda Hexapoda
Pembagia Sefalotoraks Dada dan Kepala dan Kepala dan Kepala, dada,
n tubuh (kepala dan abdomen badan dada dan abdomen
dada bersatu. Kepala panjang pendek, dapat
menyatu) dan yang sedangkan dibedakan
abdomen sesungguhnya abdomen
(perut) tidak ada, tetapi panjang
berupa alas
kepala
(kapitulum)
Antena 2 pasang Tidak ada 1 pasang 1 pasang 1 pasang
dan panjang dan pendek
Bagian- 1 pasang 1 pasang 1 pasang 1 pasang 1 pasang
bagian mandibula, 1 kalisera mandibula, mandibula, mandibula, 1
mulut pasang 1 pasang 2 pasang 1 pasang pasang maksila
maksila, 2 pedipalpus maksila maksila labium
pasang
maksiliped
Kaki 1 pasang per 4 pasang pada 1 pasang 2 atau 1 3 pasang pada
ruas atau kepala dada peruas pasang per dada
tidak ada ruas
Organ Insang Paru-paru buku Trakea Trakea Trakea
pernapasa
n
Lubang 2 di bidang 1 di ruas kedua 1 di ujung 1 di ruas ke- 1 di ujung
kelamin belakang dari abdomen abdomen 3 dekat abdomen
dada kepala
Perkemba Umumnya Langsung, Tidak Tidak Umumnya
ngan melalui fase kecuali caplak melalui fase melalui melaui fase
larva atau tungau larva larva larva
Habitat Air tawar, air Terutama di Terutama di Semuanya Terutama di
laut,sedikit di darat darat di darat darat
darat

Perbedaan kenampakan morfologi lima kelas utama Arthropoda antara lain :


Perbedaan Crustacea Arachnida Diplopoda Chilopoda Insecta
Pembagia Cepahalotora Cepahalotora Kepala dan Kepala dan Kepala, thorax
n badan x dan x dan badan badan dan abdomen
abdomen abdomen
Bentuk Bervariasi Pipih Globular Pipih Bersvariasi
badan
Kaki Banyak Empat Banyak Banyak Tiga pasang
pasang
Antena 2 pasang Tidak ada Sepasang Sepasang Sepasang
Alat Mandibula Chelicera Mandibula Mandibula Mandibula
mulut dan
pedipalpus
Habitat Kebanyakan Teristerial Teristerial Teristerial Teristerial
di laut dan air
tawar, jarang
terrestrial

Contoh hewan Arthropoda, ada banyak hewan arthropoda dinunia mulai dari semut, kalajengking,
kelabang, kaki seribu, dll
Klasifikasi (penggolongan) Arthoproda Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, Arthropoda
dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Kelas Crustacea (golongan udang).
2. Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba).
3. Kelas Myriapoda (golongan luwing).
4. Kelas Insecta (serangga).

ž 1. Crustacea
Merupakan hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar.
Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut :
a. Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta
abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung
belakang)nya sempit
ž Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
- pasang antena
- pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
- pasang maksilla
- pasang maksilliped
Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak
atau menempel di dasar perairan.
b. Sistem Organ
1) Sistem Pencernaan
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa mulut
terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian
posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di kedua sisi
abdomen.Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar
hijau yang terletak di dalam kepala.
2) Sistem Saraf
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena
(alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
3) Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui
pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap
O2 (oksigen) rendah.
4) Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas
dengan seluruh permukaan tubuhnya.
5) Alat Reproduksi
Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea rendah. Alat kelamin betina
terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima.
Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).
Dalam pertumbuhannya,seperti udang mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Udang dewasa melakukan
ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain
itu udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya: udang akan
memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki
tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.
Klasifikasi Crustacea Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut :
1) Entomostraca (udang tingkat rendah).
Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton, adalah melayang-layang di dalam
air dan merupakan makanan ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk Entomostraca antara lain
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
 Branchiopoda
Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus.
Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton. Pembiakan berlangsung
secara parthenogenesis.
 Ostracoda
Contoh: Cypris candida, Codona suburdana.
Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena.
 Copepoda
Contoh: Argulus indicus, Cyclops.
Hidup di air laut dan air tawar, dan
merupakan plankton dan parasit,
segmentasi tubuhnya jelas.
 Cirripedia
Contoh: Lepas atau Bernakel, Sacculina.
Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di laut melekat pada batu
atau benda lain.
Cirripedia ada yang bersifat parasit
Cara hidup Cirripedia beraneka ragam, salah satu diantaranya adalah Bernakel yang terdapat pada dasar
kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut.
2) Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Malakostraca (udang tingkat tinggi). Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air
tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen).
Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda.
 Isopoda
Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama.
Contoh:Onicus asellus (kutu perahu) dan Limnoria lignorum, keduanya adalah pengerek kayu.
 Stomatopoda
Contoh: Squilla empusa (udang belalang).
Hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai warna yang mencolok. Belakang
kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapi dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata
dan antena.
 Decapoda (si kaki sepuluh).
Yang termasuk ordo ini adalah udang dan ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan
kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda banyak digunakan
sebagai sumber makanan yang kaya dengan protein.
ž Contohnya adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan.
ž Kepala – dada menjadi satu (cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang
kaki atau sepuluh kaki sehingga disebut juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa yang
hidup di laut.
Peran Crustacea bagi Kehidupan Manusia.
Menguntungkan :
1. Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster dan kepiting.
2. Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal anggota
Branchiopoda, Ostracoda dan Copepoda.
merugikan :
1. Merusak galangan kapal (perahu) oleh anggota Isopoda.
2. Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia dan Copepoda.
3. Merusak pematang sawah atau saluran irigasi misalnya ketam.

2. Arachnida
Anggota Arachnida meliputi kalajengking, laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat
parasit yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat karnivora sekaligus predator.
Tempat hidupnya adalah di darat.
Ciri-ciri Arachnida: Tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan perut yang dapat dibedakan
dengan jelas, kecuali Acarina.
- Pada bagian kepala-dada tidak terdapat antena, tetapi mempunyai beberapa pasang mata tunggal, mulut,
kelisera dan pedipalpus.
- Mempunyai 4 pasang kaki pada kepala-dada.
- Alat ekskresi dilengkapi dengan saluran malphigi dan kelenjar coxal.
- Alat pernafasan berupa trakea, paru-paru buku atau insang buku.
- Alat kelamin jantan dan betina terpisah, lubang kelamin terbuka pada bagian anterior abdomen,
pembuahan internal (di dalam).
- Sistem saraf tangga tali dengan ganglion dorsal (otak) dan tali saraf ventral dengan pasangan-pasangan
ganglia.
- Alat mulut dan alat pencernaan makanan terutama disesuaikan untuk mengisap serta memiliki kelenjar
racun.
- Habitat (tempat hidup) di darat, pada umumnya tetapi ada pula sebagai parasit.
Arachnida dibedakan menjadi :
a. Scorpionida
Contohnya : Kalajengking (Vejovis sp, Hadrurus sp, Centrurus sp) dan Ketonggeng (Buthus). Hewan
ini memiliki perut beruas-ruas dan ruas terakhir berubah menjadi alat pembela diri.
b. Arachnoida
ž Contohnya adalah segala macam laba-laba, antara lain :
- Laba-laba jaring kubah (terdapat di Bostwana, Afrika Selatan)
- Laba-laba primitif Liphistius (di rimba Asia Tenggara)
- Laba-laba penjerat (di Malaysia
- Laba-laba pemburu (di Meksiko
- Laba-laba srigala
- Laba-laba beracun Latrodectes natans dan Laxosceles reclusa
- Tarantula (Rhechostica hentz)
- Umumnya laba-laba mempunyai perut tidak beruas-ruas.

c. Aracina
Contoh nya:
- Caplak kudis (Sacroptes scabiei)
- Caplak unggas (Dermanyssus)
- Caplak sapi (Boophilus annulatus)
- Tungau (Dermacentor sp.)
Ciri khas yang terdapat pada tubuh hewan ini adalah tubuh tidak berbuku- buku . umumnya parasit
pada burung dan mamalia termasuk manusia
Arachnida bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga terutama serangga hama. Akan tetapi
hewan ini juga banyak hewan ini juga banyak merugikan manusia terutama hewan Acarina misalnya:
a. Caplak menyebabkan gatal atau kudis pada manusia
b. Psoroptes equi menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci, kuda.
c. Ododectes cynotis (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing.
3. Myriapoda
ž Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh beruas-ruas dan setiap
ruas mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala
dan abdomen (perut).
ž Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak
mengandung sampah, misal kebun dan di bawah batu-batuan.
Ciri-ciri Myriapoda :
- ž Tubuh bersegmen (beruas) tidak mempunyai dada jadi hanya kepala dan perut.
- ž Pada setiap ruas perut terdapat satu pasang atau 2 pasang kaki.
- Pada kepala terdapat 2 kelopak mata tunggal (ocellus), 1 pasang antena dan alat mulut.
- ž Susunan saraf tangga tali.
- Sistem pernafasan dengan trakea. Mempunyai spirakel yang terdapat pada setiap ruas tubuhnya untuk
keluar masuknya udara.
- ž Sistem peredaran darah terbuka.
- Alat kelamin jantan dan betina terpisah, cara perkembangbiakan dengan cara bertelur.
- Hidup di darat, misal di bawah batu, dalam tanah, humus atau tempat lembab lainnya.
Klasifikasi (penggolongan Myriapoda)
Dalam penggolongannya Myriapoda merupakan gabungan dari dua kelas, yakni:
1. Kelas Chilopoda
Contoh: kelabang : Lithobius forticatus dan Scolopendra morsitans.
Ciri-cirinya Chilopoda
ž Tubuh agak gepeng, terdiri atas kepala dan badan yang beruas-ruas (15 – 173 ruas). Tiap ruas memiliki
satu pasang kaki, kecuali ruas (segmen) di belakang kepala dan dua segmen terakhirnya. Pada segmen di
belakang kepala terdapat satu pasang “taring bisa” (maksiliped) yang berfungsi untuk membunuh
mangsanya. Pada kepala terdapat sepasang antena panjang yang terdiri atas 12 segmen, dua kelompok mata
tunggal dan mulut. Hewan ini memangsa hewan kecil berupa insecta, mollusca, cacing dan binatang kecil
lainnya, sehingga bersifat karnivora.
ž Alat pencernaan makanannya sudah sempurna artinya dari mulut sampai anus. Alat eksresi berupa dua
buah saluran malphigi.
ž Respirasi (pernafasan) dengan trakea yang bercabang-cabang dengan lubang yang terbuka hampir pada
setiap ruas.
ž Habitat (tempat hidup) di bawah batu-batuan/timbunan tumbuhan yang telah membusuk.
ž Kelas ini sering disebut Sentipede.
2. Kelas Diplopoda
Contoh: kaki seribu (Julus nomerensis)
Ciri-cirinya Diplopoda :
ž Tubuh berbentuk silindris dan beruas-ruas (25 – 100 segmen) terdiri atas kepala dan badan. Setiap segmen
(ruas) mempunyai dua pasang kaki, dan tidak mempunyai “taring bisa” (maksiliped). Pada ruas ke tujuh,
satu atau kedua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi.
ž Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dua kelompok mata tunggal. Hidup di tempat yang
lembab dan gelap dan banyak mengandung tumbuhan yang telah membusuk.
ž Respirasi dengan trakea yang tidak bercabang.
Alat eksresi berupa dua buah saluran malphigi.
4. Insecta
ž Insecta sering disebut serangga atau heksapoda.
ž Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan
berkaki enam.
ž Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo.
ž Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan
kebiasaannya
Ciri-ciri Insecta, antara lain:
ž Tubuh dapat dibedakan dengan jelas antara kepala, dada dan perut.
Kepala dengan:
a. Satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alat peraba.
b.Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah, menghisap, menjilat dan menggigit.
Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas
(labrum) serta bibir bawah (labium).Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas yaitu prothorax,mesothorax dan
metathorax. Pada segmen terdapat sepasang kaki.
Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya yakni:
a. kaki untuk menggali (anjing tanah)
b. kaki untuk meloncat (belalang)
c. kaki untuk berenang (kumbang air)
d. kaki untuk pengumpul serbuk sari
e. kaki untuk berjalan (kumbang tanah)
f. kaki untuk memegang (belalang sembah)

4.3 PERANAN ANGGOTA KELAS FILUM ARTHOPODA


Berbagai jenis Arthropoda memberikan keuntungan dan kerugian bagi manusia.Peran arthropoda
yang menguntungkan manusia misalnya dibidang pangan dan sandang yaitu sebagai berikut :
1. Sumber makanan yang mengandung protein hewani tinggi.Misalnya Udang windu (Panaeus monodon),
rajingan (portunus pelagicus), kepiting (scylla serrata), dan udang karang (panulirus versicolor)
2. Penghasil madu, yaitu lebah madu (Apis indica)
3. Bahan industri kain sutera, yaitu pupa kupu-kupu sutera (Bombyx mori)
Sementara yang merugikan manusia anatara lain :
1. Vektor perantara penyakit bagi manusia.Misalnya nyamuk malaria, nyamuk demam berdarah, lalat tsetse
sebagai vektor penyakit tidur, dan lalat rumah sebagai vektor penyakit tifus.
2. Menimbulkan gangguan pada manusia.Misalnya caplak penyebab kudis, kutu kepala, dan kutu busuk
3. Hama tanaman pangan dan industri.Contohnya wereng coklat dan kumbang tanduk
4.Perusak makanan.Contohnya kutu gabah
5.-Perusak produk berbahan baku alam.Contohnya rayap dan kutu buku.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Ciri utama hewsan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah
anggota filum ini adalah terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya lebih dari 800.000 spesies, contoh
anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang, dan kaki seribu,
serta spesies jenis lain yang dikenal hanya berdasarkan bfosil.
2. Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariadi. Pada tiap segmen tubuh
terseburt terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh , yaitu Kaput
(kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri lain dari Arthropoda adalah adanya kutikula keras yang
membentukrangka luar (eksoskeleton). Kesoskeleton tersusun dari kitin yang di sekresikan oleh sel kulit.
3. Arthropoda dibagi menjadi empat sub-filum, yaitu Trilobita, Chelicerata, Onychopora, dan
Mandibulata.

5.2 Saran
1. Arthropoda sangat berguna bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, kita tidak
diharapkan menumpas atau berburu secara berlebihan apalagi buntuk kepentingan sendiri.
2. Disarankan bagi kita semua turut menjaga keseimbangan ekosistem dengan tidak merusak salah satu
anggota dari ekosistemkehidupan, Arthropoda.

DAFTAR PUSTAKA

http://bagusdtatsumi.blogspot.com/2013/06/ciri-ciri-dan-apa-itu-hewan-arthropoda.html
tumbuhan. Lepidoptera mencakup kupu-kupu dan ngengat. f.
Siphonaptera
Siphonaptera (serangga jenis kutu) tidak bersayap. Tubuh berbentuk pipih lateral, yaitu jarak tubuh dari
kiri ke kanan kecil sekali dibandingkan jarak dari sisi ventral ke dorsalnya.Hidup sebagai parasit pada
hewan,. Berkaki pendek, namun kuat untuk meloncat, sehingga sesuai untuk melekat pada burung
ataupun hewan inangnya. Mulut bertipe menusuk dan mengisap. Memiliki mata tunggal (oselus). g.
Diptera
Diptera meliputi 80.000 jenis termasuk nyamuk dan lalat. Hewan ini bersayap satu pasang atau dua
pasang. Sayap belakang mengalami penyusutan menjadi alat indra khusus untuk keseimbangan tubuh
yang disebut halter. h.
Coleoptera
Coleoptera (serangga bersayap perisai) bersayap dua sayang. Sayap depan tebal, permukaannya halus
serta mengandung zat tanduk, disebut elitra. Sayap belakang tipis berupa selaput. Bila sedang hinggap,
sayap selaput terlipat di bawah perisai sayap elitra. Serangga ini memiliki tipe mulut pengunyah.

19 |
A r t h r o p o d a

i.
Hymenoptera
Hymenoptera (serangga bersayap selaput) bersayap dua pasang, sayap belakang lebih tipis dan lebih kecil
daripada sayap depan. Serangga ini hidup berkoloni dan mempunyai seekor ratu. Hewan ini mempunyai
alat indra yang lebih berkembang daripada serangga lainnya. Beberapa Hymenoptera mempunyai ligula
(lidah) panjang dan lentur. Rambut-rambut pada ligula berfungsi sebagai peraba, perasa, maupun
pengumpul nektar. j.
Neuroptera
Neuroptera (serangga bersayap jala) biasanya membuat perangkap atau liang berbentuk kerucut dengn
kedalaman sekitar 1,5 hingga 2,5 cm di permukaan tanah. Pada masa pupa, hewan ini tinggal di dalam
kepompong liat di dalam pasir. Hewan dewasa bersayap dua pasang, tipis, dan bannyak urat yang
membentuk gambaran mata jaring serupa dengan capung.

20 |
A r t h r o p o d a

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan


Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-
laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku.
Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk
simbiosis dan parasit. Hampir dari 90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda.
Arthropoda memiliki empat kelas : 1. kelas Crustacea 2. kelas Arachnida 3. kelas Myriapoda 4. kelas
Insecta

21 |
A r t h r o p o d a

DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi D. A. , Maryati Sri, Srikini, Suharno, S. Bambang. 2007.
Biologi untuk SMA kelas X.
Jakarta : Penerbit Erlangga http://id.wikipedia.org/

READ PAPER

B. Morfologi Laba-laba
Kelas Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak
adanya anggota badan sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang
biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya
memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang
sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan
segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara
cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau
pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat
pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat
pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut
pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa
membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.

C. Struktur Anatomi dan Fisiologi Laba-laba


Di daerah sefalotorak terdapat khelisera, pedipalpi, mata dan tungkai
Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa
atau menggigit sebagi bentuk pertahanan kalau terancam. Pada beberapa
kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok
laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada
beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat
(paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di
dalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang
terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom
di bagian dasar kelisera. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera.
Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks.
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan
metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan
organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat
banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau
kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku
adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian
abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus )
Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ
ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus. Selain Tubula
Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal
merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen
pada kaki insecta).

Gambar 3. Anatomi dan Fisiologi Laba-laba


D. Daur Hidup Laba-laba
Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung
telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur
umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa
spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur
menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum
muncul. Labah-labah muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari
makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-labah dewasa, yang
mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami
molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai
dewasa kelamin. Labah-labah ini bisa memencar dengan mengembangkan
benang-benang suteranya dan terbawa angin.
Daur hidup pada kebanyakan labah-labah pemintal benang adalah kurang
dari 12 bulan, tetapi pada labah-labah penggali tanah berekembang lebih lama dan
tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun).
Perkawinan labah-labah sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan
terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil
dan menaruh setitik spermanya di situ atau di tanah atau beberapa tumpukan
serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu-
labu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan
pedipalpi dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina.
Setelah betina dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina.
Laba-laba mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan
mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil.
Bila tungkai-tungkai hilang selama perkembangan, mereka biasanya dapat
beregenerasi. Laba-laba biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama
pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun
(Borror, 1996).

E. Ekologi Laba-laba
Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat namun laba-laba sangat
sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Adapun gangguan
lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelimpahan laba-laba, antara lain:
pengolahan tanah, pemangkasan tumbuhan serta penggunaan pestisida sintesis.
Berubahnya komposisi spesies laba-laba di ekosistem pertanian sangat
dipengaruhi oleh berubahnya komposisi tanaman di lahan budidaya tanaman.
Beberapa riset menyimpulkan laba-laba rentan terhadap sejumlah pestisida.
Penurunan jumlah laba-laba akan berdampak terhadap peningkatan populasi
serangga pengganggu tanaman. Tanpa laba-laba, populasi serangga akan
menyebar tak terkendali sehingga menggagalkan panen dan menyebarkan
penyakit. Laba-laba juga menjadi makanan bermutu bagi makhluk lainnya.
Dimana laba-laba sangat berperan penting dalam jaring makanan karena
kebiasaan makan laba-laba (Historia, 2011).
Kunci kelangsungan keberhasilan araknid terletak pada kemampuannya
untuk mendiami habitat dimana serangga tidak mampu mencapai suatu
keunggulan. Dimana selagi serangga beterbangan di udara, araknid telah
berkembang dengan subur di banyak kawasan hunian, asalkan terdapat vegetasi
rendah, tumpukan dedaunan dan tanah dan dalam banyak hal lebih berhasil
daripada serangga pada situasi yang sedemikian. Seringkali hewan araknid
berukuran sangat kecil, tetapi memiliki peran utama untuk membatasi populasi
hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
Hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman spesies laba-laba yang
tinggi. Hal ini dikarenakan laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu
ekstrim, dapat menempelkan jaringnya, aman terhadap kerusakan sarang dan
jaringnya serta dapat memaksimalkan waktu mencari mangsanya. Laba-laba
banyak ditemukan pada iklim subtropis, sehingga di Indonesia sebagai negara
subtropis laba-laba banyak ditemukan dimana-mana, habitat laba-laba dapat
ditemukan dalam tanah, di bawah batu, di rumput, di cabang-cabang pohon, di
gua-gua dan di atas air.
Bagi laba-laba yang hidup di serasah, daun-daun yang gugur di hutan
merupakan habitat yang sesuai baginya. Jumlahnya meningkat lebih banyak
ketika lapisan serasah semakin tebal karena lebih banyak tempat tersedia untuk
bersembunyi dan terhindar dari suhu yang ekstrim (Suana, 2006).

F. Faktor Lingkungan
a) Suhu Udara
Suhu adalah faktor ekologis yang sangat terkenal dan juga sangat mudah
diukur. Pengaruh suhu bersifat umum. Seringkali suhu merupakan faktor
pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran hewan (Michael,1995).
Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapat menembus dan
menyebar ke berbagai tempat di muka bumi. Perubahan temperatur akan
mengubah faktor-faktor lingkungan abiotik lainnya, sehingga di tempat tersebut
terjadi perubahan kombinasi baru antara faktor-faktor lingkungan abiotik.
Arthropoda tidak dapat hidup pada suhu di bawah titik beku air. Suhu antara kira-
kira 10°C-40°C adalah temperatur optimum bagi hewan tersebut. jika temperatur
berubah dari 40°C-45°C dan 10°C-0°C hewan menjadi pingsan. Pada suhu antara
45°C-55°C dan 0°C-10°C hewan mengalami koma dan di atas 55°C atau di bawah
-10°C hewan akan mati (Susanto, 2000).
Jambu tumbuh dan berproduksi baik pada suhu rata-rata harian 27°C. Daerah
produsen utama jambu rata-rata mempunyai suhu harian minimum antara 15-25°C
dan maksimum antara 25-35°C (Lubis, 1994).

b) Kelembaban Udara
Jumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot
sebenarnya uap air yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka
biasanya diukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persen uap
air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan
tekanan yang sedang ada (Michael, 1995).
Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terdapat di udara. Kelembaban
mutlak adalah rasio berat uap air per satuan udara (gram per kilogram udara).
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kelembaban adalah :
1) Kelembaban dapat mempengaruhi efek temperatur terhadap organisme.
2) Kelembaban dapat berfluktuasi horizontal (malam hari kelembaban tinggi,
sedangkan siang hari kelembaban rendah)
3) Kelembaban juga berfluktuasi vertikal (pada suatu tempat dengan
ketinggian tertentu mempunyai kelembaban tertentu)
4) Kelembaban, temperatur dan cahaya berperan sangat besar dalam
mengatur aktivitas organisme dan sering menjadi faktor pembatas terhadap
penyebaran organisme (Subagja, 2001).
Kisaran kelembaban nisbi optimum di daerah-daerah pertanaman jambu cukup
luas. Kelembaban nisbi untuk tingkat sangat sesuai adalah antara 70-80%, untuk
tingkat sesuai 60-70% dan yang kurang dari 60% atau lebih dari 80% tergolong
sesuai (Lubis, 1994).

c) Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan salah satu sumber daya yang menghasilkan energi bagi
kehidupan organisme. Cahaya mempengaruhi gerakan hewan, terutama hewan-
hewan kecil. Arah datangnya cahaya dapat mempengaruhi arah gerakan hewan.
Hewan ada yang mendekati sumber cahaya, dan ada yang menjauhi sumber
cahaya. Dalam Susanto (2000) menurut Kikkawa (1974) intensitas cahaya
mempengaruhi kecepatan gerak dan arah gerak hewan-hewan tertentu. Misalnya :
gerakan larva lalat menjadi makin cepat jika intensitas makin kuat, dan menjadi
lambat jika intensitas cahaya menjadi lemah (Susanto, 2000).
Tanaman jambu sangat menyukai sinar matahari dan kemungkinan besar
tidak berproduksi apabila kekurangan sinar. Karena itu matahari yang bersinar
sepanjang tahun dengan jumlah penyinaran yang cukup, berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan tanaman (Lubis, 1994).

G. Struktur Jaring Laba-laba


Jaring laba-laba terbuat dari benang-benang kerangka penahan-beban dan
benang spiral penangkap berlapiskan zat perekat, serta benang pengikat yang
menyatukan benang kerangka penahan beban, benang-benang spiral penangkap,
dan benang pengikat.
Jaring sutera laba-laba adalah material yang sangat kuat, 20 kali lebih kuat
daripada baja dan dua kali lebih lentur dari pada serat poliamide. Dapat
diregangkan hingga 31% tanpa patah, lebih lentur daripada serat aramid, lebih
halus daripada rambut manusia dan lebih ringan daripada katun (Khairulhadi,
2010).
Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba, yaitu benang jenis
kuat dan tegang yang mengarah ke luar (radial threads) yang berpotongan pada
titik pusat sebagai porosnya (hub), benang yang menjadi kerangka bagian luar
sarang (frame threads), dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang
mampu menjebak mangsa (capture radial).
Beberapa jenis laba-laba, misalnya orb-weaver, membuat perangkap jaring
yang terbuat dari benang sutra halus. Sutra itu dihasilkan oleh kalenjar pada
bagian belakang abdomen lalu keluar dari saluran yang disebut spineret. Sutra
halus kemudian mengeras menjadi benang yang kuat. Benang tersebut
ditempelkan pada pohon terdekat atau penyangga lainnya untuk membuat struktur
jaring. Laba-laba kemudian menambahkan bentuk spiral pada jaring
menggunakan jenis sutra berbeda yang lengket untuk menangkap mangsa.
Setelah membuat jaring, laba-laba akan menunggu di bagian tengah jaring
atau bersembunyi didekatnya. Sehelai benang penanda akan membuat laba-laba
merasakan getaran akibat mangsa yang tertangkap dan meronta-ronta. Laba-laba
akan segera menghampiri dan menggigit mangsa, kemudian membungkusnya
dengan sutra untuk mencegahnya melarikan dirinya. Dengan demikian mangsanya
dapat dimakan kapan saja (Setford, 2005).
Ada banyak jenis jaring laba-laba yang dapat kita temukan di dunia ini.
Bentuk jaring laba-laba dapat dibedakan berdasarkan cara laba-laba menenunnya,
yaitu :

1. Jaring bola spiral, yang dihasilkan oleh laba-laba famili Araneidae,


Tetragnathidae dan Uloboridae.
2. Sarang laba-laba, berhubungan dengan famili Theridiidae.
3. Corong, dibagi menjadi primitive dan modern.
4. Pipa, Lembaran, dan Kubah (Khairulhadi, 2010)

Gambar 4. Jaring Laba-laba

H. Klasifikasi Laba-laba
Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan
digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini
begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali
tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum
terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba
seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

Beberapa keterangan famili laba-laba :


a. Famili Atypidae (Laba-laba pembuat sarang-kantung)
Laba-laba ini membuat buluh-buluh sutera di dasar batang pohon, buluh-buluh
menjulur dari tempat sedikit di dalam tanah sampai kira-kira 150 mm di atas
tanah. Apabila seekor serangga mendarat di atas buluh ini, laba-laba menggigit
melalui buluh, merenggut serangga tersebut, dan menariknya ke dalam buluh.
Laba-laba ini panjangnya 10-30 mm.
b. Famili Araneidae (Pemintal sarang berbentuk lingkaran)
Ini adalah kelompok yang besar dan sangat luas tersebar dan hampir semua
dari anggotanya membuat sebuah sarang laba-laba yang berbentuk lingkaran.
Terdapat cukup keragaman dalam ukuran, warna dan bentuk dalam famili ini.
c. Famili Tetragnathidae (Pemintal sarang bentuk lingkaran yang bergeraham
panjang)
Laba-laba ini memiliki kelisera-kelisera yang sangat panjang dan menjulur,
terutama pada yang jantan. Kebanyakan jenis berwarna kecoklat-coklatan dan
secara relatif panjang dan ramping, tungkainya, terutama pasangan bagian depan,
sangat panjang. Laba-laba ini biasanya didapatkan didaerah yang berawa.
d. Famili Agelenidae (Laba-laba pembuat sarang berbentuk corong)
Laba-laba ini adalah sebuah kelompok yang besar (kira-kira 250 jenisnya di
Amerika Utara) dari laba-laba umum yang membuat sarang laba-laba seperti
lembaran di rumput-rumputan, di bawah karang atau papan-papan dan di
reruntuhan. Sarang dari jenis yang lebih besar agak berbentuk corong dengan satu
tempat persembunyian yang berbentuk buluh mengarah ke bawah masuk dalam
bahan dimana sarang tersebut terbuat.
e. Famili Hahniidae (Laba-laba pembuat sarang-lembaran Hahniid)
Hahniid-hahniid adalah laba-laba yang kecil, panjangnya 1,5-3,2 mm, dengan
alat pembuat benang dalam satu baris transversal tunggal. Mereka membuat
sarang laba-laba serupa dengan Agelenidae, tanpa tempat persembunyian seperti
corong. Sarang laba-laba tersebut sangat halus dan jarang terlihat kecuali tertutup
oleh embun (Borror, 1996)
Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras
subordo, yakni:
1. Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-
ruas tubuh yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan
yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.
2. Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang
membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di
tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan juga
lancah maung.
3. Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-
laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa
anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup kurang lebih 94% dari
jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring
ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan
digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya

I. Laba-laba Pejaring
Laba-laba pejaring sering juga disebut sebagai laba-laba penenun atau
pemintal. Dimana laba-laba pejaring ini menggunakan perutnya untuk
menghasilkan semacam perangkap benang yang dirajut seperti jaring. Benang
tersebut sangat lentur, lengket dan sangat kuat. Cukup kuat untuk membuat lalat,
maupun capung yang terbang terjerat dan tak mampu bergerak lagi. (Firmansyah
D, 2011).
Laba-laba menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik
daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan atau lubang di tanah yang ditutupi
kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di
atas tanah, batu atau pepagan pohon sehingga tidak perlu bersembunyi. Adapun
mangsa utama laba-laba adalah serangga. Untuk menandai kehadiran mangsanya
pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya
maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang
mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada
rambut-rambut di kakinya.
Beberapa spesies laba-laba yang membuat jaring yaitu : Nephila maculata
(pada pohon kelapa), Cyrtophora moluccensis (di kebun), Cheirachantium sp (di
kebun pertanian organik), Argiope catenula (di kebun sayur), Cyclosa sp (di
kebun sayur), Castianeira tiranglupa, Phrurolithus ulotulisus, Oxyopes sp (di
kebun teh), Famili Agelenidae, Araneidae, Tetragnathidae (di jambu).
Ilmuwan-ilmuwan dari University of Akron di Ohio, Amerika Serikat,
melakukan uji coba untuk mencari tahu zat yang disimpan laba-laba untuk
memproduksi benang sutra ini. Profesor dari University of Akron Ali Dhinojwala,
Kandidat Doktor Vasav Sahni, dan Profesor Biologi Todd Blakledge ingin
mengetahui zat yang membuat jaring laba-laba jadi lengket.
Penelitian mereka menunjukkan zat tersebut terbuat dari polimer yang
kental dan elastis. Kekentalan dan elastisitas membantu laba-laba menangkap
serangga yang terbang dengan cepat. Mangsa pun terjebak di jaring hingga laba-
laba dapat melahap mereka. Laba-laba penenun punya cara lain melumpuhkan
mangsa. Mereka dapat membungkus mangsanya dengan lilitan benang sutra. Ini
diperlukan jika mangsa memiliki alat pertahanan yang berbahaya, seperti lebah.
Cara membungkus ini juga dilakukan laba-laba untuk menyimpan mangsanya
sambil menuggu waktu yang tepat untuk makan.

J. Laba-Laba beracun
1. The Tarantullas
Tarantulla di bagi menjadi dua yaitu New-World Tarantullas dan Old-World Tarantullas. Banyak
ditemukan di Amerika dan Asia.

Khusunya pada jenis Old-World Tarantullas, laba-laba ini memiliki racun necrotic yang sangat berbahaya,
bahkan di Asia beberapa kematian manusia disebabkan oleh gigitan Tarantula ini.

2. Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)


Pada tahun 2007, laba-laba ini masuk ke dalam Guinness World Records sebagai laba-laba beracunpaling
mematikan di dunia. Banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah.

Laba-laba ini menghasilkan racun neurotoxic dalam dosis tinggi, satu gigitan cukup untuk membunuh
seorang manusia dewasa. Laba-laba ini lebih berbahaya dibanding dengan rivalnya Australian funnel-
Web Spider & Black Widows.
3. Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)
Banyak ditemukan di bagian tenggara Australia, merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic.

Dimana racun ini dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan
pertama. Racun laba-laba ini bernama atraxotoxin.

4. Mouse Spider (Missulena bradleyi)


Racun yang dihasilkan laba-laba ini sangat berbahaya bila tergigit olehnya. Beberapa kasus
mengakibatkan kematian.

Racun nectoric yang dihasilkan oleh laba-laba ini hampir menyerupai racun atraxotoxin. Banyak
ditemukan di Chili dan Australia.

5. Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)


Siapa yang tidak kenal dengan laba-laba ini. Black Widow adalah laba-laba yang sangat terkenal karena
racunnya yang mematikan. Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya.
Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Uniknya racun dari Black widow digunakan
sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan False Black Widows Spider

6. Brown Recluse spider (Loxosceles reclusa)


laba-laba ini tidak menggunakan jaring seperti layaknya laba-laba yang bergelantungan dirumah-
rumah, akan tetapi laba-laba ini menghasilkan racun necrotic yang memiliki dampak berbahaya bagi
manusia jika tergigit olehnya, laba-laba ini tersebar di dunia, terutama di california. laba-laba
ini memiliki ciri khas gambar biola di kepalanya.

Gambar Loxosceles reclusa


3. MORFOLOGI
Morfologi kalajengking (Buthus tumulus) adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai sepasang umbai-umbai yang kuat dan cakar bentuk penjepit (pedipalpus) yang
terletak tepat di depan 4 pasang kaki.
2. Kaki disesuaikan untuk berjalan, cephalothorax tidak bersegmen dan tertutup oleh selembar
lempeng kitin tebal yang disebut dengan carapace.
3. Terdapat 2-12 buah mata ocelli, abdomen bersegmen 12 buah, yang 7 segmen disebut mesosoma
besar dan 5 segmen terminal (metasoma) sangat menyempit.
4. Pada ujung ekor terdapat telson yang berpangkal pada sepasang sisir pada sisi ventral segmen II
abdomen. Pemanjangan pada ujung abdomen berbentuk seperti ekor sebagai alat sengat (telson)
yang mengandung kelenjar toksin.
5. Alat nafas berupa 4 pasang paru-paru terletak sebelah ventral di antara segmen III dan XV
abdomen
6. Bernafas dengan paru-paru buku.
7. Tidak mempunyai antenna
8. Kaki 4 pasang untuk berjalan yang keluar dari cephalothorax
9. Cephalothorax tidak bersegmen.
Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera, sepasang
pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama digunakan untuk menangkap
mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai tipe rambut sensor. Tubuhnya
dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau
pelindung kepala yang biasanya mempunyai sepasang mata median dan 2-5 pasang mata lateral di
depan ujung depan. Beberapa kalajengking yang hidup di guwa dan di literI sekitar permukiman
tidak mempunyai mata.
Abdomen terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas terakhir membentuk ruas
metasoma yang oleh kebanyakan orang menyebutnya ekor. Ujung abdomen disebut telson, yang
bentuknya bulat mengandung kelenjar racun (venom). Alat penyengat berbentuk lancip tempat
mengalirkan venom. Padabagian ventral, kalajengking mempunyai sepasang organ sensorisy ang
bentuknya seperti sisir unik disebut pektin. Pektin ini biasanya lebih besar dan mempunyai gigi
lebih banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor terhadap permukaan tekstur dan
vibrasi. Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor kimia) untuk mendeteksi feromon
(komunikasi kimia).
REPRODUKSI
Berkembang biak secara ovovivipar dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu
dipunggung yang betina. Metamorfosis Buthus Tumulus tidak sempurna yaitu telur – larva –
nimpa – dewasa, masa hidupnya sekitar 2-6 tahun.
1. Periode Kehamilan dari 2-18 bulan
2. Tiap betina melahirkan 25-35 anak yang memanjat ke punggung induknya
3. Mereka ada di punggung induknya 1-2 minggu setelah kelahiran
4. Setelah turun dari punggung, mereka butuh 2-6 tahun untuk mencapai kematangan.
5. Rata-rata kalajengking hidup 3-5 tahun, tapi sejumlah spesies hidup hingga 10-15 tahun.
Kalajengking mempunyai ritual perkawinan yang kompleks, jantan menggunakan
pedipalpinya mencengkeram pedipalpi betina. Jantan kemudian membimbing betina melakukan tarian
percumbuan. Detailnya setiap jenis berbeda, dengan memperlihatkan alat penyengatnya yang panjang
pada jantan. Sperma dari jantan dimasukkan ke dalam struktur yang disebut spermatofor, yang
diletakkan oleh jantan ke atas permukaan yang kelak akan diambil oleh betina. Yang jantan
menyapukan pektin ke atas permukaan tanah untuk mebantu menentukan lokasi yang sesuai untuk
meletakkan spermatofor. Selanjutnya kalajengkin betina akan menarik sperma ini ke dalam lubang
kelamin, yang letaknya dekat ventral abdomen.
Kalajengking mempunyai masa hamil dari beberapa bulan sampai lebih satu tahun, tergantung
jenis, tempat embrio berkembang di dalam ovariuterus atau dalam divertikula khusus yang
bercabang dariovariuterus. Anak-anak yang dilahirkan hidup akan naik ke punggung ibunya.
Ibunya membantu mereka dengan membuatkan kantong melahirkan dengan kaki terlipat untuk
menangkap mereka ketika lahir dan untuk menyediakan mereka menaiki punggung ibunya.
Beberapa jenis kalajengking tidak membentuk kantong lahir.
Rata-rata, seekor betina bisa melahirkan 25-35 ekoranak. Mereka tetap padapunggungnya, sampai
mereka molting untuk pertama kali. Setelah kalajengking muda putih turun dari punggung betina,
moling, kemudian balik lagi ke punggung induk selama 4-5 hari sebelum meninggalkan induk,
biasanya dalam waktu 1-3 minggu setelah lahir.
Sekali mereka turun,mereka sudah mampu bebas,dan secara periodik molting untuk mencapai
dewasa. Biasanya molting terjadi 5 atau 6 kali selama 2-6 tahun untuk mencapai dewasa. Rata-
rata kalajengking kemungkinan hidup 3-5 tahun, tetapi beberapa spesies bisa hidup sampai 25
tahun. Beberapa jenis menunjukkan perilaku sosial, seperti membentuk agregasi selama musim
dingin, menggali koloni dan mencari makan bersama.

Tungau merupakanbinatangyang berukuransangatkecil, yakni 250-300 mikron berbentuk oval,


punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.Tungau memiliki ciri umum memiliki tubuh
tersegmentasi dengan segmen disusun dalam dua tagmata: sebuah
prosoma ( cephalothorax ) dan opisthosoma (perut). Namun, hanya jejak-jejak samar segmentasi utama
tetap di tungau, sedangkan prosoma dan opisthosoma menyatu. Tungau dewasa memiliki empat pasang
kaki, seperti arachnida lain, tetapi beberapa memiliki kaki lebih sedikit.Beberapa tungau parasit hanya
memiliki satu atau tiga pasang kaki dalam tahap dewasa. Tungau dewasa dengan hanya tiga pasang kaki
dapat disebut 'larviform'. Tungau bernapas melalui tracheae,stigmata (lubang kecil pada kulit), usus dan
kulit. Kebanyakan tungau tidak memiliki mata. Mata pusat arachnida selalu hilang, atau mereka menyatu
menjadi satu mata.Panjang tungau dewasa hanya 0,3-0,4 milimeter. Tungau memiliki tubuh
semitransparan memanjang yang
4
terdiri dari dua segmen menyatu. Tungau memiliki delapan kakipendek, kaki yang tersegmentasi melekat
pada segmen tubuh pertama. Tubuh ditutupi dengan sisik untuk penahan dirinya dalam folikel rambut,
dan tungau memiliki pin (seperti mulut) yaitu bagian untuk makan sel-sel kulit dan minyak (sebum) yang
menumpuk di folikel rambut. Tungau dapat meninggalkan folikel rambut dan perlahan-lahan berjalan-
jalan pada kulit, dengan kecepatan 8-16 mm per jam, terutama pada malam hari, ketika mereka mencoba
untuk menghindari cahaya.

iklus Hidup
Daur hidup tungau
ada 4 fase, yaitu : telur→ larva→nimfa →tungau
dewasa. Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa memerlukan waktu selama 8-12 hari.
(Hamzah, 2007)

Você também pode gostar