Você está na página 1de 12

AKUNTANSI PENILAIAN WAJAR

Akuntansi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengubah input (data-data
transaksi) menjadi output (laporan keuangan) yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomik. Suatu entitas akan menggunakan akuntansi untuk menunjukkan bahwa kondisi
keuangannya layak untuk mendapatkan tambahan kredit, atau untuk menunjukkan bahwa entitas
tersebut aman untuk dijadikan tempat berinvestasi. Suatu entitas juga akan menggunakan
akuntansi untuk meninjau apakah pemasoknya masih layak, apakah entitas sudah mengalahkan
pesaing, atau apakah strategi bisnis yang dicanangkannya sudah berhasil.

Dalam konsep perekonomian saat ini, setiap entitas bebas untuk melakukan aktivitas
ekonomi. Setiap entitas juga bebas untuk mengoptimalkan input dan proses untuk mendapatkan
output. Prinsip ekonomi ini jika ditambah dengan sifat dasar manusia yaitu keserakahan (greed)
akan menjadikan akuntansi sebagai alat untuk melakukan fraud.

Sejak akuntansi pertama kali ditemukan, pelaporan keuangan telah diatur sedemikian rupa
sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang benar-benar dapat diandalkan untuk
pengambilan keputusan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akuntan menemukan banyak
celah dalam pendekatan-pendekatan pelaporan keuangan yang telah ada, untuk melakukan fraud.
Hal ini merupakan salah satu sebab munculnya pengaturan akuntansi baru yang berbasis prinsip
yaitu IFRS.

Dalam IFRS dikembangkanlah pendekatan-pendekatan baru dalam pelaporan keuangan


untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan. Misalnya,
ditingkatkannya pengungkapan informasi kualitatif transaksi, pengaturan untuk pelaporan
keuangan menggunakan pendekatan prinsip bukan lagi aturan, dihapusnya pos-pos luar biasa,
penyajian laporan keuangan diubah untuk mencerminkan sifat laporan keuangan, dan penggunaan
pendekatan pengukuran nilai wajar (fair value).

MEMBANDINGKAN PRINSIP BIAYA HISTORIS DENGAN AKUNTNSI NILAI


WAJAR

Historical Cost Principle adalah prinsip yang menghendaki digunakannya harga perolehan
dalam mencatat aktiva. utang, modal, dan biaya. Yang dimaksud dengan-harga perolehan adalah
harga pertukaran yang disetuiui oleh kedua belah pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga
perolehan ini harus terjadi dalam transaksi di antara dua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran
ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang,
modal atau transaksi lainnya.

Sedangkan Fair Value adalah Berdasarkan FASB Concept Statement No.7 dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau
pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar
dan tanggal pengukuran (Perdana, 2011).

IAI dalam buletin teknis no.3, Paragraf PA84 manyatakan bahwa: Dasar dari definisi fair
value adalah asumsi bahwa entitas merupakan unit yang akan beroperasi selamanya tanpa ada
intensi atau keinginan untuk melikuidasi, untuk membatasi secara material skala operasinya atau
transaksi dengan persyaratan yang merugikan. Dengandemikian, fair value bukanlah nilai yang
akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang
dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar mencerminkan
kualitas kredit suatu instrumen.

 Kelemahan historical cost menurut Muljono antara lain:

1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu
pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah
ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut,
2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga
terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing
yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs
yang tepat,
3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan
perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung,
5. Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan ada kecenderungan terjadinya
kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan
pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya,
6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama
dijumlahkan menjadi satu dan
7. Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan
apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya
stable monetary unit.

 Kelebihan Historical cost:


1. Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi
2. Historical cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
3. Selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical cost sangat berguna.
4. Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan dari harga jual dari
historical cost.

Akuntan harus menjaga integritas datanya dari modifikasi internal. Seberapa bergunanya laporan
keuangan tergantung dari current cost atau exit price. Perubahan dalam harga pasar dapat
diungkapkan sebagai data tambahan. Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakan
historical cost accounting.

Kelemahan Fair Value

Menurut Tim Krumwiede (2008;38) terdapat berapa kritik penting terhadap fair value:

1. Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair value bisa menjadi
salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah.
2. Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat mengambil keuntungan dari penilaian
dan estimasi yang digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkan angka pada hasil
dalam angka pendapatan yang diinginkan.
Kelebihan Fair Value

Penman mengemukakan argument mengenai kelebihan dari Fair Value:

1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkan fair value
2. Dengan berlalunya waktu, harga historis jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi
keuangan suatu entitas. Harga menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset.
3. Akuntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam cara yang ekonomis akan
memperhatikan mereka; fair value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang benar.
4. Akuntansi fair value melaporkan economic income: seturut diterima secara luas defenisi
Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value
dari aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan. Akuntansi fair value adalah solusi
kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran pendapatan, dan lebih disukai dibanding
ratusan peraturan yang mendasari pendapatan historical cost
5. Fair value adalah penukuran berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak
bisa yang konsisten dari periode ke periode dan lintas entitas.

PENGERTIAN DAN PROSES AKUNTANSI

Bagi analis laporan keuangan, salah satu alat penting dalam menjalankan dan
melaksanakan fungsinya adalah lapomn ke uangan. Laporan keuangan biasanya diperoleh dari
proses berja lannya sisrem akuntansi. Untuk tidak salah dalam memakai informasi-laporan
akuntansi ini-maka perlu dikelahui secara benar pengertian dari proses akuntansi alau disebut juga
siklus akutansi tersebut

Akuntansi alau ada juga yang menyebul akunting adalah "merupahan bahasa bisnis yang
dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waklu atau
periode ter tentu", Melalui media sislem akuntansi semua transaksi yang dilakukan perusahaan
dapal dicatat dalam buku perusahaan dan bermuara ke laporan akunlansi yang dlsebul juga laporan
ke- uangan Akuntansi (lnisial: A K U N T A N S I) (Harahap, Teon Akuntansi, 1995) itu
memberikan informasi kuantitalif (A=Angka). Ia memberikan informasi yang dipakai dalam
proses pengambilan keputusan (K = Keputusan), ia hanya mencatat yang berdampak moneter (U
= Uang), dan memberikan berbagai nilal (N = Nilai), Ia hanya mencatat transaksi yang terjadi
dalam perusahaan, (T =Transaksi/Tjatatan), akuntansi juga merupakan bahan untuk dianalisis, (A
= Analisis). Ia netral Lidak memihak kepada siapa- siapa, (N = Nelral), Ia seni karena memerlukan
berbagai pertim- bangan dan keahlian khusus, (S = Seni) dan dia mempakan sistem informasi, (I
= Informasi)

PENGANTAR ANALISIS AKUNTANSI KEUANGAN

Analisis akuntansi merupakan persyaratan penting bagi analisis keuangan yang efektif.
Pada bagian ini, akan dijelaskan pentingnya analisis akuntansi, termasuk mengidentifikasi sumber
distorsi akuntansi dan pembahasan kebutuhan penting untuk melakukan analisis. Juga dikenalkan
dua konsep laba alternatif yang penting dalam analisis. Kemudian akan dibahas manajemen,
motifasi dan strateginya, serta implikasinya terhadap analisis.

 Kebutuhan akan Analisis Akuntansi

Kebutuhan akan analisis akuntansi disebabkan dua alasan. Pertama, akuntansi memperbaiki
akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas usaha pada waktu yang lebih tepat.

 Distorsi Akuntansi

Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan
keuangan terhadap relitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi akrual yang
meliputi standar, kesalahan estimasi, keseimbangan antara relevan dan andal, serta kebebasan
dalam aplikasinya.

 Tujuan Analisis

Kebutuhan informasi pemakai berbeda berdasarkan tujuan dan analisis mereka. Pada analisis
ekuitas, informasi akuntansi harus memberikan gambaran yang tidak bias mengenai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Informasi ini juga harus memfasilitasi perhitungan potensi laba
perusahaan di masa depan
Manajemen Laba

Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai ”intervensi manajemen dengan sengaja dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper, 1989). Manajemen
laba dapat berupa ”kosmetik”, jika manajer memanipulasi akrual yang tidak memiliki konsekuensi
arus kas. Manajemen laba juga dapat ”murni” jika manajer memilih tindakan dengan konsekuensi
arus kas dengan tujuan mengubah laba.

 Strategi Manajemen Laba

Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba, antara lain :

Ø Meningkatkan Laba (Increasing Income). Salah satu strategi manajemen laba adalah
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih
baik.

Ø Mandi Besar (Big Bath). Strategi ini dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada
satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada
masa resesi di mana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi
satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi.

Ø Penataan laba (Income Smoothing). Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba.
Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi
fluktuasinya.

 Motivasi Melakukan Manajemen Laba

Motivasi melakukan manajemen laba biasanya dilatari oleh hal-hal sebagai berikut :

Ø Intensif Perjanjian. Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi. Misalnya manajer
tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan bonus
tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas.

Ø Dampak Harga Saham. Intensif manajemen laba lainnya adalah potensi dampak terhadap harga
saham. Misalnya, manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan
sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger yang dilakukan atau penawaran surat
berharga, atau rencana untuk menjual saham atau melaksanakan opsi.
Ø Intensif lain. Terdapat beberapa alasan manajemen laba lainnya. Laba sering kali diturunkan
untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah misalnya untuk
ketaatn undang-undang antimonopoli dan IRS.

 Mekanisme Manajemen Laba

Mekanisme manajemen laba antara lain sebagai beriku :

Ø Pemindahan Laba. Pemindahan laba merupakan manajemen laba dengan memindahkan laba
dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau
menunda pengakuan pendapatan atau beban. Contoh pemindahan laba adalah sebagai berikut :

Ø Mempercepat pengakuan pendapatan dengan membujuk distributor atau pedagang untuk


membeli kelebihan peroduksi pada akhir tahun fiskal.

Ø Menunda pengakuan beban dengan mngkapitalisasi beban dan mengamortisasi sepanjang


periode masa depan.

Ø Memindahkan beban pada eriode beriku dengan mengadopsi metode akuntansi tertentu.

Ø Membuat biaya yang terjadi hanya satu waktu tertentu seperti penurunan nilai aktiva dan biaya
restrukturisasi pada periode antara.

 Manajemen Laba melali Klasifikasi.

Laba juga dapat ditentukan dengan secara khusus mengklasifikasikan beban (dan pendapatan)
pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk umum dari manajemen laba melalui klasifikasi
adalah memindahkan beban di bawah garis, atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak
berulang sehingga tidak dianggap penting oleh analis.

Implikasi Manajemen Laba terhadap Analisis Laporan Keuangan

Karena manajemen laba mendistorsi laporan kuangan, identifikasi dan membuat penyesuaian
manajemen laba menjadi tugas penting dalam analisis laporan keuangan. Namun, meskipun
kekhawatiran mengenai manajemen laba meningkat, namun manajemen laba tidak tersebar sejauh
yang diasumsikan.
Evaluasi Kualitas Laba

Banyak analis mendefinisikan kualitas laba sebagai sejauh mana perusahaan


mengaplikasikan konservatisme perusahaan dengan kualitas laba tinggi diharapkan memiliki rasio
harga terhadap laba (price earning rato) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaaan dengan
kualitas laba rendah.

 Tahapan dalam Evaluasi Kualitas Laba.

Evaluasi kualitas laba mencangkup tahapan sebagai berikut :

Ø Identifikasi dan penilaian kebijakan akuntansi penting. Tahapan penting dalam evaluasi kualitas
laba adalah mengidentifikasi kebijakan akuntansi penting yang dipilih perusahaan.

Ø Evaluasi tingkat fleksibilitas akuntansi. Penting untuk menilai tingkat fleksibilitas yang tersedia
pada saat pembuatan laporan keuangan.

Ø Tentukan strategi pelporan. Menentukan strategi pelaporan yang diadopsi oleh perusahaan.

Ø Identifikasi dan menilai tanda bahaya. Satu tahap yang berguna dalam evaluasi kualitas laba
adlah melihat tanda bahaya.

 Penyesuaian Laporan Keuangan

Beberapa penyesuaian umum laporan keuangan mencangkup :

Ø Kapitalisasi sewa guna operasi jangka panjang, dengan penyesuaian atas neraca dan laporan
laba rugi.

Ø Pengakuan beban kompensasi berbasis saham untuk penentuan laba.

Ø penyesuaian beban tidak rutin seperti penurunan nilai aktiva dan biaya restrukturisasi.

Ø Kapitalisasi litbang jika diperlukan.


AUDIT DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

 Proses Audit

Analis harus mamahami implikasi pendapat audit terhadap pemakai laporan keuangan dan
harus manghargai keterbatan pendapat serta implikasinya terhadap analisis laporan keuangan.

 Standar Auditing yang Berlaku Umum

Auditor biasanya melakukan audit sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum
(generally accepted auditing standards-GASS). Standar audit merupakan alat pengukur untuk
menilai kualitas prosedur audit.

 Prosedur Auditing

Tujuan utama audit laporan keuangan adalah untuk mengidentifikasi kesalahan dan
penyimpangan, yang jika tidak terdeteksi aakan memberikan dampak material pada kewajaran
penyajian dan kesesuaian laporan keuangan dengan GAAP.

Laporan Audit

Bahasa laporan audit telah direvisi untuk memperkecil jarak antara tanggung jawab ingin
diasumsikan auditor dengan asumsi tanggung jawab auditor menurut kepercayaan masyarakat.
Bahasa yang diinginkan tidak teknis dan lebih eksplisit menyatakan tanggung jawab yang
diaumsikan kantor auditor, prosedur yang dilakukan dan kepastian yang diberikan.

 Jenis Kualifikasi Audit

Terdapat beberapa jenis kualifikasi yang dapat dinyatakan oleh auditor, antara lain sebagai berikut:

Ø Kualifikasi ”Kecuali untuk”

Kualifikasi ”kecuali untuk” (except for) mencerminkan pendapat atas laporan keuangan kecuali
untuk suatu akibat yang berasal dari kondisi yang harus diungkapkan. Kualifikasi dapat berasal
dari pembatasan lingkup audit, yang karena kondisi di luar jangkauan auditor atau karena
pembatasan yang dilakukan oleh perusahaan yang diaudit, menghasilkan kegagalan untuk
mendapatkan bukti yang objektif dan dapat diverifikasi.

Ø Pendapat Tidak Wajar


Auditor memberikan pendapat tidak wajar (adverse opinion) pada kasus di mana laporan keuangan
tidak disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan hal ini memiliki
dampak yang material terhadap kewajaran penyajian laporan.

 Implikasi Analisis dari Auditing

Bagian berikut akan menjelaskan implikasi aktivitas auditing terhadap analisis.

1. Implikasi Proses Audit terhadap Analisis

Auditing sebagian besar bersandar pada pendekatan penarikan sample (sampling) atas data dan
informasi yang diaudit. Ukuran sample dibatasi oleh biaya praktik audit. Harus diingat bahwa
terdapat beberap risiko jika kita bersandar pada hasil audit. Risiko ini terkait dengan beberapa
faktor seperti (1) ketidakmampuan dan atau keengganan auditor untuk mendeteksi kecurangan
pada tingkat tinggi dan untuk melakukan uji audit yang diperlukan untuk menangkap kecurangan
ini, (2) ketidakmampuan auditor untuk menilai tingkat memburuknya situasi, (3) gambaran auditor
mengenai sejauh mana tanggung jawab untuk mencari dan mengungkapkan, dan (4) kualitas audit
secara keseluruhan.

2. Implikasi Sandart Auditing terhadap Analisis Laporan Keuangan

Untuk bersandar pada laporan keuangan yang telah diaudit, analisis kita haus memperhatikan
keterbatasan proses audit. Selanjutnya, Harus dipahami apa arti laporan audit. Akuntan publik
menyatakan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen telah ditelaah ulang dan memastikan
laporan tersebut sesuai dengan catatan yang diaudit.

KUALITAS LABA

 Penentu Kualitas Laba

Kebutuhan akan estimasi dan interprestasi pada akuntansi akrual telah membuat beberapa individu
mempertanyakan tingkat keandalan seluruh pengukuran akrual. Bagian ini mempertimbangkan
tiga faktor yang biasanya diidentifikasikan sebagai penentu kualitas laba, yaitu sebagai berikut :

 Prinsip akuntansi.

Salah satu penentu kualitas laba adalah kebebasan manajemen dalam memilih prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku. Kebebasan ini dapat bersifat agresif(optimis) atau konservatif
 Aplikasi akuntansi.

Penentu kulitas laba lainnya adalah kebebasan manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku.

 Risiko usaha.

Penentu kualitas laba yang ketiga adalah hubungan antara laba dan risiko usaha. Hal ini
mencangkup dampak siklus dan kekuatan usaha lain terhadap tingkat, stabilitas, sumber, dan
variabilitas laba.

ANALISIS KUALITAS LABA PADA LAPORAN LABA RUGI

Penentu kualitas Laba yang penting adalah pilihan manjemen atas prinsip akuntansi dan
aplikasinya. Bahasan ini membahas beberapa pilihan akuntansi atas pengeluaran yang penting
untuk membantu kita menilai kualitas laba. Dan karenanya evaluasi pengeluaran ini mengacu pada
analisis kualitas laba pada laporan laba rugi. Dua contoh penting misalnya :

Beban Iklan. Sebagian besar pengeluaran untuk iklan memiliki dampak yang melampaui
periode saat ini. Hal ini merupakan penyebab lemahnya hubungan antara pengeluaran iklan dengan
kinerja jangka pendek.

Beban penelitian dan pengembangan. Biaya penelitian dan pengembangan atau litbang
(R&D) merupakan pengeluaran dalam laporan keuangan yang paling sulit untuk dianlisis dan
diinterpretasi

ANALISIS KUALITAS LABA PADA NERACA

 Konservatisme dalam Pelaporan Aktiva

Kita dapat menyatakan hal ini dalam suatu preposisi ”Jika aktiva dinyatakan terlalu tinggi, maka
laba kumulatif dinyatakan terlalu tinggi”. Hal ini dapat dibuktikan karena laba tidak dikenakan
beban yang diperlukan untuk menurunkan nilai aktiva menjadi nilai realisasinya.

 Konsevatisme dalam Pelaporan Provisi dan Kewajiban

Analisis kita juga harus mencangkup proposisi yang terkait dengan nilai provisi dan kewajiban
terhadap laba. Secara umum, dinyatakan ”Jika provisi dan kewajiaban dinyatakan terlalu rendah,
maka laba kumulatif dinyatakan terlalu tinggi”. Hal ini dapat dibuktikan karena laba tidak
dikenakan beban yang diperlukan untuk menaikkan nilai provisi dan kewajiban ke dalam nilai
pasarnya

Você também pode gostar