Você está na página 1de 13

Menopause adalah fase dalam kehidupan seorang wanita dimana indung telur tidak lagi melepas

telur tiap bulan dan menstruasi berhenti. Dimana perdarahan fisiologis terakhir yang masih
dikendalikan ovarium karena ovarium mengalami penurunan fungsi dan ukuran sehingga hormon
estrogen dan progresteron yang biasanya dihasilkan secara siklis mulai menurun sehingga
mempengaruhi kelancaran haid. Seorang wanita yang menopause tidak lagi mempunyai sel telur
yang dapat dibuahi.

Usia rata-rata menopause ialah 51 tahun tetapi 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40 tahun
dan 5% tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun. Dalam keadaan yang cukup bervariasi dan
individual bagi seorang wanita folikel telur yang tersisa dalam indung telur mulai lenyap. Peristiwa
yang aneh ini terjadi antara usia 44 – 45 tahun. Perubahan itu tiba-tiba dan ada peralihan perlahan-
lahan dari aktivitas indung telur yang normal pada tahun-tahun reproduksi ke indung telur yang
relatif tidak aktif pada tahun menopause.

Perubahan pertama dalam urutan peristiwa yang memuncak pada berhentinya haid atau
menopause adalah folikel telur di indung telur menjadi kurang peka terhadap rangsangan hormon
pituitari. Selain itu ada perubahan jumlah kedua hormon. FSH dan LH yang merangsang
pertumbuhan beberapa folikel setiap bulan sejak remaja.

Etiologi

Menopause terjadi secara fisiologis akibat hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap
stimulasi gonadotropin yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler.
Oasit di dalam ovarium akan mengalami atresia, folikel mengalami penurunan kualitas dan
kuantitas folikel secara kritis setelah 20 – 25 tahun sesudah menarche. Oleh karena itu pada fase
pefi menopause dapat terjadi siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu ketidakteraturan
menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang memendek.

Patofisiologi Menopause

Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan anatomis pada ovarium
berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel primardial serta penurunan aktivitas sintesa
hormon steroid. Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa
klimakterium dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat
pasca menopause. Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif
terhadap hypotalamus yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin
sehingga membuat pola hormonal wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin.
Dengan menurunnya kadar estrogen didalam tubuh maka fungsi fisiologis hormon tersebut akan
menjadi terganggu. Perubahan fisiologis sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan
gambaran klinis berupa gangguan neurovegetatif, gangguan palkis, gangguan somatik, dan gangguan
siklus haid.

Gejala Menopause

Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat
berkurang didalam tubuh kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan perubahan-
perubahan:

a. Perubahan Organ Reproduksi

Akibat berhentinya haid berbagai organ reproduksi akan mengalami gangguang diantaranya : uterus
mengecil, tuba falopi lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, serviks-serviks akan mengkerut,
akan terjadi penipisan vagina dan menyebabkan hilangnya rugae, dasar pinggul kekuatan dan
elastistik menghilang, perineum dan anus lemak subcutan menghilang, vesica urinaria aktivitas
kendali otot kandung kemih menurun dan bentuk payudara akan mengecil.

b. Perubahan Hormon

Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi
berkurang begitu juga yang terjadi pada hormon progesteron. Menurunnya kadar hormon ini
menyebabkan terjadinya perubahan haid menjadi sedikit, jarang bahkan siklus haidnya mulai
terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon
estrogen.

c. Perubahan Fisik

Ketika seorang memasuki masa menopause fisik mengalami ketidak nyamanan seperti rasa kaku dan
linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba disekujur tubuh. Misalnya pada kepala, leher dan dada bagian
atas.

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause yaitu :

- Ketidak teraturan siklus haid

- Gejolak rasa panas

- Kekeringan vagina
- Perubahan kulit

- Keringat berlebihan

- Gangguan tidur

- Perubahan pada mulut dan hidung

- Gangguang pada otot dan sendi

d. Perubahan Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam
kehidupan sosial.

Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

- Ingatan menurun

- Kecemasan meningkat

Penanganan Menopause

Hal pertama yang penting untuk diingat adalah perasaan asing itu hanyalah berlangsung sementara
waktu. Penyesuaian akan terjadi dengan sendirinya. Wanita yang mempunyai minat diluar rumah
lebih mudah menyesuaikan diri. Tetapi wanita yang tinggal di rumah saja sering menimbulkan
masalah. Penelitian yang cermat di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan sekitar 2/3 wanita
melewati masa perubahan kehidupan tanpa masalah atau dengan sedikit saja masalah. 1/3 nya
memerlukan bantuan. Bantuan diperoleh dari dokter, keluarga yang mengetahui dirinya dan latar
belakangnya. Dia khususnya menawarkan pengertian yang simpatik dan memberikan keyakinan
yang dibutuhkan. Dokter akan dapat menjelaskan bahwa gejala panas dan vagina kering akan hilang
jika dia memilih pemakaian hormon estrogen untuk menggantikan yang tidak diproduksi lagi oleh
indung telur. Dukungan keluarga jauh lebih penting dan konseling dengan tenaga kesehatan
terdekat.
1. Pengertian menopause

enurut arti katanya, menopause berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo”
berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara
definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang
dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium
(Kartono, 1992).

Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita, dimana siklus menstruasi berhenti.
Bagi seorang wanita, dengan berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya fungsi reproduksi (tidak
dapat hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam melayani suami di bidang
kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (Hawari, 1996).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menopause adalah suatu fase
dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi
reproduksi.

2. Periode terjadinya menopause

enurut Damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang diawali
dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah, yang dipicu oleh
kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang sama hormon perangsang
folikel (FSH= Foilicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan
kelenjar hipofise merangsang proses pematangan telur dalam ovarium. Keadaan ini kemudian
menghasilkan peningkatan kadar estrogen. Fase ini disebut fase pengelupasan.

Fase pengelupasan akan segera diikuti fase proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan membuat
endometrium mengalami penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel dan hormon lutein
mencapai puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Folikel tempat sel telur
dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut corpus luteum yang menghasilkan
progesteron, yang akan membuat kelenjar endometrium mengalami fase sekresi sebagai persiapan
bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, kadar
estrogen menurun, corpus luteum mengalami degenerasi dan kadar progesteronpun menurun.

Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis terpakai.
Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir
habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang
menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi di sekitar menopause, yang berkembang
sesudahnya. Ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium, yaitu estrogen,
progesteron, dan testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak
diproduksi.

Santrock (2002) mengemukakan sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa tengah, beberapa
perubahan mulai tampak lebih awal diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik / bagian diusia 40
tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukkan bahwa masa dewasa tengah telah datang.
Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling tampak dalam
masa dewasa tengah. Daya akomodasi mata, kemampuan untuk memfokuskan dan
mempertahankan gambar pada retina-mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59
tahun. Khususnya, individu pada usia tengah baya mulai mengalami kesulitan melihat obyek-obyek
yang dekat.

engenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti. Sesungguhnya setiap wanita
mengalaminya pada umur tertentu, setelah masa kesempurnaan berakhir. Sehubungan dengan itu
para ahli memberikan batasan umur pada wanita menopause berbeda-beda antara satu dengan
yang lain, karena ditinjau dari sudut yang berbeda pula.

Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di


usia 45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam dkk (1981), yang menyatakan bahwa
sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun. Meskipun begitu ada
beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula
wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi terakhir.

Menurut Pakasi (dalam Indarwati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium, yaitu suatu
masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu usia 40-63
tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan seseorang dan
cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur mulai berhenti.

Muhammad (1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa-sisa folikel sel
telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap
wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, antara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi
yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai
memasuki usia menopause. Menurut Hastings (Damayanti, 2003) sebagian besar wanita mengalami
menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur 47 tahun.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya menopause ketika
persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi entrogen yang akibatnya haid
tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa
kesuburannya. Dan dengan melihat batasan umur wanita menopause yang telah disebutkan, dapat
diambil kesimpulan batasan wanita akan mengalami menopause antara umur 40 tahun sampai 55
tahun.

3. Gejala-gejala menopause

Pada masa menopause diikuti perubahan-perubahan baik fisik maupun psikisnya. Untuk mengetahui
masa menopause sudah datang pada wanita, ada beberapa gejala yang mendahului meskipun tidak
semua wanita akan merasakan gejala-gejala ini.

Reitz (dalam Damayanti, 2003) mengutarakan beberapa gejala yang mengawali masa menopause,
yaitu:

a. Berhentinya menstruasi secara mendadak. Mulai terjadi pola haid yang tidak beraturan, haid
dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola tertentu pada wanita yang berusia
sekitar 45 tahun keatas.

b. Terjadinya arus panas. Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan pada vasomotor.
c. Rasa gelisah, mudah tersinggung, ketegangan dan kecemasan, termasuk perasaan tertekan,
sedih, malas, emosi yang meluap, mudah marah, merasa tidak berdaya dan mudah menangis.

d. Osteoporosis (pengeroposan tulang).

e. Pruritis, merupakan istilah kedokteran untuk rasa gatal pada kulit di daerah vulva atau alat
kelamin.

enurut Kartono (1992) beberapa gejala yang menandai menopause yang disebut fase preliminer,
yaitu:

a. Menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, yang datang lebih lambat atau lebih awal.

. Kotoran, haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat sedikit.

c. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris, yang berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh-


pembuluh darah.

d. Merasa pusing, disertai sakit kepala terus menerus.

e. Keringat berlebih, yaitu berkeringat yang tidak ada henti-hentinya.

f. Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit syaraf dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala menopause antara lain
berhentinya menstruasi secara mendadak atau menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur,
terjadinya arus panas, merasa gelisah, pusing, osteoporosis, pruritis, selalu berkeringat dan
neuralgia.
1. Pengertian menopause
enurut arti katanya, menopause berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo”
berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara
definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang
dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium
(Kartono, 1992).
Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita, dimana siklus menstruasi
berhenti. Bagi seorang wanita, dengan berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya fungsi
reproduksi (tidak dapat hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam
melayani suami di bidang kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (Hawari, 1996).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menopause adalah suatu
fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya
fungsi reproduksi.
2. Periode terjadinya menopause
enurut Damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang
diawali dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah,
yang dipicu oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang sama
hormon perangsang folikel (FSH= Foilicle StimulatingHormone) dan hormon lutein
(Luteinizing Hormone) yang dihasilkan kelenjar hipofise merangsang proses pematangan
telur dalam ovarium. Keadaan ini kemudian menghasilkan peningkatan kadar estrogen. Fase
ini disebut fase pengelupasan.
Fase pengelupasan akan segera diikuti fase proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan
membuat endometrium mengalami penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel
dan hormon lutein mencapai puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi).
Folikel tempat sel telur dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut corpus
luteum yang menghasilkan progesteron, yang akan membuat kelenjar endometrium
mengalami fase sekresi sebagai persiapan bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu
kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, kadar estrogen menurun, corpus luteum mengalami
degenerasi dan kadar progesteronpun menurun.
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis terpakai.
Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang dimiliki sejak
lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan
hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi di sekitar menopause, yang
berkembang sesudahnya. Ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,
yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-
hormon ini tidak diproduksi.
Santrock (2002) mengemukakan sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa tengah,
beberapa perubahan mulai tampak lebih awal diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik /
bagian diusia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukkan bahwa masa dewasa
tengah telah datang. Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan
dan paling tampak dalam masa dewasa tengah. Daya akomodasi mata, kemampuan untuk
memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina-mengalami penurunan paling tajam
pada usia 40 dan 59 tahun. Khususnya, individu pada usia tengah baya mulai mengalami
kesulitan melihat obyek-obyek yang dekat.
engenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti. Sesungguhnya setiap
wanita mengalaminya pada umur tertentu, setelah masa kesempurnaan berakhir. Sehubungan
dengan itu para ahli memberikan batasan umur pada wanita menopause berbeda-beda antara
satu dengan yang lain, karena ditinjau dari sudut yang berbeda pula.
Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami
menopause di usia 45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam dkk (1981), yang
menyatakan bahwa sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun.
Meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur 45
tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi
terakhir.
Menurut Pakasi (dalam Indarwati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium,
yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut
usia, yaitu usia 40-63 tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda
kewanitaan seseorang dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur
mulai berhenti.
Muhammad (1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa-sisa
folikel sel telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat ini tidaklah
sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, antara umur 45 tahun dan 55
tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika
wanita itu sudah mulai memasuki usia menopause. Menurut Hastings (Damayanti, 2003)
sebagian besar wanita mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-
rata pada umur 47 tahun.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya menopause ketika
persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi entrogen yang
akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang
berarti berhentinya masa kesuburannya. Dan dengan melihat batasan umur wanita menopause
yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan batasan wanita akan mengalami menopause
antara umur 40 tahun sampai 55 tahun.

3. Gejala-gejala menopause
Pada masa menopause diikuti perubahan-perubahan baik fisik maupun psikisnya. Untuk
mengetahui masa menopause sudah datang pada wanita, ada beberapa gejala yang
mendahului meskipun tidak semua wanita akan merasakan gejala-gejala ini.
Reitz (dalam Damayanti, 2003) mengutarakan beberapa gejala yang mengawali masa
menopause, yaitu:
a. Berhentinya menstruasi secara mendadak. Mulai terjadi pola haid yang tidak beraturan,
haid dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola tertentu pada wanita yang
berusia sekitar 45 tahun keatas.
b. Terjadinya arus panas. Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan pada vasomotor.
c. Rasa gelisah, mudah tersinggung, ketegangan dan kecemasan, termasuk perasaan tertekan,
sedih, malas, emosi yang meluap, mudah marah, merasa tidak berdaya dan mudah menangis.
d. Osteoporosis (pengeroposan tulang).
e. Pruritis, merupakan istilah kedokteran untuk rasa gatal pada kulit di daerah vulva atau alat
kelamin.
enurut Kartono (1992) beberapa gejala yang menandai menopause yang disebut fase
preliminer, yaitu:
a. Menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, yang datang lebih lambat atau lebih awal.
. Kotoran, haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat sedikit.
c. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris, yang berupa penyempitan atau pelebaran
pembuluh-pembuluh darah.
d. Merasa pusing, disertai sakit kepala terus menerus.
e. Keringat berlebih, yaitu berkeringat yang tidak ada henti-hentinya.
f. Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit syaraf dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala menopause antara lain
berhentinya menstruasi secara mendadak atau menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur,
terjadinya arus panas, merasa gelisah, pusing, osteoporosis, pruritis, selalu berkeringat dan
neuralgia.
Perimenopause ( klimakterium ) berawal beberapa bulan atau tahun sebelum seorang wanita
berhenti haid.

Usia rerata menopause adalah 51 tahun pada saat pasokan oosit berhenti.

Bayi wanita memiliki sekitar 500.000 oosit dalam kedua ovariumnya, 1/3 diantaranya hilang sebelum
pubertas dan sebagian besar sisanya hilang pada masa reproduksi. Pada tiap siklus menstruasi, 20 –
30 folikel primordial dalam proses perkembangan dan sebagian besar diantaranya mengalami
atresia. Selama masa reproduksi sekitar 400 oosit mengalami proses pematangan dan sebagian
besar hilang spontan akibat bertambahnya usia.

Pada masa premenopause, estradiol yang biasanya dihasilkan oleh sel granulosa folikel menjadi
berkurang. Proporsi siklus menstrual anovulatoar meningkat dan produksi progesteron juga
menurun.

KADAR HORMON PLASMA 1 TAHUN PASCA MENOPAUSE

Akibat tidak adanya mekanisme umpan balik negatif estrogen maka produksi FSH dan LH akan
meningkat, namun produksi hormon hipofisis lain tidak terganggu.

Kadar FSH serum > 30 i.u / L dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa menopause

Androstenedione sirkulasi terutama berasal dari adrenal yang di konversi oleh lemak sel menjadi
estron ( jenis estrogen yang lebih lemah dari estradiol ). Setelah menopause, jenis estrogen inilah
yang banyak berada dalam sirkulasi dibandingkan estrogen yang berasal dari ovarium.

GEJALA dan TANDA

Presentation2

PERDARAHAN PERVAGINAM

Perdarahan pervaginam yang tidak teratur sebelum menopause sering merupakan akibat dari siklus
haid yang anovulatoar dan keadaan ini harus dinilai lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma endometrium.

Diagnosa menopause sendiri ditegakkan bila tidak terjadi haid dalam waktu 1 tahun secara berturut
turut. 10% perdarahan pasca menopause disebabkan oleh keganasan ginekologi.

HOT FLUSHES

Perasaan subjektif yang tidak enak berupa rasa panas di bagian atas tubuh yang berlangsung sekitar
3 menit. 50 – 85% wanita menopause menunjukkan adanya keluhan vasomotorik ini, namun hanya
sekitar 10 – 20% yang mencari pertolongan medis untuk mengatasi keluhan ini.

Keluhan ‘hot flushes’ sering disertai keluhan lain berupa rasa mual, palpitasi , banyak berkeringat
dan keluhan ini umumnya berlangsung pada malam hari.
Keluhan ini diduga berasal dari hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH. Diduga bahwa
penurunan estrogen akan mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada
pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH.

Sekitar 20% wanita mengeluhkan serangan ‘hot flushes’ meskipun masih memperoleh haid secara
teratur. Keluhan ‘hot flushes’ mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang
rendah, namun sekitar 25% penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun.
Pemberian estrogen eksogen dalam bentuk terapi pengganti hormon efektif dalam meredakan
keluhan ‘hot flushes’ pada 90% kasus.

ATROFI UROGENITAL

Sistem genital, urethra dan trigonum vesikalis adalah organ yang bersifat ‘estrogen dependen’ dan
secara gradual mengalami atrofi setelah menopause. Penipisan vagina menyebabkan dispareunia
dan perdarahan, hilangnya glikogen vagina menyebabkan peningkatan pH yang merupakjan
predisposisi infeksi lokal. Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh atrofi trigonum vesikalis. Tidak
seperti ‘hot flushes’, keluhan atrofi muncul bertahun tahun setelah menopause dan tidak akan
membaik secara spontan dengan pemberian estrogen sistemik.

KELUHAN LAIN-LAIN

Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa beberapa keluhan seperti letargi, iritabilitas dapat
diatasi dengan memberikan terapi hormonal. Beberapa peneliti, menduga bahwa depresi bukan
merupakan akibat penurunan estrogen secara langsung meskipun kenyataannya bahwa pemberian
estrogen dapat mengatasi keluhan depresi. Insomnia adalah akibat gejala sering berkeringat dimalan
hari , jadi bukan efek langsung dari turunnya kadar estrogen. - See more at:
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/11/menopause_11.html#sthash.ZHvvevct.dpuf

Menopause didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat
hilangnya aktifitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode
menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai alat menopause.Pascamenopause
didefinisikan sebagai waktu semenjak periode menstruasi terakhir.
Perimenopause (klimakterium) atau transisi menopause didefinisikan sebagai anteseden
(pendahuluan) fisiologis yang berhubungan dengan transisi dari fungsi folikular pramenopause ke
pascamenopause dan terdiri dari periode waktu (2 sampai 8 tahun) sebelum menopause dan satu
tahun setelah menstruasi terakhir. Dengan demikian, tahun terakhir perimenopause bersamaan
dengan tahun pertama pascamenopause.

Wanita di Amerika Serikat sekarang dapat berharap untuk menghabiskan sepertiga waktu hidupnya
dalam keadaan pascamenopause. Rata-rata usia menopause adalah 48- dan 52 tahun (paling sering
usia 51 tahun), tetapi setiap saat antara usia 40 sampai 60 tahun adalah normal.

Usia Menopause Menurut WHO

Faktor yang berhubungan dengan menopause dini meliputi merokok ( rata-rata 1 sampai 2 tahun
lebih muda), siklus menstruasi yang lebih pendek dari 26 hari, pembedahan ginekologis (tanpa
ooforektomi), dan kemoterapi kanker atau radioterapi (kegagalan ovarium terjadi pada 40%
sampai 85%, terutama bila usia lebih dari 40 tahun selama penanganan).

Faktor yang berhubungan dengan menopause lambat meliputi menarke dini dan paritas tinggi.
Meskipun merupakan proses penuaan alamiah, 90% wanita mengalami gejala dan jelas berdampak
pada kesehatan.

- Tipe dan banyaknya gejala klimakterium berhubungan dengan ras, etnis, edukasi, stress kehidupan
yang dialami, dan jumlah olahraga serta ketertarikan pada waktu luang.

- Awitan gejala sering terjadi selama perimenopause sebelum menstruasi berhenti.

Transisi ke menopause terjadi karena interaksi kejadian di sistem saraf pusat, endokrin, dan kejadian
di ovarium mengakibatkan peningkatan kecepatan kehilangan folikel ovarium yang menghasilkan
siklus reproduksi tak teratur.

Walaupun tidak adanya pelepasan estrogen ovarium merupakan anti gejala klimakterium, beberapa
penemuan menunjukan bahwa sebenarnya terdapat interaksi kejadian yang lebih kompleks. Itulah
Usia Menopause Menurut WHO!
1. Periode terjadinya menopause
Menurut Damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang diawali
dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah, yang dipicu
oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang sama hormon
perangsang folikel (FSH= Foilicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone)
yang dihasilkan kelenjar hipofise merangsang proses pematangan telur dalam ovarium. Keadaan
ini kemudian menghasilkan peningkatan kadar estrogen. Fase ini disebut fase pengelupasan.

Fase pengelupasan akan segera diikuti fase proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan membuat
endometrium mengalami penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel dan hormon lutein
mencapai puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Folikel tempat sel telur
dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut corpus luteum yang menghasilkan
progesteron, yang akan membuat kelenjar endometrium mengalami fase sekresi sebagai
persiapan bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi,
kadar estrogen menurun, corpus luteum mengalami degenerasi dan kadar progesteronpun
menurun. Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis
terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang dimiliki
sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan
hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi di sekitar menopause, yang
berkembang sesudahnya. Ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium, yaitu
estrogen, progesteron, dan testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini
tidak diproduksi.

Santrock (2002) mengemukakan sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa tengah,
beberapa perubahan mulai tampak lebih awal diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik / bagian
diusia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukkan bahwa masa dewasa tengah telah
datang. Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling
tampak dalam masa dewasa tengah. Daya akomodasi mata, kemampuan untuk memfokuskan dan
mempertahankan gambar pada retina-mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59
tahun. Khususnya, individu pada usia tengah baya mulai mengalami kesulitan melihat obyek-
obyek yang dekat. Mengenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti.
Sesungguhnya setiap wanita mengalaminya pada umur tertentu, setelah masa kesempurnaan
berakhir. Sehubungan dengan itu para ahli memberikan batasan umur pada wanita menopause
berbeda-beda antara satu dengan yang lain, karena ditinjau dari sudut yang berbeda pula.

Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di


usia 45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam dkk (1981), yang menyatakan bahwa
sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun. Meskipun begitu ada
beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula
wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi terakhir.
Menurut Pakasi (dalam Indarwati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium, yaitu
suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu
usia 40-63 tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan
seseorang dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur mulai berhenti.
Muhammad (1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa-sisa folikel
sel telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat ini tidaklah sama pada
setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, antara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada
transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah
mulai memasuki usia menopause. Menurut Hastings (Damayanti, 2003) sebagian besar wanita
mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur tahun. Baca
selengkapnya…

Você também pode gostar