Você está na página 1de 6

Analisis Kebijakan

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEGEMUKAN DAN OBESITAS PADA


ANAK USIA SEKOLAH
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2012

A. Latar Belakang

Dalam Undang undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan

bahwa Pembangunan di bidang gizi diarahkan untuk meningkatkan mutu gizi

perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,

perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan

kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Rencana Aksi

Nasional Pembinaan Gizi Masyarakat sasaran jangka panjang yang ingin dicapai adalah

masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan, berdasarkan ukuran ukuran universal yang

telah disepakati.

Berdasarkan data Riskesdas 2010 dibandingkan data 2007 terjadi peningkatan

prevalensi obesitas pada tiap tahap kehidupan. Kejadian peningkatan Gizi lebih ini akan

memberikan beban pembangunan bidang kesehatan yang semakin berat dengan masih

adanya masalah gizi kurang Makin meningkatnya masalah kesehatan yang bersumber

dari masalah gizi lebih perlu diantisipasi dengan melakukan perubahan kebijakan yang

mendasar dalam upaya pelayanan kesehatan. Dengan terbatasnya sumberdaya yang ada

dan semakin terbatasnya kemampuan pemerintah menyediakan anggaran disaat beban

pembangunan kesehatan meningkat maka kebijakan berimbang dan simultan dengan

meningkatkan partisipasimasyarakat secara luas merupakan hal yang krusial dan


pendekatan yang sensible untuk kebijakan pencegahan dan penanggulangan kegemukan

dan obesitas.

Pencegahan dan penanggulangan perlu dilakukan sedini mungkin mulai dari usia

muda. Dikarenakan kegemukan dan obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi

obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit

degeneratif dikemudian hari. Profil lipid darah pada anak obesitas menyerupai profil lipid

pada penyakit kardiovaskuler dan anak yang obesitas mempunyai risiko hipertensi lebih

besar. Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan

penanganan yang tepat dengan melibatkan peran orang orang dekat dalam lingkungan

hidupnya seperti orang tua dan guru di sekolah.

Untuk itu Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan merasa perlu segera

mengembangkan regulasi dalam bentuk Pedoman Penanggulangan Gizi Lebih. Dan

pedoman tersebut digunakan untuk melakukan pencegahan terhadap penanggulangan

anak yang terdeteksi menderita kegemukan/ obesitas. Akan tetapi sepertinya pedoman

tersebut tidak menyentuh semua lapisan tingkat sekolah dasar.

B. Implementasi Program Penanggulangan Pencegahan Obesitas

Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah

merupakan suatu upaya komprehensif yang melibatkan stakeholder yang ada di wilayah.

Stakeholders mempunyai peran sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan, melalui

koordinasi dengan kepala Puskesmas.

Pencegahan dilakukan melalui pendekatan kepada anak sekolah beserta orang-

orang terdekatnya (orang tua, guru, teman, dll) untuk mempromosikan gaya hidup sehat
meliputi pola dan perilaku makan serta aktivitas fisik. Strategi pendekatan dilakukan pada

semua anak sekolah baik yang berisiko menjadi kegemukan dan obesitas maupun tidak.

Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan

fasilitas pelayanan kesehatan. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk

pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan serta dukungan

sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini

memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam jangka waktu

lama. Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola dan perilaku makan

meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi

makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi makanan tinggi energi dan lemak,

mengurangi konsumsi junk food, serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi

sedentary life style.

Obesitas pada anak telah menjadi salah satu masalah kesehatan paling penting di

banyak Negara. Dan seiring dengan meningkatnya obesitas, meningkat pula penyakit-

penyakit yang terkait dengannya. Karena itu, peran dokter dan perawat anak dalam

mendidik orang tua mengenai obesitas, mengenali obesitas dalam praktik sehari-hari, dan

menangani obesitas beserta penyakit yang seringkali menyertainya menjadi sangat

penting.

Rekomendasi yang telah dilakukan oleh American Medical Association Health

Resources and Services Administration, and the Centers for Disease Control and

Prevention in 2007 merekomendasikan penyuluhan kesehatan bagi anak dengan obesitas

tentang pentingnya pengkajian , pencegahan dan terapi anak dan remaja dengan

overweight dan obesitas. Tahun 2010 The US Preventive Service Task Force (USPSTF)
merekomendasikan skrining untuk anak-anak dan remaja. Oleh karena itu perlunya

dilakukan screening dan manajemen obesitas anak untuk menekan angka obesitas yang

sewaktu-waktu bisa meledak sehingga komplikasi akibat obesitas bisa diantisipasi dan

diminimalkan lebih awal. Screening dapat dilakukan lebih dini dengan teknologi

informasi kesehatan sehingga manajemen obesitas yang meliputi pemantauan berat

badan, pengaturan asupan makanan dan cairan serta terapi medis bisa dilakukan secara

komprehensif.

Sistem informasi kesehatan dalam screening dan manajemen obesitas dimulai

dengan pengisian grafik pertumbuhan sesuai berat badan yang akan dikonversikan

dengan bodi mass index. Ketika anak dinyatakan obesitas maka system ini akan

memberikan sinyal bahwa anak ini mengalami obesitas. Selanjutnya data hasil

laboratorium akan diakses dan ringkasan hasil visite akan diprint sebagai dokumentasi.

Semua data disimpan dalam bentuk electronic health records (EHRs). EHRs digunakan

untuk mengakses informasi kesehatan terkait dengan klien. Kemudian klien diberikan

penjelasan apa yang harus dilakukan terkait manajemen obesitas. Penjelasan itu bisa

diklik pasien atau keluarga dari manapun untuk mengetahui pengaturan asupan makanan,

cairan dan aktivitas. Data lain yang dapat diakses adalah pemberian terapi,

perkembangan berat badan, hasil konsultasi dengan dokter terkait terapi dan diet, bahkan

saat itu klien dan keluarga dapat berkomunikasi terkait dengan permasalahan yang

dialami klien. Selanjutnya pasien dapat mengakses penjelasan yang diberikan dan dapat

diprint out. Data ini menjadi pedoman dalam terapi serta pemantauan obesitasnya.

Selain sebagai screening dan managemen obesitasnya, alat ini dapat mengakses

konseling pasien terkait penanganan obesitasnya. Materi konseling dapat diakses pasien
dan keluarga dari manapun juga dan dapat diprint out. Klien dapat bertanya dan

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dokter anak terkait obesitas anaknya.

Sistem screening ini seharusnya dapat diadopsi di Indonesia untuk

keberlangsungan dan keberhasilan penanggulangan obesitas pada anak dan mengurangi

dampak klinis yang mungkin dapat terjadi jika masalah ini dibiarkan terus menerus.

Untuk memenuhi keterlibatan para stakeholder jenis kepemimpinan yang tepat

dilakukan adalah model kepemimpinan diri situasional yang diperkenalkan oleh Ken

Blanchard. Yaitu dengan melihat tinggi rendahnya perilaku yang mendukung dan

perilaku yang mengarahkan dalam manajemen kelola pentatalaksanaan penanggulangan

obesitas pada anak usia sekolah tersebut.

Sebab menurut praduga penulis pentatalaksanaan penanggulangan obesitas

tersebut masih sangat jarang dilakukan meskipun secara teori dan telah cukup

berkembang dan dikenali oleh masyarakat secara umum. Oleh karena itu, masih sangat

diperlukan advokasi secara menyeluruh baik untuk para stakeholder yang terlibat

langsung maupun pada masyarakat secara luas. Dengan menggunakan system

kepemimpinan situasional tadi.

C. Kesimpulan dan Saran

Program screening dan manajemen obesitas pada anak melalui komputer sangat

cocok diterapkan di Indonesia karena jumlah anak dengan obesitas di Indonesia sama

tingginya dengan jumlah anak dengan gizi buruk. Penanganan obesitas bisa lebih cepat

dilakukan, serta orang tua bisa mengakses materi konseling dan dapat diprint. Kelemahan

system ini adalah terkait dengan pembayaran jasa konsultasi dan terapi, karena semuanya
bisa diakses di manapun dan kapanpun tanpa harus datang ke klinik, puskesmas ataupun

rumah sakit.

Você também pode gostar