Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK
Kata Kunci :
ABSTRACT
Keyword :
PENDAHULUAN
Buah-buahan adalah salah satu jenis komoditi hortikultura yang tersedia
dengan jumlah yang besar dan beragam. Keunggulan cita rasa yang dimiliki buah-
buahan Indonesia tidak kalah dengan buah-buah dari negara lainnya. Kelemahan
dari produk buah-buahan ini adalah mudah rusak atau dapat dikatakan masa
simpannya singkat, sementara ketika sedang musim, produksinya dapat meningkat
tajam. Hal tersebut menyebabkan komoditi hortikultura mudah busuk dan
terbuang.
Perubahan biokimia pada buah dapat disebabkan oleh enzim yang
dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme pada buah. Enzim itu sendiri
merupakan suatu protein yang mempunyai aktivitas katalitik yang bersifat spesifik
mengubah substrat menjadi produk dengan jalan menurunkan energi aktivasi.
Enzim yang lengkap dengan semua komponennya disebut holoenzim, enzim yang
hanya terdiri dari protein saja disebut apoenzim, dan enzim yang terdiri dari
bagian non-protein disebut kofaktor. Senyawa yang diubah dalam reaksi yang
dikatalisis enzim disebut substrat (deMan, 1997).
Efek yang ditimbulkan oleh enzim hasil mikroorganisme adalah perubahan
warna, aroma, tekstur, rasa, dan kandungan di dalam buah. Perubahan biokimia
tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada komoditi buah ketika buah terus
mengalami pematangan tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut, namun aktivitas
enzim dari mikroorganisme tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan pada buah,
diketahui bahwa enzim hasil kerja mikroorganisme dapat digunakan untuk
meninkatkan kualitas atau mutu produk buah, seperti enzim pektinase yang dapat
menjernihkan jus buah. Pengolahan buah-buahan menjadi produk yang memiliki
masa simpan lebih lama, namun tidak dipungkiri perubahan biokimia masih dapat
terjadi pada buah-buahan yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut akibat
aktivitas enzim oleh mikroorganisme.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perubahan biokimia
dengan aktivitas enzim dari mikroorganisme pada buah, kerusakan yang
disebabkannya, dan apikasinya dalam meningkatkan produk buah.
PEMBAHASAN
PATIm
MONOSAKARIDA
(glukosa, fruktosa)
Hidrolisis amilosa oleh a-amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama
adalah degradasi menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak.
Degradasi ini terjadi secara cepat diikuti pula dengan menurunnya viskositas
dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat dengan pembentukan glukosa dan
maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin, hidrolisis dengan a-
amilase menghasilkan glukosa, maltosa dan berbagai jenis a-limit dekstrin yang
merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang semuanya
mengandung ikatan a-1,6 glikosidik (Suhartono, 1989).
Perubahan pematangan buah akibat dari kerja enzim amilase dapat dilihat
dalam jurnal berjudul “Magnitude of Changes in the Activity of Amylases and
Cellulase and its Association with the Biochemical Composition during
Maturation and Ripening of Banana (Musa spp.)”
Hasil pengamatan pada jurnal menunjukan Aktivitas amilase yang sangat
tinggi diketahui dari 92 (103,40 ± 8,20 * Unit) sampai hari ke 96 (51,78 ± 2,26
Unit)) dan bertanggung jawab atas degradasi pati pada tahap awal proses
pematangan buah. Aktivitas amilase kemudian berangsur-angsur menurun ke
tahap yang terlalu matang (12,67 ± 1,30 * Unit pada hari ke 100 dan 5,78 ± 0,37
pada hari ke 102) pada saat itu pati telah ditransformasikan menjadi gula larut.
Aktivitas rendah selama tahap awal pengembangan buah dan pematangan buah
dan aktivitas tinggi secara signifikan selama tahap pemasakan buah secara jelas
menetapkan peran enzim amilase dalam transformasi pati menjadi gula larut pada
buah pisang (Mohan et al., 2014).
Rasa manis buah pisang terutama disebabkan oleh tingginya konsentrasi
fruktosa yang terbentuk saat pemasakan. Konsentrasi fruktosa yang tiba-tiba
selama pematangan dikaitkan dengan degradasi sukrosa dan pati sehingga secara
keseluruhan meningkatkan konsentrasi gula larut terutama Fruktosa. Pada tahap
buah yang belum matang (buah-buahan lunak) ditandai dengan sedikit pati dan
bila menumbuhkan akumulasi pati terjadi. Ketika buah yang mulai memanggang
pati akan terdegradasi ke gula larut terutama fruktosa, dinding sel akan
terdegradasi dan akibatnya buah menjadi manis dan lembut (Mohan et al., 2014).
2.1.2 Enzim Klorofilase
Enzim khlorofilase merupakan enzim yang secara alami sudah berada pada
buah. Enzim klorofilase adalah enzim yang terdapat pada buah yang dapat
menyebabkan terjadinya degradasi klorofil. Enzim klorofilase merupakan satu-
satunya enzim yang dapat mengkatalis degradasi klorofil (Manurung, 2011).
Enzim klorofilase adalah jenis enzim esterase yang memiliki sifat unik, diman
pada suhu kamar enzim ini hanya aktif jika ada pelarut-pelarut organik, sedangkan
dalam pelarut air, fungsi enzim akan optimum pada kisaran suhu 65-75oC, diduga
hal ini diakibatkan oleh keadaan enzim yang secara fisik terikat pada lipoprotein
lamella (Gross, 1991). Menurut laporan Mac Kinney dan Weast dalam Sari (2005)
bahwa aktifitas maksimum dari enzim klorofilase adalah 750C. Jones et al dalam
Sari (2005) melaporkan bahwa blansir pada suhu 1000C selama 4 detik secara
nyata menginaktivasi enzim klorofilase.
Klorofilase merupakan sebuah esterase dimana secara in vitro dapat
mengkatalis pemecahan phytol dari klorofil membentuk klorofilides dan
kemudian Mg yang terikat akan terlepas membentuk pheophorbide. Derivat
klorofil yang terbentuk ketika dilakukan proses pemanasan dapat dikelompokkan
menjadi dua, berdasarkan ada/tidaknya atom magnesium di tengah tetrapirol.
Derivat yang mengandung Mg berwarna hijau, sedangkan yang tidak mengandung
Mg berwarna kecoklatan. Jika ada ion seng atau tembaga, akan terbentuk
kompleks seng atau tembaga yang berwarna hijau. Atom magnesium pada klorofil
mudah digantikan oleh ion hidrogen, yang akan menghasilkan warna coklat
feofitin. Reaksi ini merupakan reaksi irreversible dalam larutan air (Fennema,
1996).
Klorofil (Hijau)
Klorofilase
Klorofilid
Mg
Pheophorbide (Hijau
Kecoklatan)
Pektin
Asam
poligalakturonat
Asam monogalakturonat
+ Enzim pektinase
Monogalakturonat
Bauman (1981), menetapkan bahwa ada tiga fase dalam penjernihan yaitu
destabilisasi, koagulasi dan sedimentasi. Dalam penjernihan juice, pektin harus
cukup terhidrolisis sehingga tidak mempengaruhi fase koagulasi penjernihan.
Degradasi pektin sangat penting sewaktu filtrasi, sebab jika tidak terdegradasi
pektin akan menyumbat filter. Filtrasi biasanya dilakukan setelah hidrolisa pektin
sempurna. Depektinisasi efisien untuk menjaga stabilitas kejernihan juice terhadap
terbentuknya kekeruhan setelah pembotolan selama penyimpanan pada temperatur
rendah. Peningkatan waktu atau peningkatan tingkat enzim yang digunakan sering
membantu mengatasi problem tersebut. Degradasi dari pektin terlarut akan
menurunkan viskositas, mempercepat pengendapan partikel yang terkoagulasi,
mencegah terbentuknya gel pada pembuatan konsentat dan menstabilkan
konsentat.
Penjernihan sari buah dengan enzim pektinase ini tergantung dari jumlah
enzim yang ditambahkan, suhu dan waktu proses. Misalnya pada penjernihan sari
buah apel sebanyak 100 gallon dengan menggunakan pektinol A (nama dagang
dari pektinase) sebanyak 12 – 14 “ounce” pada suhu 15,6 – 18,30 C dibutuhkan
waktu selama 12 – 15 jam. Pektinol A aktif pada selang suhu 0 – 600 C dengan
suhu optimal 37,80 C.
Dikutip dari jurnal “Purification and characterization of pectinase produced
from Apple pomace and evaluation of its efficacy in fruit juice extraction and
clarification” dapat disimpulkan bahwa apel dapat berfungsi sebagai substrat
untuk produksi metil esterase. Enzim bisa berhasil dan menunjukkan kondisi
stabilitas yang berbeda. Ini bisa jadi merupakan ekstraksi jus dan juga untuk
peningkatan kualitas sensorik tanpa alat karakteristik fisiko-kimia plum, peach,
pir, dan jus aprikot. Pektin metil esterase dalam ekstrak kasar dimurnikan antara
20-80% amonium sulfat (Gambar 1). Seiring konsentrasi amonium sulfat
dinaikkan dari nol menjadi 80%, aktivitas PME (unit / g) meningkat dari 8,25
menjadi 21,50 U / g (kenaikan 160,6%). Kandungan protein terlarut dalam ekstrak
kasar (62 mg / ml) turun menjadi 21 m pada fraksi amonium sulfat 80%. Hasil ini
serupa dengan yang dilaporkan sebelumnya dimana mereka melaporkan
pemurnian PME 2,4 kali lipat dari buah apel menggunakan fraksinasi 2SO4(NH4).
Hasil 30% dari pektinase yang dimurnikan dengan fraksinasi (NH4)2SO4 telah
dilaporkan sebelumnya.
2.2.2 Wine
2.2.2.1 Enzim Pektinase Pada Wine
Enzim pektinase digunakan terutama pada varietas merah, fungsi pektinase
dengan memecah dinding sel kulit anggur merah, sehingga mengeluarkan
antosianin (komponen warna dalam anggur merah) dan tanin. Ini kemudian
membantu meningkatkan intensitas warna secara keseluruhan serta stabilitas
warna anggur, dengan membiarkan antosianinikat dengan tanin, dan juga
strukturnya. Manfaat tambahan dari perawatan pektinase adalah bahwa partikel
mengendap lebih cepat. Tindakan pektinase pada molekul pektin bermuatan
negatif memperlihatkan padatan anggur bermuatan positif, yang menyebabkan
daya tarik dan peningkatan flokulasi.
Dalam anggur merah, tanin dan antosianin adalah kelas fenolik yang
paling penting. Tanin berkontribusi pada rasa anggur tetapi dapat juga
membentuk polimer berpigmen yang berasosiasi dengan antosianin untuk
menyediakan pigmen stabil yang dibutuhkan untuk memberi warna merah pada
anggur jangka panjang. Anthocyanin Anggur adalah pigmen merah, terletak di
lapisan eksternal pertama dari jaringan hypodermal dan terutama di vakuola
(Barcelo et al. 1994), serta khusus struktur yang disebut anthocyanoplasts (Pecket
& Small 1980). Aspek visual dari anggur merah, dijelaskan oleh warna,
kecerahan, kekeruhan atau kekeruhan, dll adalah salah satu yang paling penting.
Dalam beberapa terakhir tahun, beberapa praktik enologis diterapkan untuk
meningkatkan kualitas anggur difokuskan untuk mendukung ekstraksi bahan
pewarna.
Efek penambahan pektinase pada pengolahan dan kualitas anggur. Enzim
pektolitik adalah enzim-enzim komersial pertama yang digunakan dalam industri
anggur (Rombouts & Pilnik 1980). Perlakuan enzim pektolitik dari anggur merah
dapat mempercepat ekstraksi pigmen dan fenol. Perlakuan enzim menghasilkan
warna yang lebih terang, lebih cemerlang, dan warna yang stabil sangat
meningkat. Hambatan terhadap penyebaran antosianin, tanin dan aroma yang
terdapat pada sel kulit. Jadi, untuk melepaskan isi sel, polisakarida yang
ditemukan di dinding sel pekto-selulosa dan Selubung tengah berry harus
dihidrolisis. Untuk melemahkan dinding sel dan memudahkan difusi kandungan
vakuola, aktivitas hemi-selulosa sekunder juga dibutuhkan untuk aktivitas
pektolitik yang dibutuhkan. Dua sediaan enzim (Scottzyme Color Pro dan Color
X) menghasilkan anggur dengan konsentrasi antosianin dan fenol total yang lebih
tinggi, dan lebih besar intensitas warna dan kejernihan visual dibandingkan
dengan anggur kontrol [Watson et al. 1999a].
Kandungan anggur yang diolah enzim juga telah meningkatkan intensitas
aroma dan rasa, dan meningkatkan kepahitan. Perlakuan ini menghasilkan
peningkatan pada karakteristik organoleptik (warna). Persiapan Vinozym Vintage
FCE dan Rot Rot Trenolin menunjukkan ekstraksi yang lebih intensif dari pigmen
anggur merah (anthocyanin) dan peningkatan intensitas warna [Mojsov et al.
2010]. Pada tahun 1994, Australian Wine Research Institute mengadakan sebuah
penelitian meninjau kembali kinerja berbagai sediaan enzim pektis yang tersedia
secara komersial dengan sehubungan dengan efek warna merah dan warna anggur
[Leske 1996]. Investigasi ini berusaha untuk menilai keabsahan hipotesis bahwa
penggunaan enzim pektis menghasilkan:
1. Ekstraksi warna yang lebih besar selama fermentasi anggur merah
2. Ekstraksi warna lebih cepat selama maserasi dan fermentasi anggur merah
3. Ekstraksi warna yang lebih besar dari anggur merah pada saat menekan
dan
4. Memperbaiki klarifikasi anggur. Hasil yang diolah dengan enzim tidak
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada yang diukur parameter
pada setiap tahap pengolahan bila dibandingkan dengan sampel kontrol
secara mencolok.
Penjernihan dilakukan untuk menghilangkan partikel yang mengganggu
kenampakan wine. Proses klarifikasi ini terdiri dari penghilangan partikel kasar
yang berukuran 5 – 10 mikrometer dan penghilangan partikel yang berukuran 1 –
4 untuk menjernihkan wine. Pada proses ini dibantu oleh enzim pektinase.
Partikel pada must anggur memiliki pektin secara alami maupun yang
ditambahkan, menjadikan muatannya negatif. Karena pektinase mendegradasi
ikatan pada must, sehingga partikelnya ada yang bermuatan positif. Partikel yang
muatannya berlawanan dapat bergabung dan terjadilah flokulasi. Partikel yang
berat molekulnya lebih besar akan mengendap di bagian bawah sehingga
memudahkan untuk menjernihkan wine.
DAFTAR PUSTAKA