Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nama : Yudiana
NIM : 1470011122
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
(2016)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat
dan karunia serta dengan segala kenikmatan yang telah diberikan Nya, sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik dan lancar.
Dalam rangka untuk meningkatkan rasa tanggung jawab serta menunaikan kewajiban saya
sebagai mahasiswa, Alhamdulillah akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan
semoga makalah ini dapat di terima apa adanya oleh Dosen Bapak Ir. H. Tatang Subagdja. MT,
selaku dosen mata kuliah Teknik Manufaktur.
Saya berharap semoga apa yang saya susun ini dapat diterima oleh Bapak dengan baik dan
apabila masih ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini saya mohon maaf.
(Penyusun)
i
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 9
B. SARAN ........................................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan berbagai sektor industri dapat menimbulkan persaingan yang semakin kuat antara
industri yang satu dengan industri lainnya, terutama industri yang sejenis. Oleh karena itu, suatu
industri dituntut untuk selalu menjadi yang terdepan dalam persaingan yang ada di dalam dunia
industri. Maka kewajiban suatu perusahaan adalah meningkatkan kualitas kinerjanya dalam segala
bidang untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh lingkungan serta sektor industri.
Persaingan dalam dunia industri menjadi semakin ketat dengan adanya teknologi-teknologi
manufaktur baru yang inovatif sehingga hal ini membuat perusahaan dapat terus mempertahankan
serta meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi.
Lean manufactur sebagai suatu filosofi berlandaskan pada konsep untuk meminimasi
pemborosan (waste) yang dianggap dapat mengatasi permasalahan pemborosan (waste) dan produk
cacat untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Adapun judul tersebut dipilih, karena adanya keterkaitan antara konsep lean manufaktur dan
proses perbaikan yang telah dilakukan.
C. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Hamatetsu Indonesia ini adalah sering terjadinya proses
terlewat (jumping proses) pada berbagai jenis produk yang dihasilkan, apabila hal ini terjadi terus –
menerus, maka akan mengakibatkan kerugian karena barang cacat (reject) akan terus dihasilkan.
Hal yang paling buruk adalah part jumping proses tersebut terkirim ke Customer.
D. Tujuan
- Menemukan akar masalah agar masalah yang sama tidak muncul lagi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menggambarkan berbagai macam perencanaan yang dilakukan suatu perusahaan maka
tahap demi tahap harus dilakukan demikian juga dnegan konsep lean manufacturing. Lean
manufacturing ini merupakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi
produksi. Lean dijadikan sebagai praktek yang mempertimbangkan berbagai pengeluaran yang
berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Semua itu bertujuan untuk mewujudkan nilai suatu produk yang dihasilkan untuk
meningkatkan omset penjualan. Cara yang dilakukan oleh hampir semua perusahan produksi
tersebut adalah untuk mencegah terjadinya pemborosan anggaran produksi. Dengan menggunakan
konsep lean manufacturing tersebut maka akan mengurangi biaya produksi namun tetap menjaga
kualitas barang yang dihasilkan.
Lean manufacturing memang menjadi bagian yang sangat penting untuk perusahaan sekalipun
tidak semua perusahaan membutuhkan konsep ini. Dalam perkembangannya lean dianggap
sebagai pendekatan sistemik maupun sistematis yang berfungsi untuk identifikasi untuk
menghilangkan semua pemborosan biaya produksi maupun semua aktivitas yang tidak bermanfaat.
Dalam konsep ini maka akan dilakukan cara mengalirkan produk maupun informasi yang
menggunakan sistem tarik dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal untuk
mendapatkan keunggulan dan kesempurnaan produk yang dihasilkan perusahaan.
Perusahaan sering mengalami masalah untuk mengubah berbagai hal yang ada dalam organisasi
tersebut. Berbagai masalah tersebut kemudian akan muncul dan berhubungan dengan kegiatana
operasional perusahaan.
2
2. Karyawan yang tidak disiplin
Memiliki karyawan yang kurang disiplim membuat pekerjaan kator menjadi tidak
beraturan. Seharusnya karyawan mendapatkan pelatihan atau training agar mereka memiliki
kedisiplinan, etos kerja yang baik dan menjadi karyawan yang protensial. Ketika karyawan
tidakbisa disiplin, inilah yang menyebabkan pemborosan biaya tenaa kerja.
• Karyawan yang tidak mampu melaksanakan kerjanya dengan efektif dan efisien
Yaitu Sistem penarikan material saat diperlukan saja, tujuan dari Pull system ini adalah
untuk meningkatkan fleksibilitas dan dapat merespon dengan cepat kebutuhan pelanggan serta
menghindari pemborosan yang akan terjadi.
Dalam Lean Manufacturing, Kualitas adalah dibangun dalam proses produksinya. Dengan
kata lain, produksi sendirilah yang harus menjamin kualitas produk itu sendiri. Beberapa
Teknik dan metodologi yang dapat dipakai dalam menjamin kualitas dalam produksi
diantaranya adalah Metodologi Six Sigma dan Konsep dasar Kualitas yaitu Jangan Menerima
barang Reject, Jangan Membuat Reject dan Jangan melewatkan Reject.
3. Plan Layout & Work assignment Strategy (Strategi Perencanaan Layout & Pembagian
Tugas)
Yaitu strategi dalam merencanakan Layout produksi agar dapat mengurangi pemborosan
(waste) dalam proses serta pembagian tugas yang jelas pada masing-masing prosesnya.
3
Melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap proses secara terus menerus dalam segala
aspek seperti mengurangi pemborosan (waste), meningkatkan keselamatan kerja ataupun
pengurangan biaya produksi. Kebudayaan Kaizen (Peningkatan yang berkesinambungan) ini
harus diterapkan ke semua level karyawan di perusahaan.
Pengambilan Keputusan yang benar merupakan hal yang sangat penting dalam
menjalankan peningkatan proses yang terus menerus. Contohnya Keputusan-keputusan dalam
mengubah Layout produksi, penggunaan peralatan kerja maupun penentuan pembagian tugas.
Pengambilan keputusan yang dianjurkan dalam Lean Manufacturing adalah pengambilan
keputusan secar mufakat yang artinya dapat didukung oleh semua pihak yang berkaitan dengan
penerapan Lean Manufacturing dalam suatu Industri.
Supplier atau pemasok merupakan salah satu pihak yang terpenting dalam memberikan
dukungan dalam menjalankan Lean Manufacturing disebuah perusahaan seperti memberikan
dukungan dalam pengiriman yang tepat waktu, menyediakan material (bahan produksi) yang
berkualitas tinggi atau bebas dari kerusakan. Supplier (pemasok) harus dianggap sebagai bagian
dari perusahaan yang menerapkan Lean Manufacturing sehingga diperlukan pengembangan
dan pelatihan terhadap suppliernya.
Terdapat 7 Macam Kategori Waste yang sering terjadi dalam industri Manufacturing,
diantaranya :
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang berbentuk
Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah Jadi) tetapi tidak ada order /
pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan adanya Overproduction (kelebihan Produksi)
antara lain Waktu Setup Mesin yang lama, Kualitas yang rendah, atau pemikiran “Just in case”
ada yang memerlukannya.
Waste atau pemborosan yang terjadi karena Inventory adalah Akumulasi dari Finished
Goods (Barang Jadi), WIP (Barang Setengah Jadi) dan Bahan Mentah yang berlebihan di
semua tahap produksi sehingga memerlukan tempat penyimpanan, Modal yang besar, orang
yang mengawasinya dan pekerjaan dokumentasi (Paparwork).
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya kerusakkan
(defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan biaya tambahan yang berupa
biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena Gerakan –gerakan Pekerja maupun Mesin
yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Contohnya
peletakan komponen yang jauh dari jangkauan operator, sehingga memerlukan gerakan
melangkah dari posisi kerjanya untuk mengambil komponen tersebut.
Saat Seseorang atau Mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut disebut menunggu.
Menunggu bisa dikarenakan proses yang tidak seimbang sehingga ada pekerja maupun mesin
yang harus mengunggu untuk melakukan pekerjaannya , Adanya kerusakkan Mesin, supply
komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja ataupun menunggu keputusan atau informasi
tertentu.
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi maupun
customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini merupakan pemborosan atau proses
yang berlebihan. Contohnya : proses inspeksi yang berulang kali, proses persetujuan yang harus
melewati banyak orang, proses pembersihan. Semua Customer menginginkan produk yang
berkualitas, tetapi yang terpenting adalah bukan proses Inspeksi berulang kali yang diperlukan
tetapi bagaimana menjamin Kualitas Produk pada saat pembuatannya. Yang harus kita lakukan
adalah Carikan Root Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan ambilkan tindakan
(countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut
5
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu pemborosan dalam lean manufaktur adalah Wate of Defect (cacat). Dan salah satu
strategi dalam lean manufaktur adalah KAIZEN (continous improvement). Di PT. Hamatetsu
Indonesia sendiri apabila ada part cacat (defect) selalu berusaha untuk dikurangi atau bahkan
dihilangkan dengan melakukan Kaizen.
Berikut diuraikan salah satu cara penanggulangan part cacat, yaitu terlewatnya proses groving.
A. Proses identifikasi
Part yang sering terlewat proses grovingnya adalah part wheel ratchet. Adapun urutan proses
part tersebut adalah sebagai berikut:
Cold Heat
Machinging 1 Triming Forging 2 Treatment
Dari urutan proses tersebut, proses groving terjadi pada proses Machining.
Belum Proses Belum ada champering Sudah Proses Sudah ada champering
Groving Groving ( Bening, Mengkilap )
6
Part yang terlewat proses groving, biasanya di temukan oleh operator proses selanjutnya,
misalnya broaching atau proses terakhir sebelum part dikirim ke customer.
Part tidak
Man melewati
Pengecheck Machine
an tidak proses
masimal Machining 2
Proses
grooving
Hanya
dilakukan terlewat
pengechekan Material
visual, Methode
Setelah melakukan identifikasi, ternyata diperlukan sebuah alat bantu (fokayoke) untuk
pengecheckan Groving, akhirnya dibuatkan sebuah alat bantu seperti gambar dibawah.
Setelah dibuatkan alat bantu, dibuat pula intruksi kerja (IK), agar semua bisa mengerjakan
perubahan cara pengechekan tersebut.
7
INTRUKSI KERJA (IK)
GAMBAR KETERANGAN
Dengan adanya alat bantu dan intruksi kerja diatas, diharapkan terlewatnya proses groving
dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Part terlewat pada dasarnya terjadi karena kurang telitinya operator, untuk menutupi hal
tersebut maka dibuatkan alat bantu.
2. Dibuatkan Intruksi Kerja, agar proses perbaikan dapat terus dilaksanakan secara kontinue
dan konsisten
3. Kaizen (continue improvement) dapat mengurangi waste part reject, hal ini dapat menambah
benefit bagi perusahaan.
B. SARAN
Metode Lean Manufaktur memang mahal dan menuntut semua aspek terlibat, akan tetapi hal
ini berbanding lurus dengan dampak positif yang akan didapat oleh perusahaan yang menerapkan
metode tersebut. Di posisi apapun kita bekerja di diharapkan metode ini dapat diterapkan
9
DAFTAR PUSTAKA
Gasperz, V., & Fontana, A. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Bogor:
Vinchristo Publication, (2011).
Alaca, H., & Ceylan, C. Value Chain Analysis using Value Stream Mapping : White Good Industry
Application Department of Industrial
10