Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang populer di Tanah Air kita.
Fakta menunjukkan bahwa di perkotaan, lapangan bulutangkis terdapat hampi
di setiap Rukun Warga (RW), sering jumlahnya lebih dari sebuah. Di pedesaan
pun dapat dijumpai lapangan bulutangkis. Banyaknya lapangan bulutangkis itu
menggambarkan betapa populernya cabang olahraga di negara kita. Indonesia
memang merupakan negara yang memiliki pemain-pemain bulutangkis yang
handal. Tunas-tunas pebulutangkis pun merekah di mana-mana. Wajah-wajah
baru muncul di arena kejuaraan daerah maupun kejuaraan nasional. Nama-nama
baru pebulutangkis tercantum dalam daftar peserta dalam berbagai even
internasional sebagai utusan bangsa Indonesia. Banyak yang berhasil menjadi
juara, mengharumkan nama bangsa. Oleh karena itu, tunas-tunas baru harus
ditumbuhkan agar muncul bintang-bintang junior untuk mengganti para bintang
senior yang mulai pudar sinarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.4.2. Perwasitan
Seringkali terjadi dalam suatu kejuaraan seorang atlet merasa dirugikan
oleh petugas lapangan, khususnya wasit yang memimpin pertandingan atau
hakim garis sehingga mengganggu konsentrasinya dan dianggap sebagai
penyebab kekalahannya, atau bahkan sang pemain mundur dari lapangan
sebelum pertandingan berakhir. Fenomena tersebut merupakan salah satu bukti
bahwa petugas lapangan (wasit, hakim servis, dan hakim garis) mempunyai
peranan yang besar dalam kesuksesan suatu kejuaraan. Untuk menghindari hal-
hal di atas, seorang wasit harus memperhatikan beberapa hal diantaranya :
a. Menguasai peraturan permainan.
b. Berpenampilan meyakinkan dan mantap.
c. Berwibawa dan mempunyai harga diri.
d. Berpendirian netral dan tidak memihak kepada salah satu pemain serta
bertindak sebagai penengah.
e. Tidak terpengaruh oleh pemain atau penonton.
f. Bersuara lantang dan jelas untuk setiap kata-kata yang diucapkan.
g. Selalu cepat tanggap dan inisiatif dalam mengambil keputusan, terutama bila
terjadi kasus pada jalannya pertandingan yang sedang dipimpinnya.
h. Memiliki wawasan tentang bulutangkis yang luas.
i. Setiap saat dapat mengikuti perkembangan perbulu-tangkisan, terutama bila
terjadi perubahan peraturan.
j. Berusaha memelihara dan meningkatkan mutu perwasitan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang populer di Indonesia.
Banyaknya lapangan bulutangkis menggambarkan betapa populernya cabang
olahraga di negara kita. Bulutangkis meskipun dikenal sebagai permainan yang
dilahirkan di Poona India, dipopulerkan di Inggris setelah dia menjadi
permainan orang kelas atas. Nama badminton sendiri diambil dari nama wilayah
tanah pertanian milik bangsawan Inggris, kemudian menjadi nama ajang
pertandingan.
Di Jakarta dibentuk suatu gerakan olahraga dengan nama GELORA
(Gerakan Latihan Olahraga Rakyat) sebagai induk bulutangkis yang dipimpin
oleh Otto Iskandar Dinata. Pada tanggal 5 Mei 1951 dibentuklah organisasi
bulutangkis nasional dengan nama PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia). Tahun 1953 PBSI secara resmi menjadi calon untuk menjadi
anggota IBF, ini merupakan langkah awal masuk ke dunia internasional dalam
cabang olahraga bulutangkis.
3.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sangat mengharapkan segala
saran-saran dan kritikan bagi para pembaca yang terhormat, yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang untuk menjadi
yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang
memuaskan bagi tugas yang penyusun laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA