Você está na página 1de 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi
pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan
lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu
pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia (http//4-akbid.blogspot.com). Pada masa nifas, masalah
yang sering timbul antara lain kelainan putting, payudara bengkak, terjadinya pembendungan
ASI (H. sibuea, 2003). Terjadinya masalah tersebut karena beberapa factor antara lain kurangnya
perawatan payudara pada ibu menyusui. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama
hamil dan menyusui. Di wilayah BPS. Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb masih terdapat ibu
menyusui yang mengalami bendungan ASI pada hari ke 3-6 masa nifas, karena sebagian besar
ibu belum mengerti tentang perawatan payudara(breast care).

Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih
dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi
pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu
yang memberikan ASI eksklusif pada anak mereka.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan
putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara
selama kehamilan. Berdasarkan penelitian di Surabaya pada tahun 2004 menunjukkan 46% ibu
yang memberikan ASI eksklusif pada anaknya dan yang melakukan perawatan payudara sekitar
34%.Berdasarkan survey lapangan di Wilayah BPS Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb Desa Kedung
Gede kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto tahun 2009-2010 34% pada ibu post partum
mengerti dan melakukan perawatan payudara, 52% ibu post partum belum mengerti perawatan
payudara, dan ada 14% ibu post partum yang mengalami bendungan ASI.

Perawatan payudara merupakan upaya untuk merangsang sekresi hormone oksitosin untuk
menghasilkan ASI sedini mungkin dan memegang peranan penting dalam menghadapi masalah
menyusui. Teknik pemijatan dan rangsangan pada putting susu yang dilakukan pada perawatan
payudara merupakan latihan semacam efek hisapan bayi sebagai pemicu pengeluaran ASI
(Tamboyang, 2001). Bagi ibu yang menyusui bayinya perawatan payudara dan putting susu
merupakan suatu hal yang sangat penting, perawatannya meliputi payudara harus dibersihkan
dengan teliti setiap hari sebelum mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui, hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan
masuknyya bakteri baik ke putting maupun ke mulut bayi. Perawatan payudara yang tidak benar
menyebabkan payudara bengkak dan puting pecah- pecah yang akan menjadi penyulit dalam
proses menyusui, bila puting menjadi pecah-pecah proses menyusui ditangguhkan sampai
putting tersebut sembuh karena harus dilakukan perawatan payudara pada saat ibu mulai
menyusui. Perawatan payudara pada ibu nifas yang tidak benar disebabkan karena pengetahuan
ibu masih kurang sehingga ibu harus belajar dari pengalaman melahirkan sebelumnya atau dari
informasi dan sumber yang lainnya (Admin, 2010). Keberhasilan menyusui terutama harus
didukung oleh keluarga, lingkungan social, dan tenaga kesehatan. Persiapan menyusui
sebelumnya harus dipersiapkan dengan perawatan payudara yang benar, sehingga ibu menyusui
harus memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan payudara (breast care).

Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah melakukan perawatan payudara pada
kehamilan dan melakukan Helth Educationmelalui penyuluhan- penyuluhan pada ibu post
partum hari ke 3-6 yang disertai demontrasi cara perawatan payudara setelah melahirkan dengan
benar, serta penyuluhan dan peragaan tentang perawatan payudara pada kunjungan masa nifas,
dimana penyuluhan tepat pada waktu ibu mengembangkan kemampuan dalam mengambil
keputusan yang merupakan informasi keterpaduan menalar ilmiah dan sistematis.Selain itu juga
biasa melalui leaflet, alat peraga, poster- poster dan promosi melalui radio dan media lainnya.
Penyuluhan ini sangatlah penting bagi ibu menyusui dengan melibatkan suami dan keluarga
dalam proses menyusui. Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan
payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui sehingga
proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan bayi.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan pengetahuan ibu post partum tentang breast care dengan kejadian bendungan
ASI pada ibu post partum hari ke 3-6 di Wilayah BPS Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu post partum tentangbreast care dengan kejadian
bendungan ASI pada ibu post partum hari ke 3-6 di Wilayah BPS Ny. Titik Wijayanti
Amd.Keb?

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tentang pengetahuan breast care (perawatan payudara) pada ibu post
partum
2. Mengidentifikasi kejadianbendungan ASI pada ibu post partum
3. Menganalisa hubungan pengetahuan breast care (perawatan payudara) dengan kejadian
bendungan ASI pada post partum.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang menyusui bayi yang
dapat dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa

1.4.2 Bagi Responden

Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan ibu nifas hari 3-6 hari di Wilayah
BPS Ny. Titik Wijayanti Amd.Kebtentang bendungan ASI pada masa nifas.

1.4.3 Bagi Ilmu Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa kebidanan
tentang bendungan ASI pada post partum.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini biasa dijadikan sumber bacaan dan data dasar bagi peneliti selanjutnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin


sebuah pemikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang
berulang- ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas(sebab- akibat) yang hakiki dan
universal(Subiyanto, 2007).

Penelitian rogers(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di


dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awarenerss (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo(2003) Pengetahuan memiliki tingkatan yang berjalan secara berurutan


dari tingkatan yang paling rendah ketingkatan yang lebih tinggi tingkatannya antara lain :

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima oleh sebab itu, “tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang pernah, kata kerja
untuk mengukur bahwa tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

1. Memahami (Comprehensif)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

1. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

1. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.

1. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun baru dari formulasi yang ada.

1. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2003).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam perilaku pola
hidup terutama dalam motivasi untuk berperan dalam pembangunan kesehatan.
1. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
brfikir dan bekerja

1. Pekerjaan

Pekerjaan umumnya merupakan hal yang penting dan cenderung menyita waktu serta
memerlukan aktivitas. Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk
memperoleh informasi. Sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki jadi
berkurang(Notoatmodjo,2003)

1. Paritas

Menurut Suartawan (1998) semakin sedikit jumlah anak, maka waktu yang tersedia untuk
informasi semakin besar. Karena beban kerja berkurang dibandingkan dengan responden yang
dimiliki banyak anak.

2.1.4 Sumber Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari informasi baik lisan maupun tulisan dan pengalaman seseorang.
Pengalaman dipeoleh dari fakta(kenyataan) dengan mendengar radio, televisi dan sebagainya.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pikiran kritis(Soekanto,2002).

Menurut(Notoatmodjo,2005) mengelompokkan dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu


sebagai berikut:

1. Cara tradisional atau alamiah

1) Cara coba-salah(Trial and error)

Yaitu untuk memperoleh pengetahuan melalui coba-coba

2) Cara kekuasaan dan otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi


yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.


4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari
sini semua manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya

1. Cara Modern

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Yang
disebut metode penelitian ilmiah adalah suatu cara memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan
atau pencegahan suatu masalah.

2.1.5 Cara mengukur pengetahuan

Menurut Nursalam (2008), untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :

1. Pengetahuan baik : 76-100%


2. Pengetahuan cukup : 56-75%
3. Pengetahuan kurang <56%

2.1.6 Faktor Yang Menghambat Dalam Memperoleh Pengetahuan

Menurut Verner dan Davidson ada enam factor yang menghambat proses belajar(Notoatmodjo,
2003)

1) Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang seharusnya
dapat dilihat secara jauh mulai bergerak jauh. Pada usia 20 tahun, seseorang dapat melihat
dengan jelas suatu benda pada jarak 20 cm dari matanya.

2) Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan mulai berkurang(makin pendek).

3) Jumlah penerangan yang diperlukan makin besar dengan bertambahnya usia.

4) Semakin bertambah usia, kemampuan membedakan warna-warna lembut menjadi


berkurang.

5) Kemampuan menerima suara makin menurun. Mulai usia 20 tahun pendengaran orang
berkurang lebih 11%.
6) Makin bertambahnya usia, kemampuan untuk membedakan bunyi makin berkurang,
sehingga akan sulit untuk menerima informasi dengan baik.

2.2 Konsep Dasar Breast Care

2.2.1 Pengertian Breast Care

Bagi seorang wanita, payudara adalah organ yang sangat penting bagi kelangsungan
perkembangan bayi yang dilahirkannya. Payudara memang secara natural akan mengeluarkan
ASI begitu ibu melahirkan. Tetapi bukan berarti seorang ibu tidak perlu merawat payudaranya.

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu
keluar dengan lancar.

2.2.2 Cara Perawatan Payudara

1. Persiapan Alat :

1). Baby oil secukupnya

2). Kapas secukupnya

3). Washlap, 2 buah

4). Handuk bersih, 2 buah

5). Bengkok

6). 2 baskom berisi air (air hangat dan dingin)

7). BH yang bersih dan terbuat dari katun

1. Persiapan ibu :

1). Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk

2). Baju ibu bagian depan dibuka

3). Pasang handuk di bawah perut ibu

1. Pelaksanaan perawatan payudara


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca
persalinan, yaitu :

1). Putting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit

2). Pengenyalan yaitu : putting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar ke
keluar 20 kali

3). Penonjolan putting susu yaitu :

(1). Putting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali

(2). Dirangsang dengan menggunakan ujung washlap

(3). Memakai pompa putting susu

1. Pengurutan payudara

(1). Telapak tangan diberi baby oil kemudian diratakan

(2). Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30 kali

(3). Pijatlah putting susu di daerah areola mammae untuk mengeluarkan kolostrum

(4). Bersihkan payudara dengan air bersih.

2.2.3 Tujuan Perawatan Payudara

Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil,
yang mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi


2. Untuk mengenyalkan putting susu supaya tidak lecet
3. Untuk menonjolkan putting susu
4. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6. Untuk memperbanyak produksi ASI
7. Untuk mengetahui adanya kelainan

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan, hal ini dilakukan 2 kali dalam sehari(bro: endrou, 2008)
2.2.4 Manfaat Perawatan Payudara

1. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancer
2. Dapat mendetaksi kelainan-kelainan payudara secara dini
3. Mempersiapkan mental ibu untuk menyusui.

(Admin, 2009)

2.3 Konsep Dasar Bendungan ASI

2.3.1 Definisi Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah menumpuknya ASI didalam payudara bila tidak dikeluarkan saat ASI
terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan melebihi kapasitas alveoli untuk menyimpan
ASI.. Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI
secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh (WHO,2003). Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat,
aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara
yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat
dan edema dengan daerah eritema difus. Putting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir
dengan mudah, dan bayi mengenyut untuk menghisap ASI

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bendungan ASI

1. Faktor frekuensi menyusui

Bahwa insiden bendungan payudara dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa
batas. Sejumlah penelitian lainnya mengamati bahwa bila waktu untuk menyusui dijadwal lebih
sering terjadi bendungan yang sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi(WHO, 2003).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baikkarena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan ASI selanjutnya(Suradi, 2004).

1. Menyusu Yang Buruk

Pentingnyakenyutan bayi yang baik pada payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif.
Kenyutan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien saat ini dianggap
sebagai factor predisposisi utama mastitis. Selain itu, nyeri putting susu akan menyebabkan ibu
menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dankarena itulah terbentuknya statis ASI
dan bendungan ASI(WHO, 2003).

1. Perlekatan kurang baik


Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan
dengan payudara yang lain(WHO, 2003).

1. Produksi ASI yang meningkat

Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar maka sebelum menyusui sebaiknya ASI
dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak dan menghilangkan bendungan
atau memacu produksi ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya(Suradi,
2004).

1. Payudara yang tidak dikosongkan seluruhnya

Bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan melebihi
kapasitas alveoli untuk penyimpanannya sehingga bila situasi ini tidak di atasi, maka akan
menyebabkan bendungan dan mastitis dalam waktu singkat, dan mempengaruhi kelanjutan
produksi ASI dalam jangka panjang(WHO, 2003).

1. Pakaian yang ketat

BH yang ketat juga bias menyebabkan segmental engorgement (Soetjiningsih, 2004). Selama
masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang(BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi
tidak terlalu ketat(Suradi, 2004)

2.3.3 Dampak Bendungan ASI

Statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi
berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya
payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri(WHO, 2003), walaupun tidak disertai dengan
demam(Suradi, 2004). Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi.
Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.

2.3.4 Penanganan Bendungan ASI

Menurut(Prasetyono Sunar, 2009) cara menangani bendungan ASI adalah sebagai berikut :

1. Massage payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.


2. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh vena dan mengurangi nyeri. Bisa
dilakukan dengan kompres panas untuk melancarkan aliran darah payudara.
3. Memijat payudara yang sakit sehari dua kali kearah putting susu, dengan menggunakan
baby oil atau minyak kelapa murni untuk melemaskan dan membuat daerah sekitar
payudara tidak kaku(Suryoprajogo, 2009).
4. Jangan tidur dengan posisi menekan payudara, ini biasa membuat payudara bertambah
sakit(Suryoprajogo, 2009).
5. Ibu harus dibantu memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya. Untuk
memperbaiki pengeluaran ASI dan mencegah luka pada putting susu.
6. Ibu harus didorong menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki tanpa
batas.
7. Bila hisapan bayi tidak cukup untuk mengurangi rasa penuh dan kencang pada payudara
atau bila susu tertarik sampai rata sehingga bayi sulit mengenyut ibu harus memeras ASI-
nya.
8. Pemerasan dapat di lakukan dengan tangan atau dengan pompa, bila payudara sangat
nyeri, jalan lain untuk memeras ASI adalah menggunakan metode botol panas.
9. Ibu meminta kepada anggota keluarga untuk memposisikan mulut bayi agar dia dapat
menyusu dengan baik. Jika tidak seperti itu, payudara terasa perih atau saluran air susu
tersumbat.
10. Ibu mengganti BH yang sudah tidak nyaman digunakan dengan BH yang lembut.

2.3.5 Kriteria Penilaian Bendungan ASI

Payudara membengkak, kulitnya menjadi kencang, mengkilap, dan merah, serta pembuluh darah
merah adalah fenomena umum yang dinamakan pembesaran (engorgement). Hal ini akan hilang
dengan sendirinya dalam tempo 24 hingga 48 jam.

Bila tanda pembesaran ditandai dengan nyeri, putting rata, atau ASI tidak keluar maka akan
terjadi bendungan ASI. Kulit payudara mengkilat, merah dan bengkak belum masuk ke
bendungan ASI, tapi bila terdapat tanda nyeri, atau putting rata, atau ASI tidak keluar akan
terjadi bendungan ASI (Seri Dokumen MNH No.5)

Penilaian bendungan ASI :

1). 1-2 = tidak terjadi bendungan ASI

2). 3-5 = terjadi bendungan ASI

2.4 Konsep dasar Nifas (Post Partum)

2.4.1 Definisi Nifas

Terdapat beberapa pengertian masa nifas atau purperium yaitu :

Nifas atau purperium adalah periode waktu atau masa dimana organ- organ reproduksi kembali
pada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Farrer, 2002).
Masa nifas (purperium) ini dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alt- alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira
enam minggu (Saifudin, 2003) atau dimulai setalah partus dan berakhir setelah kira- kira enam
minggu (Winkjosastro, 2002).

Dan ada juga yang mengatakan masa nifas (purperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat- alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Manuaba, 2003). Dan ibu nifas adalah seorang perempuan yang telah
melahirkan sampai 6 minggu (Sarwono, 2005) dapat juga sebutan untuk orang perempuan yang
telah melahirkan sampai 40 hari (Poerwodarminto, 2003).

Pada masa nifas terdapat 2 karakteristik yaitu : involusi uterus dan laktasi

1. Involusi uteri adalah uterus akan berangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2. Laktasi, kelenjar mammae telah disiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi ASI
baru terjadi hari ke dua atau ketiga pasca persalinan.Pada hari pertama keluar kolostrum
cairan kuning yang lebih kental dari pada air susu mengandung banyak protein, albumin,
globulin. Putting susu harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah harus segera
diobati karena kerusakan putting susu merupakan port de’ entrée dan dapat menimbulkan
mastitis.

2.5 Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu
teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak
diteliti) (Nursalam, 2003)

Faktor Pengetahuan:

1. Faktor internal:

- Pendidikan

- Usia

- Pengalaman

1. Faktor eksternal:

- ekonomi

- sosbud
- pekerjaan

- sumber informasi
Faktor yang mempengaruhi bendungan ASI

1. Frekuensi menyusui
2. Menyusu yang buruk
3. Perlekatan kurang baik
4. Produksi ASI yang meningkat
5. Payudara tidak dikosongkan seluruhnya
6. Pakaian ketat
7. Puting yang tidak bersih

Ibu post partum


Kejadian Bendungan ASI pada ibu post partum hari ke 3-6
Terjadi bendungan
Tidak terjadi
Pengetahuan tentang perawatan payudara

- Pengertianperawatan payudara

- cara perawatan payudara

- tujuan perawatan payudara

- Manfaat perawatan payudara

Baik
Cukup
Kurang

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti

: Hubungan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast
Care Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke 3-6 di Wilayah BPS Ny.
Titik Wijayanti Amd.Keb

2.6 Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang serta perumusan masalah dapat diajukan suatu hipotesa
kerja :

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan perawatan payudara (breast care) dengan kejadian
bendungan ASI

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain atau rancangan adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan
pemaksimalan kontrol beberapa factor yang biasa mempengaruhi ukuran suatu hasil (Nursalam,
2003).

Dalam penelitian ini rancanagan desain yang digunakan adalah analitik dengan Metode Cross
Sectional (hubungan dan asosiasi) yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran / observasi dari variabel independent dan dependent hanya satu kali saja. Pada satu
saat, sehingga dengan study ini diperoleh prevalensi atau efek fenomena (Nursalam, 2003).

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan diteliti
subyek penelitian, variable yang mempengaruhi dalam penelitian(Alimul, Aziz, 2003 )

Populasi

Seluruh Ibu post partum 3-6 hari di Wilayah BPS Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb
Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab Mojokerto

Sampel

Sebagian ibu post partum 3-6 yang berada di Wilayah BPS Ny. Titik Wijayanti
Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab Mojokerto dengan criteria
penelitian

Sampling

Accidental Sampling
Instrumen Data

Kuesioner, Wawancara dan Observasi

Analisa data

Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Uji Wilcoxon

Pengujian hasil berupatable distribusi frekuensi

Simpulan dan Saran

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang
Breast Care Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke 3-6 di Wilayah
BPS Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb

3.3 Sampling Desain

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek atau yang mempunyai kualitas
dari karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya(Sugiyono, 2002).

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu post partum yang ditemui secara kebetulan di
wilayah BPS. Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.

Kriteria Penelitian
Adapun karakteristik umum subyek penelitian dari suatu target yang terjangkau yang akan
diteliti (Nursalam, 2003). Adapun criteria pada penelitian ini adalah :

1. Ibu post partum yang melahirkan di Wilayah BPS. Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb Ds.
Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab Mojokerto.
2. Bersedia diteliti dengan menandatangani surat persetujuan peserta penelitian.
3. Bisa baca dan tulis.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Alimul H, Aziz, 2008).Sampel adalah bagian (subsat) dari populasi
yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro dan
Ismael, 2002).

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian ibu post partum di berada di Wilayah BPS Ny. Titik
Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab Mojokerto.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari jumlah populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan”Accidental Sampling” yaitu
suatu tehnik dengan cara memilih dengan anggota sampel yang dipilih berdasarkan pada
responden yang ditemui sacara kebetulan.

3.4 Identifikasi Variabel

Jenis Variabel diklasifikasikan, yaitu :

3.4.1 Variabel Independent (Bebas)

Variabel yang nilainya mencantumkan variable lain suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi
oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variable dependent(Notoatmodjo, 2002). Pada
penelitian ini variable independennya adalah “Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Breast
Care”.

3.4.2 Variabel Dependent (Tergantung)

Variabel yang ditentukan oleh variable lain, variable akan muncul sebagai akibat dan manipulasi
variabel-variabel lain (Notoatmodjo,2002) dan variable dependentnya adalah “kejadian
bendungan ASI”.
3.5 Definisi Operasional

Definisi opersional adalah mendefinisikan variable secara operasional dan berdasarkan


karakteristik yang dimilki, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu obyek fenomena (Aziz, 2003).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast Care
Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke 3-6 di Wilayah BPS Ny. Titik
Wijayanti Amd.Keb

Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Segala sesuatu 1. Pengertian Kuesioner Ordinal Pertanyaan
Independent yang diketahui Perawatan
Pengetahuan dan dipahami payudara Benar = 1
Ibu Post oleh ibu post (breast care)
Partum hari ke partum hari ke 2. Cara Salah = 0
3-6 tentang 3 s/d 6tentang perawatan
Breast Care cara payudara(breas
perawatan t care)
payudara saat 3. Hal yang 1. Baik
menyusui diperhatikan
dalam 76-100%
perawatan
payudara 1. Cukup
4. Tujuan breast
care(perawatan 56-75%
payudara)
5. Manfaat breast 1. Kurang
care
(perawatan <55%
payudara)

ASI yang
menumpuk
didalam
payudara
sehingga bila 1. Payudara besar
tidak dan bengkak
dikeluarkan 2. Nyeri
menimbulkan 3. ASI tidak
bendungan mengalir
Variabel ASI. dengan mudah
dependent 4. Puting rata
Bendungan 5. Payudara
ASI mengkilat dan
odema

Wawancara Nominal 1. Terjadi


dan bendungan
observasi ASI = 1
2. Tidak
Dari Terjadi
checklist bendungan
ASI = 2

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data

3.6.1 Pengumpulan Data

1. Prosedur

Proses pengumpulan data dari penelitian ini dimulai dari perijinan Direktur yang ditujukan
kepada Bidan Titik Wijayanti Amd. Keb kemudian dilanjutkan ke responden. Dimana responden
diberikan lembar persetujuan dan menjelaskannya lebih dahulu, jika bersedia peneliti
mendampingi responden, Apabila ada hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada peneliti,
setelah diisi kemudian dikumpulkan kembali.

1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo,
2008). Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk variabel pengetahuan perawatan
payudara dan observasi dari checklist dari wawancara digunakan untuk variable bendungan ASI.

1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah BPS. Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb Ds.Kedung Gede Kec.
Dlanggu Kab. Mojokerto mulai Mei sampai dengan Juni.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data adalah merupakan kegiatan dalam penelitian yang meliputi Persiapan, tabulasi dan
aplikasi data, selain itu digunakan dalam penelitian bila data tersebut harus diuji dengan uji
statistika.

1. Editing

Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada hasil raport
sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nasir,
2005). Misalnya Identitas dan kelengkapan.

1. Coding

Coding adalah pekerjaan memindahkan data dari daftar pernyataan ke daftar yang akan
memberikan informasi, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah tabulasi dan analisa data.
Biasanya kode tersebut berupa angka atau tanda lain yang mengkiaskan jawaban. Biasanya
dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (kode) dari variable
independent “Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Breast Care” dan variable dependent
“Kejadian Bendungan ASI”.

1). Benar =1

2). Salah = 0

1. Scoring

Pengolahan data yang digunakan dengan cara pemberian skor dimana jumlah skor yang
diperoleh dikalikan dengan 100% dengan hasil berupa prosentase, dengan menggunakan rumus :
N =

Keterangan

Sp = Jumlah skor responden

Sm = Skor mutlak

N = Nilai akhir yang diperoleh

Hasil dari prosentase dari cara pemberian skor dan penilaian untuk tiap variabel diinterpretasikan
dengan menggunakan kriteria:

1) Baik : 76 – 100 %

2) Cukup : 56 – 75 %

3) Kurang : < 56 %

(Nursalam, 2003).

Kemudian hasil prosentase pemberian skor dan penilaian dari tiap variabel diinterpretasikan
dengan menggunakan kuantitatif. Hasil prosentase data kemudian dinterpretasikan dengan
menggunakan skala :

100 % : seluruhnya

76 – 99 % : hampir seluruhnya

51 – 75 % : sebagian besar

50 % : setengah

26 – 49 % : hampir setengah

1 – 25 % : sebagian kecil

0% : tidak satupun

(Arikunto, 2002)

1. Tabulating

Tabulasi adalah pekerjaan menyusun tabel, mulai dari penyusunan tabel utama yang berisi
seluruh data atau informasi yang dikumpulkan dengan daftar pertanyaan. Data yang
dikumpulkan dan diberi skor kemudian dikelompokkan berdasarkan hasilnya dan ditabulasi.
1. Analisa Data

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan breast care dengan kejadian bendungan ASI pada ibu
post partum hari ke 3-6 di wilayah BPS. Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede
Kec.Dlanggu Kab Mojokerto, dimana kedua variable berskala ordinal dan nominal dilakukan uji
wilcoxon dengan tingkat signifikan α < 0,05 menggunakan SPSS. Jika p < α = 0,05 maka H1
diterima dan H0 ditolak, dikatakan ada hubungan pengetahuan breast care dengan kejadian
bendungan ASI pada ibu post partum hari ke 3-6.

3.7 Etika Penelitian

Tujuan penelitian harus memperhatikan etika dalam penelitian dalam arti hak responden dan
yang lain dilindungi (Nursalam & Siti Pariani, 2009).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan subyek penelitian ibu post partum di Wilayah BPS.
Ny. Titik Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab. Mojokerto. Untuk itu perlu
pemahaman pada responden yang akan diteliti yang meliputi :

1. Informed Consent

Sebelum lembar persetujuan diedarkan terlebih dahulu responden diberikan penjelasan mengenai
maksud dan tujuan dari penelitian, setelah itu lembar responden diedarkan dan bila responden
bersedia maka responden diharapkan menandatangani lembar persetujuan tersebut.

1. Tanpa nama (Anonimity)

Penelitian tidak akan mencantumkan nama tetapi hanya dengan menggunakan nomer kode saja.

1. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi ibu post partum dengan pengetahuan tentang breast care (perawatan
payudara) dijamin oleh peneliti.

3.8 Keterbatasan

1. Sampel

Sampel pada penelitian ini jumlahnya sangat terbatas.


1. Sampling

Sampling yang digunakan adalah accidental sampling / non probability sampling sehingga tidak
memenuhi syarat untuk representative.

1. Instrumen / Alat Ukur

Alat ukur data menggunakan kuesioner sehingga memungkinkan responden tidak jujur, sehingga
data yang dihasilkan tidak valid.

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

BPS Ny.Titik Wijayanti merupaka tempat praktek swasta mandiri yang terletak di desa Kedung
Gede. Adapun Batas wilayah BPS Ny.Titik Wijayanti Amd.Keb Ds.Kedung Gede Kec.Dlanggu
Kab.Mojokerto adalah :

sebelah utara : berbatasan dengan desa segunung

sebelah selatan: berbatasan dengan desa gondang

sebelah barat : berbatasan dengan desa talok

sebelah timur : berbatasan dengan sawah

BPS Ny.Titik Wijayanti Terdiri dari 5 ruangan yaitu : 1 ruang tunggu, 1 ruang periksa, 1 ruang
bersalin, 1 ruang nifas, dan 1 ruang kamar mandi.

4.1.1 Data U mum


1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pendidikan responden di Wilayah BPS Ny.Titik


Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec. Dlanggu Kab. Mojokerto

No Pendidikan Frekuensi (N) Prosentase(%)


1 SD/ MI 9 69 %

2 SMP/ MTS 1 8%

3 SMA/ SMK/ MA 3 23%

4 Perguruan Tinggi - 0%
Total 25 100%

Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (69%) responden berpendidikan SD
atau sederajat dan tidak satupun (0%) responden berpendidikan akademi atau perguruan tinggi.

2. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi umur responden di Wilayah BPS Ny.Titik Wijayanti
Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto

No Umur Frekuensi (N) Prosentase (%)


1 20-25 6 46 %

2 26-30 3 23 %

3 31-35 4 31 %

4 36-40 0 0%
Total 13 100 %

Berdasarkan table 4.2 dapat diketahui bahwa hampir setengah (46 %) responden berumur 20-25
tahun dan tidak satupun (0%) responden berumur 36-40 tahun.

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di Wilayah BPS Ny.Titik
Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto

No Pekerjaan Frekuensi (N) Prosentase (%)


1 Swasta/ Wiraswasta 2 15%

2 Pegawai Negeri 0 0%

3 Tani 0 0%

4 Ibu Rumah Tangga 11 85%


Total 13 100%

Berdasarkan table 4.3 dapat diketahui bahwa hamper seluruhnya (85%) responden sebagai ibu
rumah tangga dan sebagian kecil (15%) pekerjaan responden sebagai Swasta/ Wiraswasta.

4. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi pekerjaan responden di Wilayah BPS Ny.Titik Wijayanti
Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto

No Sumber Informasi Frekuensi (N) Prosentase(%)


1 Koran 0 0%

2 Televisi 0 0%

3 Petugas kesehatan 13 100%

4 Radio 0 0%
Total 13 100%

Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui keseluruhan (100%) responden mendapat informasi dari
petugas kesehatan.

4.1.2 Data Khusus

1. Pengetahuan
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan responden di Wilayah BPS Ny.Titik
Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto

No Pengetahuan Frekuensi(N) Prosentase (%)


1 Baik 4 31%

2 Cukup 2 15%

3 Kurang 7 54%
Total 13 100%

Berdasarkan table 4.5 dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar (56%) responden memiliki
pengetahuan kurang dan hampir setengah (31%) responden memiliki pengetahuan baik.

2. Kejadian Bendungan ASI

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi kejadian bendungan ASI di Wilayah BPS Ny.Titik
Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto

No Kejadian Bendungan ASI Frekuensi (N) Prosentase (%)


1 Terjadi bendungan ASI 7 54%

2 Tidak terjadi bendungan 6 46%


ASI
Total 13 100%

Berdasarkan table 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar (54%) responden mengalami atau
terjadi bendungan ASI dan hampir setengah(46%) responden tidak mengalami atau tidak terjadi
bendungan ASI.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast Care dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Post Partum hari ke 3-6 di Wilayah BPS Ny.Titik Wijayanti Amd.Keb Ds.
Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto

Tabel 4.7 Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast Care
dengan Kejadian Bendungan ASI pada Post Partum hari ke 3-6 di Wilayah BPS Ny.Titik
Wijayanti Amd.Keb Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu Kab.Mojokerto
Kejadian Bendungan ASI
Tidak Terjadi
Pengetahuan Terjadi bendungan ASI S %
Bendungan ASI
S % S %
Baik 1 14 3 50 5 38
Cukup 0 0 2 33 1 8
Kurang 6 86 1 17 7 54
Total 7 100 6 100 13 100

Berdasarkan table 4.7 dapat diketahui hampir seluruhnya (86%) responden yang pengetahuannya
kurang mengalami bendungan ASI, sebagian kecil (17%) responden yang pengetahuannya
kurang dan tidak terjadi bendungan ASI, sebagian kecil (14%) responden yang pengetahuannya
baik mengalami bendungan ASI, dan setengah (50%) responden yang pengetahuannya baik tidak
terjadi bendungan ASI.

Dari hasil uji analisa hubungan pengetahuan ibu post partum tentang breast care dengan kejadian
bendungan ASI pada post partum hari ke 3-6 dengan menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat
kemaknaan α= 0,05 diperoleh angka signifikan α= 0,036 yang berarti H1 diterima, sehingga ada
hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengetahuan Ibu Tentang Breast Care

Hasil penelitian yang dilakukan pada 13 responden di Ds. Kedung Gede Kec.Dlanggu
Kab.Mojokerto bahwa sebagian mempunyai pengetahuan yang kurang sebanyak (54%)
responden, dengan criteria pengetahuan baik ada (31%) responden dan (8%) responden
berpengetahuan cukup. Hal ini disebabkan karena pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain yaitu usia, pendidikan, dan pekerjaan. Menurut (Notoatmodjo, 2005)
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu.

Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (69%) responden berpendidikan SD/
MI. dan tidak satupun(0%) responden berpendidikan akademi atau perguruan tinggi. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam (2001). Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam memberikan pengarahan untuk menjadi
yang baik. Jadi, SD merupakan pendidikan awal yang berpengaruh pada pengetahuan sehingga
informasi yang diterima tidak dapat diserap secara maksimal.

Berdasarkan table 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian (46%) responden berumur 20-25 tahun.
Dan tidak satupun berumur 36-40 tahun. Semakin banyak usia seseorang semakin banyak pula
pengalaman yang diperolehnya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Semakin tua usia seseorang makin
konstruktif dalam menerima informasi yang didapat sehingga semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki (Nursalam dan Pariani, 2001). Umur 20-25 tahun ini termasuk dalam kategori dewasa
sehingga berpengaruh pada kemampuan fisik dan berfikir seseorang sudah maksimal atau sudah
cukup matang. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengalaman dan pengetahuan ibu tentang
cara perwatan payudara kurang.

Berdasarkan table 4.3 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (85%) responden sebagai ibu
rumah tangga. Pekerjaan umumnya kegiatan yang menyita waktu, makin giat seseorang bekerja
makin besar kemungkinan mendapatkan informasi yang didapat, sedikit tingkat pengetahuan
yang dimiliki (Nursalam dan Pariani, 2001). Ibu tidak bekerja akan kurang mendapatkan
informasi dari pihak lain. Dari penelitian didapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja sehingga
informasi dan pengetahuan ibu tentang perawatan payudara kurang.

Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa keseluruhan (100%) responden mendapat sumber
informasi dari petugas kesehatan. Informasi memberikan pengaruh pada seseorang meskipun
seseorang mempunyai pendidikan rendah. Tetapi jika bias mendapatkan informasi yang baik
maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Kuncoroningrat, 1997 dalam
Nursalam, 2001). Oleh karena itu sumber informasi harus didapatkan dari sumber yang ahli
bidangnya, sehingga akan mempengaruhi dalan cara perawatan payudara yang benar.

4.2.2 Kejadian Bendungan ASI

Berdasarkan table 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar (54%) responden yang mengalami
kejadian bendungan ASI dan hampir setengah (46%) responden tidak mengalami kejadian
bendungan ASI.

Menurut Handajani (2006) Bendungan ASI atau engoregement of the breast adalah
menumpuknya ASI didalam payudara. Menurut WHO (2003) Produksi ASI merupakan suatu
proses yang berkesinambungan sehingga bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume
ASI dalam payudara akan melebihi kapasitas alveoli untuk menyimpan ASI, bila tidak diatasi
kondisi ini dapat menyebabkan bendungan ASI. Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga sampai
hari keenam persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat
mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Putting susu teregang menjadi rata, ASI tidak
mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.

Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar (54%) responden mengalami bendungan ASI.
Hampir setengah (46%) responden yang tidak mengalami bendungan ASI. Dimana hal ini dapat
dipengaruhi atau dapat disebabkan karena factor umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan.
Sebagian besar responden yang tidak mengalami bendungan ASI berpengetahuan kurang
dimana pendidikan responden sebagian besar SD/ MI.

4.2.3 Hubungan Pengetahuan ibu post partum tentang Breast Care dengan Kejadian Bendungan
ASI pada Post Partum Hari ke 3-6
Berdasarkan uji statistic wilcoxon tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara dengan kejadian bendungan ASI pada ibu post partum hari ke 3-6 diketahui sebagian
besar (86%) responden pengetahuan kurang dan terjadi bendungan ASI dan hampir sebagian
(17%) responden yang pengetahuannya kurang dan tidak terjadi bendungan ASI.

Ibu harus tetap mengerti cara perawatan yang baik dan benar. Perawatan payudara meupakan
upaya untuk merangsang sekresi hormone oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini mungkin
dan memegang peranan penting dalam menghadapi masalah menyusui. Tehnik pemijatan dan
rangsangan pada putting susu yang dilakukan pada perawatan payudara merupakan latihan
semacam efek hisapan bayi sebagai pemicu pengeluaran ASI (Tamboyang, 2001).

Menurut (WHO, 2003) Produksi ASI merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga
bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI bila tidak diatasi kondisi ini dapat
menyebabkan bendungan ASI. Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga sampai keenam setelah
persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan hisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
disebabkan oleh payudara sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan
limfotik tersumbat, aliran susu menjadi sterhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli
meningkat. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara
dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Putting susu teregang menjadi
rata, ASI tidak mengalir dengan mudah.

Ibu atau responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang cara perawatan payudara (breast
care) mempengaruhi sikap atau perilaku untuk melakukan perawatan payudara sehingga terjadi
bendungan ASI. Pengetahuan dalam hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang sebagian
besar SD/MI yang memungkinkan kurangnya pengetahuan yang didapat dan memungkinkan
akses untuk mendapat informasi terbatas. Pekerjaan responden yang sebagian besar banyak
meluangkan waktu di rumah sehingga ibu enggan belajar perawatan payudara dengan cara yang
tepat atau benar.

DAFTAR PUSTAKA

Admin (2009). Manfaat ASI pada bayi. http//tackalmine.comoj-com/view.php? idartike=172

Admin (2010). Perawatan payudara pasca melahirkan. http//www.ruang


keluarga.com/kesehatan/perawatan-payudara-pasca-melahirkan.20100126-115.html.
Arikunto (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Bro: endrou (2008). Tips perawatan payudara.


http.//www.bergaul.com/pages/blog/showblog.php?blogid=4017

Dr. Dawat H. Sibuea (2003). Roblema ibu menyusui. http//www.pdfqueen.com/html//.

Hidayat, A. Aziz (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba
Medika

Nursalam Dan Siti Pariani (2003). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Salemba
Medika

Notoatmodjo Sukidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo Sukidjo (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Prawiroharjo Sarwono (2002). Pelayanan kesehatan Maternal dan neonatal, Jakarta : Yayasan
Bina Sehat

Prasetyono (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif, Jogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI)
Prawiroharjo (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Sastroasmoro, Sudigdo. Ismael, Sofian (2002). Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Jakarta: Sagung Seto

Sugiyono (2002). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Suryoprajogo (2009). Keajaiban Menyusui, Jogyakarta: Keyworld

World Health Organization (2003). Mastitis, Causes and Management, Jakarta: Widya Medika

www.duniabidan.ofees.net/index.php/kuliah.bidan/35-askeb-nifas/52-bendungan ASI

http://subijaktosaja.wordpress.com/2011/06/16/b-care/

Você também pode gostar