Você está na página 1de 22

Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

A. Definisi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Anatomi fisiologi system reproduksi wanita adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang suatu rangkaian dan interaksi organ dalam organisme yang dipergunakan untuk
berkembang biak.

B. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

a. Anatomi organ eksterna wanita (Genetalia Eksterna)

1. Mons Veneris

Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubis)
apabila wanita berangkat dewasa. Rambut ini membentuk sudut lengkung (pada wanita)
sedang pria membentuk sudut runcing ke atas.

2. Labia Mayora

Berada pada kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa di
tumbuhi rambut lanjutan dari mons veneris.bertemunya labia mayora membentuk komisura
posterior.

3. Labia Minora

Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Merupakan suatu lipatan kanan
dan kiri bertemu diatas preputium klitoridis dan dibawah klitoris. Bagian belakang kedua
lipatan setelah mengelilingi orifisium v4g1n4 bersatu disebut faurchet (hanya nampak pada
wanita yang belum pernah melahirkan).

4. Klitoris

Identik dengan p3n1s pria, kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi
frenulum klitorodis. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif
karena banyak memiliki serabut saraf.

5. Vestibulum

Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh
klitoris dan dorsal oleh faurchet. Pada vestibulum juga bermuara uretra dan 2 buah kelenjar
skene dan 2 buah kelenjar bartholin, yang mana kelenjar ini akan mengeluarkan sekret pada
waktu koitus. Introitus v4g1n4 juga terdapat disini.

6. Hymen

Merupakan selaput yang menutupi introitus v4g1n4, biasanya berlubang membentuk


semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia
himenalis atau hymen imperforata. Hymen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin
(hymen ini disebut karunkulae mirtiformis). Lubang-lubang pada hymen berfungsi untuk
tempat keluarnya sekret dan darah haid.

7. Perineum

Terletak diantara vulva dan anus, panjang sekitar 4 cm.

8. Vulva

Bagian dari alat kandungan yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris,
kanan kiri diatas labia minora, sampai ke belakang di batasi perineum.

b. Anatomi organ reproduksi interna wanita (Genetalia Interna)

Terdiri dari :

1. Vagina (liang kemaluan)


Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara kandung
kencing dan rectum. Dinding depan v4g1n4 panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11
cm. dinding v4g1n4 berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.

Dinding v4g1n4 terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan mukosa yang merupakan kulit, lapisan
otot dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung,
antara lain forniks lateral kanan kiri, forniks anterior dan posterior. Bagian dari serviks yang
menonjol ke dalam v4g1n4 disebut portio.

Suplai darah v4g1n4 diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis inferior, arteria
hemoroidalis mediana san arteria pudendus interna. Fungsi penting v4g1n4 adalah :

a. Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari rahim

b. Alat untuk bersenggama

c. Jalan lahir pada waktu bersalin

Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

2. Serviks

Bagian yang menghubungkan antara v4g1n4 dan uterus, serviks memiliki beberapa bagian
yaitu

a. Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan portio.

b. Pars supravaginalisservisis uteri adalah bagian serviks yang terdapat diatas v4g1n4.

Saluran yang terdapat di serviks dikenal kanalis servikalis berbentuk saluran dengan panjang
2.5 cm. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut dengan ostium uteri internum dan bagian
luar disebut dengan ostium uteri eksternum.

3. Uterus

Uterus berbentuk seperti buah alpukat , sebesar telur ayam yang berongga, dindingnya terdiri
dari otot polos. Uterus berukuran panjang 7 – 7,5 cm, lebar 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal
dinding 1,25 cm. secara fisiologis uterus dalam keadaan anteversiofleksi (serviks kedepan
dan memebentuk sudut dengan v4g1n4, demikian juga korpus uteri kedepan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri dari:

a. Endometrium, terdiri dari epitel kubik, kelenjar – kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah. Endomeptrium melapisi seluruh cavum uteri dan mempunyai arti penting
dalam siklus haid wanita.

b. Miometrium yang terdiri dari otot polos

c. Perimetrium.

Lapisan otot polos sebelah dalam berbentuk sirkuler, bagian tengah berbentuk obliq dan
bagian luar berbentuk longitudinal, seluruh lapisan ini sangat penting dalam persalinan
karena setelah plasenta lahir bagian ini berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah.

4. Tuba Falopii

Pangkal tuba falopii terletak di fundus uteri, terdiri dari:

a. Pars interstisialis yang terletak di pangkal tuba.

b. Pars ismika merupakan baguan yang agak melebar, sebagai tempat konsepsi.

c. Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria
yang berfungsi menangkap telur yang sudah matang untuk dibawa ke dalam tuba.

Otot dinding tuba bagian luar berbentuk longitudinal dan bagian dalam berbentuk sirkuler.
Dalam saluran tuba terdapat selaput yang berlipat – lipat dengan sel yangbersekresi dan
bersilia yang berfungsi untuk menyalurkan telur hasil konsepsi kedalam kavum uteri.

5. Ovarium

Setiap wanita memiliki dua ovarium dengan ukuran sebesar ibu jari tangan dengan panjang
kira – kira 4 cm, tebal 1,5 cm. Pinggir atasnya berhubungan dengan mesovarium tempat
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan
bagian dalam (medulla).

Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial kira-kira 100.000 setiap bulan satu folikel
akan matang dan keluar, kadang keluar 2 sekaligus secara bersamaan, folikel primer ini akan
menjadi folikel de graaf. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf, dan pembuluh
lympha. Fungsi ovarium adalah:

1. Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone.

2. Mengeluarkan telur setiap bulan.

6. Persyarafan Saluran Genetalia

Pleksus hipogastrika superior adalah komponen utama dari sistem syaraf otonom yang
mensyarafi organ genetalia interna. Syaraf pudenda berawal dari pleksus sakral lalu berjalan
bersama arteri dan vena pudenda melalui saluran pudenda untuk menyuplai serabut motorik
dan sensorik serta otot dan kulit perineum.

7. Aliran Limfatik

Vulva dan 1/3 distal v4g1n4 disuplai serangkain saluran limfatik anatomotik yang bersatu
untuk mengalir terutama menuju kelenjar getah beninginguinal superficial. Aliran limfatik
dari 2/3 atas v4g1n4 dan uterus terutama mengarah ke kelenjar getah bening obturatorius,
iliaka eksterna ,dan hipogastrik. Aliran limfatik ovarium mengikuti pembuluh ovarium
menuju getah bening para aorta.

C. Fisiologi Alat Reproduksi Wanita

Berdasarkan fungsinya (Fisiologinya), alat reproduksi wanita mempunyai tiga fungsi yaitu,
Fungsi seksual, fungsi hormonal, fungsi reproduksi yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Fungsi Seksual:

1. Alat yang berperan adalah vulva dan v4g1n4.

2. Kelenjar pada vulva yang dapat mengeluarkan cairan, berguna sebagai pelumas pada saat
senggama

3. Selain itu vulva dan v4g1n4 juga berfungsi sebagai jalan lahir.

b. Fungsi Hormonal

1. Yang disebut fungsi hormonal ialah peran indung telur dan rahim di dalam
mempertahankan cirri kewanitaan dan pengaturan haid.
2. Perubahan – perubahan fisik dan psikis yang terjadi sepanjang kehidupan wanita erat
hubungan nya dengan fungsi indung telur yang menghasilkan hormon – hormon Wanita yaitu
erstrogen dan progesterone.

c. Fungsi Reproduksi

1. Tugas reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur, dan rahim.

2. Sel telur yang setiap bulannya dikeluar oleh kantong telur pada masa subur akan masuk ke
dalam saluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu dengan sel benih pria
(sprematozoa) membentuk organism baru yang disebut zygote, pada saat iniliah ditentukan
jenis kelamin janin dan sifat – sifat genetiknya.

3. Selanjutnya zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur dan masuk kedalam rahim.

4. Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan diri dan berkembang menjadi
mudigah.

5. Mudigah selanjutnya tumbuh dan berkembang sebagai janin yang kemudian akan lahir
pada umur kehamilan cukup bulan. Masa subur pada siklus haid 28 hari, terjadi sekitar hari
ke empat belas dari hari pertama haid.

D. Hormon Pada Fungsi Reproduksi Wanita

a. FSH (Folicle Stimulating Hormon)

Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel pada masa subur.

b. LH (Luteinizing Hormon)

Berfungsi untuk meningkatkan produksi progesterone pada letua.

c. PROLAKTIN

Berfungsi untuk meningkatkan perkembangan payudara dan sekresi air susu.

d. ESTROGEN

Berfungsi untuk merangsang perkembangan organ kelamin wanita dan sifat kelamin
sekunder, contoh: pertumbuhan payudar, suara lebih lembut, dll.

e. PROGESTERON
Berfungsi untuk mempersiapkan rahim untuk menerima telur yang sudah dibuahi.

f. ESTRADIOL

Berfungsi untuk mengontrol dan mengatur perubahan tubuh wanita pada waktu puber,
pertumbuhan rahim, v4g1n4 dan bagian kelamin bagian luar.

A. Anatomi fisiologi sistem reproduksi laki-laki


1. Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari :
penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).

a) Penis

Penis terdiri dari:


 Akar (menempel pada didnding perut)
 Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
 Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).

Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans
penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit
depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
- 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
- Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut
terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

b) Skrotum

Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma
terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis
menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke
tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat)

c) Testis

Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam
skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
juga hormon testosterone.
Fungsi testis, terdiri dari :
 Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
 Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel leydig).

2. Struktur dalamnya
terdiri dari :
vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.Alat kelamin laki-laki
terbagi atas 3 bagian :

a) Vas deferens

Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran ini
berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus
ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama
vas deferens dan membentuk korda spermatika.

b) Uretra

Uretra berfungsi 2 fungsi:


 Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
 Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

c) Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi
bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan
dengan pertambahan usia.
Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate
akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu
kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
 Lobus posterior
 Lobus lateral
 Lobus anterior
 Lobus medial

Fungsi Prostat:
Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi
spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini
terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan
kelenjar prostat.

d) Vesikula seminalis.

Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang
membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
Fungsi Vesika seminalis :
Mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan
semen

3. Duktus Duktuli

a) Epididimis

Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan
belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis,
badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada
mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis
merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm,
berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat
spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di
ejakulasi, dan memproduksi semen.

b) Duktus Deferens

Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini


berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih
akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius
dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.

c) Uretra.

Uretra berfungsi 2 fungsi:


 Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
 Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

4. Bangunan Penyokong atau Penyambung

Funikulus Spermatikus
Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf.

Fisiologi Sistem Reproduksi Pria


1. Hormon pada Laki-laki :
a. FSH
Menstimulir spematogenesis.
b. LH
Menstimulir Sel Interstitiil Leydig untuk memproduksi Testosteron.
c. Testosteron
Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks sekundernya.
Efek hormon testoteron pada pria:
a. Sebelum lahir:
 Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
 Mendorong penurunan testis ke skrotum

Efek reproduksi :
 Pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi
 Penting dalam spermatogenesis
 Pertumbuhan tanda kelamin sekunder

2. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa.


Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer. Spermatozit
primer menjadi spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid.
Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran
spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

Fisiologi Haid
Ada 4 kompartemen pada fisiologi haid, yaitu endometrium, ovarium, hipofisis, dan
hipotalamus. Hormone wanita terdiri dari hormone estrogen, progesterone dan GnRH yang
terdiri dari FSH dan LH. Hipotalamus berada diotak kecil tepatnya dibawah thalamus.
Hipotalamus merupakan suatu kelenjar yang berfungsi menghasilkan gonadotropin realizing
hormone yang akan mempengaruhi hipofisis dengan melepaskan hormone menuju hipofisis.
Hipotalamus terletak di ciasma optica, yaitu persilangan nervus opticus, dan dibelakangnya
ada sela tursica yang merupakan tempat hipofisis atau pituitary. Hipofisis ini berbentuk
seperti buah almon, yang terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus anterior dan posterior. Lobus
anterior hipofisis menghasilkan FSH dan LH, sedangkan lobus posterior hipofisis
menghasilkan ADH, oksitosin dan prolaktin.
Saat wanita mengalami haid, akan terjadi pelepasan membrane basalis pada
endometrium sehingga tebal endometrium ≤ 3 mm, yaitu disaat level hormone estrogen dan
progesterone turun. Karena itu, akan memberikan efek umpan balik melalui neurotransmitter
ke hipotalamus, sehingga GnRH yang dihasilkan hipotalamus mempengaruhi hipofisis untuk
memproduksi FSH. GnRH di hipotalamus dengan sekresi yang pulsasi, ada critical rangenya.
Maksudnya, GnRH hanya dihasilkan sebentar, terutama saat tidur. Jika seorang wanita sering
tidur diatas jam 12 malam, maka akan sering mengalami gangguan haid. Jadi, saat kita tidur,
akan dihasilkan GnRH dengan sekresi yang pulsasi seperti menyemprot tiap beberapa menit.
Setelah itu akan masuk ke hipofisis melalui aliran darah sehingga terpengaruhlah hipofisis,
yang dinamai dengan ‘short feedback’.
FSH, dihasilkan oleh hipofisis anterior, merupakan hormone gonadotropin yang
akan mempengaruhi gonad wanita yaitu ovarium (kompartemen ke II). Sebenarnya, di
ovarium, terjadi 2 hal, yaitu folikulogenesis dan steroidogenesis yang terjadi secara
bersamaan. Di dalam folikel terdapat 2 sel, yaitu sel granulose dan sel THECA interna dan
eksterna. Jika sel granulose berkembang, akan membentuk dan menghasilkan hormone
estrogen yang bersumber dari androgen yang ada di sel THECA. Prosesnya yaitu, sel
androgen yang ada pada sel THECA yang awalnya berasal dari kolesterol, akan diaromatisasi
oleh enzim sitokrom P450 yang dimiliki sel granulose. Setelah diaromatisasi, jadilah
hormone estrogen atau estradiol. Inilah yang dimaksud dengan proses steroidogenesis.
Dengan dihasilkannya estrogen, akan mempengaruhi proliferasi dari endometrium.

FSH bekerja dengan menstimulasi pembentukan folikel di ovarium


(folikulogenesis), yang dimulai dari foliker primer. folikel primer berasal dari folikel
primordial. Folikel primordial ini bersifat independent dan tidak dipengaruhi oleh
gonadotropin. Folikel primordial yang akan menjadi folikel primer, merupakan cadangan
folikel yang ada pada ovarium. Semakin banyak cadangan folikel pada wanita, maka akan
semakin lama dan panjang wanita tsb mengalami menopause. Proses folikel primordial
menjadi folikel primer dikarenakan adanya aktivin dan inhibin. Folikel primordial ini
merupakan hasil dari perekrutan 3 bulan yang lalu atau 90 hari yang lalu. Jika 3 bulan yang
lalu seorang wanita mengalami stress berat, maka kemungkinan di bulan ini wanita tsb tidak
mendapat haid. Masa folikulogenesis ialah 14 hari, bisa memanjang dan bisa memendek. Hal
ini akan mempengaruhi siklus haid. Jika masa folikulogenesis memendek, maka siklus haid
akan cepat.
Siklus menstruasi dimulai di hari pertama haid, yaitu dimana hormone progesterone dan
estrogen levelnya tiba-tiba turun karena tidak adanya kehamilan. diantara hari pertama
sampai hari keempat, folikel primordial sudah standby akan menjadi folikel primer. lalu
dihari keempat, folikel primer ini akan mulai tumbuh. Dari sekian banyak folikel primer, ada
yang namanya ‘cohort of follicles’, yaitu kelompok folikel yang akan ditumbuhkan.
Kemungkinan hanya 1 atau 2 yang akan menjadi folikel dominan, dan sisanya akan
mengalami atresia.

Sel folikel semakin lama akan semakin matang dan berproliferasi. Semakin matang
folikel, maka akan sebanyak reseptor FSH-nya. Akibatnya FSH akan semakin mudah
menstimulasi folikel untuk tumbuh besar hingga menjadi ukuran folikel sebesar 1,8 cm. Jika
pertumbuhannya sudah mencapai 1,8 cm maka folikel ini disebut dengan folikel dominan.
Folikel dominan ini nantinya akan menjadi folikel matang atau folikel de graff.
Begitu juga dengan estradiol yang dihasilkan oleh sel granulose (bagian dari sel
folikel). Estradiol yang dihasilkan akan semakin meningkat di dalam darah. Dengan semakin
meningkatnya kadar estradiol ini, berangsur-angsur terjadi pemulihan endometrium. Oleh
karena vasokonstriksi saat akhir menstruasi, maka endometrium akan mulai pulih dengan
ditandai kelenjarnya bertambah panjang, epitelnya bertambah tebal, dan pembuluh darahnya
menjadi ‘coiling’ (art radialis  art spiralis). Arteri spiralis inilah yang akan memperdarahi
endometrium sehingga bisa mempersiapkan diri menghadapi implantasi. Ketika
estrogen/estradiol mencapai puncaknya yang maksimum (kadarnya yang tertinggi), akan
memacu terbentuknya reseptor LH, yaitu akan menimbulkan respon umpan balik (+) ke
hipotalamus dan hipofisis yang akan menghasilkan LH untuk menimbulkan ovulasi.
Folikel dominan belum tentu dapat menjadi folikel matang. Jika ada kegagalan saat
lonjakan LH, maka akan terjadi kegagalan ovulasi (anovulasi). Untuk itu, seorang wanita
harus berhati-hati. Jika siklus haidnya 28 hari, maka pada hari ke 12 atau 13 tidak boleh
stress, jika terjadi stress, maka akan menyebabkan kegagalan ovulasi. LH hanya dihasilkan
pada malam hari dan hanya sekitar dua jam. Jika waktu 2 jam ini terganggu, maka LH tidak
bisa disekresikan kedalam darah. LH hanya bertahan didalam darah selama 12 jam, setelah
itu akan menurun dan menghilang dari tubuh.

Berikut merupakan fungsi LH adalah : (1) akan menimbulkan ovulasi, (2)


menghentikan oosit maturasing inhibitor (OMI) dalam stadium meiosis I. Jika LH tinggi
kadarnya, maka OMI akan hancur. Akibatnya, oosit meiosis I akan masuk ke meiosis II.
Meiosis II inilah yang akan siap di fertilisasi. Jika OMI tidak dihancurkan dikarenakan LH
tidak ada, akibatnya ovulasi tidak akan terjadi (anovulasi) sehingga meiosis II pun tidak akan
terjadi.
Jika ovulasi terjadi oleh adanya LH, maka akan terbentuklah corpus luteum yang
berwarna kuning. Hal ini disebut dengan proses luteinisasi. Pada corpus luteum ini, ada sel
granulose (bagian dari sel folikel) yang menghasilkan progesterone. Dengan dihasilkannya
progesterone, juga akan mempengaruhi proliferasi endometrium, yaitu kelenjarnya semakin
berkelok-kelok dan epitelnya semakin tebal, yaitu > 5 mm. Pada saat setelah ovulasi ini kadar
estrogen tetap ada, namun kadar estrogen lebih rendah dibandingkan kadar progesterone
(progesterone dominan). Kedua hormone ini akan sama-sama mengalami kenaikan, namun
kadar progesterone kadarnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar estrogen. Jika
ovulasi tidak terjadi, maka tidak akan terjadi proses luteinisasi (pembentukan corpus luteum)
sehingga progesterone pun juga tidak akan dihasilkan.
Perlu diketahui, fase folikulogenesis pada seorang wanita bisa memanjang, bisa
memendek, bisa 15 hari, 17 hari, 21 hari dsb. Sedangkan fase luteal cenderung sama (12-14
hari). Akan tetapi, ternyata wanita dengan siklus haid > 35 hari cenderung tidak terjadi
ovulasi. Karena jika folikel itu lama matangnya, maka lama-kelamaan akan rusak dan
oositnya juga rusak.
Jika terjadi kehamilan, maka progesterone tidak akan perneh turun. Sesuai dengan namanya,
progestasi = mempertahankan kehamilan. Setelah proses ovulasi terjadi, jika endometrium
yang dipersiapkan dibuahi (fertilisasi), yaitu oosit pada meiosis II akan berubah menjadi 2
sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel dan 32 sel lalu akan masuk stadium blastokist yang akan mengalami
proses hatching, yaitu keluar dari selubungnya dan akan mengalami implantasi. Proses ini
terjadi setelah 72-96 jam terjadinya fertilisasi. Yang dikatakan optimal mengalami implantasi,
jika tebal endometrium > 7 mm. Biasanya, tebal endometrium ini diketahui dari USG
transvaginal.

Pada saat tidak terjadi implantasi, maka progesterone dan estradiol akan turun tiba-
tiba dan terjadilah proses deskuamasi. Progesterone akan mempengaruhi pembentukan
prostaglandin, metal metalo proteinase, endotelin, PGF2α, dll. Jika tidak terjadi implantasi,
maka korpus luteum akan mengalami degenerasi menjadi corpus albicans, akibatnya
progesterone dan estrogen turun, sehingga prostaglandin, dkk akan menimbulkan terjadinya
deskuamasi dan perdarahan (menstruasi).
Sering terjadi perdarahan secara berlebihan pada sebagian wanita di saat menstruasi.
Hal ini dikarenakan kolaps jaringan tidak terjadi secara serentak, perdarahan hanya sedikit-
sedikit terjadi sehingga pada satu bulan berikutnya akan bertumpuk lagi, lama-kelamaan akan
menjadi rapuh, dan pada suatu saat akan menyebabkan perdarahan haid yang panjang. Untuk
menghentikannya, maka kolaps jaringan harus terjadi secara serentak. Jadi, endometrium
harus keluar semuanya, barulah bisa terjadi vasokonstriksi. Pada membrane basalis,
pembuluh darah yang terbuka akan menjadi vasokonstriksi oleh pengaruh prostaglandin,
PGF2α. Jika factor pelepasan dan penghentian seimbang, maka menstruasi akan terjadi dan
berhenti secara normal.
Trombosit tidak dikeluarkan saat menstruasi berlangsung. Itulah sebabnya darah
haid yang dikeluarkan pada umumnya encer. Gumpalan didalam darah merupakan
mikrofibrin (fibrin yang belum matang). Jika terjadi gangguan pembekuan darah (factor X
dan XII tidak ada), seperti pada penyakit ‘von willebrand disease’ atau pada penyakit
koagulopati, dimana bisa terjadi perdarahan uterus abnormal yang iatrogenic. Namun,
penyakit ini dapat diobati dengan terapi hormonal, yaitu dengan pemberian estrogen dan
progesterone sintetik (etinil estradiol dan progestin progesterone).
Setelah darah haid berhenti, yang harusnya berhenti secara serentak. Jika ada flek
dalam jangka panjang, maka ada gangguan. Mungkin saja ada yang salah dari factor
vasokonstriksi. biasanya hal ini terjadi pada endometriosis. Hal ini juga merupakan penyebab
perdarahan uterus abnormal. Normal, pada wanita, interval menstruasi berkisar antara 24-35
hari. Jika seorang wanita tidak mengalami haid > 35 hari, maka disebut oligomenore.
Sebaliknya, jika siklus haid seorang wanita < 24 hari, maka disebut polimenore.
Beberapa kelainan lainnya, yaitu (1) menoragia adalah haid yang panjang dan
banyak, tidak normal (N= 2-8 hari), yaitu durasinya meningkat dan volumnya meningkat
hingga lebih dari 80cc/hr. Menoragia disebut sebagai ‘heavy menstrual bleeding’ atau disebut
juga perdarahan haid yang banyak. (2) metroragia adalah perdarahan diluar waktu menstruasi
yang normal. Metroragia disebut sebagai ‘inter-menstrual bleeding’ yaitu perdarahan antara
waktu haid yang kemarin dan haid sekarang. (3) withdrawal bleeding, yaitu terjadi ketika
seorang wanita minum pil KB, yang isi hormone 21 hari dan placebo 7 hari. Yang
menyebabkan menjadi withdrawal bleeding ketika minum yang placebo 7 hari, sehingga
hormone akan menjadi turun dan terjadilah menstruasi. (4) breakthrough bleeding, yaitu jika
seorang wanita akan menginduksi menstruasi. Misal, pada seorang wanita yang sudah lama
tidak haid (3 bulan tidak haid), lalu diberi tablet progestin sehingga mengalami haid. Contoh
lain pada seorang wanita post op pengangkatan kista. Jika hormone tsb tiba-tiba dihentikan,
maka tiba-tiba akan lepas dan terjadilah haid.
Keluarnya darah haid tergantung tebal tipisnya endometrium. Pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang, karena adanya efek supresi
ovulasi yang lama, folikulogenesis tidak akan terjadi dan endometrium pun akan menjadi
lebih tipis, oleh karena itu, kebanyakan haid yang dialami hanya berupa bercak-bercak saja.
Misalnya pada wanita yang mengggunakan KB, mereka akan terlihat lebih gemuk dan datang
haidnya lebih sering terlambat.

PEMBUAHAN, NIDASI DAN PLASENTASI

Untuk tiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan
nidasi hasil konsepsi. Tiap spermatozoon terdiri atas tiga bagian yaitu kaput, atau kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor, dan bagian yang
silindrik menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoon dapat
bergerak cepat.

Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel‑sel primitif tubulus‑tubulus


testis. Setelah janin dilahirkm, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan
hingga masapubertas tiba. Pada masa pubertas sel spermatogonium tersebut di bawah pe
ngaruh sel‑sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah
spermatogenesis yang amat kompleks itu.Tiap spermatogonium membelah dua dan
menghasilkan spermatosit pertama.

Spermatosit pertama ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit kedua; spermatosit
kedua membelah dua lagi tetapi dengan hasil bahwa dua spermatid masing‑masing memiliki
jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini
kemudian tumbuh spermatozoon.

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge, dan di
dalam kandungan jumlah oogonium bertambah terus sampai pada kehamilan enam bulan.
Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. jumlah ini
berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel‑folikel. Pada umur 6 ‑ 15 tahun
ditemukan 439.000, pada 16 ‑ 25 tahun hanya 34.000. Pada masa menopause semua
menghilang.

Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan pada


nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium‑oogonium ke arah korteks ovarii, hingga
pada waktu dilahirkan korteks ovarii terisi dengan primordial ovarian follicles. Padanya dapat
dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan, DNAnya berduplikasi, yang berarti bahwa
sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya terhenti ‑ oleh sebab yang belum diketahul ‑
sampal folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti
dalam profase melosis dinamakan oosit pertama. Oleh rangsangan FSH melosis (pembelahan
ke arah pematangan) terjadi terus, benda kutub (polar body) pertama disisihkan dengan hanya
sedikit sitoplasma, sedangkan oosit kedua ini berada di dalam sitoplasma yang cukup banyak.

Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan pertama ovum;
pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoon mem buahi ovum.

Jutaan spermatozoon dikeluarkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus.

Hanya beberapa ratus ribu spermatozoon dapat meneruskan ke kavum uteri dan tuba, dan
hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampulla tuba di mana spermatozoon dapat
memasuki ovum yang siap dibuahi. Hanya satu spermatozoon, yang mempunyai kemampuan
(capacitation) untuk membuahi. Pada spermatozoon itu ditemukan peningkatan konsentrasi
DNA dinukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus oleh karena diduga dapat
melepaskan hialuronidase.

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu o1eh mikrofilamen‑mikrofilamen fimbria


infundibulum ke arah ostium tuba abdominale, dan disalurkan terus ke arah medial. Ovum
sesudah dilepas oleh ovanium mempunyai diameter 100″ (0,1 mm).

Ditengah‑tengahnya dijumpal nukleus yang berada dalam metafase pada pembelahan


pernatangan kedua, terapung‑apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni
vitellus. Vitellus ini mengandung banyak zat hidrat arang dan asam amino.

Ovum dilingkari oleh zona pellusida. DI luar zona pellusida im ditemukan sel‑sel korona
radiata, dan di dalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat benda‑benda kutub.
Bahan‑bahan darl sel‑sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalul saluran‑saluran
halus di zona pellusida. Jumlah sel‑sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampulla
tuba makin berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona pellusida pada waktu berada
dekat pada perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi. Hanya
satu spermatozoon yang telah mengalami proses kapasitasi, dapat melintasi zona pellusida
masuk ke vitellus. Sesudah itu zona pellusida segera mengalami perubahan dan mempunyai
sifat tidak dapat dilintasi lagi oleh spermatozoon lainSpermatozoon yang telah masuk ke
vitellus kehilangan membran nukleusnya; yang tinggal hanya pronukleusnya. Masuknya
spermatozoon ke dalam vitellus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam. metafase
untuk pembelahan‑pembelahannya. Sesudah anafase kemudian, timbul telofase, dan benda
kutub (polar body) kedua menuju ke ruang perivitellina. Ovum sekarang hanya mempunyai
pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoon telah mengandung juga jumlah
kromosom yang haploid.

Kedua pronuklei dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan
genetik dari wanita dan pria. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom
otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang pria satu X dan satu Y. Sesudah pembelahan
kematangan maka ovum matang mempunyai 22 koromosom otosom serta I kromosom X, dan
suatu spermatozoon 22 kromosom otosom serta I kromosom X atau 22 kromosom otosom
serta I kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom
serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai seorang janin wanita, sedang 44 kromosom otosom
serta I kromosom X dan I kromosom Y akan tumbuh sebagai seorang janin pria.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.
Segera setelah pembelahan im terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan
dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel‑sel yang sama besarnya. Hasil
konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus,
hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan
demikian, zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap
sama. Dalarn ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars
interstisialis tuba (bagian‑bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus
serta getaran silia pada permukaan sel‑sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil
konsepsi mencapai stadium blastula.

Pada stadium blastula ini sel‑sel Yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula, akan
menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut
trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan
menemukan endometrium dalarn masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel‑sel desidua ini
besar‑besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan o1eh trofoblas.
Blastula dengan bagian Yang mengandung inner‑cell mass aktif mudah masuk ke dalam
lapisan desidua, dan luka pada desidua kernudian menutup kembali. Kadang‑kadang pada
saat nidasi yakni masuknva ovurn ke dalarn endometrium‑terjadi perdarahan pada luka
desidua (tanda Hartman).

Pada umumnya blastula masuk di endometnium dengan bagian di mana inner‑cell mass
berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali‑pusat berpangkal sentral
atau para sentral. Bila sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki endometnium, maka
terdapatlah tali‑pusat dengan insersio velamentosa.

Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. jika
nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis;
yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta
akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis.
Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot‑jonjot yang dinamakan villi koriales dan
berpangkal pada korion.

Bila nidasl telah terjadi, mulailah diferensiasi sel‑sel blastula. Sel‑sel yang lebih kecil, yang
dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel‑sel yang
lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastula
terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang amnion dan
yolk sac.

Sel‑sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam
trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi korion.
Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan dalam 2 lapisan. Di
sebelah dalam dibenruk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus) dan di
sebelah luar lapisan sinsitiotrofoblast, terdiri atas nukleus‑nukleus, tersebar tak rata dalam
sitoplasma.

Selain itu villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan
bercabang‑cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke
arah kavum uteri sehingga lambat‑laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion
leave.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human cborionic
gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari
ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi
korpus luteurn untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta
dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas
untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut dapat ditemukan di dalarn air
kencing wanita yang menjadi hamil.

Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga unsur
lapisan, yakni sel‑sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion
tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati
korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan
merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk, menjadi tali pusat.
Yolk‑sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa‑sisanya dapat ditemukan
dalam tali‑pusat.

Di tali‑pusat sendiri yang berasal darl body stalk, terdapat pembuluh‑pembuluh darah
sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat
dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat
jaringan lembek, selai Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikales dan 1 vena
umbilikalis yang berada di tali‑pusat. Kedua arteri dari satu vena tersebut menghubungkan
satu sistern kardiovaskuler janin dengan plasenta

Adapun sistem kardiovaskuler janin dibentuk pada kira‑kira minggu ke 10

Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12, dan disusul oleh masa fetal dan
perinatal.

Ciri‑cirl tersebut di atas perlu diketahul jika pada abortus ingin diketahui tuanya kehamilan.

Seperti telah dijelaskan, trofoblas mempunyal sifat menghancurkan desidua termasuk spiral
arteri serta vena‑vena di dalamnya. Akibatnya terbentuklah ruangan‑ruangan yang terisi oleh
perdarahan dari pembuluh‑pembuluh darah yang ikut dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan
terus, sehingga timbul ruangan‑ruangan intervillair di mana villi koriales seolah‑olah
terapung‑apung di antara ruangan ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. Sebagian
dari villi koriales tetap melekat pada desidua. Lagi pula, desidua yang tidak dihancurkan oleh
trofoblas membentuk septa plasenta, yang dapat dilihat di bagian maternal plasenta.
Septa plasenta ini mernbagi plasenta dalam beberapa maternal cotyledon,umumnya
ditemukan 15 sampal 20 buah maternal cotyledon. Foetal cotyledon adalah suatu kelompok
besar villi koriales yang bercabang‑cabang seperti pohon. Pada plasenta aterm diperkirakan
terdapat 200 foetal cotyledon. Dari tiap‑tiap cabang Vili koriales terdapat sistern vena serta
arteria yang menuju ke vena umbilikalis dan arteria umbilikalis. Sebagian besar
cabang‑cabang pohon itu tergenang di dalam ruangan intrviiler yang berisii darah ibu yang
mengandung banyak zat makanan dan zat asarn bagi janin.

Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Plasenta yang dernikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada
percampuran darah antara janin dan ibu. Ada juga sel‑sel desidua yang tidak dapat
dihancurkan oleh trofoblas dan sel‑sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut
lapisan Nitabuch. Ketika melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan
Nitabuch ini. Bila oleh sesuatu sebab umpama pada abortus dikuret terlalu dalarn, maka
jonjot‑jonjot plasenta tumbuh di antara otot-otot miometrium (plasenta akreta) atau dapat
pula dijumpai plasenta perkreta yang dapat menimbulkan ruptura uteri spontan.

Você também pode gostar