Você está na página 1de 8

KEEFEKTIFAN MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS

MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN WATES

Linda Astuti
12144600096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan model Group Investigation
terhadap kemampuan menganalisis mata pelajaran IPA siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Wates
dan untuk mengetahui perbedaan menganalisis mata pelajaran IPA siswa pada pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen
(eksperimen semu). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Wates
tahun ajaran 2016/2017. Sampel penelitian adalah siswa kelas III.1 dan III.3 SD Muhammadiyah Mutihan Wates
yang berjumlah 56 siswa. Pemilihan satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok
kontrol dilakukan secara sampling purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tes, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik
parametrik yaitu uji t dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih efektif ditinjau dari kemampuan menganalisis dalam mata
pelajaran IPA siswa kelas III, hal ini ditunjukan dari rata-rata nilai posttest kelas eksperimen yang lebih tinggi dari
pada kelas kontrol, kelas eksperimen memiliki rata-rata posttest 83,3226, sedangkan kelas kontrol 77,3103.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan mengaalisis dalam mata pelajaran
IPA siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Wates , hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata uji hipotesis yaitu
uji t terhadap prestasi belajar IPA, menunjukan bahwa nilai statistik uji t adalah -2,148 yang lebih besar dari t
tabel yaitu 2,042 dengan nilai sig= 0,036 sehingga lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 0,05 berati
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada perbedaan kemampuan menganalisis antara penggunaan model
pembelajaran tipe Group Investigation dengan penggunaan model pembelajaran konvensional ditinjau dari
kemampuan menganalisis mata pelajaran IPA siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Wates.
Kata Kunci: Kemampuan menganalisis, mata pelajaran IPA, Group Investigatin, Konvensional

ABSTRACT

This study aimed to determine the effectiveness of the use of models Group Investigation to analyze the
ability of science subjects of third grade students at Muhammadiyah Mutihan Wates and to know the difference
analyzing teaching science students on cooperative learning with conventional learning Group Investigation. This
study was a quasi-experimental study (quasi-experimental). The populations of this research were all third grade
students at Muhammadiyah Mutihan Wates Academic Year 2016/2017. Samples were III.1 and III.3 classes with
56 students. Selection of one class as the experimental group and a control group class as purposive sampling.
Data collection techniques used the test and documentation. Analysis of the data used a statistical method
parametric t test with significance level of 0.05. The study concluded that the used of cooperative learning model
of Group Investigation more effective in terms of the ability to analyze the science subjects of third grade
students, this was shown from the average score of post test experimental class was higher than the control
class, the experimental class had an average post test 83.3226, while the control class 77.3103. There was a
significant differences in the effect of the use of cooperative learning model of Group Investigation with
conventional learning in terms of the ability to analyze in science, it can be seen from the average score of testing
the hypothesis that the t test of nature learning achievement, showed that the score of t test statistic was -2.148
greater than t table was 2.042 with sig = 0,036 that was smaller than the specified alpha level of 0.05 means that
Ho was rejected and Ha accepted, it means that there was a differences in the ability to analyze the use of the
model learning type Group Investigation with the use of conventional learning models in terms of the ability to
analyze the science subjects of third grade students at Muhammadiyah Mutihan Wates.

Keywords: Ability to Analyze, Teaching Science, Group Investigation, Conventional


PENDAHULUAN sesuatu yang menunjang proses pendidikan
dan lingkungan belajar baik lingkungan
Pendidikan merupakan salah satu sekolah, lingkungan keluarga maupun
kebutuhan pokok bagi setiap individu. lingkungan masyarakat. Guru merupakan
Pendidikan adalah suatu upaya manusia untuk unsur yang cukup penting dalam proses
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pembelajaran. Guru perlu memperhatikan
keahlian untuk mengembangkan bakat dan model, strategi dan metode yang tepat agar
kepribadiannya. Melalui pendidikan manusia dapat menciptakan pembelajaran yang
akan mampu mengembangkan potensi diri berkualitas. Cara penyampaian materi oleh
dan mampu menghadapi kemajuan bangsa guru juga mempengaruhi keberhasilan
yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Penyampaian materi yang
teknologi. Pendidikan menjadi faktor yang kreatif, inovatif dan menyenangkan akan
sangat penting untuk kemajuan bangsa yaitu membuat suasana belajar menjadi nyaman
dalam hal menciptakan masyarakat yang dan indikator materi dapat tercapai. Pada
cerdas. Kemajuan bangsa juga ditentukan dari umumnya guru menggunakan metode
keberhasilan pendidikan dalam suatu Negara. konvensional (ceramah), mengerjakan LKS
Seperti yang tercantum dalam pembukaan dan tanya jawab yang hanya ada beberapa
Undang-undang Dasar 1945, bahwa salah peserta didik yang bertanya karena sudah
satu tujuan bangsa adalah mencerdaskan menganggap mata pelajaran IPA sebagai
kehidupan bangsa. Oleh karena itu pendidikan pelajaran yang sulit dan membosankan.
itu perlu diperhatikan dan ditingkatkan
kualitasnya. Proses pembelajaran dianggap
membosankan membuat peserta didik
Pengertian pendidikan menurut menjadi kurang memperhatikan pelajaran.
Undang-undang 1945 adalah “usaha sadar Peserta didik menjadi malas dan melakukan
atau terencana untuk mewujudkan suasana tindakan lain yang tidak berhubungan
belajar dan proses pembelajaran agar dengan proses belajar. Dengan adanya
peserta didik secara aktif mengembangkan anggapan bahwa mata pelajaran IPA sulit
potensi dirinya untuk memiliki dan membingungkan membuat peserta didik
kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian tidak tertarik/berminat untuk belajar IPA. Hal
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, ini dapat membuat pemahaman peserta didik
serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, terhadap konsep-konsep IPA tidak efektif
masyarakat, bangsa dan Negara”. yang mengakibatkan hasil belajar peserta
Sedangkan menurut Sugihatono (2007:3-4) didik kurang maksimal. Oleh karena itu
“pendidikan adalah suatu usaha yang diperlukan pembenahan terhadap model
dilakukan secara sadar dan sengaja untuk pembelajaran IPA dengan dengan
mengubah tingkah laku manusia baik secara pendekatan tertentu agar dapat menarik
individu maupun kelompok untuk minat serta meningkatkan minat belajar
mendewasakan manusia melalui upaya peserta didik terhadap pelajaran IPA dan
pengajaran dan pelatihan”. memahami konsep-konsepnya.
“Belajar merupakan suatu Berdasarkan observasi awal SD
perubahan dalam tingkah laku, dimana Muhammadiyah Mutihan Wates, Kabupaten
perubahan itu dapat mengarah pada tingkah Kulon Progo ditemukan berbagai masalah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada dalam proses pembelajaran. Hasil belajar
kemungkinan mengarah pada tingkah laku IPA khususnya kelas 3 yang diperoleh
yang lebih buruk” (Ngalim Purwanto. kurang memuaskan yaitu dengan rerata
2007:85). Aktivitas di dalam suatu kegiatan kelas masih dibawah KKM. Pembelajaran
pembelajaran sangat diperlukan, kegiatan yang dilakukan oleh guru belum banyak
pembelajaran akan berjalan dengan baik jika mengembangkan kemampuan
terdapat aktifitas peserta didik yang aktif. berkomunikasi dan bekerja sama dalam
Aktifitas peserta didik merupakan kelompok. Kondisi seperti itu belum mampu
keterlibatan peserta didik dalam proses meningkatkan kemampuan peserta didik
pembelajaran. Misalnya bertanya, dalam kemampuan mengidentifikasi mata
mengemukakan pendapat, berdiskusi pelajaran IPA. Akibatnya, nilai akhir yang
dengan tema dan seluruh kegiatan yang dicapai peserta didik tidak seperti yang
berhubungan dengan partisipasi peserta diharapkan. Berbagai macam keterampilan
didik terhadap proses belajar. yang dimiliki peserta didik seperti berfikir
kritis, kreatif dan kreatifitas belum tampak.
Faktor yang mempengaruhi Sesekali pembelajaran IPA dilakukan
keberhasilan pendidikan adalah segala
dengan praktik atau pembelajaran di luar Group Investigation adalah salah
kelas, namun dengan tidak menggunakan satu tipe dari pembelajaran koopetif yang
LKS, dan praktikum yang dilakukan tidak menuntut peserta didik untuk memiliki
dengan tujuan untuk melatih peserta didik kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
dalam pemecahan masalah sehingga dan bekerja sama dalam kelompok.
peserta didik cenderung hanya sebagai Kelebihan yang dimiliki dari Group
penerima. LKS digunakan di dalam kelas Investigation yaitu antara lain kegiatan
sebagai latihan soal ditengah-tengah proses pembelajaran yang berfokus pada peserta
pembelajaran berlangsung. Keadaan didik sehingga pengetahuannya dapat
tersebut membuat peserta didik semakin diserap dengan baik oleh peserta didik serta
sedikit dalam memperoleh informasi dapat meningkatkan keterampilan sosial
berkaitan dengan bahan yang sedang dimana peserta didik dilatih untuk bekerja
mereka pelajari. Kemampuan bekerja sama sama dengan peserta didik lainnya dalam
juga belum dapat terlaksana dengan efektif kelompok sehingga mampu menumbuhkan
karena dalam pembelajaran jarang sikap saling menghargai dan
menggunakan metode yang dapat menguntungkan, menumbuhkan sikap untuk
memperlihatkan kemampuan tersebut. lebih mengenal kemampuan diri sendiri,
bertanggung jawab dan memiliki rasa untuk
Kemampuan ilmu pengetahuan dan dapat berguna bagi orang lain.
teknologi menuntut peserta didik mempunyai
kemampuan untuk memperoleh dan Tipe pembelajaran Group
mengelola informasi. Kemampuan ini Investigation ini dipilih karena mampu
memerlukan pemikiran kritis, kreatif, melatih peserta didik dalam berkomunikasi
sistematis, ilmiah dan mampu bekerja sama. dan bekerja sama dalam kelompok. Selain
Cara berpikir ini dapat diterapkan dalam itu, SD Muhammadiyah Mutihan Wates
proses pembelajaran IPA yang mendorong terdapat aspek-aspek yang dapat
peserta didik untuk terampil berpikir kritis mendukung terlaksananya pembelajaran
dan rasional. Berdasarkan hal tersebut, dengan model pembelajaran kooperatif yaitu
tampaknya penetapan model pembelajaran fasilitas/sarana dan kemampuan peserta
yang berfokus pada pengembangan interaksi didiknya. Sarana tersebut antara lain
kelompok dan kerjasama, dan latihan tersedianya ruang kelas yang luas sehingga
memecahkan masalah merupakan pilihan peserta didik dapat membuat kelas
yang cukup dapat mengembangkan kelompok tanpa berdesakan. Peserta didik
kemampuan siswa. Diharapkan ketika yang berani bertanya dan mengemukakan
peserta didik belajar IPA, yang dipelajari pendapat di depan umum serta memiliki
adalah ilmu alam sekitar yang dekat dengan minat yang tinggi terhadap sesuatu yang
kehidupan peserta didik. Situasi bersifat menantang. Namun aspek-aspek
pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan diatas tidak didukung oleh proses
fenomena dunia nyata dan bermakna yang pembelajaran yang tepat, sehingga belum
dapat menantang peserta didik untuk nampak dengan jelas. Berdasarkan uraian
memecahkannya. Upaya untuk latar belakang masalah tersebut maka akan
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di dilakukan sebuah penelitian untuk
SD Muhammadiyah Mutihan Wates diantara mengetahui apakah model pendekatan
adalah dengan menggunakan strategi Group Investigation berpengaruh terhadap
pembelajaran yang mendukung peserta didik kemampuan menganalisis pada siswa.
untuk bekerja sama sehingga dapat Penelitian ini berjudul “Keefektifan Model
menumbuhkan minat belajar IPA. Model Group Investigation (GI) Terhadap
pembelajaran yang melibatkan peserta didik Kemampuan Menganalisis Mata Pelajaran
secara aktif sangat diperlukan untuk melatih IPA Siswa Kelas III SD Muhammadiyah
peserta didik berpikir kritis dan bekerja sama Mutihan Wates.”
dalam kelompok. Salah satu model
pembelajaran yang dianggap mampu untuk METODE PENELITIAN
meningkatkan minat dan prestasi belajar
peserta didik adalah metode pembelajaran Penelitian ini merupakan penelitian
koopertif (Cooperative Learning). Model Quasi Eksperimental yang bertujuan untuk
pembelajaran koopertif memiliki beberapa mengetahui perbedaan peningkatan
tipe, diantaranya adalah tipe Group kemampuan menganalisis pada mata
Investigation. pelajaran IPA antara pembelajaran IPA
dengan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation dan dengan model pembelajaran
kovensional.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas III SD Muhammadiyah
Mutihan Wates tahun pelajaran 2016/2017.
Dengan sampel penelitian siswa kelas III.1
sebagai kelas kontrol dan kelas III.3 sebagai
kelas eksperimen.

Responden dalam penelitian ini yaitu


siswa kelas III.1 dan siswa kelas III.3 dengan
jumlah 56 siswa, 29 siswa pada kelas
eksperimen dan 27 siswa pada kelas kontrol.
Kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation
dan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional.

Penelitian ini dilaksanakan di SD


Muhammadiyah Mutihan Wates, Kulon Progo.
Pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Berdasarkan tabel hasil uji validitas
September-Oktober 2016, karena pada bulan tes pretest dan posttest, dilihat nilai korelasi
tersebut merupakan Semester Ganjil tahun lalu dibandingkan dengan tabel korelasi r
ajaran 2016/2017. product moment untuk n = 20 maka taraf
kesalahan 0,05% diperoleh 0,4438. Jadi butir
Teknik pengumpulan data yang soal seluruhnya valid dengan jumlah 25 soal
dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: pilihan ganda dan seluruhnya digunakan untuk
penelitian.
1. Tes
Hasil analisis instrument didapat
Tes digunakan untuk mengetahui sejauh
Alpha Cronbach’s sebesar 0,9689 untuk uji
mana pemahaman siswa terhadap materi
reliabilitas tes pretest dan uji reabilitas tes
yang dipelajari dan mengukur
posttest sebesar 0,9475. Nilai Alpha
kemampuan menganalisis pada siswa.
Cronbach’s yang didapat di kategorikan
tes pada penelitian ini yaitu melalui
sangat tinggi menurut klasifikasi tingkat
pretest dan posstest, pretest digunakan
reliabilitas berdasarkan interpretasi indeks
untuk uji normalitas dan homogenitas,
reabilitas.
sedangkan posttest digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan Tabel Klasifikasi Tingkat Reabilitas
mengidentifikasi siswa pada kedua kelas.
Koefisien
2. Dokumentasi No Tingkat Realibilitas
Realibilitas
Dokumentasi dilakukan untuk 1 0,800-1,000 Sangat tinggi
menguatkan data lain yang telah 2 0,600-0,799 Tinggi
diperoleh selama penelitian. 3 0,400-0,599 Cukup
4 0,200-0,399 Rendah
5 0,00-0,199 Sangat rendah
(Sunarti dan Selly Rahmawati, 2014: 99)

Teknik analisis data pada penelitian ini


adalah analisis kuantitatif dengan
menggunakan bantuan komputer dengan
program SPSS for 16.0. Data yang dihasilkan
adalah data kuantitatif berupa hasil pretest
dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang mana itu semua akan digunakan
untuk menguji hipotesis apakah diterima atau
tidak. Sebelum analisis data, terlebih dahulu
harus dilakukan uji prasayarat hipotesis. Uji
prasyarat hipotesis terdiri dari uji homogenitas
dan uji normalitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kemampuan mengidentifikasi mata yang ditetapkan yaitu 5% (0,05) Ho diterima.
pelajaran IPA pada kelas eksperimen Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
meningkat setelah dilakukan pembelajaran taraf signifikansi 5% semua kelompok yang
dengan menggunakan model pembelajaran homogen atau kedua kelompok bervarian
tipe Group Investigation. Hal ini dapat dilihat sama.
dari nilai nilai rata-rata posttest siswa yang
mengalami peningkatan dibandingkan rata- Sedangkan untuk data posttest
rata pretest siswa. nilai rata-rata posttest kemampuan menganalisis mata pelajaran IPA
siswa meningkat 83,3226 sedangkan pada pada kelompok kontrol maupun kelompok
saat pretest 71,5161, sehingga model eksperimen mempunyai nilai signifikansi 0,648
pembelajaran tipe Group Investigation yang lebih besar dari alpha yang ditetapkan
meningkatkan pengaruh belajar siswa dan yaitu 5% (0,05) Ho diterima. Dengan demikian
meningkatkan kepuasan siswa dalam dapat disimpulkan bahwa taraf signifikansi 5%
mengikuti pembelajaran. Siswa dapat semua kelompok yang homogen atau kedua
meningkatkan nilai dari nilai sebelumnya kelompok bervarian sama. Setelah diberikan
(pretest). perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol maka dapat dilakukan uji t.
Kemampuan menganalisis dalam
mata pelajaran IPA pada kelas kontrol Berdasarkan uji hipotesis pretest
meningkat dengan menggunakan diperoleh nilai hasil analisis uji t menunjukkan
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat bahwa nilai t sebesar -0,231 dan nilai
dilihat dari nilai rata -rata pretest dan posttest. signifikansi 0,818. Nilai signifikansi
Nilai pretest siswa pada pembelajaran menyatakan lebih besar 0,05 maka dapat
konvensional mendapat 70,6552 sedangkan dinyatakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
nilai posttest 77,3103 mengalami peningkatan yang artinya tidak ada pengaruh yang
dibandingkan dengan rata-rata pretest siswa, signifikan hasil pretest kelompok eksperimen
sehingga kemampuan menganalisis dalam dengan kelompok kontrol. Dengan demikian,
mata pelajaran IPA siswa dapat meningkat dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
dengan menggunakan model pembelajaran yang signifikan hasil pretest sehingga
konvensional. Dilihat dari besarnya rata-rata dilakukan uji komparatif.
nilai pretest dan posttest kemampuan
menganalisis dalam mata pelajaran IPA dapat Sedangkan uji hipotesis posttest
diketahui bahwa rata-rata nilai pada kelas diperoleh nilai hasil analisis uji t menunjukkan
eksperimen lebih tinggi dari nilai kelas kontrol. bahwa nilai t sebesar -2,148 dan nilai
signifikansi 0,036. Nilai signifikansi
Sebelum peneliti memberi perlakuan menyatakan lebih kecil dari 0,05 maka dapat
(treatment), terlebih dahulu dilakukan uji dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,
prasyarat analisis yang berupa uji normalitas yang artinya ada pengaruh yang signifikan
dan uji homogenitas pada kedua kelas untuk hasil posttest kelompok eksperimen dengan
mengetahui data kedua kelas normal dan kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat
homogen. Berdasarkan uji normalitas disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
kemampuan menganalisis di kelas eksperimen signifikan hasil posttest.
menunjukkan nilai sig pretest 0,200
sedangkan untuk kelas kontrol menunjukkan Hasil penelitian ini juga didukung
nilai sig pretest 0,200. Terlihat bahwa harga penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sig (2-tailed) kemampuan menganalisis mata Putu Ariadi dengan judul Pengaruh Model
pelajaran IPA pada kelas eksperimen maupun Pembelajaran Group Investigation (GI)
pada kelas kontrol mempunyai nilai Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV.
signifikansi lebih besar dari 5% (0,05), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan
penelitian membentuk distribusi normal antara kelompok siswa yang belajar dengan
terhadap populasinya. Hal ini menunjukkan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan
bahwa tidak ada perbedaan kemampuan kelompok siswa yang belajar dengan model
siswa antara kelas kontrol dan kelas pembelajaran konvensional. Jenis penelitian
eksperimen. ini adalah penelitian eksperimen semu.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
Berdasarkan uji homogenitas data siswa kelas IV SD di Desa Belega, Kecamatan
pretest kemampuan menganalisis mata Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Tahun
pelajaran IPA pada kelompok kontrol maupun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi
kelompok eksperimen mempunyai nilai 110 siswa.
signifikansi 0,699 yang lebih besar dari alpha
Sampel penelitian ini adalah SD No. 1 konvensional. Berdasarkan data yang
Belega yang berjumlah 40 orang siswa dan diperoleh rata-rata nilai tes akhir kelas
SD No. 2 Belega yang berjumlah 40 orang eksperimen 79,1613 dan kelompok kontrol
siswa. Sampel diambil dengan cara random 77,3103, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampling. Data yang dikumpulkan dalam ada pengaruh model pembelajaran Group
penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Bentuk Investigation terhadap (kemampuan
tes hasil belajar IPA yang digunakan adalah menganalisis).
pilihan ganda. Data dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif dan statistik Berdasarkan hasil pembahasan
inferensial. diatas, seperti yang dikemukakan oleh Udin S.
Winaputra, (2001 : 775) “Group Investigation
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merupakan salah satu bentuk model
terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang pembelajaran kooperatif yang menekankan
signifikan antara kelompok siswa yang belajar pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
dengan model pembelajaran Kooperatif tipe GI mencari sendiri materi (informasi) pelajaran
dengan kelompok siswa yang belajar dengan yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
model pembelajaran Konvensional. yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran
atau siswa dapat mencari melalui internet.
Hal ini ditunjukkan oleh ( t arithmatic = Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik
3,135 > t table = 2,00) dan di dukung oleh dalam menentukan topik maupun cara untuk
perbedaan skor rata-rata yang diperoleh mempelajarinya melalui investigasi”.
antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran Kooperatif Tipe GI yaitu 21,47 Tipe ini menuntut para siswa untuk
yang berada pada kategori baik dan siswa memiliki kemampuan yang baik dalam
yang belajar menggunakan model berkomunikasi maupun dalam keterampilan
pembelajaran konvensional yaitu 16,9 yang proses kelompok. Model Group Investigation
berada pada kategori cukup. Ini berarti dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan
signifikan antara kelompok siswa yang belajar siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari
menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tahap pertama sampai tahap akhir
tipe GI dengan siswa yang belajar mengikuti pembelajaran.
model pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV SD di Desa Belega, Kecamatan Sesuai dengan yang diungkapkan
Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Jadi, model Heinich, et al,. 2002 dalam Warpala, I Wayan
pembelajaran GI berpengaruh terhadap hasil Sukra. 2009. “Belajar secara kooperatif
belajar IPA. mampu melibatkan siswa secara aktif melalui
proses-proses mentalnya dan meminimalkan
Teknik pengumpulan data dilakukan adanya perbedaan-perbedaan antar individu,
dengan metode tes dan metode dokumentasi. serta meminimalisasi pengaruh negatif yang
Sebelum diberi perlakuan kedua kelas diuji timbul dari kondisi pembelajaran kompetitif
keseimbangannya dengan uji normalitas dan (persaingan belajar yang tidak “sehat”)”.
homogenitas dengan menggunakan nilai tes Sebagai teknologi pembelajaran, belajar
sebelumnya. Kemudian kedua kelas diberi kooperatif memiliki sinergisitas peluang
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen munculnya keterampilan sosial di antara
menggunakan model pembelajaran kooperatif pendidikan formal dan pedidikan non-formal.
Group Investigation dan kelas kontrol Keterpaduan peluang tersebut dapat dilihat
menggunakan pembelajaran konvensional dari (1) dalam realisasi praktik hidup di luar
dengan model ceramah. Setelah data didapat kelas (sekolah), membutuhkan keterampilan
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis dan aktivitas-aktivitas kolaboratif mulai dari
yaitu uji normalitas, homogenitas, dan uji kelompok (tim) di tempat bekerja hingga ke
signifikansi. dalam kehidupan sosial sehari-hari, (2)
tumbuh dan berkembangnya kesadaran
Dalam uji hipotesis peneliti mengeai nilai-nilai interaksi sosial untuk
menggunakan uji t-tes. Berdasarkan mewujudkan pembelajaran bermakna.
perhitungan t-tes dengan taraf signifikansi=5%
diperoleh t hitung 2,300 sedangkan t tabel KESIMPULAN
2,042. Karena t Hitung > t Tabel maka berarti
rata-rata −7,6452 peserta didik yang diajarkan Berdasarkan analisis data dan
dengan model pembelajaran Group pembahasan, maka penelitian dapat
Investigation lebih baik daripada peserta didik disimpulkan sebagai berikut:
yang diajarkan dengan model pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran Etin Solikhatin dan Raharjo. 2007.
kooperatif tipe Group Investigation dinilai lebih Cooperative Learning Analisis Model
efektif ditinjau dari kemampuan menganalisis Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi
mata pelajaran IPA siswa kelas III di SD Aksara. Jakarta: Bumi Aksara
Muhammadiyah Mutihan Wates, hal ini
ditunjukan dengan perbedaan yang signifikan H. Sugiyantoo. 2010. Model-Model
pada keefektifan penggunaan model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
pembelajaran kooperatif tipe Group Yuma Pressindo
Investigation dengan pembelajaran
konvensional ditinjau dari kemampuan Hamzah B. Uno. 2008. Perencanaan
menganalisis mata pelajaran IPA siswa kelas Pembelajaran. Jakarta
III, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata uji
analisis uji t menunjukkan bahwa nilai t Haryono. 2013. Pembelajaran IPA Yang
sebesar -0,231 dan nilai signifikansi 0,818. Menarik dan Mengasyikan.
Nilai signifikansi menyatakan lebih besar 0,05 Yogyakarta: Kepel Press
maka dapat dinyatakan bahwa Ho diterima
Indah Komsiyah. 2012. Belajar dan
dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada
Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
pengaruh yang signifikan hasil pretest
Indonesia.
kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan I Pt Ariandi, Ndara T. Rendra, Ni Wyn Rati.
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan 2014. Pengaruh Model Pebelajaran
hasil pretest sehingga dilakukan uji komparatif. Group Investigation (GI) Terhadap
Hasil Belajar IPA Kelas IV. e-Journal
Sedangkan uji hipotesis posttest
MIMBAR PGSD Universitas
diperoleh nilai hasil analisis uji t menunjukkan
Pendidikan Ganesha (Online) Vol. 2
bahwa nilai t sebesar -2,148 dan nilai
No. 1
signifikansi 0,036. Nilai signifikansi
menyatakan lebih kecil dari 0,05 maka dapat Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif.
dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang artinya ada perbedaan peningkatan yang
signifikan hasil posttest kelompok eksperimen Jumanta, Hamdayana. 2014. Model dan
dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, Metode Pembelajaran Kreatif dan
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
peningkatan yang signifikan hasil posttest.
K. Suartika, I.B. Arnyana, G.A. Setiawan.
Terdapat juga perbedaan dari rata- 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
rata nilai posttest kelas eksperimen yang lebih Kooperatif Group Investigation Tipe
tinggi dari pada kelas kontrol, kelas Group Investigation (GI) Terhadap
eksperimen memiliki rata-rata posttest Pemahaman Konsep Biologi Dan
83,3226, sedangkan kelas kontrol 77,3103. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan SMA. e-Journal Program
ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Pascasarjana Universitas Pendidikan
model pembelajaran tipe Group Investigation Ganesha Program Studi IPA (Online)
dengan penggunaan model pembelajaran Vol 3
konvensional di tinjau dari kemampuan
menganalisis dalam mata pelajaran IPA pada Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses
siswa kelas III SD Muhammadiyah Mutihan Belajar Mengajar. Bandung:
Wates. Rosdakarya

DAFTAR PUSTAKA Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan


Teknik Evaluasi Pengajaran.
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning Bandung: Remaja Rosdakarya.
(Mempraktikkan Coopeartive Learning
di Ruang-Ruang Kelas). Jalan: Oemar Hamalik. 2005. Kurikulum dan
Gramedia. Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning
Belajar untuk Mengajar Edisi Tujuh. Theory, Research and Pratice
Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto (Cooperative Learning Teori, Riset
dan Sri Mulyatini Soetjipto. dan Praktik). Penterjemah: Nurulita.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bandung: Nusa Media
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.
Cetakan ke-12. Bandung: CV
ALFABETA

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen


Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar


Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara

Sutirman, 2013. Media dan Model-Model


Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Syaiful Bahri Djamarah, dan Aaswan Zam.


1996. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah. 2012. Prestasi Belajar


dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005.


Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu:


Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurukulum
Tingkat Satuan (KTSP). Jakarta: Bumi
Aksara.

Você também pode gostar