Você está na página 1de 23

Laporan IRNA

Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Oleh:
dr. Ika Dewi Ristiyati
Pembimbing:
dr. Rola Astuti

RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin


Program Internship Dokter Indonesia
Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan
2017

1
Kasus 1

Topik : Appendisitis Chronic Eksaserbasi Akut

TanggalKasus : 7 November 2017

Presenter : dr. Ika Dewi Ristiyati

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr. Rola Astuti

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik, Dewasa

Deskripsi : pasien dewasa, laki-laki, usia 26 tahun

diagnosis appendisitis chronic eksaserbasi akut,

keadaan umum tampak sakit sedang & lemas,

dengan adanya nyeri seluruh lapang perut sejak 3

hari yang lalu kemudian memberat hingga saat ini,

demam 1 hari, mual, muntah 5x, serta buang air

besar cair 3x, pasien juga mengalami demam tinggi

satu hari ini dan penurunan nafsu makan.

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana simptomatis dan

kausatif appendisitis dan edukasi tindakan preventif

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama Pasien : Tn.R.Y

2
Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Appendisitis Chronic Eksaserbasi Akut

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh merasakan nyeri seluruh lapang perut 3 hari yang lalu, yang

semakin bertambah rasa nyerinya terutama untuk aktivitas, selain itu pasien

mengatakan bahwa dirinya sekarang dalam kondisi lemas sebelum masuk rs,

pasien mengalami muntah sebanyak lima kali, muntah cairan dan makanan

yang baru saja dimakan, buang air besar cair sebanyak tiga kali, buang air

besar warna kuning disertai ampas tanpa adanya lendir dan darah, pasien juga

mengalami demam tinggi satu hari ini penurunan nafsu makan. Pasien

menyatakan bahwa dia belum mendapat terapi untuk gejala yang dia rasakan

sekarang.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami penyakit yang serupa dan dirawat di rumah sakit dengan

diagnosis berbeda yaitu gastroenteritis akut mendapat terapi antibiotik, pasien

tidak dapat mengingat nama antibiotik tersebut. Pasien tidak memiliki riwayat

penyakit kronis seperti Hipertensi, DM type I ataupun type II, penyakit

jantung lainnya, Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi terhada obat

ataupun makanan.

4. Riwayat Keluarga

Tidak Ada

3
5. Lain-lain :

a. Pemeriksaan Fisik

Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning


7-11- Demam(+) Keadaan Umum: Tampak IUFD RL 1
2017 Nyeri Sakit Sedang & Lemas Appendicitis KOLF
Seluruh Vital Sign: GUYUR
Lapang TD Awal:80/70mmHG
Perut (+) TD
Mual(+) Terkoreksi:100/70mmHg IUFD D5:RL
Muntah(+) N:100x/m 20tpm
5x T:38,2°C
BAB Cair SpO2:99% Injeksi:
(+) 3x Kepala/Leher:Konjunctiva Ceftri
Anemis(-/-) Sklera Ikterik -axone 1gr
(-/-) Mata,Hidung,Telinga /12jam
Dalam Batas Normal, JVP
(-/-) PKGB (-/-) Ondan
Thorax: -centron
Jantung 4mg
Inspeksi:Ictus Cordis Tak /8jam
Tampak,Massa(-)
Palpasi:Ictus Cordis Antrain
Teraba Tak Kuat Angkat 1Amp
Perkusi:Batas Jantung /8jam
Normal
Auskultasi:BJI/BJII
Reguler,Bising(-)

Paru
Inspeksi:Simetris
Kanan/Kiri,Ketinggalan
Gerak (-),Massa (-)
Palpasi:Fremitus
Normal,Nyeri Tekan (-)
Perkusi: Sonor
Auskultasi:SDV(+/+)Rh(-
/-)Wh(-/-)

Abdomen
Inspeksi:Permukaan Perut
Distended
Auskultasi:Peristaltik
Meningkat
Perkusi:Tympani

4
Palpasi:Nyeri Tekan
Inguinalis Dextra,Teraba
Massa(-)
Murphy’s Sign (-)
Defans Muskuler (-)
Rebound Test(+)
Obturatour Sign(-)
Psoas Sign(-)
Rovsign Sign(+)
ALVARADO SCORE:9
Ekstermitas:Ekstermitas
Atas & Bawah,Tidak Ada
Deformitas,Tidak Ada
Edema,Perfusi Kapiler
Baik,Tidak Anemis,Akral
Hangat
8-11- Demam(-) Keadaan Umum: Tampak Appendicitis IUFD D5:RL
2017 Nyeri Sakit Sedang & Lemas 20tpm
Seluruh Vital Sign:
Lapang TD:90/60mmHg Injeksi:
Perut (+) N:90x/m Ceftri
Mual(+) T:37,2°C -axone 1gr
Muntah(-) SpO2:99% /12jam
BAB Cair Kepala/Leher:Konjunctiva
(-) Anemis(-/-) Sklera Ikterik Ondan
(-/-) Mata,Hidung,Telinga -centron
Dalam Batas Normal, JVP 4mg
(-/-) PKGB (-/-) /8jam
Thorax:
Jantung Antrain
Inspeksi:Ictus Cordis Tak 1Amp
Tampak,Massa(-) /8jam K/P
Palpasi:Ictus Cordis
Teraba Tak Kuat Angkat USG Abdo
Perkusi:Batas Jantung -men
Normal
Auskultasi:BJI/BJII
Reguler,Bising(-)

Paru
Inspeksi:Simetris
Kanan/Kiri,Ketinggalan
Gerak (-),Massa (-)
Palpasi:Fremitus
Normal,Nyeri Tekan (-)
Perkusi: Sonor

5
Auskultasi:SDV(+/+)Rh(-
/-)Wh(-/-)

Abdomen
Inspeksi:Permukaan Perut
Distended
Auskultasi:Peristaltik
Normal
Perkusi:Tympani
Palpasi:Nyeri Tekan
Inguinalis Dextra,Teraba
Massa(-)
Defans Muskuler (-)
Rebound Test(+)
Obturatour Sign(-)
Psoas Sign(-)
Rovsign Sign(+)
ALVARADO SCORE:9
Ekstermitas:Ekstermitas
Atas & Bawah,Tidak Ada
Deformitas,Tidak Ada
Edema,Perfusi Kapiler
Baik,Tidak Anemis,Akral
Hangat
9-11- Demam(-) Keadaan Umum: Tampak Appendicitis IUFD D5:RL
2017 Nyeri Sakit Sedang & Lemas Chronic 20tpm
Seluruh Vital Sign: Eksaserbasi
Lapang TD:80/70mmHg Acute Injeksi:
Perut (+) N:90x/m Ceftri
Mual(+) T:37,5°C -axone 1gr
Muntah(-) SpO2:99% /12jam
BAB Cair Kepala/Leher:Konjunctiva
(-) Anemis(-/-) Sklera Ikterik Ondan
(-/-) Mata,Hidung,Telinga -centron
Dalam Batas Normal, JVP 4mg
(-/-) PKGB (-/-) /8jam
Thorax:
Jantung Antrain
Inspeksi:Ictus Cordis Tak 1Amp
Tampak,Massa(-) /8jam K/P
Palpasi:Ictus Cordis
Teraba Tak Kuat Angkat Pumpitor
Perkusi:Batas Jantung 1x1
Normal
Auskultasi:BJI/BJII Per Oral:
Reguler,Bising(-) Sucralfat

6
4x1cth
Paru
Inspeksi:Simetris Co.dr
Kanan/Kiri,Ketinggalan Bambang
Gerak (-),Massa (-) Sp.B
Palpasi:Fremitus
Normal,Nyeri Tekan (-)
Perkusi: Sonor
Auskultasi:SDV(+/+)Rh(-
/-)Wh(-/-)

Abdomen
Inspeksi:Permukaan Perut
Distended
Auskultasi:Peristaltik
Normal
Perkusi:Tympani
Palpasi:Nyeri Tekan
Inguinalis Dextra,Teraba
Massa(-)
Defans Muskuler (-)
Rebound Test(+)
Obturatour Sign(-)
Psoas Sign(-)
Rovsign Sign(+)
ALVARADO SCORE:9
Ekstermitas:Ekstermitas
Atas & Bawah,Tidak Ada
Deformitas,Tidak Ada
Edema,Perfusi Kapiler
Baik,Tidak Anemis,Akral
Hangat

Hasil Lab (+) Appendicitis


Chronic Eksaserbasi Acute
10-11- Demam(+) Keadaan Umum: Tampak Appendicitis IUFD D5:RL
2017 Nyeri Sakit Sedang & Lemas Chronic 20tpm
Seluruh Vital Sign: Eksaserbasi
Lapang TD:90/70mmHg Acute Injeksi:
Perut (+) N:90x/m Ceftri
Mual(-) T:37,7°C -axone 1gr
Muntah(-) SpO2:99% /12jam
BAB Cair Kepala/Leher:Konjunctiva
(-) Anemis(-/-) Sklera Ikterik Ondan
(-/-) Mata,Hidung,Telinga -centron
Dalam Batas Normal, JVP 4mg

7
(-/-) PKGB (-/-) /8jam K/P
Thorax:
Jantung Antrain
Inspeksi:Ictus Cordis Tak 1Amp
Tampak,Massa(-) /8jam K/P
Palpasi:Ictus Cordis
Teraba Tak Kuat Angkat Pumpitor
Perkusi:Batas Jantung 1x1
Normal
Auskultasi:BJI/BJII Per Oral:
Reguler,Bising(-) Sucralfat
4x1cth
Paru HepaQ3x1
Inspeksi:Simetris Co.dr
Kanan/Kiri,Ketinggalan Bambang
Gerak (-),Massa (-) Sp.B
Palpasi:Fremitus Rencana
Normal,Nyeri Tekan (-) Operasi Hari
Perkusi: Sonor Ini Pk 22.00
Auskultasi:SDV(+/+)Rh(-
/-)Wh(-/-) Laporan
Operasi
Abdomen Terlampir Di
Inspeksi:Permukaan Perut Bawah
Distended Table.
Auskultasi:Peristaltik
Normal
Perkusi:Tympani
Palpasi:Nyeri Tekan
Inguinalis Dextra,Teraba
Massa(-)
Defans Muskuler (-)
Rebound Test(+)
Obturatour Sign(-)
Psoas Sign(-)
Rovsign Sign(+)
ALVARADO SCORE:9
Ekstermitas:Ekstermitas
Atas & Bawah,Tidak Ada
Deformitas,Tidak Ada
Edema,Perfusi Kapiler
Baik,Tidak Anemis,Akral
Hangat

Hasil Lab (+) Appendicitis


Chronic Eksaserbasi Acute

8
11-11- Nyeri Keadaan Umum: Tampak Appendicitis Alih Rawat
2017 Luka Post Baik & Sakit Ringan Chronic dr.Bambang
Operasi, Vital Sign: Eksaserbasi Sp.B
Demam(-) TD:90/70mmHg Acute Post Injeksi
Pusing(-) N:90x/m Appendektomi Ceftriaxone
Mual(-) T:37°C H1 2x 1gr
Muntah(-) SpO2:99% Ketorolac
Status General:Dalam 3x30gr
Batas Normal Kalnex
Status Lokalis:Abdomen, 3x500mg
Regio Inguinalis
Dextra:Tampak Luka,
Eritematous(+) Nyeri (+)
Pus(-) Luka Kering (+)
12-11- Nyeri Keadaan Umum: Tampak Appendicitis Injeksi
2017 Luka Post Baik & Sakit Ringan Chronic Ceftriaxone
Operasi Vital Sign: Eksaserbasi 2x 1gr
Berkurang, TD:90/70mmHg Acute Post Ketorolac
Demam(-) N:90x/m Appendektomi 3x30gr
Pusing(-) T:36,7°C H2 Kalnex
Mual(-) SpO2:99% 3x500mg
Muntah(-) Status General:Dalam
Batas Normal
Status Lokalis:Abdomen,
Regio Inguinalis
Dextra:Tampak Luka,
Eritematous(-) Nyeri (+)
Pus(-) Luka Kering (+)
13-11- Nyeri Keadaan Umum: Tampak Appendicitis BLPL
2017 Luka Post Baik Chronic Asam
Operasi(-) Vital Sign: Eksaserbasi Mefenamat
Demam(-) TD:110/80mmHg Acute Post 3x500mg
Pusing(-) N:90x/m Appendektomi Siprofloxacin
Mual(-) T:36,5°C H3 3x500mg
Muntah(-) SpO2:99%
Status General:Dalam
Batas Normal
Status Lokalis:Abdomen,
Regio Inguinalis
Dextra:Tampak Luka,
Eritematous(-) Nyeri (-)
Pus(-) Luka Kering (+)

9
b. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Lab 7 November 2017

Hasil Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 13.9 L:13,0-18,0 gr/dl

P:11,5-15,5 gr/dl

Leukosit 20.900 4000-10000/L

Eritrosit 5,17 4,0-6,0 Juta/L

Hematokrit 40,7 L=40-50 Mm/Jam

P=30-40 Mm/Jam

Trombosit 142.000 150-450 103UL

Gula Darah Sewaktu 104 74-125 Mg/dl

Ureum 37 10-50 Mg/dl

Kreatinin 1,1 L 0,6-1,2 Mg/dl

P 0,5-1,0 Mg/dl

SGOT 64 L 37 P 31 Mg/dl

SGPT 39 L 42 P 32 Mg/dl

10
USG 9 November 2017

Hepatobilier,Lien Pancreas Normal

Ginjal Kanan - Kiri Normal

Tak Tampak Cairan Bebas Intraperitonial

Tak Tampak Pembesaran KGB Paraaorta

Buli-Buli Prostat Normal

Appendisitis Dilatasi Diameter ± 9mm Dengan Kalsifikasi

Kesimpulan : Susp Appendicitis Chronic Eksaserbasi Acute

EKG 10 November 2017

11
Kesimpulan: Frekuensi 92 Bpm

Rytme Regular

Irama Sinus

Normal ECG

Hasil Pemeriksaan Rongten Thorax PA Tanggal 10 November 2017

Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 10 November 2017

Kreatinin 1,0 L 0,6-1,2 Mg/dl

CT 6”52” 1-9

BT 2”40” 1-3

12
c. Laporan Operasi

Appendectomy emergency tanggal 10 November 2017 Pukul 23.00 Operasi

Selesai Pukul 24.00

Diagnosis Pre Operasi: Appendicitis Chronic Eksaserbasi Acute

 Posisi supine dalam sebelum anestesi dilakukan

 Dilakukan insisi pada titik mc burney diperdalam lapis

demi lapis, buka peritonium, luksir caecum terdapat

appendix dengan posisi retrocaecal mengalami

perlengketan dengan illeum, appendix hiperemis, nekrosis,

panjang 7 cm dengan diameter 2cm, dilakukan

appendektomi

 Cuci lapang operasi, tutup luka operasi lapis demi lapis

Diagnosis Post Operasi: Appendicitis Chronic Eksaserbasi Acute

Instruksi Post Operasi:

 Tirah baring 24 jam

 Diet bertahap mulai besok pagi

 IUFD RL 20 TPM

 Inj Ceftriaxone 2 x 1gr

 Inj Ketorolac 3 x 30 mg

 Inj Kalnex 3 x 500 mg

Hasil Pembelajaran

1. Diagnosis Kerja

Appendicitis Chronic Eksaserbasi Acute

13
2. Subyektif

Pasien adalah anak laki-laki berusia 26 tahun. Pada anamnesis didapatkan

keluhan demam sejak kemarin pagi dan merasakan nyeri seluruh lapang

perut yang semakin bertambah rasa nyerinya terutama untuk aktivitas, selain

itu pasien mengatakan bahwa dirinya sekarang dalam kondisi lemas

sebelum masuk rs, pasien mengalami muntah sebanyak lima kali, buang air

besar cair sebanyak tiga kali, dan penurunan nafsu makan

3. Objektif / Dasar Diagnosis

Hasil pemeriksaan fisik menunjang penegakan diaganosis. Pada kasus ini

diagnosis ditegakan berdasarkan:

1. Gejala klinis: Karakter klinis dari appendisitis dapat bervariasi, pada

pasien ini, mengalami sakit perut dimana dirasakan pertama kali di ulu

hati, diikuti dengan mual dan muntah, serta demam ringan. Nyeri

berpindah dari epigastrium ke fossa ilaka kanan setelah beberapa jam,

sampai dengan 24 jam, dengan yeri Mc Burney positif. Nyeri

diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada

titik Mc Burney juga dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa

disebut tanda Rovsing.

2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang & Lemas


Vital Sign:
TD Awal:80/70mmHG
TD Terkoreksi:100/70mmHg
N:100x/m
T:38,2°C
SpO2:99%

14
Abdomen
Inspeksi:Permukaan Perut Distended
Auskultasi:Peristaltik Meningkat
Perkusi:Tympani
Palpasi:Nyeri Tekan Inguinalis Dextra,Teraba Massa(-)
Murphy’s Sign (-)
Defans Muskuler (-)
Rebound Test(+)
Obturatour Sign(-)
Psoas Sign(-)
Rovsign SigAn(+)
ALVARADO SCORE:9

Pada pasien ini ALVARADO Score = 9

3. Laboratorium darah perifer lengkap dan USG Abdomen

 Pada pasien ini mengalami peningkatan leukosit sampai dengan

20.900, trombosit 145.000, hematokrit 40,9, dan SGOT/SGPT

64/39.

 USG : Susp Appendicitis Chronic Eksaserbasi Acute.

4. Assessment

15
Definisi1
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis.
Appendix merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang
berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali
menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Appendix atau
Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera
dilakukan tindakan bedah.

Epidemiologi2
Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering
ditemukan. Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak
umum pada anak sebelum usia sekolah.
Diagnosis Appendicitis acuta pada anak kadang-kadang sulit. Hanya 50-
70% kasus yang bisa didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal. Angka
appendectomy negatif pada pasien anak berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan
penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam
mendiagnosis Appendicitis. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur.
Namun jarang pada anak kurang dari satu tahun. Rasio pria : wanita = 1,2-1,3 : 1.

Etiologi3
Obstruksi
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta. Fecalith
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak
dengan Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.
Bakteriologi
Flora pada Appendix yang meradang berbeda dengan flora Appendix normal.
Sekitar 60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Appendicitis didapatkan bakteri
jenis anaerob, dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi Appendix
yang normal. Diduga lumen merupakan sumber organisme yang menginvasi
mukosa ketika pertahanan mukosa terganggu oleh peningkatan tekanan lumen dan
iskemik dinding lumen. Flora normal Colon memainkan peranan penting pada

16
perubahan Appendicitis acuta ke Appendicitis gangrenosa dan Appendicitis
perforata
Peranan lingkungan: diet dan higiene
Diet dengan kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan
berhubungan dengan kondisi tertentu pada pencernaan. Diet rendah serat berperan
pada perubahan motilitas, flora normal, dan keadaan lumen yang mempunyai
kecenderungan untuk timbul fecalith.

Tanda dan Gejala4


Gejala Appendicitis acuta umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai
dengan nyeri perut yang didahului anoreksia. Gejala utama Appendicitis acuta
adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu
menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-
12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi
di RLQ. Variasi dari lokasi anatomi Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri,
sebagai contoh; Appendix yang panjang dengan ujungnya yang inflamasi di LLQ
menyebabkan nyeri di daerah tersebut, Appendix di daerah pelvis menyebabkan
nyeri suprapubis, retroileal Appendix dapat menyebabkan nyeri testicular.
Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi Appendix,
biasanya suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh
meningkat hingga > 39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada
75% pasien dijumpai muntah yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja.
Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya
gejala Appendicitis adalah anoreksia, diikuti nyeri perut dan muntah. Bila muntah
mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis diragukan. Muntah yang
timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis gastroenteritis. Sebagian
besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan banyak pasien yang
merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul pada beberapa
pasien terutama anak-anak.

Pemeriksaan5

17
Anak-anak dengan Appendicitis biasanya lebih tenang jika berbaring dengan
gerakan yang minimal. Anak yang menggeliat dan berteriak-teriak, pada akhirnya
jarang didiagnosis sebagai Appendicitis, kecuali pada anak dengan Appendicitis
letak retrocaecal. Pada Appendicitis letak retrocaecal, terjadi perangsangan ureter
sehingga nyeri yang timbul menyerupai nyeri pada kolik renal.
Penderita Appendicitis umumnya lebih menyukai sikap jongkok pada paha
kanan, karena pada sikap itu Caecum tertekan sehingga isi Caecum berkurang.
Hal tersebut akan mengurangi tekanan ke arah Appendix sehingga nyeri perut
berkurang.

Posisi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri perut

Appendix umumnya terletak di sekitar McBurney. Namun perlu diingat bahwa


letak anatomis Appendix sebenarnya dapat pada semua titik, 360o mengelilingi
pangkal Caecum. Appendicitis letak retrocaecal dapat diketahui dari adanya nyeri
di antara costa 12 dan spina iliaca posterior superior. Appendicitis letak pelvis
dapat menyebabkan nyeri rectal.
Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri
pada pemeriksaan rektum (Rectal toucher). Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik
untuk Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka
pemeriksaan rectal toucher tidak diperlukan lagi.

Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:

18
 Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.
 Psoas sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut
pasien dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan
pasien digerakkan dalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini
menggambarkan kekakuan musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi
langsung yang berasal dari peradangan Appendix. Manuver ini tidak
bermanfaat bila telah terjadi rigiditas abdomen.

Dasar anatomis terjadinya Psoas sign


 Obturator sign
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki
kanan pasien sedangkan tangan kiri di sendi lututnya. Kemudian pemeriksa
memposisikan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae
dalam posisi endorotasi kemudian eksorotasi. Tes ini positif jika pasien
merasa nyeri di hipogastrium saat eksorotasi. Nyeri pada manuver ini
menunjukkan adanya perforasi Appendix, abscess lokal, iritasi M.
Obturatorius oleh Appendicitis letak retrocaecal, atau adanya hernia
obturatoria.

19
Cara melakukan Obturator sign

Dasar anatomis Obturator sign

 Blumberg’s sign (nyeri lepas kontralateral)


Pemeriksa menekan di LLQ kemudian melepaskannya. Manuver ini dikatakan
positif bila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di RLQ.
 Wahl’s sign
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan
perkusi di RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada
auskultasi.
 Baldwin’s test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat
tungkai kanannya ditekuk.
 Defence musculare
Defence musculare bersifat lokal sesuai letak Appendix.
 Nyeri pada daerah cavum Douglasi

20
Nyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di cavum
Douglasi atau Appendicitis letak pelvis.
 Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral
 Dunphy’s sign (nyeri ketika batuk)

5. Tatalaksana6

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.

Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.

Apedektomi bisa dilakukan dengan operasi maupun laparoskopik, dengan

peningkatan penggunaan laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik,

apendektomi laparoskopik menjadi lebih sering. Prosedur ini sudah terbukti

menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih

cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan tetapi terdapat

peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi

Pengobatan:

 Non-farmakologis

o Bed rest total posisi fowler

o Tidak diberikan apapun melewati mulut

o Pasang infus intravena

o Pipa nasogastrik untuk mengosongkan lambung dan bahaya

aspirasi saat dilakukan anastesi

o Pipa nasogastrik dipasangkan untuk mengosongkan

lambung agar distensi abdomen berkurang

 Farmakologis

21
o Jika diagnosis klinis jelas tindakan paling tepat adalah

apendektomi dan satu-satunya pilihan terbaik.

o Penundaan apendektomi akan mengakibatkan abses

Terapi di Bhayangkara :

- Infus RL 20 tpm

- Inj. Ketorolac 3x 30mg

- Inj. Ceftriaxone 3x 1g

 Pendidikan: Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya

serta diberikan penjelasan tentang apendisitis dan perawatan post

operasi.

 Konsultasi: Dijelaskan adanya penanganan lebih lanjut dengan

mengkonsultasikan ke dokter Spesialis Bedah.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Birnbaum BA, Wilson SR. Appendicitis at the millennium. Radiology


2012 May; 215: 337e48.

2. Guyton And Hall., dkk. BukuAjarFisiologi Kedokteran.Edisi II. Jakarta:


BalaiPenerbitEGC. 2013.

3. Hilger PD. George., 2012,Patofisiologi Corwin; edisi ke V, Jakarta: ECG

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2014

5. Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Editors. Bailey and Love’s
Short Practice of Surgery. 24th Ed. London: Arnold. 2014.

6. Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis’


Surgical Anatomy. USA: McGrawHill. 2012.

23

Você também pode gostar