Você está na página 1de 14

TUGAS IMUNOLOGI

ARTIKEL TENTANG

“INFEKSI HIV”

Dosen Pengampu :

Ika Puspita Dewi S.Farm.,M.Biomed., Apt.

Disusun Oleh :

1. Thoyibatul Munadhiroh 152210101057


2. Norma Tanziela W. 152210101074
3. Denayu Febrinayanti 172210101044
4. Mutiara Dewi P.K 172210101053
5. Agive Dody Richardo 172210101101
6. Aldhilah Wahyu P.D.A 172210101115
7. Parohon Andronikus Pasaribu 172210101122
8. Adelia Nadyana A.P 172210101153
9. Muhammad Zulfan Afif 172210101154
Pendahuluan Kondisi Fisiologi Normal
HIV atau Human Imunodeficiency Virus adalah
sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Sementara itu, AIDS atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome merupakan sekumpulan gejala
penyakit akibat dari menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi oleh virus HIV. Penyaluran HIV bisa
melalui semen (reproduksi), darah, cairan vagina, dan
ASI. HIV menginfeksi sel-sel penting pada manusia
seperti sel T-helper, makrofag, dan sel dendritik.
HIV termasuk kedalam genus Lentivirus dari family
Pada kondisi tubuh manusia yang tidak terserang
Retroviridae yang dapat menyebabkan penyakit pada
virus HIV, jumlah sel CD4 dalam darah masih banyak.
manusia. Virus dari genus Lentivirus menyebabkan
Akan tetapi, saat virus HIV mulai menyerang tubuh
infeksi secara lambat pada inang . Virus ini
manusia, bagian tubuh yang pertama kali terserang
membutuhkan waktu inkubasi yang lama bisa bulanan
adalah sel CD4. Pada saat virus HIV telah menginfeksi sel
atau tahunan untuk menyebabkan penyakit.
CD4, virus HIV akan memperbanyak diri dengan cara
Demografi Angka Pengidap HIV di Indonesia melakukan replikasi diri. Pada saat itulah, jumlah sel CD4
Indonesia termasuk kedalam Negara dengan akan menurun, dan tubuh telah terserang virus HIV. Jika
penderita HIV/AIDS terbanyak di dunia. Pada tahun 2005 jumlah sel CD4 dalam darah kurang dari 200 cells/mm3,
jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun itu mengindikasikan bahwa kekebalan tubuh sudah
2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), terserang oleh virus HIV, dan banyak sel CD4 yang telah
tahun 2009 (9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 dimatikan oleh virus HIV.
(21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013 (29.037),
Kondisi Tubuh yang Dipengaruhi Saat Terserang HIV
tahun 2014 (32.711), tahun 2015 (30.935), tahun 2016
1. Aliran darah
(41.250), dan tahun 2017 (48.300). jumlah kumulatif
Pada saat virus mulai menyebar ke aliran darah dan
infeksi HIV yang dilaporkan hingga Maret 2017 sebanyak
bereplikasi dalam jumlah besar, pada tubuh
280.623. Provinsi dengan jumlah infeksi HIV yaitu DKI
penderita HIV akan terjadi suatu reaksi inflamasi dari
Jakarta (51.981), Jawa TImur (39.633), Papua (29.083),
sistem imunitas tubuh, sehingga penderita HIV
Jawa Barat (28.964), Jawa Tengah (22.292).
dapat mengalami demam yang cukup tinggi.
2. Kelenjar Getah Bening
Salah satu fungsi kelenjar getah bening adalah
berguna untuk menjaga daya tahan tubuh dan
melawan infeksi. Saat tubuh manusia terserang virus
HIV, virus HIV tersebut akan memperbanyak diri
sehingga kelenjar getah bening yang secara terus
menerus melawan virus HIV akan mengalami
pembengkakan. Sehingga tubuh penderita HIV diperlukan. Tiga gen utama adalah gag, pol, dan env.
mudah mengalami pegal, nyeri sendi maupun otot. Gen gag mengkodekan protein inti. Gen pol menyandi
3. Limfosit T helper atau limfosit pembawa faktor T4 enzim reverse transcriptase, protease, dan integrase.
(CD4) Gen env mengkodekan komponen struktural HIV yang
Saat virus HIV memasuki tubuh manusia, yang dikenal sebagai glikoprotein. Selebihnya dari gen — rev,
pertama diserang ialah limfosit T helper. Maka nef, vif, vpu, vpr, dan tat — penting untuk replikasi virus
semakin lama, jumlah CD4 akan semakin berkurang. dan meningkatkan tingkat infektivitas HIV.
Oleh karena itu, penderita HIV sangat rentan
Siklus Hidup HIV
terserang penyakit. Beberapa penyakit yang biasa
Sel host yang terinfeksi HIV memiliki rentang hidup
menyerang penderita HIV adalah diare kronis yang
yang lebih pendek sebagai akibat dari virus yang
berkepanjangan, muncul ruam─ruam merah pada
menggunakan mereka sebagai “faktor” untuk
kulit, pneumonia.
menghasilkan banyak salinan HIV baru. Dengan
4. Paru─Paru
demikian, HIV terus menerus menggunakan sel inang
Pada saat penderita HIV terserang pneumonia,
baru untuk mereplikasi dirinya sendiri. Siklus hidup HIV
maka penderita akan mudah mengalami penurunan
meliputi enam fase: binding and fusion , transkripsi
berat badan secara drastis, selain itu sering
terbalik, integrasi, transkripsi, assembly, dan budding.
mengalami batuk kering.
 Binding and Fusion
Patofisiologi HIV HIV memulai siklus hidupnya ketika berikatan dengan
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama reseptor CD4 dan salah satu dari dua ko-reseptor
melalui perantara darah, semen, dan sekret vagina pada permukaan CD4 + Tlymphocyte. Virus kemudian
(Daili et al., 2009). Setelah memasuki tubuh manusia, bergabung dengan sel inang. Setelah bergabung,
maka target utama HIV adalah limfosit CD4 karena virus virus melepaskan RNA, materi genetiknya, ke dalam
mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4 sel inang.
 Transkripsi terbalik
Struktur HIV
Enzim HIV yang disebut reverse transcriptase
HIV terdiri dari pusat silinder yang dikelilingi oleh
mengubah RNA HIV singlestand untuk DNA HIV
lipatan bilayer berbentuk bola. Ada dua glikoprotein
beruntai ganda.
virus utama dalam bilayer lipid ini, gp120 dan gp41.
 Integrasi
Fungsi utama dari protein ini adalah untuk memediasi
DNA HIV yang baru terbentuk memasuki inti sel
pengenalan sel CD4 + dan reseptor kemokin, sehingga
inang, di mana enzim HIV yang disebut integrase
memungkinkan virus untuk menempel dan menyerang
"menyembunyikan" DNA HIV di dalam DNA sel inang
sel CD4 +. (Engelman A, Cherepanov P, 2012)
itu sendiri. DNA HIV terintegrasi disebut provirus.
Daerah inti berisi dua salinan tunggal materi
Provirus mungkin tetap tidak aktif selama beberapa
genomik, RNA, serta beberapa protein dan enzim yang
tahun, menghasilkan sedikit atau tidak ada salinan
diperlukan untuk replikasi dan pematangan HIV: p24,
HIV baru.
p17, reverse transcriptase, integrase, dan protease.
Tidak seperti retrovirus lainnya, HIV menggunakan
sembilan gen untuk mengkode protein dan enzim yang
 Transkripsi disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
Ketika sel host menerima sinyal untuk menjadi aktif, (DepKes RI, 2007). HIV hanya menginfeksi manusia dan
provirus menggunakan RNA polimerase untuk menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat imun
membuat salinan materi genomik HIV, serta untaian tidak mampu bekerja secara efektif sebagaimana
RNA yang lebih pendek yang disebut messenger RNA mestinya. Sementara itu, AIDS merupakan kondisi yang
(mRNA). mRNA digunakan sebagai cetak biru untuk berkembang setelah infeksi HIV jangka panjang sehingga
membuat rantai panjang protein HIV. penderita memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat
 Assembly lemah.
Sebuah enzim HIV yang disebut protease memotong Gejala Klinis HIV dibagi menjadi beberapa tahapan
rantai panjang protein HIV menjadi protein individu yang dapat digunakan untuk mengevaluasi status atau
yang lebih kecil. Karena protein HIV yang lebih kecil kategori klinis penyakit HIV pada sesorang dan
datang bersama dengan salinan materi genetik RNA memutuskan tindakan perawatan yang akan dilakukan
HIV, partikel virus baru dirakit. (Hartawan, 2011).
 Budding Infeksi Primer atau Acute Retroviral Syndrome
Virus yang baru dirakit mendorong keluar ("tunas")
Tahapan infeksi primer atau akut terjadi
dari sel inang. Selama bertunas, virus baru mencuri
pertama kali setelah seseorang terinfeksi HIV.
bagian dari envelope luar sel. Envelope ini, yang
Umumnya penderita tidak menyadari jika telah
berfungsi sebagai penutup, dipenuhi dengan
terinfeksi HIV, dikarenakan gejala klinis yang muncul
kombinasi protein / gula yang disebut glikoprotein
begitu ringan dan tidak memiliki karakteristik yang
HIV. Glikoprotein HIV ini diperlukan untuk virus untuk
khas melainkan mirip dengan gejala flu (Bernstein,
mengikat CD4 dan koreseptor. Salinan HIV baru
2016).
sekarang dapat bergerak untuk menginfeksi sel lain.
(U.S Department of Health and Human Services, Pada tahapan ini jumlah virus yang terdapat di

2005) aliran darah cukup tinggi, dimana HIV akan


menggandakan diri dengan cepat yaitu lebih dari 1
Fase Klinis Infeksi HIV
juta salinan virus per mililiter plasma darah
Meskipun Infeksi HIV/AIDS banyak menyerang
kemudian menuju ke seluruh tubuh sehingga
siapapun terutama di Indonesia, namun masih banyak
menyebabkan viremia. Hal inilah yang membuat
masyarakat yang belum mengerti bahwa terdapat
penyebaran infeksi akan lebih mudah pada tahap
perbedaan di antara keduanya. Hal ini ditunjukkan
infeksi akut (Rosiana dan Sofro, 2014).
dalam Kompas.com telah dipastikan oleh dokter Adyana
Esti, tenaga medis salah satu klinik di Jakarta, jika masih Gejala awal HIV terjadi dua hingga 4 minggu

terjadi kesalah pahaman masyarakat jika seseorang yang setelah seseorang terinfeksi virus HIV yang masuk ke

terkena infeksi HIV pasti tekena AIDS. Padahal penderita tubuh melalui beberapa cara, misalnya melalui

HIV tidak selalu berakhir dengan AIDS (Junita dan Dewi, jarum suntik yang telah digunakan penderita HIV

2016) atau berhubungan seksual dengan penderita HIV,

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dengan gejala yang ditimbulkan yaitu :

merupakan kumpulan dari gejala penyakit yang


1. Demam, salah satu gejala acute retroviral tertentu yang disebut dengan “viral load set point”.
syndrome (ARS) yang pertama kali muncul Set point ini dapat memprediksi onset waktu
biasanya berupa demam ringan dengan suhu terjadinya penyakit AIDS dengan tiga kategori
tubuh di atas 38C. Namun untuk seseorang jumlah replikasi virus yang dapat dibedakan sebagai
yang terinfeksi HIV tidak terdapat gejala mukus berikut (Astari dkk., 2009) :
berlebih pada hidung maupun hidung
1. Kurang dari 200 copy/mL darah, infeksi HIV
tersumbat.
tidak mengarah menjadi penyakit AIDS
2. Kelelahan, seperti respon imun tubiuh terhadap
2. Kurang dari 1000 copy/mL darah, penyakit AIDS
infeksi virus pada umumnya, sistem kekebalan
kemungkinan terjadi dengan periode laten lebih
tubuh akan memberikan respon terhadap infeksi
dari 10 tahun
HIV sehingga tubuh akan mengalami rasa letih
3. Lebih dari 100.000 copy/mL darah, pasien akan
yang mirip dengan gejala menjelang flu.
mengalami penurunan limposit CD4+ lebih cepat
3. Nyeri pada kelenjar getah bening, HIV selama
dan jika tidak dilakukan pengobatan infeksi HIV
fase infeksi akut akan menyerang sel CD4 + pada
pasien akan mengalami perkembangan penyakit
kelenjar getah bening dan thymus hal ini
AIDS pada kurun waktu kurang dari 10 tahun.
membuat seseorang yang terinfeksi HIV rentan
terhadap infeksi oportunistik dan membatasi Seseorang dengan infeksi HIV tahapan laten
kemampuan thymus untuk memproduksi sel tidak memiliki gejala terkait HIV, namun masih bisa
Limfosit T. menyebarkan HIV kepada orang lain.

Selama infeksi primer, jumlah CD4 + di darah Mild Signs and Symptoms of HIV (Tahap Klinis 2)
menurun dari jumlah normal yaitu 600 sel / μL –
Orang yang terinfeksi HIV mungkin tampak sehat
1.500 sel / μL menjadi tidak kurang dari 200 sel / μL
untuk beberapa tahun, kemudian tanda-tanda dan
(Fridayenti dan Barus, 2014).
gejala minor dari infeksi HIV mulai muncul. Beberapa
Clinical Latency/Asymptomatic Disease (Tahapan Gejala yang menunjukkan infeksi HIV pada tahap ini
Klinis 1) misalnya candidiasis, lymphadenopathy, molluscom
contagiosum, hepatosplenomegaly, popular pruritic
Setelah terjadi infeksi primer HIV, sistem imun
eruptions, herpes zoster, dan peripheral neuropathy
tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan
Human Immunodeficiency Virus. Pada tahapan ini viral load akan meningkat dan
jumlah CD4+ menurun di antara 350-499 /uL
Pada tahapan ini HIV masih menetap di dalam
(Fridayenti dan Barus, 2014).
tubuh, meskipun jarang ditemukan pada pembuluh
darah melainkan terperangkap di dalam sel dendritik Advanced Signs and Symptoms of HIV
folikuler pada kelenjar getah bening dan tetap (Tahap Klinis 3)
mengadakan replikasi di dalam tubuh pada tingkat Pasien akan mengalami penurunan berat badan
sangat rendah selain gejala-gejala yang telah disebutkan pada
tahap klinis 2. Selain itu, viral load akan terus
Hal ini menunjukkan sebagian besar virus dapat
dihancurkan hingga mencapai jumlah pada titik
meningkat, dan jumlah CD4 + menjadi kurang dari dapat meniru gejala penyakit endemik umum di wilayah
200-349 sel / μL (Fridayenti dan Barus, 2014). tersebut Namun, tingkat keparahan manifestasinya
tergantung pada status kesehatan dasar individu yang
AIDS (Tahap Klinis 4)
terinfeksi. (Boniphace dkk., 2011).
AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV. Pasien
Manifestasi Metabolis
dengan infeksi HIV lanjut, atau AIDS, dapat terus
mengembangkan infeksi oportunistik baru. Infeksi HIV dikaitkan dengan berbagai gangguan
Beberapa infeksi oportunistik yang dapat muncul dalam fungsi metabolik, terutama hiperlipidemia, lemak
ialah : tubuh redistribusi lipodistrofi versus lipoatrofi, asidosis
Pneumonia Pneumocystis jirovecii, laktik, resistensi insulin, dan hiperglikemia. Peningkatan
Cytomegalovirus infection, Toxoplasmosis, sintesis lipid de novo dari hati pada orang yang terinfeksi
Mycobacterium avium complex, Cryptococcal HIV berkontribusi menyebabkan hipertrigliseridemia.
meningitis, Progressive multifocal leuko hiperlipidemia yang dihasilkan menyebabkan redistribusi
encephalopathy, dan Kaposi sarcoma . lemak ke perut, resistensi insulin, dan, pada individu
Pada tahapan ini viral load sangat tinggi, dan yang rentan, Diabetes mellitus tipe II sekunder.
jumlah CD4 + kurang dari 200 sel / μL dimana resiko Lipohipertropi merupakan hasil akumulasi lemak di
kematian bisa segera terjadi 3 tahun kemudian jika lokasi atipikal, seperti buffalo hump, peningkatan
tidak ditangani (Fridayenti dan Barus, 2014). ketebalan badan dan perut, dan peningkatan ukuran
payudara (Moylett dan Shearer, 2002).
Manifestasi HIV
HIV dapat menginfeksi banyak jenis sel. Penyebaran Manifestasi Oral
HIV di luar organ limfoid, ke otak, sumsum tulang
Lesi oral mungkin menjadi awal dari imunodefisiensi.
belakang, paru-paru, usus besar, hati, dan ginjal
candidiasis pada rongga mulut jarang terjadi pada pasien
biasanya terjadi secara lambat selama sakit (Calles dkk.,
imunokompeten; Namun, biasanya pada infeksi HIV
2010). Beberapa minggu pertama setelah infeksi awal,
terjadi pada 75% pasien yang terinfeksi. Banyak
individu mungkin tidak mengalami gejala atau penyakit
penelitian telah dikonfirmasi bahwa risiko komplikasi
seperti influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam,
oral meningkat sebagai tingkatnya penurunan
atau sakit tenggorokan. Ketika infeksi semakin
immunodeficiency. Lesi oral tertentu adalah sangat
memperlemah sistem kekebalan, seorang individu dapat
terkait dengan tingkat aktivitas penyakit dan berfungsi
mengalami tanda dan gejala lain, seperti pembengkakan
sebagai penanda tingkat imunosupresi. Manifestasi oral
kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam,
umumnya jatuh dalam 5 kategori penyebab: jamur,
diare dan batuk. Jika tanpa pengobatan, pasien juga
bakteri, virus, neoplastik, dan lesi bermacam-macam.
dapat mengembangkan penyakit berat seperti
Kandidiasis oral paling sering terjadi sebagai kandidiasis
tuberkulosis, meningitis kriptokokus, infeksi bakteri dan
pseudomembran, juga dikenal sebagai sariawan, yang
kanker seperti limfoma dan sarkoma Kaposi. (World
melibatkan langit-langit, bukal, dan labial mucoase dan
Health Organization, 2018)
dorsum lidah. (Moylett dan Shearer, 2002)
HIV dapat bermanifestasi dalam berbagai cara
tergantung pada organ - organ yang terkena dan
bersamaan infeksi lazim di daerah. Presentasi klinis awal
Manifestasi Mata meningkat ketika pasien terinfeksi HIV memiliki penyakit
stadium lanjut. Komplikasi jantung termasuk efusi
Manifestasi okular yang paling sering ditemui adalah
perikardial, miokarditis, endokarditis, kardiomiopati
retinitis CMV, yang mempengaruhi hingga 40% dari
dilatasi, paru hipertensi, dan tumor jantung. Perikardial
orang dewasa pasien tetapi secara signifikan lebih
kecilefusi terjadi pada hingga 20% dari orang yang
sedikit pada pasien anak (sekitar 5%). Retinitis CMV
pasien terinfeksi HIV. Mayoritas efusi perikardial adalah
biasanya terjadi ketika jumlah CD4 + T-sel menurun
idiopatik, tetapi dalam beberapa kasus, penyebabnya
kurang dari 100 × 106 / L.(Moylett dan Shearer, 2002)
dapat ditegakkan. Infeksi, limfoma, KS, infark miokard,
Manifestasi Kulit fibrinus eksudat, miokarditis, dan endokarditis telah
terjadi dijelaskan sebagai kemungkinan penyebab.
Gangguan kulit sangat sering terjadi pada pasien
Endokarditis menular paling sering dikaitkan dengan
yang terinfeksi HIV.Lesi biasanya terkait dengan penyakit
penggunaan obat intravena. (Moylett dan Shearer,
kulit atau infeksi primer, yang mungkin menyebar ke
2002)
viscera, atau manifestasi sistemik infeksi primer, seperti
penyakit jamur. Frekuensi dan keparahan gangguan kulit Manifestasi Neurologis
meningkat sesuai perkembangan penyakit dan
Komplikasi neurologis yang paling umum dan
penurunan fungsi kekebalan. Penyakit kulit yang serupa
penting terkait dengan infeksi HIV adalah ensefalitis
dapat diamati pada pasien imunokompeten, tetapi
subakut, juga disebut sebagai AIDS ensefalopati atau
frekuensi dan tingkat keparahannya lebih besar pada
AIDS kompleks demensia. Selain itu, infeksi HIV mungkin
pasien terinfeksi HIV dan pasien dengan AIDS.
hasil meningitis aseptik setelah infeksi akut, neuropati
Manifestasi kulit dapat dibagi ke dalam 5 kategori utama
perifer, dan mielopati vakuolar. Guillain-Barré-like
(yaitu, infeksi, infestasi, papulosquamous, neoplasma,
syndrome, keterlibatan saraf kranial, dan
dan inflamasi) (Moylett dan Shearer, 2002)
mononeuropathy multipleks. (Moylett dan Shearer,
Manifestasi Paru-Paru 2002)

Manifestasi paru dari infeksi HIV dapat terjadi secara Manifestasi Genitourinaria
luas dibagi menjadi infeksi, non infeksi, dan kategori
Infeksi saluran ginjal pada pasien terinfeksi HIV
ganas. Lymphocytic interstitial pneumonitis (LIP)
terkait dengan patogen umum pada kemih, seperti
utamanya penyakit pada pasien anak yang terinfeksi
patogen oportunistik. (Moylett dan Shearer, 2002)
HIV. Meskipun diyakini terkait dengan respons
imunologi yang tertunda untuk EBV dalam pengaturan Manifestasi Rheumatologi
infeksi HIV, penyebab yang tepat tidak diketahui. Sekitar
Artritis seronegatif diyakini berbeda dari
30% hingga 40% dari anak perinatal yang terinfeksi dan
spondyloarthropathy atau rheumatoid arthritis yang
12% dari transfusi terkait HIV yang terinfeksi anak-anak
terjadi pada pasien positif HIV. arthritis yang terkait HIV
akan memiliki LIP. (Moylett dan Shearer, 2002)
cenderung oligoartikular, yang mempengaruhi terutama
Manifestasi Jantung kaki dan tangan bawah. Artritis sendiri terbatas, dan
penyebab tidak pasti. (Moylett dan Shearer, 2002)
Infeksi HIV dengan kelainan jantung terjadi di
hampir 70% pasien yang terinfeksi. penyakit jantung
Manifestasi Gi  Pelukan, jabatan tangan, berbagi toilet, berbagi
alat makan, atau ciuman dengan mulut terkatup
Manifestasi GI umum terjadi selama perjalanan
atau cipika-cipiki dengan orang yang positif HIV.
Infeksi HIV. Spesies Candida menyebabkan disfagia atau
 Aktivitas seksual lainnya yang tidak melibatkan
odynophagia (atau keduanya) dan mencapai 60% hingga
pertukaran cairan tubuh (misalnya,
75% dari gejala esofagus pada pasien dengan AIDS. Diare
bersentuhan).
mempengaruhi lebih dari 50% pasien dengan AIDS.
Protozoa, seperti cryptosporidia dan microsporidia, Ketika viral load dari orang yang positif HIV
paling sering menyebabkan diare pada orang seropositif- berkurang, peluang penularan juga berkurang. Rutin
HIV. Patogen yang tidak menyebabkan diare terjadi pada mengonsumsi obat-obatan HIV atau memiliki viral load
10% hingga 20% pasien dengan AIDS, dan mekanisme yang sangat rendah atau tidak terdeteksi, akan
yang terjadi adalah kehadiran patogen tak dikenal, mengurangi kemungkinan Anda untuk menularkan HIV
motilitas abnormal, disfungsi otonom, pertumbuhan daripada orang yang memiliki viral load tinggi.
bakteri berlebih, peradangan kolon, atau infeksi HIV itu
sendiri. (Moylett dan Shearer, 2002) Namun, seseorang yang terinfeksi HIV masih dapat
berpeluang menularkan HIV kepada pasangannya
Manifestasi Hematologi
meskipun ia memiliki viral load yang tidak terdeteksi. Ini

Seperti halnya keadaan penyakit kronis, infeksi HIV dikarenakan:

terkait dengan penekanan sumsum tulang. Sitopenia


 HIV masih dapat ditemukan dalam cairan
jarang terjadi pada tahap awal HIV infeksi, tetapi
kelamin (sperma, cairan vagina). Tes viral load
frekuensi dan keparahan sitopenia meningkat seiring
hanya mengukur virus dalam darah
peningkatan stadium penyakit. Anemia adalah sitopenia
 Viral load seseorang dapat meningkat di antara
yang paling umum. Anemia pada penyakit kronis adalah
tes. Jika ini terjadi, orang tersebut lebih
penyebab paling sering dari penurunan tingkat
berpeluang untuk menularkan HIV kepada
hematokrit pada pasien terinfeksi HIV. (Moylett dan
pasangannya
Shearer, 2002)
 Penyakit menular seksual meningkatkan viral
HIV hanya ditularkan melalui cairan tubuh, seperti:
load dalam cairan kelamin
darah, cairan vagina, sperma, ASI. HIV tidak dapat
bertahan di luar tubuh manusia (seperti pada
Penularan
permukaan benda) untuk waktu yang lama, dan tidak
dapat bereproduksi di luar inang manusia. HIV tidak Tiga metode penularan HIV yang paling umum
disebarkan melalui:
1. Melalui donor darah yang terinfeksi
 Nyamuk, kutu, atau serangga lainnya. HIV paling umum disebarkan melalui darah.
 Air liur, air mata, atau keringat yang tidak Transfusi darah secara langsung dari donor darah
bercampur dengan darah dari orang yang positif yang terinfeksi adalah cara penularan HIV dengan
HIV. probabilitas tertinggi untuk menjadi terinfeksi.
Meski demikian, langkah pengujian untuk darah
yang terinfeksi telah diperketat sejak 1985. Donasi
darah telah dites untuk HIV. Jika ada hanya satu Hubungan seks dengan kondom tidak dapat
saja donasi yang diketahui positif, darah tersebut menghilangkan resiko penularan HIV dikarenakan
dibuang. Terlepas dari langkah keamanan, risikonya masalah pada penyalahgunaan dan kerusakan
kecil bahwa darah yang terinfeksi HIV masih kondom. Jika Anda aktif secara seksual, Anda dan
digunakan dalam transfusi. pasangan harus mempertimbangkan untuk
Berbagi jarum suntik dalam penggunaan obat- menjalani tes HIV untuk meningkatkan keamanan
obatan terlarang dan tertusuk alat tajam secara bagi Anda berdua.
tidak sengaja dalam fasilitas kesehatan merupakan
3. Penularan HIV dari ibu ke anak
cara lain yang dapat menularkan HIV. Namun,
Selain dari darah dan cairan ejakulasi, ketika
penyebaran penyakit HIV melalui cara tersebut lebih
seorang perempuan terinfeksi oleh HIV, virus
kecil peluangnya daripada melalui transfusi darah.
tersebut dapat menular kepada bayinya selama
CDC memperkirakan bahwa 63 dari setiap 10,000
masa kehamilan, persalinan dan melahirkan, atau
paparan terhadap penggunaan bersama jarum yang
dengan cara menyusui karena HIV dapat ditularkan
terinfeksi akan menyebabkan penularan. Dalam hal
melalui ASI. Selain itu, HIV juga dapat ditularkan
tertusuk alat tajam, angka tersebut berkurang ke 23
kepada bayi melalui makanan yang terlebih dulu
dari setiap 10,000 paparan.
dikunyahkan oleh ibu atau perawat yang terinfeksi
Penularan HIV melalui gigitan, ludahan, atau
HIV, meskipun risikonya sangatlah rendah.
cipratan cairan tubuh (termasuk sperma atau air
HIV adalah virus yang menyerang sistem
liur) memiliki risiko “tak berarti.”
kekebalan tubuh, tepatnya sel darah putih, yang
2. Lewat hubungan seksual tanpa kondom kemudian menyebabkan kekebalan tubuh menjadi
Anda dapat beresiko tinggi tertular HIV ketika lemah. Dilansir dari data UNAIDS, di Indonesia pada
melakukan hubungan seks dengan seseorang yang tahun 2014 terdapat sekitar 9.589 perempuan dan
terinfeksi HIV. Segala macam aktivitas seksual, 13.280 laki-laki yang terjangkit HIV/AIDS. Adapun
vaginal maupun anal, dapat menularkan HIV dalam penularan yang dapat terjadi sebagai berikut :
hubungan seks heteroseksual, khususnya tanpa
1. Hubungan seksual melalui vagina tanpa
kondom.
memakai kondom
Semua bentuk hubungan seks oral dianggap
Jika Anda melakukan hubungan seksual dengan
berisiko rendah. Meskipun begitu, Anda masih dapat
orang yang terinfeksi HIV positif, maka Anda berisiko
menularkan atau tertular HIV selama hubungan seks
tinggi untuk terinfeksi virus HIV juga. Hubungan
oral, khususnya jika melibatkan ejakulasi di dalam
seksual yang tidak menggunakan pengaman seperti
mulut.
kondom, membuat penyebaran HIV lebih mudah.
Sangatlah penting untuk selalu melindungi diri
HIV menyebar melalui air mani, cairan vagina, darah,
Anda selama aktivitas seksual. Jika Anda akan
dan cairan dalam tubuh lainnya. Jika Anda tidak
berpatisipasi dalam kontak seksual dengan orang
mengunakan kondom saat berhubungan seksual,
lain, kondom yang dianggap sebagai penghalang
maka pertukaran cairan vagina atau air mani yang
antara sperma dan cairan vagina merupakan cara
mungkin saja mengandung virus lebih mudah terjadi
terbaik untuk mencegah infeksi HIV.
yang kemudian menyebabkan penyebaran.
2. Wanita memiliki risiko lebih besar untuk 4. Hubungan seks oral berisiko lebih rendah dalam
tertular HIV dari hubungan seksual penularan virus HIV
Hal ini dapat terjadi karena ketika melakukan Peluang penularan virus HIV lewat hubungan
hubungan seksual, membran atau selaput vagina seksual melalui oral dengan orang yang mempunyai
lebih mudah robek. Tidak seperti pria yang HIV positif, sangatlah kecil. Secara umum, seks oral
melakukan hubungan seksual, tidak ada yang memang memiliki peluang yang rendah dalam
membuat penis ‘luka’ atau robek. Sehingga, tidak penularan HIV. Namun tetap saja ada beberapa
menggunakan kondom saat melakukan hubungan faktor yang bisa meningkatkan risiko tersebut,
seksual akan membuat virus HIV lebih mudah seperti melakukan hubungan seksual melalui oral
menginfeksi vagina yang robek tersebut. Vagina ketika mengalami infeksi mulut.
yang ‘luka’ atau robek ini dimanfaatkan oleh virus 5. Memiliki penyakit kelamin lainnya selain HIV
HIV untuk masuk, menginfeksi tubuh, serta Ya, mempunyai penyakit kelamin juga dapat
menyebar ke seluruh tubuh. meningkatkan risiko seseorang untuk terkena atau
Tetapi, bukan berarti pria tidak dapat bahkan menyebarkan virus HIV. Beberapa
mengalami infeksi HIV yang ditularkan dari pasangan penyakit kelamin tersebut antara lain gonorea,
wanitanya. Tentu saja bisa. Jika pasangan wanita klamidia, sifilis, trichomoniasis, herpes genital, dan
Anda memiliki HIV positif, maka penyebaran virus hepatitis. Jika Anda tidak mengidap HIV tetapi
dapat terjadi melalui cairan vagina. Cairan vagina sudah 3 kali tertular penyakit kelamin, maka risiko
yang terinfeksi ini masuk melalui lubang penis yang untuk tertular HIV lebih tinggi dibandingkan
kemudian menyebabkan virus masuk ke dalam dengan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit
tubuh. kelamin.
3. Berhubungan seksual melalui anal
6. Suntikan yang dipakai bersama-sama
Faktanya, hubungan anal seks adalah cara
Tidak semua penyakit HIV/AIDS ditularkan
hubungan seksual yang paling berisiko dalam
melalui hubungan seksual. Menggunakan suntikan
penularan HIV. Pada orang yang terinfeksi HIV,
bersama-sama juga dapat membuat Anda berisiko
virus ini dapat ditemukan di berbagai jenis cairan
untuk terinfeksi HIV. Orang yang menyuntikan
tubuh, seperti darah, air mani, cairan vaginal, dan
obat-obatan, hormon, steroid, atau silikon dengan
cairan dari dubur atau anus.
menggunakan jarum suntikan yang dipakai
Dalam hubungan seks anal, orang yang
bersama, berpeluang tinggi untuk mempunyai HIV
menerima anal lebih berisiko untuk terkena infeksi
positif.
HIV dibandingkan dengan orang yang melakukan
Jarum yang telah digunakan oleh orang lain
anal. Hal ini disebabkan oleh lapisan rektum
akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang
mudah robek ketika melakukan anal seks.
tersebut mempunyai HIV positif maka darah yang
Robeknya lapisan rektum (anus) menimbulkan
tertinggal pada jarum adalah darah yang terinfeksi
luka dan memudahkan virus HIV masuk serta
HIV. Sehingga, apabila Anda memakai jarum bekas
menginfeksi tubuh.
tersebut, virus HIV akan menginfeksi tubuh
melalui bekas darah yang terinfeksi.
7. Melakukan piercing (menindik bagian tubuh) dan inhibitors, reverse transcriptase inhibitors, integrase
membuat tato strand transfer inhibitors (InSTIs), dan HIV protease
Menindik bagian tubuh atau membuat tato juga inhibitors (PIs) (Tabel 40-5)
dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Hal ini  Reverse Transcriptase Inhibitors terdiri dari dua
terjadi jika penggunaan peralatan bergantian jenis yaitu: turunan nukleosida dan nukleotida purin
dengan orang lain. Dalam proses menindik bagian dan pirimidin (NtRTI) dan keduanya bukan termasuk
tubuh atau membuat tato, biasanya kulit ditusuk nukleosida dan nukleotida (NNRTI)
dan kemudian terluka hingga mengeluarkan darah.  Rekomendasi saat ini untuk pengobatan awal infeksi
Jika pemakaian alat bergantian, maka bisa saja orang HIV dianjurkan tiga obat golongan ARV. Regimen
yang terinfeksi HIV meninggalkan bekas darahnya tipikal dari dua NtRTI dan Protease Inhibitos (PI)
yang mengandung virus HIV. yang dikuatkan dengan ritonavir atau NNRTI.
Rekomendasi NtRTI awal antara lain: atazanavir-
Terapi
ritonavir (ATV/r), lopinavir-ritonavir (LPV/r), dan
Tujuan pengobatan utama antiretroviral (ARV)
fosamprenavir-ritonavir. Efavirenz adalah NNRTI
adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortilitas,
yang direkomendasikan kecuali untuk wanita yang
meningkatkan kualitas hidup, memulihkan dan
melakukan program hamil dan wanita hamil. Selain
mempertahankan fungsi kekebalan tubuh, dan
pengobatan diatas terdapat pengobatan lainnya
mencegah penularan lebih lanjut melalui penekanan
tetapi kurang efektif.
maksimum replikasi HIV (Dipiro ed 9th)
 Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi dengan
 Pengobatan selama kehamilan
banyak obat antiretroviral:
Pengobatan pada wanita hamil trimester
- Informasi terbaru tenntag interaksi obat
pertama atau wanita yang sedang melakukan
antiretroviral (ARV) harus dikonsultasikan
program hamil tidak dianjurkan menggunakan
- Ritonafir adalah penghambat potensial sitokrom
Efavirenz karena potensi teratogenisitas. Obat-
P459 3A dan digunakan untuk mengurangi
obatan yang melintasi penghalang plasenta harus
pembebasan PI lain
dihindari, seperti abacavir (ABC), emtricitabine
- Dua NtRTI (AZT/zidovudin dan stavudin) saling
(FTC), lamivudine (3TC), tenofovir (TDF), dan
bertentangan metabolisme satu sama lain
th
zidovudine (AZT) (Dipiro ed 9 )
sehingga tidak bole diberikan bersamaan
- Rifampin secara substansial dapat mengurangi
Terapi farmakologi
konsentrasi Pi dan dikontraindikasikan dengan
Agen Antiretroviral (ARV)
pengunaan sebagian besar PI
 Menghambat replikasi virus dengan kombinasi
- Stok Saint John adalah penginduksi metabolisme
antiretroviral yang telah menjadi strategi dalam
yang kuat dan dikontraindikasikan dengan Pi
pengobatan infeksi HIV. Terdapat empat kelompok
dan NNRTI (dipiro ed 7th)
utama obat yang digunakan, antara lain: entry
Terapi nonfarmakologi - Tidak memakai alat suntik bersama-sama
- Menghindari kontak dengan darah dan cairan
tubuh tanpa proteksi
- Edukasi dan membangun kesadaran publik tentang
apa yang harus dihindari dan aman
- Tes darah pada donor darah (untuk mengetahui
positif HIV atau tidak)
- Tidak memakai alat suntik bersama-sama
DAFTAR PUSTAKA DepKes RI. 2007. Situasi HIV/AIDS Di INDONESIA 1987-
Abdool-Karim Q, Abdool-Karim SS. The evolving HIV 2006. Jakarta: PUSAT DATA DAN INFORMASI
epidemic in South Africa. Int J DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
Epidemiol. 2002;31:37–40.
Dipiro. 2009. Pharmacotherapy Handbook edition 7th.
Aral SO, Padian NS, Holmes KK. Advances in multilevel South Crolina: Consultant Pharmacust Mount
approaches to understanding the epidemiology and Pleasant
prevention of sexually transmitted infections and Dipiro. 2015. Pharmacotherapy Handbook edition 9th.
HIV: an overview. J Infect Dis. 2005;191 (suppl South Crolina: Consultant Pharmacust Mount
1):S1–6. Pleasant

Astari, L., Y. Eka Safitri, dan D. P. Hinda. 2009. Viral Engelman A, Cherepanov P, Nature Reviews, 2012, 10,
Load Pada Infeksi HIV. Surabaya: Journal Unair. 279-290. Advances in Applied Science Research,
2015, 6(5):81-87 Pathogenesis of HIV: Pathway to
Bernstein, L. 2016. Symptoms and Stages of HIV. New
eradication
York: WebMD.

Faugjer, Jean and Hicken, Ia. 1996. AIDS and HIV. The
Boniphace, I., M. Omari, R. Susan Fred, M. Ferdinand,
Nursing Response. New York: Chapman & Hall.
dan T. Marcel. 2011. HIV/aids clinical
manifestations and their implication for patient
Fridayenti, R. A. dan A. Barus. 2014. GAMBARAN
clinical staging in resource limited settings in
JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS DI KLINIK VCT
tanzania. The open AIDS journal. 5:9–16.
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU PERIODE

Calles, N. R., E. Desiree, dan D. Terlonge. 2010. JANUARI -DESEMBER 2013. Pekanbaru: Universitas

Pathophysiology of the human immunodeficiency Riau. 2. Jom FK.


virus. HIV curriculum for the health. Baylor
H, Sri Wahyuni. 2017. Hubungan Jumlah Sel CD4
Pediatrics International AIDS Iniciative, Baylor
dengan Infeksi Cryptosporidium sp. (Diare/Non
College of Medicine. (Jan 28):7–14.
Diare) pada Penderita HIV/AIDS di RS. Dr. M. Djamil
Padang. http://scholar.unand.ac.id/29863/ Diakses
Charles Abraham and Eamon Shanley. (1992). Social
pada Jum’at 16 November
Psychology For Nurses. London Melbourne
Auckland
Hartawan, J. 2011. HUBUNGAN JUMLAH LIMFOSIT
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan Konseling dan Tes TOTAL DAN LIMFOSIT T CD4+ DENGAN GANGGUAN
Sukarela HIV (Voluntary Counseling and Tesing = FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN HIV-AIDS.
VCT). Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Semarang : eprints undip.
Hasbullah R (1999). Konseling Penyakit Menular Rottingen JA, Cameron DW, Garnett GP. A systematic
Seksual dan HIV/AIDS Untuk Tenaga Kesehatan. review of the epidemiologic interactions between
Jakarta: HAPP / US AID classic sexually transmitted diseases and HIV: how
much really is known? Sex Transm
Hayes R, Weiss H. Epidemiology. Understanding HIV
Dis. 2001;28:579–97.
epidemic trends in Africa. Science. 2006;311:620–
21. Shisana O, Davids A. Correcting gender inequalities is
central to controlling HIV/AIDS. Bull World Health
Inciardi JA, Williams ML. Editor’s introduction: the
Organ. 2004;82:812.
global epidemiology of HIV and AIDS. AIDS
Care. 2005;17 (suppl 1):S1–8. Siegfried N, Muller M, Volmink J, et al. Male
circumcision for prevention of heterosexual
Junita, S. dan L. Dewi. 2016. PANDANGAN
acquisition of HIV in men. Cochrane Database Syst
MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS DI
Rev. 2003;3:CD003362.
KECAMATAN MENTARANG KABUPATEN MALINAU
KALIMANTAN UTARA. Malang: Journal UNIMMA. UNAIDS. 2006 report on the global AIDS epidemic: a

Journal of Holistic Nursing Science. UNAIDS 10th anniversary special edition.[(accessed


July 20, 2006)]
Moylett, E. H. dan W. T. Shearer. 2002. HIV: clinical
manifestations. Journal of Allergy and Clinical World Health Organization. 2018. HIV/AIDS.

Immunology. 110(1):3–16. http://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/hiv-aids [Diakses pada 18 November
Pettifor AE, Rees HV, Kleinschmidt I, et al. Young
2018].
people’s sexual health in South Africa: HIV
prevalence and sexual behaviors from a nationally Yanuar Fajar, M. 2013. Pneumocystis Pneumonia pada

representative household Infeksi Human Immunodeficiency Virus.

survey. AIDS. 2005;19:1525–34. http://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxhWZU9e5bIX0


AQW73RQx.;_ylu=X3oDMTBybjhmNXEwBGNvbG8D
Quinn TC, Overbaugh J. HIV/AIDS in women: an
c2czBHBvcwM1BHZ0aWQDBHNlYwNzcg--
expanding epidemic. Science. 2005;308:1582–83.
/RV=2/RE=1542415828/RO=10/RU=http%3a%2f%2f

Rosiana, A. N. dan M. A. U. Sofro. 2014. FAKTOR – www.kalbemed.com%2fPortals%2f6%2f06_203Pne

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOST TO FOLLOW- umocystis%2520Pneumonia%2520pada%2520Infek

UP PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TERAPI ARV DI si%2520Human%2520Immunodeficiency%2520Viru

RSUP DR KARIADI SEMARANG. Semarang: ejournal s.pdf/RK=2/RS=kkp4jXGPZrGQuW9oQLXciPpeuQQ-

undip. 1. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO. [Diakses pada Jum’at 16 November 2018]

Você também pode gostar