Você está na página 1de 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN

OLEH :

(KELAS
B11-A)

NI PUTU AYU SWASTININGSIH (183222939)

NI PUTU EKA PRADNYA KARTINI (183222940)

NI PUTU ITA MARTARIANI (183222941)

NI PUTU NICK TRI DANYATI (183222942)

NI PUTU RISKI DAMAYANTI (183222943)

NI PUTU RITA LAKSMI (183222944)

NI PUTU SRI APRIANTINI (183222945)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2018
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Resiko
Perilaku Kekerasan”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Jiwa II.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku dan sumber
lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini
kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kelompok
miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
untuk menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 6 November 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan


2.1.1 Pengertian perilaku kekerasan............................................................3
2.1.2 Etiologi...............................................................................................4
2.1.3 Tanda dan Gejala................................................................................5
2.1.4 Rentan Respon ...................................................................................6
2.1.5 Mekanisme Koping ...........................................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian .........................................................................................9
2.2.2 Diagnosa.............................................................................................19
2.2.3 Perencanaan ......................................................................................19
2.2.4 Implementasi ...................................................................................27
2.2.5 Evaluasi ............ ................................................................................ 29

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................51
B. Saran...............................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA 52

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal,
dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.Seseorang yang “sehat jiwa”. (UUD
NO.3 1996). Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku dan psikologik seseorang
yang secara klinis cukup bermakna, dimana terjadi disfungsi dalam segi prilaku,
psikologik atau biologik. (Departemen kesehatan RI). Gangguan Skizofrenia merupakan
suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
komunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul,
gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran
melakukan aktivitas sehari-hari (Budi Anna keliat, 2011).
Survei badan kesehatan dunia menunjukkan bahwa satu dari setiap 1.000
penduduk dunia mengalami gangguan jiwa (Word Health Organisation), Direktur
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan, bahwa
dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6
persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan
kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi (Reza, 2008).
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang
dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini
akan memengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping
yang kurang bagus. Melihat dari dampak dan kerugiannya, resiko perilaku kekerasan
merupakan salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi seseorang. Jadi, resiko
perilaku kekerasan dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (Keliat, 2007).

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah definisi perilaku kekerasan?
b. Bagaimanakah penyebab perilaku kekerasan?
c. Bagaimanakah tanda dan gejala perilaku kekerasan?

d. Bagaimanakah rentan respon perilaku kekerasan?


e. Bagaimanakah mekanisme koping perilaku kekerasan?
f. Bagaimanakah penatalaksanaan perilaku kekerasan?
g. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk menjelaskan definisi perilaku kekerasan
b. Untuk menjelaskan penyebab perilaku kekerasan
c. Untuk menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan
d. Untuk menjelaskan rentan respon perilaku kekerasan
e. Untuk menjelaskan mekanisme koping perilaku kekerasan
f. Untuk menjelaskan penatalaksanaan perilaku kekerasan
g. Untuk menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Laporan Pendahuluan dan Asuhan Perilaku
Kekerasan.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Risiko Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengertian perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu kedaan hilangnya kendali perilaku seseorang

diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku pada diri sendiri dapat

berupa melukai dir sendiri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk

penelataran diri. (Yusuf, 2015)

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis. Maka perilaku kekerasan dapat dilakukan

secara verbal, diarahakan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan . (Deden

Dermawan, 2013)

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan mengalami kelaianan dalam

kemampuan untuk melakukan atau menyelasiakan aktivitas kehidupan sehari-hari

secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,

pakaian kotor, bau badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi. (Yusuf, 2015)

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri orang lain maupun orang

lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon

terhadap stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

3
2.1.2 Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi klien perilaku kekerasaan dibagi menjadi 5 faktor sebagai

berikut:

1) Faktor neorologi

Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit,

akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangasangan

dan pesan-pesan yang akan mempunyai sifat agresif sistem limbik sangat terlibat

dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.

2) Faktor genetik

Dalam gen manusia terdapat domant (potensi) agresif yang sedang tidur akan

bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Genetik pada umumnya dimiliki

oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang hukum akibat perilaku

agresif.

3) Faktor cycardian Rhytm

Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan

menjelang berakhir pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang

lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.

4) Faktor biokimia

Peningkatan hormon androgen dan neorepineprin serta penurunan serotonin dan

GABA (Gama Amino Batric Acid) yang bertugas sebagia pengontrol respon

emosi, dan menghambat asetylcholine, serotonin dan neurotransmiter yang lain

memproduksi sekresi kortisol, sehingga akan terjadi hemeotasis

4
(Keseimbangan).Pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi terjadinya

perilaku agresif.

5) Brain area disorder

Gangguan pada sistem limbik pada lobus temporal, sindrom otak organik, tumor

otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi di temukan sangat berpengaruh

terhadap perilaku agresif perilaku agresif.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Direja (2011), ada faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut :

1. Klien : kelemahan fisik, keputus asaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang

penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2. Interaksi : penghinaan, kekerasaan, kehilangan orang yang berrati, konflik,

merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun

eksternal dari lingkungan.

3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Menurut Yosep (2013), ada beberapa tanda dan gejala perlaku kekerasaan

diantarnya :

1. Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan

mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku dan

jalan mondar-mandir.

2. Verbal : bicara kasar, suara tinggi membentak/berteriak, kata-kata

mengancam,mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras dan ketus.

5
3. Perilaku : melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,

melukai diri sendiri, merusak lingkungan dan amuk.

4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan

jengkel, tidak berdaya, bernusuhan, mengamuk, ingin berkelahi menyalakan dan

menuntut.

5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat meremehkan,sarkasme.

6. Spritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang

lain, menyinggung perasaaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasaan, ejekan dan sindiran.

8. Perhatian : bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

2.1.4 Rentan Respon

Respon Adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klin mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan
mengungkapkan mencapai tidak dapat mengekspresikan marah dan
marah tanpa tujuan mengungkapkan secara fisik, tapi bermusuhan
menyalahkan kepuasaan perasaannya, masih terkontrol yang kuat
orang lain dan atau saat tidak berdaya mendorong orang dan hilang
memberikan marah dan dan menyerah. lain dengan kontrol,
kelegaan. tidak dapat ancaman. disertai
dan amuk,merus
menyerah. ak
lingkungan.

Gambar 2.1.4 Rentang Respon Marah

Sumber: Damaiyanti, 2012

6
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang di terima sesuai norma-norma sosial budaya

berlaku. Individubdalam batas norma, jika menghadapi masalah akan dapat

menyelesaikan dengan baik.


b. Respon Maladaptif
Respon maladtif adalah respon individu dalam menyelasaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.

2.1.5 Mekanisme Koping

mekanisme koping pada klien dapat membantu untuk mengembangkan

mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan kemarahannya.

Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme ego seperti seperti

displacement, sublimasi, proyeksi, repesif, denial, dan reaksi formasi.

Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan pada objek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok dan sebagai nya, tujuan nya adalah untuk mengurangi

ketegangan akibat rasa marah.

a. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginanya yang tidak baik.

b. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahyakan

masuk ke alam sadar.

c. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinganan yang berbahaya bila di

eksprisikan dengan melebih-lebih sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakan sebagai rintangan.

7
d. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada

mulanya yang membakitkan emosi.

2.1.6 Penatalaksanaan

Pentalaksanaan medis pada klien dengan perilaku kekerasan terdiri dari :

1. Farmakoterapi

Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi

contohnya : Clorpromazine HCL, yang berguna untuk mengendalikan

psikomotornya.

2. Terapi okupasi

Terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk

melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena

itu dalam pemberian terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala

bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat di jadikan media

penting setelah melakukan kegiatan itu di ajak berdialog atau berdiskusi

tentang pengalaman dan arti kegiatan bagi dirinya.

3. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan

langsung pada setiap(sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar

dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,

membuat keputusaan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota

keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan

sumber yang ada pada masyarakat.

8
4. Terapi somatik

Bahwa terapi somatic terapi yang di berikan kepada pasien dengan gangguan

jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladptif menjadi perilaku

adaptif dengan melakukan tindakan yang di tunjukkan pada kondisi fisik

pasien, tetapi target terapi perilaku pasien.

5. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau electric convulsive therapy (ECT) adalah bentuk

terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan

mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang di tempatkan pada pelipis

pasien.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.

Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien. Data

yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spritual. Data

pengakajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor perdisposisi, faktor

presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki klien (Stuart &

Laria, 2001 dalam Direja 2011). Adapun komponen dari pengkajian adalah sebagai

berikut :

1. Identitas klien

Identitas klien di tulis lengkap seperti nama, usia, jenis kelamin, nomor

rekam medis, dan diagnosa medis. Data ini bisa didapatkan dengan melihat

rekam medik atau wawancara langsung dengan klien.

9
2. Alasan masuk

Klien dengan perilaku kekerasaan biasa nya datang dengan keluhan

mengamuk, mencenderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Faktor predisposisi

a) Faktor psikologis

Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami

hambatan akan timbul dorngan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.

b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang

tidak menyenangkan.

c) Rasa frustasi.

d) Adanya psikoanalitik, teori menjelaskan bahwa tidak terpenuhnya

kepuasaan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangan ego dan

membuat konsep diri rendah. Perlaku kekerasan sebagai pretise yang dapat

meningkatakan citra diri dalam kehidupannya.

e) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.

f) Teori pembelajaran, perilku kekerasan adalah suatu perilaku yang di pelajari

dari masa kecil, sebagai contoh orang tua yang mendidik anaknya dengan

kekrasaan kelak anak itu akan mencontoh perilakuorang tuanya.

g) Faktor sosial budaya

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendurungan menerima perilaku

kekerasan sebagai cara penyelesain masalah dalam masyarakat.

h) Faktor biologis

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku

kekerasan, yaitu:

10
1) Pengaruh neurofisiologik, sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi

timbulnya perilaku bermusuhan dan repon agresif.

2) Pengaruh biokimia, peningkatan hormon androgen dan norefineprin serta

penurunan seretonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal

merupakan merupakan faktor predisposisi penting yang dapat menyebabkan

timbulnya perilaku agresif seseorang.

3) Pengaruh genetik, perilaku agresif sangat erat katanya dengan genetiknya

termasuk genetik tipe XYY.

4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai

gangguan serebral, tumor otak (khusunya pada limbik dan lobus temporal),

trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus temporal) terbukti

berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

4. Faktor presipitasi

Menurut Direja (2011) ada faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagi

berikut:

a) Klien: kelemahan fisik, kepuasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang

penuh agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

b) Interaksi: penghinaan, kekerasaan, kehilangan yang berarti, konflik, merasa

terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun ekternal

dari lingkungan.

c) Lingkungan: panas, padat dan bising, hal-hal yang dapat menimbulkan

perilaku kekerasan.

5. Pemeriksaan fisik

11
Respon fisologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi

terhadap sekresi epinprin sehingga tekanan darah meningkat, takikardi,

muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang

sama dengan kecemasan sepertin meningakatnya kewaspadaan, keteganagan

otot seperti rahang mengatup, tangan mengepal, tubuh kaku dan reflek

cepat. Hal ini di sebabakan oleh energi yang keluakan saat marah bertambah

(Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

6. Aspek psikososial

a. Genogram

Genogram dibuat dalam 3 generasi pasien, bagaimana hubungan pasien

dengan keluarganya, tinggal serumah dengan siapa saja, ada atau tidakna

faktor keturunan penyakit yang sama yang dialami pasien dengan anggota

keluarganya. Selaiin itu genogram dapt dikaji melalui 3 jenis kajin menurut

Azizah (2011), yaitu:

1. Kajian adopsi

kajian Adopsi yang membandikan sifat antara anggota keluarga biologis

satu dengan keluarga adopsi

2. Kajian kembar

Kajian kembar yang membandingkan sifat antara anggota keluarga yang

kembar identik secara genetik dengan saudara kandung yang tidak kembar.

3. Kajian keluarga

Kajian keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat memiliki banyak

kesamaan antara keluarga tingkat pertama (seperti orang tua, saudara

kandung).

12
b. Konsep Diri

Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi

hubungan dengan orang lain. Konsep diri ada melalui pembelajarn

(dipelajari) setelah lahir sebagai hasil pengalaman unik dalam dirinya,

bersama orang terdekat dan dengan dunia nyata (realitas). Konsep diri

terdiri atas:

1. Citra tubuh

Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubunya termasuk persepsi

masa lalu atau sekarang, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan

potensi dirinya.

2. Identitas diri

Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap

kesatuan, kesinambungan, konsintensi dan keunikan individu.

3. Peran diri

Serangkain perilaku yang di harapkan oleh lingkungan sosial berhubungan

dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.

4. Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya dia berprilaku berdasarkan

standar, aspirasi, tujuan atau nilaipersonil tertentu.

5. Harga diri

Penelitian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa

seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal dirinya. Harga diri tinggi

merupakan perasaan yang berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat,

13
meskipun telah melakukan kesalahan, kesalhsan dan kegagalan, ia tetap

merasa sebagai orang yang penting dalam beharga.

c. Hubungan sosial

1). Orang yang berarti

Kaji siapakah menurut pasien orang yang berarti dalam hidupnya

2). Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat

Kaji apakah pasien pernah atau tidak melakukan kegiatan kelompok atau

masyarakat

3). Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain, apakah ada

hambatan atau tidak.

Klien dengan perilaku kekerasaan biasanya menarik diri, pengasingan,

penolakan, ejekan dan sindiran.

d. Spritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Hal bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarhan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa

tidak berdosa (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

7. Status mental

Pengkajian pada aspek status mental dapat dilakukan paa penampilan,

pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi, yang akan diuraikan sebagai

berikut:

14
a. Penampilan

Obsevasi dalam penampilan umum klien yang merupakan karateristik fisik

klien yaitu penampilan usia, cara berpakian, kebersihan, sikap tubuh, cara

berjalan cenderung kaku, ekspresi wajah tegang, kontak matatidak ada,

dilatasi atau kontruksi pupil, status gizi atau kesehatan umum.

b. Pembicaraan

Cara berbicara klien dengan perilaku kekerasaan cenderung cepat dengan

volume suara tinggi dan membentak.

c. Aktivitas motorik

Aktivitas motorik klien tegang, melemparatau memukul benda atau orang

lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak

lingkungan, mengamuk(agresif).

d. Afek dan emosi

Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama dan dengan

sedikit komponen fisiologis atau fisik, seperti kebanggaan kekecewaan.

Sedangkan rmosi klien dengan perilaku kekerasaan biasanya tidak adekuat,

tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam dan jemgkel, berdaya,

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

e. Interaksi selama wawancara

Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti bermusuhan, tidak

kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang(tidak mau menatap

lawan bicara), defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan

15
kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukkan sikap atau perasaan tidak

percaya pada orang lain).

f. Persepsi sensorik

Persepsi sensorik adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan,

perbedaaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan

mengartikannya setelah panca indra mendapatkan rasangan.

g. Proses pikir

Proses pikir cenderung mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan

dan sarkasme.

h. Tingkat kesadaran

Kemampuan individu melakukan hubungandenngan lingkungan dan dirinya

(melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap lingkungan(melalui

perhatian). Kesadaraan ymg baik biasanya dimanifestasikan dengan

orientasi yang baik dalam hal waktu, tempat, orang dan lingkungan

sekitarnya.

i. Memori daya ingat

Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-hal yang

telah terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada gangguan pada

daya ingat.

8. Kebutuhan persiapan pulang

Khusus data-data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang

mungkinakan terjadi atau akan dihadapi klien, keluarga atau masyarakat

sekitarnya pada saat klien pulang atau setelah klien pulang dari rumah sakit

dan klien berada di rumahnya ditengah keluarga dan masyarakat.

16
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

b. Kegiatan hidup sehari-hari ADL(Activity of Daily Living)

c. Kemampuan klien

d. Klien memiliki sistem pendukung

e. Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi

9. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan

ego seperti displecement (dapat mengukapkan kemarahan pada objek yang

salah, proyeksi adalah kemarahandimana secara verbal mengalihkan

kesalahan diri sendiri pada orang lain yang dianggap berkaitan. Respresi

dimana individu merasa seolah-olah tidak tidak marah ia tidak mencoba

menyampaikan kepada orang terdekat, sehingga rasa marahnya tidak

terungkap dan ditekan sampai ia melupakannya.

10. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah yang berkaitan dengan psikososial dan lingkuangan dapat di

gambarkan sebagai berikut:

a. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan sosial

c. Masalah berhubungan dengan pekerjaan

d. Masalah berhubungan dengan perumahan

e. Masalah berhubungan dengan pendidikan

f. Masalah berhubungan dengan ekonomi

g. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan

h. Msalah lainnya

17
11. Pengetahuan

Bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini tentang penyakit atau

gangguan jiwa

12. Aspek medik

Jelaskan aspek medis klien (dapat dilihat rekam media) tentang diagnosa

medik dan terapi mediknya selama dirawat terutama saat ini.

13. Analisa data

Menurut Direja (2011) data yang perlu dianalisa meliputi data subyektif dari

data obyektif.

A. Data subjektif

a. Klien mengancam

b. Klien mengumpat dengan kata-kata kasar

c. Klien mengatakan dendam jengkel

d. Klien mengatakan ingin berkelahi

e. Klien menyalahkan dan menuntut

f. Klien meremehkan

B. Data objektif

a. Mata melotot/pandangan tajam

b. mengepal

c. Rahang mengatup

d. Wajah memerah

e. Postur tubuh kaku

f. Suara keras

14. Rumusan masalah

18
Menurut damaiyanti (2012), masalah keperawatan yang mungkin muncul

pada perilaku kekerasaan adalah:

a. Resiko Perilaku Kekerasan sendiri, orang lain dan lingkungan, dan verbal)

b. Perilaku kekrasan

c. Harga diri rendah kronik

15. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada


diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)

Effect

Perilaku kekerasan

Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis

Causa

19
Gambar: 1.5 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

Sumber (Damaiyanti, 2012)

2.2.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik

aktual maupun potensial (Damaiyanti, 2012).

1. Resiko perilaku kekerasan

2. Harga diri rendah kronik

3. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri,orang lain, lingkungan, dan verbal)

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan

rencana tindakan keperawatan. Tujuan umun berfokus pada penyelesaian permasalahan

(P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus

telah tercapai.

Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa

tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau

dimiliki pasien. Kemampuan pasien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga

aspek, yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari

diagnosis keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat

teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar pasien percaya pada

kemampuan menyelesaikan masalah (Direja, 2011).

Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) adapun rencana keperawatan pada

klien dengan prilaku kekerasan meliputi:

20
1) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

kriteriahasil :

setelah diberikan asuhan keperawatn selama.....x.....pertemuan diharapkan

klien :

1. Klien mampu membalas salam

2. Klien mau berjabat tangan

3. Klien mau menyebut namanya

4. Klien mau tersenyum

5. Klien mau kontak mata

6. Klien mengetahui nama perawat

Intervensi :

1. Beri salam panggil nama klien

2. Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan

3. Jelaskan maksud hubungan interaksi

4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

5. Beri rasa aman dan sikap empati

6. Lakukan kontak singkat tapi sering

7. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya

8. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkel

9. Dengarkan tanpa menyela atau member penilian setiap ungkapan perasaan

klien

2) TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria hasil:

21
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama....x....pertemuan diharapkan

klien.

1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya

2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal(dari diri sendiri,

dari lingkungan/orang lain)

Intervensi :

1. Bantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya.

2. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkel

3. Dengarkan tapa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan

klien

3) TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

kriteriahasil :

setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x...pertemuan diharapkan klien:

1. Klien dapat mengungkapkan tanda fisik mata merah, tangan mengepal,

ekspresi tegang.

Intervensi :

1. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasaan yang dialaminya.

2. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku

kekerasan terjadi.

3. Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional)nsaat

terjadi perilaku kekerasan.

4. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda

sosial) saat terjadi perilaku kekerasan.

22
4) TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukanya.

kriteriahasil :

setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x...pertemuan diharapkan klien:

1. Klien dapat mengungkapkan jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini

telah dilakukannya.

2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya saat melakukan kekerasaan

3. Klien dapat mengetahui efektifitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan

masalah.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini

2. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini

pernah dilakukannya.

3. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasaan tersebut

terjadi

4. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya, masalah yang

dialami teratasi.

5) TUK 5: Klien dapat mengiditifikasi akibat perilaku kekerasan

kriteriahasil :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama....x.... pertemuan diharapkan

klien:

1. Klien dapat menjelasan akibat dari cara yang digunakan klien Diri sendiri:

luka, dijauhi teman. Orang lain/keluarga, luka, tersingguang, ketakutan.

Lingkungan: barang atau benda rusak.

23
Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan kepada:

a. Diri sendiri

b. Orang lain/lingkungan

c. Lingkungan

2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakna oleh klien

6) TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon

terhadap kemarahan

kriteriahasil :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama....x.... pertemuan diharapkan

klien :

1. Klien dapat menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marahIntervensi :

1. Diskusikan dengan klien:

a. Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkan marah yang sehat

b. Jelaskan berbagai alternatif untuk pilihan mengungkapkan marah selain

perilaku kekerasan yang diketahui klien

c. Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah

2. Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal/kasur, olah raga

3. Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain

4. Sosial: latihan asertif dengan orang lain

5. Spritual:sembahyang/doa, meditasi, sesuai keyakinan agamanya masing-

masing.

7) TUK 7: Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

Kriteria hasil:

24
Seleah diberikan asuhan keperawatan selama ....x.... pertemuan diharapan

klien:

1. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

a. Fisik: tarik nafas dalam, pukul bantal/kasur, olah raga

b. Vebal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain

c. Susial: latihan asertif dengan orang lain

d. Spritual: sembahyang/doa, jikir, meditasi, sesuai keyakin agamanya masing-

masing

Intervensi:

1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memeilih cara yang

mungkin mengungkapkan kemarhan

2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih

a. Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih

b. Jelaskan manfaat cara tersebut

c. Anjurkan klien menirukan peragan yang sudah dilakukan

d. Beri pujian pada klien perbaiki cara yang masih belum sempurna

e. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel

8) TUK 8: Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku

kekerasan

Kreteria hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama....x...pertemuan diharapkan

klien:

1. Keluarga klien dapat:

a. Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan

25
b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

c. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilakukan

Intervensi:

1. Diskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung klien untuk

mengatasi perilaku kekerasan

2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku

kekerasan

3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku

kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga

4. Peragakan cara merawat klien(menangani perilaku kekerasan)

5. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang

6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan.

9) TUK 9: Klien dapat menggunakan obat-obat yang diminum dan kegunaannya

(jenis, waktu, dosis dan efek)

Kriteria hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x...pertemuan diharapkan klien:

1. Klien dapat menjelaskan.

a. Manfaat minum obat

b. Kerugian tidak minum obat

c. Nama obat

d. Bentuk dan warna obat

e. Dosis yang diberikan kepadana

f. Waktu pemakian

g. Cara pemakian

26
h. Efek yang dirahasakan

Intervensi:

1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak

minum obat

2. Jelaskan kepada pasien:

a. Jenis obat(nama, warna, dan bentuk obat)

b. Dosis yang tepat untuk kien

c. waktu pemakian cara pemakian

d. cara pemakian

e. efek yang akan dirasakan klien

3. Anjurkan klien:

a. Minta dan menggunakan obat tepat waktu

b. Lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa

c. Beri pujian apabila klien teratur minum obat

2.2.4 Implementasi

Menurut Keliat (2010), implemntasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang

aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan

tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu mmevalidasi apakah

rencana tindakan keperawtan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi saat ini.

Menurut Damaiyanti (2012), tindakan keperawtan pada klien dengan perilaku kekerasan

dengan menggunakan pendekatan pelaksanaan(SP)

a. Untuk pasien

27
1) SP1 Pasien

a. Mengidentifikasi penyebab Pk

b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan

d. Mengidentifikasi akibat PK

e. Menyebutkan cara mengontrol Pk

f. Melatih mencegah PK dengan cara fisik 1: tarik nafas dalam

g. Memasukan ke jadwal kegiatan harian

2) SP2 Pasien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik 2: pukul kasur dan bantal

c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian

3) SP3 Pasien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Melatih mengontrol PK dengan cara sosial/verbal.

c. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

4) SP4 Pasien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Melatih klien mengontrol PK dengan cara spritual.

c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian

5) SP5 Pasien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

c. Melatih klien mengontrol PK dengan minum obat.

28
d. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

a. Untuk keluarga

1) SP1 Keluarga

a. Mendiskusikan maslah dirasakan keluarga dalam merawat klien

b. Menjelaskan pengertian PK , tanda dan gejala perilaku kekerasan, serta

proses terjadinya PK

2) SP2 Keluarga

a. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawt klien dengan PK.

b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien PK

3) SP3 Keluarga

a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum

obat (discharge planning).

b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

Contoh SPTK Resiko Perilaku Kekerasan :

29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 08.30 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : 1 Asal : Singaraja

Topik : BHSP Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif

- Pasien mengatakan “Selamat pagi juga pak, baik pak salam kenal, nama
saya Tn. G panggil Tn. G saja. Saya tinggal di singaraja ”
- Pasien mengatakan diantar oleh keluarga ke RSJ dan sudah1 bulan di
rawat
- Pasien mengatakan di bawa ke RSJ karena pasien mengamuk, dan
merusak sanggah yang merupakan tempat sembhyang dia di rumah
Data Objektif

- Pasien mau menjawab salam, berkenala dengan perawat dan kontak mata
terjaga dengan tatapan tajam dan rahang mengantup
- Tangan pasien tampak mengepal
- Pasien menyebutkan nama kesukaannya
- Pasien mau berjabat tangan dengan perawat
- Pasien mau duduk berhadapan dengan perawat
- Pasien mau menjawab pertanyaan perawat tetapi dengan singkat, nada
tinggi saat ditanyai mengenai masalahnya
- Pasien tampak rapi
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Pasien dapat membina hubungan saling percaya

30
4. Tindakan
a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan pasien
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disuka pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien dengan apa adanya
g. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya perawat widana, saya
perawat penanggung jawab bapak di ruang Abimanyu Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali, Nama lengkap bapak siapa dan suka dipanggil
apa ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? Apakah bapak masih ingat
kenapa bisa dibawa ke sini ?
c. Kontrak
 Topik
Pak, bagaimana kalau kita berbincang – bincang tentang bapak
sekarang

 Waktu
Bapak mau berapa lama untuk mengobrol, bagaimana kalau kita
bercakap – cakap selama 20 menit ?

Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di meja tempat didekat televisi ?
2. Fase Kerja
a. Pasien 1, apakah bapak masih ingat nama saya siapa ?
b. Baiklah pak, seperti pembicaraan kita tadi sekarang kita berbincang-
bincang tentang diri bapak
c. Biasanya kalau bapak dirumah kegiatannya apa ?
d. Kalau boleh tahu rumahnya dimana ?
e. Apakah bapak tahu sekarang dimana ?
f. Kenapa bapak dibawa kesini dan apakah ibu masih ingat siapa yang
membawa bapak kemarin ? sudah berapa lama bapak dirawat disini ?
g. Kegiatan apa saja yang biasa bapak lakukan selama disini ?
h. Pak, coba bapak ungkapkan masalah yang bapak alami dirumah
maupun di rumah sakit, gimana bapak bersedia ?
i. Pak, saya rasa waktu kita sudah cukup untuk bercakap – cakap nanti
kita lanjutkan lagi

31
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Pak, bagaimana perasaanya setelah berbincang – bincang dengan
saya ?
b. Evaluasi Objektif
Sekarang bapak sebutkan nama saya, bapak masih ingat ?
4. Rencana tindak lanjut
Pak, bagaimana kalau kegiatan ini kita masukan dalam kegiatan
hariannya bapak ?
5. Kontrak yang akan datang
 Topik
Bapak, nanti siang kita bercakap – cakap tentang penyebab, tanda
dan gejala dan kita juga akan latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan. Bagaimana bapak setuju ?
 Waktu
Nanti kita ketemu lagi pukul 09.20 Wita, bapak mau berapa lama,
bagaimana kalau 20 menit ?
 Tempat
Bagaimana kalau kita berbincang – bincang ditempat ini lagi ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 09.30 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : II Asal : Singaraja

Topik : SP 1P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif

- Pasien mengatakan kalau ia marah merasakan tangan mengepal, mata


melotot, dan rahangnya terkatup kuat
- Pasien mengatakan kalau marah yang dilakukan selama ini adalah
mengamuk, berteriak, memecahkan gelas dan melukai diri sendiri

32
- Pasien mengatakan mau belajar cara mengontrol marah
Data Objektif

- Pasien tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat


- Kontak mata pasiem terjaga saat berinteraksi dan pasien tampak kesal
- Pasien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan bercerita
mengenai masalahnya
- Pasien mampu dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan
fisik 1 (teknik relaksasi nafas dalam) dengan benar
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
d. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
e. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
f. Pasien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
g. Pasien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu
dengan (Relaksasi nafas dalam)
h. Pasien dapat memuaskan latihan kedalam jadwal kegiatan harian
i. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
j. Perkenalkan diri dengan pasien
k. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disuka pasien
l. Jelaskan tujuan pertemuan
m. Jujur dan menepati janji
n. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien dengan apa adanya
o. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
4. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya
c. Membantu pasien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
d. Membantu pasien mengungkapkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
yang dialaminya
e. Diskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang selama ini
dilakukan
f. Diskusikan dengan pasien akibat negatif (kerugian) dari perilaku
kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
g. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik 1 yaitu : relaksasi nafas dalam

33
h. Menganjurkan pasien untuk memasukkan latihan ke dalam kegiatan
harian

II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak, masih ingat sama saya ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? saya lihat bapak sering
tampak marah dan kesal, apakah sekarang bapak masih merasa marah
dan kesal ?
c. Kontrak
 Topik
Bapak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang – bincang
tentang hal – hal yang membuat bapak kesal atau marah dan
bagaimana cara mengontrolnya ?
 Waktu
Bapak, sesuai persetujuan tadi pagi bagaimana kalau kita
mengobrolnya 20 menit ?
 Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di tempat yang tadi pak ?
2. Fase Kerja
Sekarang coba bapak ceritakan sama saya apa yang membuat bapak
marah ?
Apakah sebelumnya bapak pernah marah ? Terus penyebabnya apa ?
Apakah sama dengan sekarang ? Lalu saat bapak marah apa yang bapak
rasakan ? Apakah bapak merasa kesal, tangan mengepal, mata melotot
dan rahang mengantup dan ingin mengamuk ? setelah itu apa yang bapak
lakukan ? apakah kalau bapak marah atau kesl masalah itu akan teratasi ?
Adakah cara lain baik tanpa menimbulkan kerugian ?

Baiklah pak, apa berapakah cara mengontrol marah ? ada 5 ya pak, salah
satunya dengan teknik nafas dalam. Kalau bapak sudah tahu tanda dan
gejala marah tadi sudah bapak rasakan, bapaka langsung duduk atau
berdiri lalu tarik nafas hidung, tahan sebentasr, lalu keluarkan perlahan -
lahan dari mulut. Ayo pak, sekarang bapak praktekkan apa yang sudah
saya ajarkan tadi ! ulangi sekali lagi pak. Bagus sekali.

34
Nah sekarang bapak sudah bisa melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga sewaktu-
waktu bila rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah berbincang – bincang dengan
saya ? Apakah bapak merasa lega ?
2) Evalusi objektif
Sekarang coba bapak sebutkan tanda dan gejala marah dan
bagaimana cara mengontrol ?
b. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian ? bapak mau berapa kali melakukannya ?

c. Kontrak yang akan datang


 Topik
Pak, cara yang kita pelajari tadi baru salah satunya saja, nanti kita
pelajari cara yang kedua, yaitu : teknik memukul – mukul bantal
 Waktu
Bagaimana kalau kita berbincangan – bincang lagi pukul 12.50
Wita, lamanya kurang lebih 20 menit, apakah bapak setuju ?
 Tempat
Tempatnya disini lagi ya pak ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 12.50 Wita Nama : Tn. G

35
Pertemuan ke : III Asal : Singaraja

Topik : SP 2P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif

- Pasien mengatakan “Selamat pagi pak widana”


- Pasien mengatakan sudah melakukan teknik nafas dalam
- Pasien mengatakan mau mengontrol emosi dengan memukul bantal
- Pasien mengatakan mau memasukan kegiatan itu dalam kegiatan
hariannya
Data Objektif

- Pasien menjawab salam perawat dan mengingat nama perawat


- Pasien tampak tersenyum kepada perawat dan pasien bersedia
mendemonstrasika cara melampiaskan emosi dengan memukul bantal
- Pasien tampak bersedia memasukkan latihan kedalam jadwal
kegiatan harian
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II (Memukul
bantal/kasur)
4. Tindakan
a. Mengevaluasi masalah yang dialami pasien dan mengevaluasi pasien
dalam melakukan latihan nafas dalam
b. Mengajarkan pasien latihan fisik II yaitu : memukul bantal/kasur
c. Membantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya.
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat nama saya ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? Adakah hal – hal yang
membuat bapak marah sekarang ?
c. Kontrak
 Topik

36
Pak, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan cara yang kedua yaitu : memukul bantal / kasur ?
 Waktu
Sesuai persetujuan pagi tadi, bagaimana kalau kita berbincang –
bincangnya 20 menit ?
 Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di tempat yang tadi pak ?
2. Fase Kerja
Pak, sekarang coba bapak ceritakan barang kali ada hal – hal yang
membuat bapak marah dan muncul perasaan kesal, tangan mengepal,
mata melotot dan rahang mengantup. Selain nafas dalam, bapak juga
bisa memukul bantal/kasur. Sekarang saya akan melatihkan cara
mengontrol marah dengan cara yang kedua, yaitu dengan memukul
bantal/kasur. Kalau misalnya nanti bapak merasa kesal atau ingin
marah – marah, bapak langsung saja masuk ke ruangan bapak,
kemudian bapak lampiaskan kemarahan bapak dengan memukul
bantal atau kasur. Sekarang coba bapak lakukan, pukul bantal ini, nah
bagus pak, coba ulang sekali lagi. Sekarang kalau bapak merasa kesal
atau marah bapak bisa lakukan cara ini dan cara yang pertama yaitu
nafas dalam, kemudian setelah itu, bapak jangan lupa merapikan lagi
tempat tidurnya.
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah latihan cara menyalurkan marah
dengan saya ?
b) Evalusi objektif
Sekarang coba bapak sebutkan ada berapa cara yang sudah kita
latihkan dari kemarinn sampai sekarang ?
2. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian ? bapak mau berapa kali melakukannya ?
3. Kontrak yang akan datang
 Topik
Pak, nanti kita belajar lagi cara yang ketiga cara mengontrol
marah dengan cara bicara yang baik
 Waktu
Kita ketemu lagi besok pukul 09.30 Wita, lamanya kurang lebih
20 menit, apakah bapak setuju ?

37
 Tempat
Tempatnya disini lagi ya pak ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 15 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 09.30 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : IV Asal : Singaraja

Topik : SP 3P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif

- Pasien mengatakan bersedia mempraktekkan cara mengontrol


marahnya dengan berbicara baik-baik kepada siapapun yang ia kenal
- Pasien tampak berbincang – bincang dengan Tn. S dan saling
mengungkapkan perasaan masing – masing
- Pasien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan nada yang
tenang
Data Objektif

38
- Pasien tampak mengerti
- Pasien tampak mengingat teknik yang sudah diajarkan oleh perawat
- Pasien tampak senang setelah diberikan saran oleh perawat
- Pasien tampak mampu untuk mempraktekkan cara mengungkapkan
rasa kesal, meminta dengan baik, dan mengungkapkan rasa kesal
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal :
menolak, meminta dan mengungkapkan perasaan dengan baik
4. Tindakan
1. Mengevaluasi pasien dalam melakukan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekesaran secara verbal :
a. Menolak dengan baik
b. Meminta dengan baik
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Membantu pasien menyusun jadwal kegiatan harian
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat sama saya ?
 Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? Adakah hal – hal yang
membuat bapak marah sekarang ?
 Kontrak
 Topik
Pak, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan cara yang kedua yaitu : memukul bantal/kasur ?
 Waktu
Sesuai persetujuan pagi tadi, bagaimana kalau kita berbincang –
bincangnya 20 menit ?
 Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di tempat yang tadi pak ?
2. Fase Kerja
Sekarang kita melakukan latihan yang ketiga, bagaimana kalau bapak
peragakan cara yang pertama dan kedua, apakah bapak masih ingat ?
Bagus sekali, berarti bapak sudah menguasai apa yang sudah kita
pelajari kemarin. Sekrang kita akan melakukan latihan cara bicara yang
baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah tersalurkan dengan

39
cara nafas dalam dan memukul – mukul bantal atau kasur, maka perlu
kita bicara dengan orang yang membuat kita marah ada tiga cara :
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada rendah dan tidak
kasar, contoh : “ pak saya perlu uang, saya boleh gak minta uang
atau saya minum nanti kalau saya sudah punya uang saya ganti”
b. Menolak dengan baik, contoh : “mohon maaf pak, saya tidak punya
uang. Jadi, saya tidak bisa ngasih bapak”
c. Mengungkapkan rasa kesal, jika ada perlakuan teman bapak yang
membuat bapak kesal, jengkel maka bapak bilang “saya tidak suka
dengan kelakuaan bapak, karena disini kita sama – sama jadi
pasien.
d. Nah, sekarang coba bapak ulangi apa yang saya ajarkan. Bagus
sekali, bagaimana kalau latihan ini kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian ?
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah latihan cara menyalurkan
marah dengan cara bicara yang baik ?
b. Evalusi objektif
Sekarang coba bapak sebutkan ada berapa cara yang sudah kita
latihkan dari kemarinn sampai sekarang dan cara bicara yang baik
?
2. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian ? bapak mau berapa kali melakukannya ? nanti siang kita akan
belajar cara yang keempat, bagaimana bapak bersedia ?
3. Kontrak yang akan datang
 Topik
Pak, nanti kita belajar lagi cara yang keempat cara mengontrol
marah dengan cara berdoa atau beribadah
 Waktu
Kita ketemu lagi nanti pukul 12.50 Wita, lamanya kurang lebih
20 menit, apakah bapak setuju ?
 Tempat
Tempatnya disini lagi ya pak ?

40
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 15 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 12.50 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : V Asal : Singaraja

Topik : SP 4P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

Mengontrol PK

Secara Spiritual

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif

41
- Pasien mengatakan tidak bisa mempraktekkan cara sembahyang
kalau sendiri dia ingin sembahyang berdua atau bersama dengan
teman - teman”
- Pasien mengatakan “Saya akan rajin sembhyang pak biar cepat
sembuh dan pikiran saya menjadi rileks tidak marah – marah lagi “
- Pasien mengatakan mau memasukkan cara mengontrol marahnya
dengan cara sembahyang ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
Data Objektif

- Pasien terlihat tenang


- Pasien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah diajarkan oleh
perawat
- Pasien menerima saran perawat yaitu bersembahyang untuk
mengontrol emosinya
- Pasien bersedia untuk memasukkan jadwal kegiatan harian pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual (sembahyang dan berdoa)
c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan
a. Mengevaluasi pasien dalam melakukan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekesaran secara spiritual
(sembahyang atau berdoa)
c. Membimbing pasien dalam memasukkan jadwal kegiatan harian
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat sama saya ?
sesuai dengan janji saya kemarin, kita akan berbincang – bincang
lagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? Adakah hal – hal yang
membuat bapak marah sekarang ?
c. Kontrak
 Topik

42
Sekarang kita akan melanjutkan berbincang – bincang tentang
cara mengontrol perilaku kekerasan
 Waktu
Waktu yang diperlukan 20 menit ya pak ? Apa bapak setuju ?
 Tempat
Untuk tempat kita pakai tempat yang kemarin saja yang tadi
ya pak ?
2. Fase Kerja
a. Baiklah pak, coba bapak ceritakan pada saya ibadah yang biasa
bapak lakukan di rumah ?
b. Dari berbagai macam cara ibadah, menurut bapak kira-kira yang
efektif yang bapak bisa lakukan di rumah sakit apa ?
c. Baik bapak, bapak memilih untuk berdoa di tempat tidur ?
d. Kalau bapak sedang marah, bapak langsung duduk di tempat
tidur atau kursi, lalu bapak tarik nafas dalam, kemudian bapak
berdoa dengan cara bapak atau keyakinan bapak
e. Mari kita coba pak, bagus sekali bapak bisa lakukan kegiatan ini
secara teratur untuk meredakan kemarahan bapak.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah kita bercakap – cakap
tentang cara mengendalikan marah dengan cara melakukan
ibadah ?
2) Evalausi objektif
Coba bapak ceritakan lagi atau sebutkan lagi beberapa cara
mengendalikan marah yang suda kita pelajari
b. Rencana tindak lanjut
Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Berapa kali bapak mau melakukan ibadah
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
Nanti saya akan datang lagi untuk membicarakan tentang
latihan yang selama ini kita pelajari dan cara mengontrol.
PK dengan cara yang kelima yakni dengan minum obat.
 Waktu
Kita ketemu besok siang ya pak setelah makan siang ya
pak, waktunya hanya 20 menit saja ?
 Tempat
Tempatnya dsini lagi ya pak ?

43
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 16 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 12.20 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : VI Asal : Singaraja

Topik : SP 5P (RPK) Jenis Kelamin : Laki-laki

Mengontrol PK

Dengan Minum Obat

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif

- Pasien mengatakan sudah minum obat sesuai jadwal yang diberikan


oleh perawat yaitu : pagi dan sore.
- Pasien mengatakan “obat saya warnanya biru, orange dan putih tapi
lupa nama obatnya apa”
- Pasien mengatakan obatnya diminum melalui mulut (per oral)
- Pasien mengatakan bersedia untuk memasukkan kegiatan ini ke
jadwal kegiatan hariannya
Data Objektif

- Pasien mau belajar cara minum obat dengan perawat

- Pasien mau memasukkan minum obat ke dalam jadwal kegiatan


harian pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus

44
a. Evaluasi jadwal Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
cara minum obat, benar waktu minum obat dan benar dosis)
c. Susun jadwal minum obat secara teratur
4. Tindakan
a. Mengevaluasi pasien dalam melakukan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien minum obat secara teratur, dengan prinsip 5 benar
c. Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat sama saya ? sesuai
dengan janji saya kemarinn, kita akan berbincang – bincang lagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? apakah bapak sudah
melakukan kegiatan yang saya ajarkan kemarinn ?
c. Kontrak
 Topik
Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang cara minum obat
dengan prinsip 5 benar
 Waktu
Waktu yang kita gunakan kurang lebih 20 menit ya pak ?
 Tempat
Tempatnya di tempat tadi saja ya pak ?
2. Fase Kerja
a. Berapa macam obat yang bapak minum ?
b. Warna obatnya apa saja pak ?
c. Jam berapa bapak minum obat ?
d. Bagaimana cara pemberiannya pak ?
e. Bila nanti bapak setelah minum obat terus mulut bapak terasa
kering bapak bisa minum air putih yang banyak untuk
mengatasinya ya pak
f. Bila terasa mata bapak berkunang – kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan banyak melakukan aktivitas
g. Nanti kalau bapak sudah di rumah, sebelum bapak minum obat,
bapak harus lihat terlebih dahulu labelnya, benar nama bapak
tertulis di wadah obatnya atau tidak. Berapakah dosis yang harus
bapak minum, dan baca juga ya pak apakah obatnya sudah benar ?
h. Sekarang kita masukan ya waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian.
3. Fase Terminasi

45
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah kita berbincang – bincang
dengan saya mengenai cara minum obat yang benar ?
2) Evalausi objektif
Coba bapak sebutkan lagi warna obat yang bapak minum ? dan
bagaimana cara minum obat yang benar ? Nah, sudah berapa cara
yang saya ajarkan untuk mengontrol perasaan marah yang sudah
kita pelajari ?
3) Rencana tindak lanjut
Sekarang kita tambahkan lagi, jadwal kegiatan hariannya dengan
minum obat ya pak
b. Kontrak yang akan datang
 Topik
Besok kita ketemu lagi, kita evaluasi mengenai sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana mencega rasa
marah tersebut ya pak ?
 Waktu
Besok kita berbincang – bincang pukul 09.00 Wita. Kita
ngobrolnya 20 menit, bagaimana apakah bapak setuju ?
 Tempat
Kita berbincang – bincang disini lagi atau dimana ?

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi menurut Keliat (2010) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai

efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua

jenis yaitu evaluasi proses atauformatif dan evaluasi hasil atausumatif yang dilakukan

dengan membandingkan respon pasien dengan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan

menurut Direja (2011) evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon

pasien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan S.O.A.P diantaranya sebagai

berikut :

46
S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dapatdiukur dengan menanyakan: “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan nafas

dalam?”
O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan

atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau member umpan balik sesuai

dengan hasil observasi.


A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan

masalah yang ada, dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analis pada respon klien yang

terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Perilaku kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan


hilangnya kontrol diri yang mengakibatkan individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Rentang respon adatif ke maladatif ada sebagai berikut Asertif- Frustasi
Pasif – Agresif – Amuk /perilaku kekerasan. Penyebab perilaku kekerasan ada dua
faktor antara lain factor Predisposisi dan faktor Presipitasi. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan muka merah dan tegang, tangan mengepal, postur tubuh kaku, bicara kasar,

47
suara tinggi, membentak atau berteriak, melempar atau memukul benda/orang lain,
menyerang orang lain. Pentalaksanaan medis pada klien dengan perilaku kekerasan
terdiri dari farmakoterapi, terapi okupasi, peran serta keluarga, terapi somatik, terapi
kejang listrik.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa


keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk
menambah pengetahuan tentang keperawatan jiwa dan diharapkan para pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam
penulisan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A,. 2009. Model Praktek Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta : EGC
Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medika

Ma’rifatul, lilik.2011.keperawatan jiwa.yogyakarta:graha ilmu

Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC


Videbeck, Sheila L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Alih bahasa: Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2012. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama


Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa Bandung: Rafika Aditama.

48
Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.

49

Você também pode gostar