Você está na página 1de 10

ARTIKEL KINETIKA REAKSI ENZIM

Oleh:
Ni Nyoman Junitri Suari
1313031059
VI C

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSETAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI DAN SEL DARAH MERAH

Ni Nyoman Junitri Suari


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha
e-mail:juni3_suari@yahoo.com

Abstrak
Glikolisis merupakan jalur utama dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi. Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah mengamati proses glikolisis di dalam sel ragi dan sel darah merah dan
mengamati pengaruh inhibitor seperti flourida dan arsenat terhadap proses glikolisis. Metode yang
digunakan pada percobaan ini adalah metode kuantitatif dengan mengukur absorbansi dan menentukan
%kadar glukosa dan etanol. Hasil dari percobaan glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah yaitu kadar
glukosa pada glikolisis sel ragi secara Folin-Wu pada tabung kontrol positif sebesar 164,18 mg/100mL,
pada tabung kontrol negatif sebesar 243,62 mg/ 100mL, pada tabung pengaruh inhibitor flourida sebesar
11,8 mg/100mL, dan pengaruh inhibitor arsenat sebesar 20,90 mg/100mL. Kadar etanol dari hasil glikolisis
sel ragi yaitu pada kontrol positif sebesar 200 g/dL, kontrol negatif sebesar 150 g/dL, pengaruh flourida
sebesar 66,67 g/dL, dan pengaruh arsenat sebesar 100 g/dL. Kadar glukosa yang dihasilkan dari glikolisis
sel darah merah dengan cara Folin-Wu yaitu pada kontrol positif sebesar 83,33 mg/100mL, kontrol negatif
sebesar 76,67 mg/100mL, pengaruh flourida sebesar 26,67 mg/ 100mL, dan pengaruh arsenat sebesar 50,69
mg/ 100mL. Pengaruh inhibitor pada glikolisis dalam sel ragi dan sel darah merah adalah menghambat
terjadinya reaksi enzimatis yang menyebabkan sedikit produk yang dihasilkan.

Kata kunci: glikolisis, metabolisme, sel ragi, sel darah merah

Abstract
Glycolysis is a major pathway in the metabolism of carbohydrates to produce energy. The purpose of
this experiment is to observe the process of glycolysis in yeast cells and red blood cells and observe the effect
of inhibitors such as fluoride and arsenate on glycolysis. The method used in this experiment is a
quantitative method to measure the absorbance and determine % glucose and ethanol. Results of
experiments glycolysis in yeast cells and red blood cells that glucose levels in the yeast cell glycolysis in
Folin - Wu tube at 11.39 mg/100 mL positive control, negative control tube was 79.75 mg/100 mL, the effect
of inhibitors on the tube fluoride at 39.24 mg/100 mL, and the influence of inhibitors of 8.86 mg/100 mL
whereas arsenate is o - toluidine glucose levels obtained in the positive control was 36.29 mg/100 mL,
amounting to 102.80 mg/100 mL negative control, influence fluoride 121.64 for mg/100 mL, and the effect of
arsenate was 73.88 mg/100 mL. Ethanol content of the yeast cell glycolysis that results in positive control of
290.84 g/dL , a negative control was 253.37 g/dL, the effect of fluoride at 239.66 g/dL, and the effect of
arsenate of 164.94 g/dL . Glucose levels that result from red blood cell glycolysis by means of Folin - Wu is
the positive at 1020.76 mg/100 mL control, negative control for 824.94 mg/100 mL, the effect of fluoride was
885.32 mg/100 mL, and the effect of arsenate 1041.14 mg/100 mL. Effect of inhibitors on glycolysis in yeast
cells and red blood cells is to inhibit the enzymatic reaction that causes a bit of product produced .

Keywords: metabolism, glycolysis, yeast cells, red blood cells


PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup mengadakan pertukaran Pada manusia dan hewan mengalami proses
zat dengan lingkungannya, artinya makhluk hidup glikolisis anaerob. Glikolisis anaerob atau respirasi
tidak hanya mengambil zat-zat tertentu dari anaerob mer upakan serangkaian reaksi enzimatis
lingkungannya, tetapi ia juga mengembalikan zat-zat yang memecah glukosa secara tidak sempurna
tertentu kedalam lingkungannya. Inilah yang disebut karena kekurangan oksigen. Pada manusia, respirasi
proses metabolisme. Metabolisme adalah reaksi anaerob menghasilkan asam laktat sehingga
kimia untuk pembentukkan dan perombakan bahan menyebabkan rasa lelah, sedangkan pada sel ragi
organik. Metabolisme dibedakan ke dalam menghasilkan CO2 dan alkohol. Glikolisis anaerob
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme, yaitu hanya menghasilkan sedikit energi, yaitu 2 ATP.
pembentukan senyawa-senyawa kompleks dari Glikolisis sel ragi disebut fermentasi atau peragian.
senyawa sederhana. Proses ini memerlukan energi. Pada umumnya glikosisis ini terjadi pada tumbuhan,
Katabolisme, yaitu penguraian senyawa kompleks fungi dan bakteri. Proses fermentasi sering disebut
menjadi senyawa-senyawa sederhana. Proses ini sesuai dengan hasil akhir yang terbentuk. Misalnya:
menghasilkan energi. Energi ini dapat digunakan fermentasi alkohol bila hasil akhir fermentasiberupa
oleh makhluk hidup untuk berbagai kegiatan alkohol. Menurut hasil samping yang terbentuk,
(Siregar, 2010 (a)). maka fermentasi dibedakan atas fermentasi alkohol
Senyawa-senyawa seperti karbohidrat, lipid dan pada ragi (khamir) dan bakteri anaerobik, fermentasi
protein dapat digunakan sebagai sumber energi asam laktat pada umumnya di sel otot, dan
untuk metabolisme sel. Senyawa ini di dalam sel fermentasi asam sitrat pada bakteri heterotrof.
akan mengalami perubahan melalui berbagai reaksi Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian
enzimatik atau jalur metabolisme. Sebagian besar adalah glukosa, disamping itu juga terdapat fruktosa,
jalur metabolisme dan reaksi-reaksi yang terjadi di galaktosa, dan manosa. Hasil akhirnya adalah
dalam jalur metabolisme hampir sama baik pada alkohol, karbon dioksida, dan energi. Alkohol
organisme sederhana seperti bakteri maupun bersifat racun bagi sel-sel ragi. Sel-sel ragi hanya
organisme tertinggi seperti mamalia (Soewoto, tahan terhadap alkohol pada kadar 9-18%. Lebih
2013). tinggi dari kadar tersebut, proses alkoholisasi
Glikolisis merupakan jalur utama dalam (pembuatan alkohol) terhenti. Hal tersebut
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan merupakan suatu kendala pada industri pembuatan
energi. Jalur glikolisis ini merupakan jalur yang alkohol. Oleh karena glukosa tidak terurai lengkap
sangat penting. Pertama karena tidak hanya menjadi air dan karbon dioksida, maka energi yang
berperan pada metabolisme karbohidrat saja, tetapi dihasilkan lebih kecil dibandingk an respirasi
bersama-sama dengan siklus asam sitrat dapat aerobik. Pada respirasi aerobik dihasilkan 675 kal,
berperan sebagai jalur amfibolik. Selain itu, jalur ini sedangkan pada respirasi anaerobik hanya dihasilkan
juga harus berfungsi setiap saat dan tersebar dalam 21 kal (Siregar, 2010 (b)). Reaksi sel ragi seperti
seluruh makhluk hidup, mulai dari bakteri hingga dibawah ini:
manusia.

C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + 21 Kal


Glukosa Etanol
Gambar 1. Reaksi yang terjadi pada glikolisis sel ragi

Pada eksperimen metabolisme ini akan Penetapan kadar glukosa melalui cara Folin-Wu
dilakukan pengamatan terhadap proses glikolisis dapat dilakukan dengan penambahan larutan
yang terjadi di dalam sel ragi dan yang terjadi di tembaga alkalis yang mana glukosa akan mereduksi
dalam sel darah merah. Untuk menghamati ion kupri menjadi senyawa kupro yang tidak dapat
terjadinya glikolisis dan pengaruh inhibitor maka larut (Soewoto, 2013). Kemudian ion kupro akan
dilakukan penentuan kadar glukosa dan etanol. mereduksi ion fosfomolibdat menghasilkan larutan
Penetapan kadar glukosa dapat dilakukan dengan biru tua. Penetapan kadar glukosa melalui cara
cara Folin-Wu dan o-toluidin. Penetapan kadar Folin-Wu dapat dihitung menggunakan persamaan
etanol dilakukan dengan mereaksikan dikromat. berikut.
AU  AB 100 toluidin dapat dihitung menggunakan persamaan
Kadar glukosa = x 0,2 x mg/ 100mL berikut.
AS  A B 0,2
AU  AB
Penetapan kadar glukosa juga dilakukan dengan Kadar glukosa = x 100 mg/ 100mL
cara o-toluidin yaitu mereaksikan larutan sel ragi ke AS  A B
dalam asam asetat yang panas sehingga dapat Penetapan kadar etanol pada glikolisis sel ragi
dibentuk senyawa yang berwarna hijau dan warna dapat dilakukan dengan penambahan larutan
tersebut akan dilakukan pengukuran absorbansi dikromat dalam suasana asam yang bertujuan untuk
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan  mengoksidasi etanol menjadi asetat. Reaksi yang
625nm. Penetapan kadar glukosa melalui cara o- terjadi pada penetapan kadar etanol adalah sebagai
berikut.

Cr2O7 + 10 H+ + CH3CH2OH 2Cr3+ + CH3COOH + 6H2O

Gambar 2. Reaksi oksidasi etanol menjadi asetat

Perhitungan penetapan kadar etanol yang dihasilkan 2 digunakan sebagai kontrol negatif, dan tabung 3
dari reaksi glikolisis sel ragi dapat dihitung dengan dan 4 digunakan untuk melihat pengaruh inhibitor.
menggunakan persamaan sebagai berikut. Tabung 1 dituangkan suspensi ragi roti sebanyak 14
A  AU 0,5 100 100 mL dan larutan glukosa 2% sebanyak 2 mL, tabung
Kadar etanol = B x 0,5 x x x g/ dL 2 dituangkan 14 mL suspensi ragi roti yang telah
AS  A U 100 0,5 0,5
dididihkan dan larutan glukosa 2% sebanyak 2 mL.
Tabung 3 dituangkan suspensi ragi roti sebanyak
MATERI DAN METODE 13,5 mL, larutan flourida 0,5 mL, dan 2 mL larutan
glukosa 2%, dan tabung 4 dituangkan suspensi ragi
Percobaan glikolisis sel ragi dan sel darah
roti sebanyak 13,5 mL, larutan arsenat 0,5 mL, dan 2
merah yang menentukan kadar glukosa dan kadar
mL larutan glukosa 2%. Tabung yang telah diisikan
etanol dilakukan menggunakan metode kuantitatif.
campuran dibolak-balikkan sebanyak 3 kali dan
Percobaan glikolisis ini dilaksanakan di
didiamkan selama 15 menit dalam suhu kamar.
Laboratorium Kimia Organik FMIPA UNDIKSHA
Campuran yang telah didiamkan selama 15 menit
pada tanggal 10 Mei 2016.
kemudian diukur kadar glukosa dan kadar etanol
Alat dan bahan yang terkandung dalam campuran tersebut.

Peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan Penetapan Kadar Glukosa


percobaan glikolisis sel ragi dan sel darah merah
adalah kaca arloji, cawan petri, spektrofotometer a) Cara Folin-Wu
UV-Vis, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur Pembuatan
10 mL, pipet volumetri 5 mL, corong kaca, dan
kertas saring. Bahan yang digunakan dalam Akuades sebanyak 7 mL dimasukkan ke dalam
percobaan glikolisis ini adalah suspensi ragi roti; labu Erlenmeyer dan ditambahkan 1 mL campuran
larutan glukosa 2%; larutan flourida; larutan arsenat; yang akan diuji kadar glukosa kemudian labu
akuades; larutan Na-tungstat 10%; larutan H2SO4 Erlenmeyer digoyangkan secara perlahan. Larutan
2/3N; pereaksi Cu-alkalis; asam fosfomolibdat; Na-tungstat 10% ditambahkan secara perlahan ke
larutan TCA 10%; o-toluidin; larutan standar dalam labu dan digoyangkan secara perlahan
glukosa 1 mg/mL; larutan asam dikromat; larutan kemudian larutan H2SO4 2/3N sebanyak 1 mL
Na2CO3 20%; larutan standar etanol 0,5 g/dL; sel ditambahkan ke dalam labu secara tetes demi tetes
darah ayam; dapar KRP; dan larutan glukosa 0,5%. sambil labu digoyangkan dan labu didiamkan selama
10 menit. Campuran yang terbentuk disaring dan
Prosedur kerja filtrat yang dihasilkan ditampung.

1 Glikolisis Sel Ragi


Tabung reaksi disiapkan sebanyak 4 buah yang Pengukuran Kadar Glukosa
masing-masing tabung diberikan tanda 1, 2, 3, dan 4.
Tabung 1 digunakan sebagai kontrol positif, tabung Filtrat yang dihasilkan ditambahkan dengan
larutan Cu-alkalis, asam fosfomolibdat, dan larutan
standar glukosa 0,1 mg/mL. Prosedur kerja pengukuran kadar glukosa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Prosedur kerja kadar glukosa

Larutan 1 2 3 4 5
(mL) Blanko Standar 1 Uji 1 Uji 2 Uji 3
Filtrat bebas
- - 2,0 2,0 2,0
protein
Standar
- 2,0 - - -
glukosa
Akuades 2,0 - - - -
Pereaksi Cu-
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
alkalis
Campuran digoyangkan secara perlahan dan diletakkan pada penangas air selama
8 menit kemudian dinginkan menggunakan es selama 3 menit
Asam
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
fosfomolibdat
Campuran didiamkan selama 3 menit agar Cu2O dapat larut. larutan diencerkan
sampai 25 mL menggunakan akuades dan larutan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis dengan  = 420 nm.

Penetapan Kadar Etanol terbentuk suspensi. Setelah terbentuk suspensi


tabung 3 ditambahkan sebanyak 0,5 mL larutan
Cawan petri dirangkaikan dengan kaca arloji
flourida, tabung 4 ditambahkan larutan arsenat 0,5
dalam hal ini kaca arloji berada ditengah cawan petri
mL, dan keempat tabung reaksi ditambahkan dengan
yang dimasukkan 3 mL larutan asam dikromat dan
1 mL larutan glukosa 0,5%. Campuran yang
tutup cawan petri dengan cepat. Cawan petri
terbentuk dikeram dalam penangas air selama 30
kemudian dikeram pada suhu 90oC selama 20 menit.
menit dan dilakukan pengujian kadar glukosa pada
larutan dikromat diambil dan dimasukkan ke dalam
keempat tabung dengan menggunakan metode Folin-
labu 25 mL. Kaca arloji dibilas dengan akuades dan
Wu yang sebelumnya filtrat yang dihasilkan
hasil bilasan tersebut dimasukkan ke dalam tabung
dibebaskan dari protein.
dan diencerkan hingga 25 mL. Larutan asam
Filtrat yang bebas dari protein dapat dibuat
dikromat dimasukkan ke dalam labu kemudian
dengan akuades yang dimasukkan ke dalam labu
diencerkan untuk dijadikan sebagai larutan blanko.
Erlenmeyer dan ditambahkan suspensi sel darah
larutan diuji absorbansinya dengan  = 450nm. merah dan labu digoyangkan secara perlahan.
Campuran ditambahkan dengan larutan Na-tungstat
2. Glikolisis Sel Darah Merah 10% dan H2SO4 2/3N secara perlahan dengan labu
Tabung reaksi sebanyak 4 buah disiapkan dan yang digoyangkan secara perlahan. Labu
diberi tanda tabung 1, 2, 3, dan 4 dalam hal ini Erlenmeyer ditutup dan didiamkan selama 10 menit
tabung 1 digunakan sebagai kontrol positif, tabung 2 sehingga larutan berwarna cokelat. Larutan disaring
sebagai kontrol negatif, tabung 3 sebagai pengaruh dan filtrat yang dihasilkan ditampung untuk
inhibitor flourida, dan tabung 4 sebagai pengaruh dilakukan pengujian kadar glukosa dengan cara
inhibitor arsenat. Pada tabung 1 dimasukkan sel Folin-Wu.
darah merah 50% sebanyak 0,5 mL, dapar KRP pH
7,4 sebanyak 7 mL, tabung 2 dimasukkan sel darah
merah 50% sebanyak 0,5 mL, dapar KRP pH 7,4 HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 7 mL yang telah dididihkan selama 5 1 Glikolisis dalam Sel Ragi
menit, tabung 3 dimasukkan sel darah merah 50%
sebanyak 0,5 mL, dapar KRP pH 7,4 sebanyak 6,5 Pada pengujian glikolisis ragi disiapkan 4 buah
mL, dan tabung 4 dimasukkan sel darah merah 50% tabung reaksi yang diisi dengan bahan yang berbeda-
sebanyak 0,5 mL dan dapar KRP pH 7,4 sebanyak beda yaitu pada tabung 1 yang diisi dengan suspensi
6,5 mL, setelah bercampur didiamkan hingga ragi dan larutan glukosa 2% diperoleh campuran
yang berwarna putih, tabung 2 diisikan dengan
suspensi ragi yang telah dididihkan dan larutan pengaruh adanya inhibitor dalam proses glikolisis
glukosa 2% diperoleh campuran yang berwarna sel ragi. Larutan glukosa 2% ditambahkan ke dalam
putih, tabung 3 diisikan dengan suspensi ragi, tabung dengan tujuan agar proses glikolisis sel ragi
larutan flourida, dan larutan glukosa 2% diperoleh dapat berjalan dengan sempurna dalam keadaan
campuran yang berwarna putih, dan tabung 4 yang anaerob sehingga menghasilkan etanol dan gas CO2,
diisi dengan suspensi ragi, larutan arsenat, dan selain itu penambahan larutan glukosa juga
larutan glukosa 2% diperoleh campuran yang bertujuan sebagai substrat yang akan diubah oleh
berwarna putih. Larutan flourida dan arsenat enzim heksokinase menjadi etanol dan gas CO2.
berfungsi sebagai inhibitor yang mana penambahan Reaksi yang terjadi dalam proses glikolisis dalam sel
inhibitor ini digunakan untuk menunjukkan ragi adalah sebagai berikut.

C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + 21 Kal


Glukosa Etanol
Gambar 3. Reaksi glikolisis pada sel ragi

Keempat tabung tersebut kemudian dibolak-balik masing-masing tabung menunjukkan hasil yang
dengan tujuan untuk meratakan atau berbeda yaitu pada tabung 1 diperoleh larutan yang
menghomogenkan larutan yang terdapat di dalam berwarna biru jernih (seperti gambar 4 (a)), pada
tabung reaksi. Tabung reaksi tersebut didiamkan tabung 2 diperoleh larutan yang berwarna kuning
selama 15 menit pada suhu kamar yang bertujuan (seperti gambar 4(b)), pada tabung 3 diperoleh
untuk mengoptimalkan reaksi glikolisis sel ragi. campuran yang berwarna biru dengan endapan yang
Campuran yang terdapat pada keempat tabung reaksi berwarna kuning kecokelatan (seperti gambar 4 (c)),
kemudian diukur kadar glukosa dan kadar etanol. dan pada tabung 4 diperoleh larutan yang berwarna
Pada pengukuran kadar glukosa dengan cara Folin- biru jernih (seperti gambar 4 (d)). Pada keempat
Wu pada tabung 1, 2, 3, dan 4 setelah ditambahkan tabung reaksi tidak menunjukkan perubahan hasil
Cu-alkalis terbentuk larutan yang berwarna biru. setelah ditambahkan dengan asam fosfomolibdat.
Tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam hal ini

(a) (b) (c) (d)


Gambar 4. (a) Pada tabung 1 (kontrol positif) larutan berwarna biru muda; (b) Pada tabung 2 (kontrol
negatif) terbentuk larutan berwarna kuning; (c) Pada tabung 3 (pengaruh inhibitor) terbentuk larutan
berwarna biru dan sedikit endapan berwarna merah; (d) Pada tabung 4 (pengaruh inhibitor) terbentuk
larutan berwarna biru

Larutan berwarna yang dihasilkan dari masing- kemudian mereduksi ion fosfomolibdat sehingga
masing tabung merepresentasikan banyaknya ion menghasilkan warna biru. Penentuan kadar glukosa
fosfomolibdat yang tereduksi oleh ion kupro. Ion pada keempat tabung ditunjukkan dengan tingginya
kupro dihasilkan dari reduksi ion kupri yang terjadi nilai absorbansi hasil pengukuran menggunakan
akibat adanya glukosa. Semakin biru larutan yang spektrofotometer. Nilai absorbansi dari masing-
dihasilkan menujukkan semakin banyak adanya masing tabung dapat dilihat pada tabel 2.
glukosa yang mereduksi ion kupri menjadi kupro
Tabel 2. Hasil pengukuran absorbansi kadar glukosa secara Folin-Wu
Tabung Bertindak sebagai Absorbansi
1 Kontrol positif 0,58
2 Kontrol negatif 0,70
3 Pengaruh inhibitor flourida 0,07
4 Pengaruh inhibitor arsenat 0,10
5 Blanko 0,03

Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi diperoleh kadar glukosa dari hasil glikolisis sel ragi
menggunakan spektrofotometer UV-Vis tersebut dengan cara sebagai berikut.

AU  AB
Kadar glukosa = x 100 mg/ 100mL
AS  A B
Kadar glukosa tabung 1 = 0,58 - 0,03 x 100 mg/ 100mL = 82,09 mg/ 100mL.
0,70 - 0,03
Kadar glukosa tabung 2 = 0,70  0,03 x 100 mg/ 100mL = 121,81 mg/ 100mL.
0,58  0,03
Kadar glukosa tabung 3 = 0,07 - 0,03 x 100 mg/ 100mL = 5,9 mg/ 100mL.
0,70  0,03
Kadar glukosa tabung 4 = 0,10  0,03 x 100 mg/ 100mL = 10,45 mg/ 100mL.
0,70  0,03

Larutan pada tabung 1, 2, 3, 4 dan blanko Kadar glukosa tabung 2 = 121,81


merupakan hasil pengenceran sampel sebanyak dua mg/ 100 mL x 2 = 243,62 mg/dL
kali, dimana 25 mL sampel diencerkan menjadi 50 Kadar glukosa tabung 3 = 5,9
mL. Sehingga kadar glukosa yang sebenarnya atau mg/ 100 mL x 2 = 11,8 mg/dL
sebelum diencerkan adalah : Kadar glukosa tabung 4 = 10,45
Kadar glukosa tabung 1 = 82,09 mg/100 mL x 2 = 20,90 mg/dL.
mg/100 mL x 2 = 164,18 mg/dL
Hasil penentuan kadar glukosa di atas bertujuan untuk mengoksidasi etanol menjadi asetat
menunjukkan bahwa penambahan larutan flourida dan ditambahkan Na2CO3 dilakukan untuk
dan larutan arsenat menurunkan laju reaksi sel ragi memberikan suasana asam agar warna dikromat
glukosa menjadi etanol. Hal ini ditunjukkan dengan berkurang. Hasil yang diperoleh pada masing-
banyaknya kadar glukosa pada tabung 2 dan tabung masing labu yaitu labu 1 dan 2 diperoleh larutan
3 dibandingkan dengan larutan positif. Flourida dan yang berwarna kuning, sedangkan labu 3 dan 4
arsenat bertindak sebagai inhibitor yang bereaksi diperoleh hasil berupa larutan yang berwarna kuning
seperti substrat yang menyerang sisi aktif enzim kehijauan.
yang berperan dalam reaksi sel ragi. Masing-masing larutan yang terdapat di dalam
Pada glikolisis sel ragi ini dilakukan penentuan labu diukur absorbansinya untuk menentukan kadar
kadar etanol yang dihasilkan dalam proses glikolisis etanol yang terdapat di dalam larutan. Hasil
sel ragi. Pada penentuan kadar etanol pada glikolisis absorbansi tersebut ditunjukkan pada tabel 3.
sel ragi ditambahkan dengan larutan asam dikromat

Tabel 3. Hasil pengukuran absorbansi kadar etanol dalam glikolisis sel ragi
Labu Bertindak sebagai Absorbansi
1 Kontrol positif 0,08
2 Kontrol negatif 0,10
3 Pengaruh inhibitor flourida 0,12
4 Pengaruh inhibitor arsenat 0,09
5 Blanko 0,1

Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan


hasil glikolisis sel ragi dapat ditentukan kadar etanol
dari hasil glikolisis sel ragi adalah sebagai berikut.

AB  AU 0,5 100 100


Kadar etanol = x 0,5 x x x g/ dL
AS  A U 100 0,5 0,5
Kadar etanol labu 1 = 0,1  0,08 x 0,5 x 0,5 x 100 x 100 g/ dL = 200 g/ dL.
0,09  0,08 100 0,5 0,5
Kadar etanol labu 2 = 0,1  0,07 x 0,5 x 0,5 x 100 x 100 g/ dL = 150 g/ dL.
0,09  0,07 100 0,5 0,5
0,1  0,12 0,5 100 100
Kadar etanol labu 3 = x 0,5 x x x g/ dL = 66,67 g/ dL.
0,09 - 0,12 100 0,5 0,5
Kadar etanol labu 4 = 0,1 - 0,09 x 0,5 x 0,5 x 100 x 100 g/ dL = 100 g/ dL.
0,1 - 0,09 100 0,5 0,5

Dari perhitungan kadar etanol diatas dapat 2 Glikolisis dalam Sel Darah Merah
dilihat bahwa penambahan inhibitor mempengaruhi
Pada percobaan glikolisis sel darah merah
jumlah etanol yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
setelah sel darah merah ditambahkan dengan larutan
inhibitor dapat menghambat pembentukan etanol
dapar pH 7,4 diperoleh hasil yaitu tabung 1
dengan cara bereaksi dengan sisi aktif dari enzim
terbentuk larutan berwarna cokelat, tabung 2
yang terlibat pada reaksi glikolisis sel ragi. Ini
terbentuk larutan yang berwarna cokelat, tabung 3
sejalan dengan prinsip kerja inhibitor pada
dan 4 terbentuk larutan yang berwarna cokelat.
penentuan kadar glukosa dengan Folin-Wu.

Glukosa ditambahkan pada masing-masing Filtrat selanjutnya diuji kadar glukosanya


tabung bertujuan untuk menyempurnakan proses dengan Folin-Wu dihasilkan filtrat yang berwarna
glikolisis yang berlangsung pada sel darah merah. biru yang menunjukkan jumlah Cu yang direduksi
Keempat tabung kemudian dipanaskan hingga oleh glukosa. Selain itu, warna biru yang dibentuk
keempat tabung terdapat suspensi. Suspensi sel akibat adanya penambahan asam fosfomolibdat yang
darah merah yang terbentuk dalam masing-masing menunjukkan bahwa di dalam larutan telah
tabung ditambahkan dengan akuades dan Na- terbentuk asam laktat. Pengukuran kadar glukosa
tungstat sehingga terbentuk larutan kuning jernih dapat dilakukan dengan mengukur absorbansi filtrat
dan setelah penambahan H2SO4 terbentuk campuran yang terdapat dalam masing-masing tabung dan
yang berwarna kuning dan keruh. Campuran tersebut hasil absorbansi kadar glukosa pada glikolisis sel
disaring diperoleh filtrat berupa larutan yang tidak darah merah dapat ditunjukkan pada tabel 4.
berwarna yang kemudian diuji kadar glukosa
menggunakan cara Folin-Wu.

Tabel 4. Hasil absorbansi kadar glukosa pada glikolisis sel darah merah
Labu Bertindak sebagai Absorbansi
1 Kontrol positif 0,60
2 Kontrol negatif 0,58
3 Pengaruh inhibitor flourida 0,5
4 Pengaruh inhibitor arsenat 0,43
5 Blanko 0,35
Dari hasil absorbansi di atas menunjukkan pada tabung 2 glukosa telah diubah menjadi laktat
jumlah glukosa yang tersisa di dalam filtrat sangat sehingga memiliki nilai absorbansi yang lebih
tinggi sehingga jumlah glukosa yang tersisa paling rendah. Kadar glukosa yang diperoleh dari hasil
banyak yaitu pada tabung 4, 1, 3, dan 2. Tabung 2 glikolisis sel darah merah dengan cara Folin-Wu
jumlah glukosa yang tersisa sedikit dikarenakan adalah sebagai berikut.
:

AU  AB 100
Kadar glukosa = x 0,2 x mg/ 100mL
AS  A B 0,2
Kadar glukosa tabung 1 = 0,60  0,35 x 0,2 x 100 mg/ 100mL = 83,33 mg/ 100mL.
0,65 - 0,35 0,2
Kadar glukosa tabung 2 = 0,58  0,35 x 0,2 x 100 mg/ 100mL = 76,67 mg/ 100mL.
0,65  0,35 0,2
0,43  0,35 100
Kadar glukosa tabung 3 = x 0,2 x mg/ 100mL = 26,67 mg/ 100mL.
0,65  0,35 0,2
Kadar glukosa tabung 4 = 0,5  0,35 x 0,2 x 100 mg/ 100mL = 50 mg/ 100mL.
0,65  0,35 0,2

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
Dr. I Nyoman Tika, M.Si., sebagai dosen pengampu
di atas dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa pada
mata kuliah Praktikum Biokimia, Made Wirahadi
glikolisis sel ragi secara Folin-Wu pada tabung
Kusuma, Nengah Wiyadnya dan Ayu Amardini
kontrol positif sebesar 164,18 mg/100mL, pada
selaku asisten dosen, dan I Dewa Subamia selaku
tabung kontrol negatif sebesar 243,62 mg/ 100mL,
laboran di Jurusan Pendidikan Kimia atas masukan
pada tabung pengaruh inhibitor flourida sebesar 11,8
dan sarannya sehingga percobaan ini dapat
mg/100mL, dan pengaruh inhibitor arsenat sebesar
dilaksanakan dengan baik.
20,90 mg/100mL. Kadar etanol dari hasil glikolisis
sel ragi yaitu pada kontrol positif sebesar 200 g/dL,
kontrol negatif sebesar 150 g/dL, pengaruh flourida DAFTAR PUSTAKA
sebesar 66,67 g/dL, dan pengaruh arsenat sebesar
Siregar, Amelia. 2010 (a). Sistem Metabolisme Sel.
100 g/dL. Kadar glukosa yang dihasilkan dari
Diakses dari situs http://www.chem-is-
glikolisis sel darah merah dengan cara Folin-Wu
try.org/materi_kimia/biologi-
yaitu pada kontrol positif sebesar 83,33 mg/100mL,
pertanian/metabolisme-sel/sistem-
kontrol negatif sebesar 76,67 mg/100mL, pengaruh
metabolisme-sel/ pada tanggal 17 Mei 2015.
flourida sebesar 26,67 mg/ 100mL, dan pengaruh
Siregar, Amelia. 2010 (b). Katabolisme (Respirasi
arsenat sebesar 50,69 mg/ 100mL. Pengaruh
Sel). Diakses dari situs http://www.chem-is-
inhibitor pada glikolisis dalam sel ragi dan sel darah
try.org/materi_kimia/biologi-
merah adalah menghambat terjadinya reaksi
pertanian/metabolisme-sel/katabolisme-
enzimatis yang menyebabkan sedikit produk yang
respirasi/ pada tanggal 17 Mei 2015.
dihasilkan.
Soewoto, dkk. 2013. Biokimia Eksperimen
Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.

Você também pode gostar