Você está na página 1de 7

Perbedaan Artikel Penelitian dan Non Penelitian

Labels: Penelitian Pendidikan

Sebelum ditampilkan sebagai artikel dalam jurnal, laporan penelitian harus disusun kembali
agar memenuhi tata tampilan karangan sebagaimana yang dianjurkan oleh dewan
penyunting jurnal yang bersangkutan dan tidak melampaui batas panjang karangan. Jadi,
artikel hasil penelitian bukan sekadar bentuk ringkas atau “pengkerdilan” dari laporan teknis,
tetapi merupakan hasil kerja penulisan baru, yang dipersiapkan dan dilakukan sedemikian
rupa sehingga tetap menampilkan secara lengkap semua aspek penting penelitian, tetapi
dalam format artikel yang jauh lebih kompak dan ringkas daripada laporan teknis aslinya.
1. Ciri Pokok
Laporan dalam bentuk artikel ilmiah dibedakan dengan laporan teknis dalam tiga
segi, yaitu bahan, sistematika, dan prosedur penulisan. Ciri pokok pertama yang
membedakan artikel hasil penelitian dengan laporan penelitian teknis resmi adalah bahan
yang ditulis. Artikel hasil penelitian untuk jurnal hanya berisi hal-hal yang sangat penting
saja. Bagian yang dianggap paling untuk disajikan dalam artikel hasil tian adalah temuan
penelitian, pembahasan hasil/temuan, dan kesimpulannya. Hal-hal selain ketiga hal tersebut
cukup disajikan dalam bentuknya yang serba singkat dan seperlunya. Kajian pustaka lazin
disajikan untuk mengawali artikel dan sekaligus merupakan suatu pembahasan tentang
rasional pentingnya masalah yang diteliti. Bagian awal ini berfungsi sebagai latar belakang
penelitian.
Ciri pokok kedua yang membedakan artikel hasil penelitian dengan laporan
penelitian teknis resmi adalah sistematika penulisan yang digunakan. Laporan penelitian
terdiri atas bab dan subbab, sedangkan artikel dan makalah terdiri atas bagian dan
subbagian yang dapat diberi judul dan dapat pula tidak. Dalam laporan penelitian teknis
resmi, kajian pustaka lazimnya disajikan di bagian kedua (Bab II), yakni setelah bagian yang
membahas masalah, pentingnya penelitian, hipotesis (jika ada), dan tujuan penelitian.
Dalam bagian artikel hasil penelitian, kajian pustaka merupakan bagian awal dari artikel
(tanpa judul subbagian kajian pustaka) yang berfungsi sebagai bagian penting dari latar
belakang. Kajian pustaka yang sekaligus berfungsi sebagai pembahasan latar belakang
masalah penelitian ditutup dengan rumusan tujuan penelitian. Setelah itu, berturut-turut
disajikan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian, hasil dan temuan penelitian,
pembahasan hasil, kesimpulan, dan saran.
Ciri pokok ketiga adalah prosedur penulisan artikel hasil penelitian. Ada tiga
kemungkinan prosedur penulisan artikel hasil penelitian. Pertama, artikel hasil penelitian
ditulis sebelum laporan penelitian teknis resmi secara lengkap dibuat. Tujuannya untuk
menjaring masukan-masukan dari pembaca sebelum peneliti menyelesaikan tulisan
lengkapnya dalam bentuk laporan penelitian teknis resmi. Masukan itu diharapkan
meningkatkan kualitas hasil temuan penelitiannya. Kedua, artikel hasil untuk jurnal ditulis
setelah laporan teknis resmi selesai disusun. Prosedur kedua ini berlaku karena pada
umumnya menulis laporan penelitian teknis resmi merupakan kewajiban, sedangkan
penulisan artikelnya hanya bersifat anjuran. Ketiga, artikel penelitian yang diterbitkan di
jurnal merupakan satu-satunya tulisan yang dibuat oleh peneliti. Alternatif ketiga ini lazim
dilakukan oleh peneliti yang mendanai penelitiannya sendiri. Bagi penelitian swadana, artikel
hasil penelitian dalam jurnal merupakan forum komunikasi yang paling efektif dan efisien.
2. Isi dan Sistematika
Penulisan artikel menggunakan sistematika tanpa angka ataupun abjad. Berikut ini
disajikan uraian tentang isi artikel hasil penelitian secara umum yang berlaku untuk hasil
penelitian, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
a. Judul
Judul artikel hasil penelitian diharapkan dapat dengan cepat memberikan gambaran
mengenai penelitian yang telah dilakukan. Karena itu, judul artikel hendaknya informatif,
lengkap, tidak terlalu panjang/pendek, antara 5 – 15 kata. Judul artikel memuat variabel-
variabel yang diteliti atau kata kunci yang menggambarkan masalah yang diteliti. Variabel-
variabel penelitian dan hubungan antarvariabel serta informasi lain yang dianggap penting
hendaknya terlihat dalam judul artikel.
b. Nama Penulis
Untuk menghindari bias terhadap senioritas dan wibawa atau inferioritas penulis,
nama penulis artikel tanpa disertai gelar akademik atau gelar profesional yang lain. Jika
dikehendaki gelar kebangsawanan atau keagamaan boleh disertakan. Nama lembaga
tempat penulis bekerja ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika penulis lebih
dari 2 orang, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan di bawah judul disertai
tambahan dkk. (dan kawan-kawan). Nama penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau di
dalam catatan akhir jika tempat pada catatan kaki tidak mencukupi.
c. Sponsor
Nama sponsor penelitian ditulis sebagai catatan kaki pada halaman pertama,
diletakkan di atas nama lembaga asal peneliti.
d. Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang ide-ide yang paling
penting.Dalam artikel hasil penelitian abstrak secara ringkas memuat uraian mengenai
masalah dan tujuan penelitian, metode yang digunakan, prosedur penelitian (untuk
penelitian kualitatif termasuk diskripsi tentang subjek yang diteliti), dan hasil penelitian (bila
dianggap perlu, juga kesimpulan dan implikasi). Tekanan utama diberikan kepada hasil
penelitian. Hal-hal lain seperti hipotesis, pembahasan, dan saran tidak disajikan. Panjang
abstrak 50 – 75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal
dengan menggunakan format yang lebih sempit dari teks utama (margin kanan dan kiri
menjorok masuk 1,2 cm).
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
diteliti(ranah masalah yang diteliti) atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran
gagasan dalam karangan asli, berupa kata tunggal atau gabungan kata. Masalah yang
diteliti ini sering tercermin dalam variabel-variabel penelitian dan hubungan antara variabel-
variabel tersebut. Walaupun demikian, tidak ada keharusan kata-kata kunci diambil dari
veriabel-variabel penelitian atau dari kata-kata yang tercantum di dalam judul artikel. Jumlah
kata kunci antara 3 – 5 buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi
ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul penelitian beserta abstraknya dengan
mudah.
e. Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci.
Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan: (1) latar
belakang atau rasional penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah,
(3) rumusan tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Bagian kajian pustaka harus disertai rujukan yang bisa dijamin otoritas
penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional. Pembahasan kepustakaan harus disajikan
secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas
dapat mencakup landasan teorinya, segi historisnya, atau segi lainnya. Penyajian latar
belakang atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan
pembaca ke rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan
masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif di bagian ini dijelaskan
juga fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Banyak jurnal tidak mencantumkan subjudul untuk pendahuluan. Bagian ini terutama
berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan, dan rencana penulis dalam
kaitannya dengan upaya pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan rangkluman kajian
teoritik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kadang-kadang juga dimuat harapan
akan hasil dan manfaat penelitian.
Penyajian bagian pendahuluan dilakukan secara naratif, dan tidak perlu pemisahan
(visi) dari suatu subbagian ke subbagian lain. Pemisahan dilakukan hanya dengan
pergantian paragraf.
f. Metode
Bagian ini menyajikan bagaimana penelitian itu dilakukan. Uraian disajikan dalam
beberapa paragraf tanpa subbagian atau dipilah-pilah menjadi beberapa beberapa
subbagian. Hanya hal-hal yang pokok saja yang disajikan. Uraian rinci tentang rancangan
penelitian tidak perlu diberikan.
Materi pokok bagian ini adalah rancangan atau desain penelitian (bagaimana data
dikumpulkan), sasaran atau target penelitian (populasi dan sampel) atau siapa sumber data,
teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen, dan teknik analisis data
(bagaimana data dianalisis). Apabila uraian ini disajikan dalam subbagian, maka subbagian
itu antara lain berisi keterangan tentang populasi dari sampel atau subjek, instrumen
pengumpulan data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan rancangan yang cukup
kompleks seperti rancangan eksperimantal), dan teknik analisis data. Sub-subbagian
tersebut umumnya (sebaiknya) disampaikan dalam format essei dan sesedikit mungkin
menggunakan format enumeratif.
Penelitian yang menggunakan alat dan bahan perlu ditulis spesifikasi alat dan
bahannya. Spesifikasi alat menggambarkan tingkat kecangguhan alat yang digunakan,
sedangkan spesifikasi bahan juga perlu diberikan karena penelitian ulang dapat berbeda
dari penelitian perdana apabila spesifikasi bahan yang digunakan berbeda.
Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan perian mengenai kehadiran peneliti,
subjek penelitian, dan informan beserta cara-cara menggali data penelilitan, lokasi
penelitian, dan lama penelitian. Selain itu juga diberikan uraian mengenai pengecekan
keabsahan hasil penelitian.
g. Hasil
Bagian ini merupakan bagian utama artikel ilmiah, dan oleh karena itu biasanya
merupakan bagian terpanjang. Bagian ini memuat hasil penelitian, tepatnya hasil analisis
data. Hasil yang disajikan adalah hasil bersih. Proses analisis data (seperti perhitungan
statistik) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun tidak perlu disajikan, termasuk
perbandingan antara koefisien yang ditemukan dalam analisis dan hasil pengujian hipotesis.
Penyampaian hasil penelitian dapat dibantu dengan penggunaan tabel dan grafik
(atau bentuk/format komunikasi yang lain). Tabel atau grafik harus diberi komentar atau
dibahas dalam tubuh artikel. Pembahasan tidak harus dilakukan per tabel atau grafik. Tabel
atau grafik digunakan untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal.
Penyajian hasi yang cukup panjang dapat dibagi dalam beberapa subbagian.Apabila
hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian harus dilakukan dengan memilah-milah
menjadi subbagian-subbagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian. Apabila
bagian ini pendek, bisa digabung dengan bagian pembahasan. Untuk penelitian kualitatif,
bagian hasil memuat bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopik-subtopik yang berkaitan
langsung dengan fokus penelitian.
h. Pembahasan
Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Penulis artikel
dalam bagian ini menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menunjukkan bagaimana
temuan-temuan tersebut diperoleh, menginterpretasikan temuan, mengaitkan temuan
penelitian dengan struktur pengetahuan yang telah mapan dan memunculkan ”temuan-
temuan” baru atau modifikasi teori yang telah ada. Tujuan pembahasan adalah: (a)
menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai, (b)
menafsirkan temuan-temuan, (c) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan
pengetahuan yang telah mapan, dan (d) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang
ada.
Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus disimpulkan hasil-
hasil penelitian secara eksplisit. Misalnya dinyatakan bahwa penelitian bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan kognitif anak sampai umur 5 tahun, maka dalam bagian
pembahasan haruslah diuraikan pertumbuhan kognitif anak itu sesuai dengan hasil
penelitian.
Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori
yang ada. Misalnya ditemukan adanya korelasi antara kematangan berpikir dengan
lingkungan anak, Hal ini dapat ditafsirkan bahwa lingkungan dapat memberikan masukan
untuk mematangkan proses kognitif anak. Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat
di sekitar anak, termasuk sekolah sebagai tempat belajar.
Temuan diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan
jalan membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian sebelumnya, atau dengan teori
yang ada, atau dengan kenyataan di lapangan. Perbandingan tersebut harus disertai
rujukan.
Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi
atau ditolak, sebagian atau seluruhnya. Penolakan terhadap sebagian teori harus disertai
dengan modifikasi teori, sedangkan penolakan terhadap seluruh teori haruslah disertai
dengan rumusan teori baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti, keterkaitan
antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau penelitian terhadap
temuan dan teori sebelumnya.
i. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian mengenai hasil penelitian dan
pembahasan. Dari kedua hal ini dikembangkan pokok-pokok pikiran (baru) yang merupakan
esensi dari temuan penelitian. Kesimpulan disajikan dalam bentuk essei, bukan dalam
bentuk numerikal.
Saran hendaknya dikembangkan berdasarkan temuan penelitian atau disusun
berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik. Saran dapat mengacu pada tindakan praktis,
pengembangan teori baru, dan penelitian lanjutan. Bagian saran bisa berdiri sendiri.
j. Daftar Rujukan
Bagian rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam
batang tubuh artikel ilmiah. Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus
sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. Demikian pula semua rujukan yang
disebutkan dalam batang tubuh harus disajikan dalam daftar rujukan.

B. ARTIKEL NONPENELITIAN/ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN


Artikel hasil pemikiran adalah hasil pemikiran penulis atas suatu permasalah, yang
dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam upaya untuk menghasilkan artikel jenis ini penulis
terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan permasalahannya, baik yang
sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang dipikirkannya. Sumber-sumber yang
dianjurkan untuk dirujuk dalam rangka menghasilkan artikel hasil pemikiran adalah juga
artikel-artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil-hasil penelitian terdahulu, di samping teori-
teori yang dapat digali dari buku-buku teks.
Bagian paling vital dari artikel hasil penelitian adalah pendapat atau pendirian penulis
tentang hal yang dibahas, yang dikembangkan dari analisis terhadap pikiran-pikiran
mengenai masalah yang sama yang telah dipublikasikan sebelumnya dan pikiran baru
penulis tentang hal yang perlu dikaji jika memang ada. Jadi, artikel hasil pemikiran nukanlah
sekadar kulase atau tempelan cuplikan dari sejumlah artikel, apalagi pemindahan tulisan
dari sejumlah sumber, tetapi adalah hasil pemikiran analitis dan kritis penulisnya.
Ketentuan untuk penulisan artikel nonpenelitian pada dasarnya berlaku juga untuk
penulisan makalah pendek (yaitu makalah yang panjangnya tidak lebih dari 20 halaman),
kecuali dalam makalah pendek abstrak dan kata-kata kunci tidak harus ada.
Istilah artikel nonpenelitian mengacu kepada semua jenis artikel ilmiah yang bukan
merupakan laporan hasil penelitian. Artikel yang termasuk kategori artikel nonpenelitian
antara lain berupa artikel yang menelaah suatu teori, konsep, atau prinsip, mengembangkan
suatu model, mendiskripsikan fakta atau fenomena tertentu, menilai suatu produk, dan
masih banyak jenis yang lain. Karena beragamnya jenis artikel ini, maka cara penyajiannya
di dalam jurnal sangat bervariasi.
1. Isi dan Sistematika
Sebuah artikel nonpenelitian berisi hal-hal yang sangat esensial; karena itu biasanya
jumlah halaman yang disediakan tidak banyak (antara 10 – 20 halaman). Unsur pokok yang
harus ada dalam artikel nonpenelitian dan sistematikanya adalah: (1) judul artikel, (2) nama
penulis, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) bagian inti, (6 penutup, dan (7)
daftar rujukan.
a.Judul
Judul artikel sebagai label yang mencerminkan secara tepat inti isi yang terkandung
dalam artikel. Untuk itu, pemilihan kata yang dipakai dalam judul artikel hendaknya
dilakukan secara cermat. Di samping aspek ketepatannya, pilihan kata untuk judul perlu juga
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul bagi pembaca. Judul artikel
sebaiknya terdiri atas 5 – 15 kata.
Judul artikel hasil pemikiran hendaknya mencerminkan dengan tepat masalah yang
dibahas. Pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsu-unsur utama maslah, jelas, dan
setelah disusun dalm bentuk judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi calon
pembaca. Judul dapat ditulis dalam bentuk berita atau kalimat tanya. Salah satu ciri penting
judul artike hasil pemikiran adalah ”provokatif”, dalam arti merangsang pembaca untuk
membaca artikel yang bersangkutan. Hal ini penting karena artikel hasil pemikiran pada
dasarnya bertujuan untuk membuka wacana diskusi argumentasi, analisis, dan sintesis
pendapat-pendapat para ahli atau pemerhati bidang tertentu.
Perhatikan judul-judul artikel di bawah ini, dan lakukan evaluasi terhadap judul-judul
tersebut untuk melihat apakah kriteria yang tersebut di atas terpenuhi.

 Membangun Teori melalui Pendekatan Kualitatif (Forum Penelitian Kependidikan


Tahun 7, No. 1)

 Repelita IV: Cautious Development Plan for Steady Growth (Kaleidoscope


International Vol. IX No.1)

 Interpreting Student’s and Teacher’s Discourse in Science Classes: An


Underestimated Problem? ( Journal of Research in Science Teaching Vol. 33, No.
2 ).

Di dalam contoh-contoh judul di atas seharusnya tercermin ciri-ciri yang diharapkan


ditunjukkan oleh artikel hasil pemikiran seperti provokatif, argumentatif, dan analitik.
b. Nama Penulis
Untuk menghindari bias terhadap senioritas dan wibawa atau inferioritas penulis,
nama penulis artikel tanpa disertai gelar akademik atau gelar profesional yang lain. Jika
dikehendaki gelar kebangsawanan atau keagamaan boleh disertakan. Nama lembaga
tempat penulis bekerja ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika penulis lebih
dari 2 orang, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan di bawah judul disertai
tambahan dkk. (dan kawan-kawan). Nama penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau di
dalam catatan akhir jika tempat pada catatan kaki tidak mencukupi.
c. Abstrak dan Kata Kunci
Untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan dan isi artikel yang dituangkan
secara padat, bukan komentar atau pengantar dari penyunting atau redaksi. Panjang
abstrak 50 – 75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal
dengan menggunakan format yang lebih sempit dari teks utama (margin kanan dan kiri
menjorok masuk 1,2 cm).
Dengan membaca abstrak diharapkan calon pembaca segera memperoleh gambara
umum dari masalah yang dibahas dalam artikel. Ciri-ciri umum hasil pemikiran seperti kritis
dan provokatif hendaknya juga sudah terlihat dalam abstrak ini sehingga calon pembaca
tertarik untuk meneruskan pembacannya.
Abstrak hendaknya juga disertai dengan 3-5 kata kunci, yaitu istilah-istilah yang
mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang terkait dengan ranah permasalahan yang
dibahas dalam artikel, atau kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti
atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam karangan asli, berupa
kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci antara 3 – 5 buah. Jika dapat
diperoleh, kata-kata kunci hendaknya diambil dari tesaurus bidang ilmu terkait. Perlu dicatat
bahwa kata-kata kunci tidak hanya dapat dipetik dari judul artikel, tetapi juga dari tubuh
artikel walaupun ide-ide atau konsep-konsep yang diwakili tidak secara eksplisit dinyatakan
atau dipaparkan di dalam judul atu tubuh artikel. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi
sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul penelitian beserta
abstraknya dengan mudah.
d. Pendahuluan
Bagian pendahuluan artikel nonpenelitian berisi uraian yang mengantarkan pembaca
kepada topik utama yang akan dibahas. Bagian ini menguraikan hal-hal yang dapat menarik
perhatian pembaca dan memberikan acuan (konteks) bagi permasalahan yang akan
dibahas misalnya dengan menonjolkan hal-hal yang kontroversial atau belum tuntas dalam
pembahasan permasalahan terkait dalam artikel-artikel atau naskah-naskah lain yang telah
dipublikasikan terdahulu. Oleh karena itu, isi bagian pendahuluan menguraikan hal-hal yang
mampu menarik pembaca sehingga mereka ”tergiring” untuk mendalami bagian selanjutnya.
Selain itu, bagian pendahuluan hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat (1 – 2 kalimat)
tentang hal-hal pokok yang akan dibahas. Bagian pendahuluan tidak diberi judul.
e. Bagian Inti
Judul, judul bagian, dan isi bagian inti sebuah artikel nonpenelitian sangat
bervariasi, lazimnya berisi kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan
pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan, tergantung pada topik
yang dibahas. Hal yang perlu mendapat perhatian pada bagian inti adalah pengorganisasian
isinya. Uraian yang lebih rinci mengenai cara pengorganisasian isi dibahas pada paparan
berikutnya.
Banyaknya subbagian juga tidak ditentukan, tergantung kepada kecukupan
kebutuhan penulis untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Di antara sifat-sifat artikel
terpenting yang seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini adalah kupasan yang
argumentatif, analitik, dan kritis dengan sistematika yang runtut dan logis, sejauh mungkin
dengan berciri komparatif dan menjauhi sifat tertutup dan instruktif. Walaupun demikian
perlu dijaga agar tampilan bagian ini tidak terlalu panjang dan menjadi bersifat enumeratif
seperti diktat. Penggunaan subbagian-subbagian yang terlalu banyak juga akan
menyebabkan artikel tampil seperti diktat.
f. Penutup
Istilah penutup dipakai sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel nonpenelitian,
jika isinya hanya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Jika uraian pada bagian akhir
berisi kesimpulan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya, perlu dimasukkan pada
bagian kesimpulan. Kebanyakan artikel nonpenelitian membutuhkan kesimpulan. Ada
beberapa artikel nonpenelitian yang dilengkapi dengan saran. Sebaiknya saran ditempatkan
dalam bagian tersendiri.
Penutup biasanya diisi dengan simpulan atau penegasan pendirian penulis atau
masalah yang dibahs pada bagian sebelumnya. Banyak juga penulis yang berusaha
menampilkan segala apa yang telah dibahas dibagian terdahulu, secara ringkas. Sebagian
penulis mnyertakan saran-saran atau pendirian alternatif. Jika memang dianggap tepat
bagian terakhir ini dapat disajikan dalam subbagian tersendiri.
g. Daftar Rujukan
Bahan rujukan yang dimasukkan dalam daftar rujukan hanya yang benar-benar
dirujuk di dalam tubuh artikel. Jadi, bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan
harus sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. Karena itu, Daftar rujukan harus
lengkap, mencakup semua bahan pustaka yang telah disebutkan dalam batang tubuh
artikel.
Sebaliknya, semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus tercatat
di dalam daftar rujukan. Penulisan daftar rujukan dilakukan pada halaman terakhir artikel,
tidak pada halaman baru. Tata aturan penulisan daftar rujukan bervariasi, tergantung gaya
selingkung yang dianut. Walaupun demikian, harus senantiasa diperhatikan bahwa tata
aturan ini secara konsisten didiikuti dalam setiap nomor penerbitan.
2. Pengorganisasian Isi
Pengorganisasian isi mengacu kepada cara penataan urutan isi yang akan
dipaparkan dalam artikel. Isi yang dimaksud dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau
prinsip. Tipe isi yang berbeda memerlukan penataan urutan yang berbeda, tergantung pada
struktur isinya.
Berikut ini adalah langkah yang perlu dilewati untuk menghasilkan pengiorganisasian
isi artikel yang baik: (1) mengidentifikasi tipe isi yang akan dideskripsikan dalam artikel, (2)
menetapkan struktur isi, (3) menata isi ke dalam strukturnya, (4) menata urutan isi, dan (5)
mendeskripsikan isi mengikuti urutan yang telah ditetapkan.
Mengidentifikasi tipe isi yang akan dideskripsikan dalam artikel merupakan langkah
paling awal. Isi yang dimaksud perlu dikaji secara cermat apakah berupa konsep,
prosedur, atau prinsip. Tipe isi dikatakan konsep apabila menekankan uraian tentang
”apanya”, tipe isi prosedur menekankan ”bagaimana”, dan tipe isi dikatakan prinsip apabila
menekankan ”mengapa”.
Menetapkan struktur isi merupakan langkah lanjutan setelah penetapan tipe isi.
Struktur isi mengacu kepada kaitan antarisi. Penataan isi artikel perlu memperhatian struktur
isinya. Dari struktur isi akan dapat diketahui isi mana yang selayaknya diuraikan lebih dulu
dan isi mana yang diuraikan kemudian, serta seberapa dalam setiap isi perlu diuraikan.
Tipe isi yang berbeda menuntut struktur isi yang berbeda. Apabila isi yang akan
diuraikan dalam artikel berupa konsep-konsep, maka isi ini sebaiknya ditata ke dalam
struktur konseptual. Apabila isi yang akan diuraikan berupa prosedur, maka penataannya
menuntut penggunaan struktur prosedural. Apabila isi yang akan diuraikan berupa prinsip,
tatanan prinsip-prinsip itu ditata ke dalam struktur teoretik.
Langkah ketiga adalah menata isinya ke dalam strukturnya. Apabila hasil langkah
kedua ternyata mengarah ke pembuatan struktur konseptual, maka langkah berikutnya
adalah memilih semua konsep penting yang akan diuraikan dan manatanya menjadi suatu
struktur yang bermakna, yang secara jelas menunjukkan keterkaitan antarkonsep itu.
Langkah keempat adalah menata urutan isi. Penataan ini dilakukan berpijak pada
struktur yang telah dibuat pada langkah ketiga. Pada langkah ini semua konsep atau
prosedur, atau prinsip yang telah dimasukkan dalam strukturnya ditata urutan
pemaparannya. Beberapa ketentuan penataan urutan yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut.
Pertama, paparkan struktur isi, sedapat mungkin pada bagian paling awal dari artikel.
Struktur isi yang memuat bagian-bagian penting artikel dan kaitan-kaitan antarbagian itu
perlu dipaparkan pada bagian awal untuk dijadikan kerangka acuan paparan isi yang lebih
rinci.
Kedua, Paparkan bagian isi terpenting di bagian pertama. Pada tahap pemaparan isi
yang diambil dari suatu struktur, upayakan memaparkan isi yang paling penting pertama kali.
Penting tidaknya bagian isi ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi
artikel. Misalnya, jika konsepkonsep yang akan dipaparkan memiliki hubungan prasyarat
belajar, maka konsep-konsep yang mempersyarati sebaiknya dipaparkan terlebih dulu.
Ketiga, sajikan isi secara bertahap dari umum ke rinci. Isi yang lebih umum
sebaiknya disajikan mendahului isi yang lebih rinci. Selain itu, setiap paparan suatu bagian
isi sebaiknya selalu ditunjukkan kaitannya dengan bagian isi yang lain.
Setelah melewati keempat langkah tersebut, penulis artikel tinggal membuat paparan
isi sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam memaparkan isi
upayakan menggunakan tahapan tingkat umum ke rinci secara bertahap. Dengan cara ini,
tingkat sajian yang lebih umum akan menjadi pijakan bagian sajian isi yang lebih rinci.

Você também pode gostar