Você está na página 1de 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia anak adalah dunia bermain, dengan bermain mereka bisa

menyerap unsur-unsur pembelajaran yang terkandung dalam bentuk

permainan. Tingkat kreatifitas anak akan terpacu melalui daya khayalnya. Ini

akan membuat mereka mampu melihat gambaran dan wawasan baru

didunianya. Selain itu, vygotsky dalam Tedjasaputra, (2001: 10) memandang

bermain sebagai self help tool. Dimana dalam bermain anak mendapatkan

scaffolding baik untuk control diri, penggunaan bahasa, daya ingat dan

kerjasama dengan teman bermain. Selain itu, bermain dapat memberikan anak

kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,

berekreasi, dan belajar secara menyenangkan.

Permainan bagi anak juga telah dikaji sejak lama oleh para ahli

pendidikan, baik sejak munculnya perilaku permainan tersebut bagi anak. Karl

Gross dalam muthiah (2010: 97) mengatakan bahwa bermain dapat

memperkuat insting yang dibutuhkan anak untuk kelangsungan hidupnya di

masa depan. bermain dianggap mengembangkan fungsi-fungsi yang

tersembunyi dalam diri seseorang dan sebagai sarana latihan untuk

mengelaborasi keterampilan yang ada dalam diri anak.

Ada banyak permainan yang dapat dikembangkan pada program

pembelajaran anak. Salah satunya adalah permainan tradisional yang dapat

diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui lisan. Permainan


2

tradisional memiliki banyak manfaat yang penting untuk mengawali

perkembangan dan pertumbuhan anak. Permainan tradisional memiliki

kekayaan tersendiri dibandingkan permainan yang lain seperti permainan

modern. Permainan tradisional mempunyai banyak manfaat yang dapat

memacu perkembangan anak seperti perkembangan fisik motorik, bahasa,

kognitif, dan perkembangan sosial.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelompok B TK Kartika XX-46

pada tanggal 25 Desember 2107 ditemukan permasalahan kemampuan anak dalam

berinteraksi sosial yang menyangkut aktivitas interaksi sosial dengan lingkungan

maupun teman sebayanya. Permasalahannya ialah sebagian besar anak tidak mampu

berinteraksi dengan teman sebayanya. Sebagian besar anak menunjukan sikap pasif

terhadap kegiatan berkelompok, sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan. Dari 18 orang anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 8 anak

perempuan, hanya 3 anak yang sudah mampu berinteraksi dengan baik dengan teman

sebayanya maupun lingungan disekitarnya dengan rincian bintang (****) atau sudah

berkembang dengan sangat baik (BSB) dan 15 orang anak lainnya baru mulai

berkembang (**) mulai berkembang (MB). (hasil wawancara dengan ibu Wa Ode Nur

Asih Adar selaku guru kelas B4)

Rendahnya kemampuan dalam berinteraksi sosial pada anak di TK Kartika

XX-46 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, guru jarang menggunakan

pembelajaran bersifat kelompok, proses yang digunakan dalam meningkatkan

interaksi sosial anak kurang menarik dan hanya melibatkan beberapa anak saja, proses

pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan individu dibandingkan dengan

kemampuan kelompok. Sehingga perkembangan interaksi sosial anak belum

berkembang secara optimal.


3

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di TK Kartika XX-46 Kecamatan

Mandonga Kota Kendari, peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung proses

interaksi sosial yang ada di TK Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari

sebagai salah satu cara meningkatkan interaksi sosial dan dapat memperbaiki kondisi

interaksi sosial yang terjadi di TK Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota

Kendari dengan judul : Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Permainan Tradisional

di Kelompok B TK Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari

B. Rumusan Masalah

Maka rumusan masalahnya sebagai berikut : Bagaimana

meningkatkan interaksi sosial anak melalui permainan tradisional di kelompok

B TK Kartika XX-46 kecamatan Mandonga kota Kendari

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan interaksi sosial anak

melalui permainan tradisional di kelompok B TK Kartika XX-46 Kecamatan

Mandonga Kota Kendari

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian

ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi anak didik yaitu hasil penelitian ini diharapkan agar anak dapat

berinteraksi atau bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya terutama

dengan teman sebayanya agar anak tidak merasa kesepian jika berada di

lingkungannya. Melalui permainan tradisional inilah anak mendapatkan

stimulasi untuk dapat berinteraksi dengan teman sebayanya tanpa merasa

takut.
4

2. Bagi guru yaitu agar dapat mengetahui perkembangan interaksi sosial anak

melalui permainan tradisonal yang dapat terjalin dengan baik dan dapat

memberikan gambaran dalam merancang suatu pembelajaran menggunakan

permainan tradisional. Selain itu, sebagai bahan ajar yang dapat

dikembangkan dan dipakai kegiatan belajar terutama dalam meningkatkan

interaksi sosial anak usia dini

3. Bagi sekolah yaitu agar dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam

meningkatkan interaksi sosial melalui permainan tradisional

4. Bagi peneliti yaitu agar dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam

mengembangkan program pembelajaran khususnya dalam meningkatkan

interaksi sosial melalui permainan tradisional.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Kata interaksi dalam Kamus Bahasa Indonesia Kamisa (1997 :244-

500) memiliki arti “saling mempengaruhi, saling menarik, saling meminta

dan memberi”. Sedangkan kata sosial memiliki arti “hubungan sosial yang

dinamis antara perseorangan dengan perseorangan, antara perseorangan dan

kelompok, antara kelompok dan kelompok.”

Menurut H. Bonner dalam Gerungan (1996: 57) interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana

kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.

Menurut Gillin dan Gillin dalam Padil dan Supriyatno (2010: 97)

interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis,

mencakup hubungan antara orang per orang, antara kelompok manusia,

maupun antara orang per orang dengan kelompok manusia.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dalam Padil dan Supriyatno

(2010: 97) interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu

dengan golongan dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang

dihadapinya dan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Menurut Robert M.Z.

Lawang dalam Soyomukti (2010: 315), interaksi sosial adalah proses ketika
6

orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh-mempengaruhi dalam

pikiran dan tindakan.

Interaksi sosial merupakan proses sosial yang terjalin dalam

kelompok-kelompok sosial seperti interaksi antara orang perorangan dalam

satu kelompok, antara orang perorang dengan kelompok dan antara

kelompok manusia yang satu dengan kelompok manusia yang lain

(Widyasusanto 1996: 15).

Berdasarkaan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi

sosial adalah hubungan yang dinamis yang tercipta antar individu dengan

individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok,

sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, karena tanpa interaksi sosial

tidak mungkin ada kehidupan bersama sehingga interaksi dikatakan juga

kunci dari semua kehidupan sosial.

2. Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial hanya berlansung jika terjadi aksi dan reaksi kedua

belah pihak, baik antar individu, individu dengan kelompok, atau antar

kelompok. Soekanto dalam Soyomukti (2010: 321-324) menyatakan bahwa

interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,

yakni :

1. Kontak Sosial

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya

bersama-sama, atau tango yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti

bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial


7

tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik. Orang bisa

melakukan kontak sosial dengan melakukan telepon, radio, atau surat.

Oleh karena itu hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya

kontak sosial. Kontak sosial memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a) Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif

mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan negatif mengarah pada

suatu pertentangan atau konflik.

b) Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Primer terjadi

apabila orang-orang yang berhubungan langsung bertemu muka

misalnya, kontak antara guru/murid dalam kelas. Kontak sekunder

terjadi apabila yang berhubungan membutuhkan suatu perantara.

Misalnya percakapan melalui telepon.

2. Komunikasi

Arti penting komunikasi adalah seseorang memberi tafsiran

terhadap perilaku orang lain (dapat berbentuk pembicaraan, gerakan-

gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang ingin

disampaikan orang lain kepada orang lain tersebut.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Menurut Gerungan (1996 : 58) ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi interaksi sosial yaitu :

1. Faktor Imitasi yaitu dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam

hal tingkah laku, model pakaian dan lain-lain.


8

2. Faktor Sugesti yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya

sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa

adanya kritik dari orang lain.

3. Faktor identifikasi merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik

(sama) dengan orang lain.

4. Faktor simpati merupakan suatu perasaan tertarik pada orang lain.

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial yang terjadi antara orang perorangan atau orang

dengan kelompok mempunyai hubungan timbal balik dan dapat tercipta oleh

adanya kontak sosial dan komunikasi yang menimbulkan berbagai bentuk

interaksi sosial. Soekanto dalam Padil dan Supriyatno (2010: 99) membagi

interaksi sosial menjadi dua yaitu interaksi asosiatif dan interaksi disosiatif.

1. Interaksi Asosiatif, mencakup :

a. Kerjasama (cooperation)

Cooley mengatakan bahwa kerjasama timbul apabila orang atau

individu menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-

kepentingan yang sama pada saat bersama yang mempunyai cukup

pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan melalui kerjasama.

b. Akomodasi (accommodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk

pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses terjadinya

suatu kegiatan. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan,


9

berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi

antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam

suatu kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang

berlaku di masyarakat.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan usaha untuk mengurangi perbedaan yang

terdapat antara orang per orang atau kelompok-kelompok manusia.

Asimilasi ditandai dengan adanya usaha mengurangi perbedaan yang

terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia

dan juga meliputi usaha-usaha unttuk mempertinggi kesatuan

tindakan, sikap dan proses mental dengan memperhatikan

kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.

2. Interaksi Disosiatif, mencakup :

a. Competition (persaingan)

Competition (persaingan) adalah suatu proses sosial dimana individu

atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing pada suatu masa

tertentu untuk menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik

perhatian tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

b. Kontravensi

Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial dengan adanya

ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu perasaan tidak suka

yang disembunyikan dan kebencian atau keragu-raguan terhadap

kepribadian seseorang.
10

c. Conflict (pertikaian)

Pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok

berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak

dengan ancaman atau kekerasa.

Kimbal Young dalam Soyomukti 2010: 338 mengemukakan bentuk-

bentuk interaksi sosial,antara lain :

1. Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan

pertikaian (conflict).

2. Kerjasama (co-operation) yang menghasilkan akomodasi

(accommodation)

3. Differentiation yang merupakan proses ketika individu-individu di

dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang

berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia,

jenis kelamin, dan pekerjaan. Diferensiasi tersebut menghasilkan sistem

sosial berlapis-lapis.

B. Permainan Tradisional

1. Pengertian Permainan Tradisional

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Mulyani (2016: 46),

‘main” adalah berbuat yang menyenangkan hati (dengan menggunakan alat

peraga). Parmainan adalah sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, atau

sesuatu yang dipermainkan.


11

Dalam kamus Bahasa Indonesia, Kamisa (1997: 556) tradisional

memiliki arti “tradisi” yaitu segala sesuatu yang dianggap kebiasaan, adat

istiadat turun temurun.

Menurut Ahmad Yunus dalam Mulyani (2016: 46) Permainan

tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat yang berasal dari zaman

dahulu yang tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat

pendukungnya yang terdiri atas tua, muda, kaya, dan miskin. Sedangkan

menurut Ismail (2006: 105) dikutip oleh Izatil dan Pratiwi, Permainan

tradisional adalah jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya

yang hakikatnya merupakan warisan leluhur. Permainan tradisional tidak

hanya diartikan sebagai permainan yang menyenangkan dan aktif. Namun,

segala kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak zaman dulu baik itu

lelucon dan nyayian pun juga bisa dikatakan sebagai permainan tradisional

sepanjang memiliki sejarah dan masih diturunkann kepada generasi.

Permainan tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anak-

anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk

mengadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran yang sesuai

dengan kedudukan sosial dalam masyarakat, Siagawati (2007:56) dikutip

oleh Hidayati. Di dalam permainan tradisional, seluruh aspek kemanusiaan

anak ditumbuhkembangkan kreativitas dan semangat inovasi diwujudkan.

Permainan tradisional menjadi wahana atau media bagi ekspresi diri anak,

keterlibatan langsung dalam permainan tradisional akan mengasah otak

anak, menajamkan, menumbuhkembangkan otak anak, melahirkan empati,


12

mengembangkan kesadaran sosial, serta menegaskan individualitas

subagiyo dalam mulyani (2016: 47).

Dapat disimpulkan bahwa permainan tradisonal adalah permainan

yang wajib di lestarikan karna merupakan warisan dari nenek moyang kita

serta mengandung nilai-nilai kebudayan. Dan dengan melalui permainan

tradisional kita dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang

kita miliki.

2. Manfaat Permainan Tradisional

Menurut Ki Hajar Dewantara (1962: 242) dalam Hidayati,

permainan tradisional khususnya berbagai permainan tradisional Jawa dapat

mengembangkan ketelitian, kecekatan, perhitungan, kekuatan, serta

keberanian. Berdasarkan pernyataan tersebut maka permainan tradisional

dapat dikatakan sangat potensial untuk dikembangkan pada era sekarang

karena esensi dan manfaatnya tidak kalah dengan permainan modern.

Permainan tradisional memiliki manfaat terkait dengan asal usul

terbentuknya yakni dari hasil budaya anak-anak yang ingin berfantasi dan

berkreasi Ahmad Yunus (1980: 6) dalam Hidayati.

Permainan tradisional dapat menstimulasi anak dalam

mengembangkan kerja sama, membantu anak menyesuaikan diri, saling

berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol

diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta

menghargai orang lain, Kurniati dalam Mulyani (2016: 48). Manfaat lain
13

yaitu melatih anak-anak dalam bermasyarakat, melatih keterampilan,

mengajarkan sikap sopan santun,dan melatih ketangkasan.

Menurut Subagiyo dalam Mulyani (2016: 49), permainan

tradisional mempunyai manfaat, antara lain sebagai berikut :

1. Anak menjadi lebih kreatif

2. Sebagai terapi bagi anak

3. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak

4. Mengembangkan kecerdasan emosi antarpersonal anak

5. Mengembangkan kecerdasan logika anak

6. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak

7. Mengembangkan kecerdasan natural anak

8. Mengembangkan kecerdasan spasial anak

9. Mengembangkan kecerdasan musikal

10. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak

Cahyono dalam Mulyani (2016: 48) juga mengemukakan sejumlah

karakter yang dimiliki permainan tradisional yang dapat menumbuhkan

karakter positif pada anak antara lain sebagai berikut :

1. Permainan tradisional cenderung menggunakan atau memanfaatkan

alat atau fasilitas di lingkungan tanpa harus membeli sehingga perlu

daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi.

2. Permainan tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak.

3. Permainan tradisional memiliki nilai-nilai dan pesan-pesan moral

tertentu, seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab,


14

sikap lapang dada (jika kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada

aturan.

Unsur-unsur manfaat dalam permainan tradisional tersebut tentu

akan membawa efek positif bagi pelakunya, khususnya anak-anak. Unsur-

unsur manfaat dalam berbagai bidang yang ditawarkan dalam permainan

tradisional sangat diperlukan anak-anak di masa dewasanya kelak, Ahmad

Yunus (1980:18) dalam Hidayati. Semua unsur-unsur tersebut belum tentu

didapat dari bangku sekolah, khususnya berbagai keterampilan hidup yang

tidak diajarkan di sekolah. Selain itu, permainan tradisional juga penting

artinya dalam usaha membina sarana sosialisasi serta pembinaan dan

pengembangan kebudayaan nasional secara keseluruhan, Ahmad Yunus

(1980:7) dalam Hidayati.

3. Aspek-Aspek yang Terkandung dalam Permainan Tradisional

Misbach dalam Mulyani (2016: 53) menunjukan bahwa penelitian

permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan

anak yang meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Aspek motorik dengan melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik,

motorik kasar, dan motorik halus.

2. Aspek kognitif dengan mengembangkan imaginasi, kreativitas, problem

solving, strategi, kemampuan antisipasi, dan pemahaman kontekstual.

3. Aspek emosi dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah

empati, dan pengendalian diri.

4. Aspek bahasa berupa pemahaman konsep-konsep nilai


15

5. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi,

bekerja sama, melatih kematangan, sosial dengan teman sebaya, dan

meletakan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih

peran dengan orang lebih dewasa serta masyarakat secara umum.

6. Aspek spiritual, permainan tradisional dapat membawa anak untuk

menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat agung.

7. Aspek ekologis dengan menfasilitasi anak untuk dapat memahami

pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana

8. Aspek nilai-nilai moral dengan menfasilitasi anak untuk dapat

menghayati nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada

generasi selanjutnya.

Menurut beberapa para ahli dalam izatil dan hardiyanti (2016: 35)

juga menyatakan aspek perkembangan yang dapat di kembangkan melalui

permainan tradisional, yaitu.

1. Aspek fisik motorik anak, dengan melakukan berbagai kegiatan fisik,

anak-anak akan mengoptimalkan fungsi-fungsi dari otot-otot besar dan

kecil mereka sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

2. Aspek bahasa, anak belajar berkomunikasi, belajar menyampaikan dan

memahami apa yang disampaikan oleh temannya.

3. Aspek sosial, anak diajarkan untuk tidak selalu bergantung kepada orang

tua, berbagi, bersosialisasi dengan orang baru.

4. Aspek emosional, membentuk emosi kearah yang positif, mengalami

secara langsung perbuatan yang menyenangkan dan menyedihkan.


16

5. Aspek moral, diajarkan tentang berbagai konsep moral terkait baik-

buruk, pantas-keliru, benar-salah, dan lainnya.

6. Aspek kognitif, mengenal warna, bentuk, arah, huruf, dan angka, konsep-

konsep dasar.

7. Perkembangan kreativitas anak, anak akan merasa senang, puas dan

merasa berbeda jika diberikan kesempatan untuk mengembangkan

kreativitasnya secara bebas tanpa dibatasi oleh orang-orang di sekitarnya.

8. Perkembangan pengetahuan dan wawasan anak,

9. Mengasah ketajaman pengindraan anak, berbagai kegiatan seperti

mendengarkan cerita, mengajak bicara, menyanyi, mengamati berbagai

warna dan meraba berbagai tekstur benda.

4. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Permainan Tradisional

Dalam permainan tradisional banyak mengandung beberapa nilai

yang dapat ditanamkan. Seperti senang, bebas, rasa berteman, demokrasi,

penuh tanggung jawab, rasa patuh, dan rasa saling membantu. Semuanya

merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan

masyarakat.

Menurut Nugroho dalam Mulyani (2016: 54-57) ada banyak nilai

pendidikan yang terkandung dalam permainan tradisional. Nilai-nilai

tersebut terdapat dalam gerak permainan atau dalam tembang maupun syair

lagunya. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional sebagai

berikut.
17

1. Nilai Demokrasi

Melalui permainan tradisional nilai demokrasi mulai terbentuk terbukti

dengan cara memilih dan menentukan jenis permainan, mengikuti tata

cara dan tata tertib serta aturan yang disepakati. Semua dilakukan secara

musyawarah secara sukarela.

2. Nilai Pendidikan

Permainan tradisional baik untuk pendidikan aspek kejasmanian maupun

kerohanian. Misalnya sifat sosial, disiplin, etika, kejujuran, kemandirian,

dan percaya diri.

3. Nilai Kepribadian

Aktivitas bermain merupakan media yang sangat tepat bagi anak untuk

mengembangkan dan mengungkapkan jati dirinya.

4. Nilai Keberanian

Setiap permainan tradisional dituntut sikap keberanian bagi semua

pesertanya. Misalnya, berani mengambil keputusan dengan

memperhitungkan strategi-strategi tertentu, sehinga dapat memenangkan

permainan.

5. Nilai Kesehatan

Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak merupakan suatu kegiatan

yang banyak menggunakan unsur berlari, melompat, berkejar-kejaran

sehingga otot-otot tubuh dapat bergerak.


18

6. Nilai Persatuan

Permainan kelompok dapat dikatakan sebagai permainan yang sangat

positif karena masing-masing anggota kelompok harus mempunyai jiwa

persatuan dan kesatuan untuk mencapai suatu tujuan.

7. Nilai Moral

Dengan permainan tradisional, anak dapat memahami dan mengenal

kultur atau budaya bangsa serta pesan-pesan moral yang terkandung

didalamnya.

5. Jenis-Jenis Permainan Tradisional

Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya. Setiap daerah

mempunyai karakteristik, adat, budaya, yang berbeda satu dengan yang lain.

Oleh karena itu, permainan tradisional sangat banyak dan bervariasi.

Menurut Seriati dan Hayati dalam Mulyani (2016: 57-58), permainan

tradisional terdapat kurang lebih 57 macam permainan, hasil ini berdasarkan

penelitian yang dilakukan kajian ilmiah dan diskusi dengan narasumber. 57

permainan tradisional yang telah teridentifikasi tersebut dapat

mengembangkan berbagai aspek, seperti perkembangan fisik, kognitif,

bahasa, dan khususnya aspek-aspek keterampilan sosial, dan dikelompokan

menjadi 3, yaitu.

1. Permainan yang melibatkan lagu

2. Permainan yang melibatkan gerak atau

3. Permaian yang melibatkan gerak dan lagu


19

Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Slamet Suyanto

(2005: 123) dikutip Izati dan Pratiwi menulis bahwa H. Overbeck telah

menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-anak yang ada di

Indonesia yang jumlahnya lebih dari 690 macam. Dari berbagai permainan

itu pada dasarnya, permainan tradisional dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis sebagai berikut :

1. Bermain dengan ketangkasan

2. Bermain dengan pola pikir

3. Bermain dengan benda-benda

4. Bermain peran

5. Bermain dengan nyanyian

6. Klasifikasi Permainan Tradisional Berdasarkan Jumlah Pemainnya

1. Permainan individu

Permainan individu adalah permainan yang dilakukan secara perorangan.

Artinya ketika anak bermain anak hanya perlu menyediakan alat-alat

permainan alat-alat permainan untuk di mainkannya. Seperti bermain

engrang, gasing, layangan. Izatil dan Pratiwi (2016:15-16)

2. Permainan Berpasangan

Permainan berpasangan adalah permainan yang dilakukan secara

berpasangan. Artinya untuk memainkan permainan tersebut, anak harus

memainkannya bersama temannya. Seperti bermain congklak, engklek.

Izatil dan Pratiwi (2016:15-16)


20

3. Permainan berkelompok

Permainan kelompok merupakan permainan yang dilakukan oleh dua

kelompok atau regu yang terdiri dari beberapa orang anak. Seperti

permainan benteng, kasti, gobak sodor. Izatil dan Pratiwi (2016:15-16)

4. Permainan secara klasikal

Permainan secara klasikal yaitu permainan yang dilakukan oleh sejumlah

anak tanpa harus berpasangan dan kelompok, anak-anak akan bermain

bersama-sama akan tetapi biasanya anak yang kalah akan melanjutkan

permainan sesuai aturan yang sudah disepakati. Seperti permainan buta-

butaan, petak umpet, ular naga dan bermain kelereng. Izatil dan

Pratiwa(2016:15-16)

7. Macam-Macam Permainan Tradisional

Sebenarnya permainan tradisional yang ada di Indonesia secara

umum jumlahnya cukup banyak. Bahkan tiap daerah memiliki permainan

tradisional masing-masing. Berikut beberapa permainan tradisional yang

dapat diterapkan pada anak usia dini.

1. Permainan Benteng

Permainan benteng adalah permainan tradisional yang memerlukan

ketangkasan, kecepatan berlari, dan strategi yang jitu. Permainan ini

dimainkan oleh dua grup yang terdiri dari beberapa orang untuk merebut

dan mempertahankan benteng agar bisa memenangkan permainan.

Masing-masing grup memiliki suatu tempat sebagai markas, biasanya

sebuah tiang, batu atau pilar yang disebut “benteng”. Sesuai dengan
21

namanya, maka sebuah benteng dalam permainan ini merupakan tujuan

atau inti dari permainan ini. Jika permainan ini tidak ada yang namanya

benteng, maka tidak akan bisa memainkan permainan ini. Mulyani (2016:

86-90)

Adapun langkah-langkah dalam melakukan permainan benteng

harus memenuhi beberapa hal, yaitu :

a. Persiapan

Awal mula permainan benteng ini ialah anak-anak yang akan ikut

bermain berkumpul dilapangan atau tanah kosong yang cukup luas.

Kemudian anak-anak dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata,

biasanya pemain terdiri dari 4 sampai 8 orang. Biasanya pembagian

kelompok dilakukan dengan cara suit atau hom pim pah.

b. Peralatan

Pada permainan benteng para pemain tidak menggunakan alat-alat

khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara

kedua kubu kelompok masing-masing. Kedua kelompok membuat

markas bentengnya saling berjauhan biasanya disudut lapangan.

c. Peraturan

Permainan benteng memiliki beberapa peraturan dimana setiap

personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini

menandakan bahwa status personil tersebut adalah baru. Kalau sudah

lama tidak menyentuh benteng, maka status personil tersebut akan

disebut lama. Personil yang berstatus lama dapat dikejar, diburu, dan
22

ditawan oleh personil dari benteng lawan yang berstatus baru.

Personil yang menjadi tawanan akan berdiri di dekat benteng lawan

yang menawannya. Para tawanan dapat dibebaskan oleh teman

kelompoknya dengan cara menyentuh temannya yang menjadi

tawanan.

d. Permainan

Awal mula permainan ini dimulai dengan majunya atau

menyerangnya dari salah satu personil tiap kubu salah satu benteng

untuk menantang musuhnya. Personil dari lawannya kemudian balik

menyerang dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan

menghindar satu sama lain. Jika seseorang yang maju kemudian

ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi

tawanan musuhnya. Jika seseorang berusaha mengejar dan

menghindar dari lawan mainnya supaya tidak menjadi tawanan

musuhnya dan para personil yang berada dalam markas bentengnya

dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang musuhnya.

Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar

personil kedua benteng. Pada sela-sela permainan sering terjadi

kehabisan personil karena ditawan dan bentengnya dikepung oleh

lawannya. Lawan pengepung ini dapat membebaskan temannya yang

menjadi tawanan dan dijaga oleh personil di benteng lawan. Setelah

dibebaskan para mantan tawanan ini dapat turut mengepung benteng

lawan..
23

e. Akhir Permainan

Satu kelompok dapat memenangkan permainan jika salah satu

personil mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh

lawan yang mempertahankan bentengnya. Setelah ada yang menang

dan kalah, maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali

permainan benteng tersebut dari awal.

2. Permainan Gobak sodor

Gobak sodor merupakan permainan yang terdiri atas dua tim.

Masing-masing tim terdiri atas 3-5 orang atau lebih. Masing-masing tim

memiliki satu orang komando, Mulyani (2016: 160-165). Adapun

langkah-langkah dalam melakukan permainan gobak sodor harus

memenuhi beberapa hal, yaitu :

a. Persiapan

Awal permainan gobak sodor yaitu mencari lahan kosong. Kemudian

anak-anak dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata, biasanya

pemain terdiri dari 4 sampai 8 orang. Biasanya pembagian kelompok

dilakukan dengan cara suit atau hom pim pah.

b. Peralatan

Pada permainan gobak sodor para pemain tidak menggunakan alat-

alat khusus, cukup lahan kosong dan kapur tulis untuk membuat

garis.
24

c. Peraturan

Permainan gobak sodor memiliki beberapa peraturan dimana masing-

masing komando kelompok harus melakukan suit untuk menentukan

kelompok yang pertama bermain, bagi kelompok pemain pertama

harus mencapai garis finis dengan melewati halangan dari kelompok

lawan.

d. Permainan

Sebelum bermain, perlu dibuat garis sebanyak jumlah peserta.

Kemudian membagi jumlah peserta menjadi dua kelompok. Untuk

memulai permainan setiap komando kelompok harus melakukan suit

untuk menentukan pemain pertama. Bagi kelompok yang mulai

permainan pertama harus mencapai garis finis agar dapat

memenagkan permainan. Sedangkan kelompok yang kalah akan

menjaga dan menghadang agar kelompok pertama tidak dapat

melewati garis. Apabila kelompok lawan menyentuh salah satu

kelompok pemain maka kelompok pemain harus bergantian menjadi

kelompok yang menjaga garis.

e. Akhir permainan

Satu kelompok dapat memenangkan permainan jika salah satu anggota

kelompok dapat melewati garis finis.

3. Permainan bola kasti

Kasti merupakan permainan yang dilakukan dua kelompok dimana

permainan ini menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak


25

lawan, Mulyani (2016: 135-138) Adapun langkah-langkah dalam

melakukan permainan kasti harus memenuhi beberapa hal, yaitu :

a. Persiapan

Awal permainan kasti yaitu mencari lahan kosong. Kemudian anak-

anak dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata, biasanya pemain

terdiri dari 4 sampai 8 orang. Biasanya pembagian kelompok

dilakukan dengan cara suit atau hom pim pah.

b. Peralatan

Pada permainan kasti alat yang digunakan adalah bola dan pemukul

c. Peraturan

Pada permainan kasti terdapat dua titik tuju. Peraturan dalam

permaina tenis yaitu apabila pemukul pertama memukulbola dengan

jauh maka pemain dapat langsung menuju ketitik berikutnya.

Kesempatan memukul bola sebanyak tiga kali.

d. Permainan

Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu menentukan kelompok

yang mendapat giliran jaga dan satu kelompok mendapat giliran untuk

memukul bola. Pada setiap titik ditandai dengan tiang atau batu.

Kelompok yang mendapat giliran memukul bola yang diumpani oleh

salah satu pemain jaga. Pemain jaga lainnya bertugas untuk

menangkap bola yang dipukul oleh pemain serang. Ketika bola

dipukul, pemain berlari kepos berikutnya atau kembali kekandang

yang dibatasi dengan garis. Pemain yang sedang berlari menuju pos
26

dapat dilempari bola, jika mengenai pemain tersebut maka dinyatakan

mati dan kedua regu bergantian.

e. Akhir permainan

Satu kelompok dapat memenangkan permainan kasti apabila

mendapat angka terbanyak

C. Hubungan Interaksi Sosial dengan Permainan Tradisional

Permainan tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, hal ini karena

permainan adalah aktivitas yang selalu dilakukan dan digemari oleh anak-

anak. Permainan tidak hanya bersifat menyenangkan tetapi juga

mengandung unsur mendidik didalamnya. Pembelajaran melalui permainan

tradisional sangat bermanfaat dalam mendukung perkembangan sosial

anak khususnya dalam berinteraksi dengan teman sebayanya. Sesuai dengan

hasil penelitian Kurniati (2000: 123) dalam Maryanti, menyebutkan bahwa

permainan tradisonal mampu mengembangkan keterampilan sosial anak,

yaitu keterampilan bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi,

mengontrol diri, empati, menaati aturan serta menghargai orang lain.

Permainan tradisional juga memberikan kesempatan pralatihan pada anak

untuk mengenal aturan-aturan, norma-norma dan larangan-larangan, berlaku

jujur, setia. Sehingga anak mampu melakukan interaksi sosial dengan baik.

Dalam setiap permainan ada yang menang dan kalah, hal ini menuntut anak

untuk bersifat sportif dalam mengakui kemenangan lawan bermainnya. Serta

melalui permainan tradisional, anak dapat dengan mudah bergaul dengan

teman-temannya.
27

Dengan demikian permainan tradisional dapat meningkatkan

hubungan interaksi sosial anak karena dalam permainan tradisional terdapat

beberapa aspek perkembangan sosial anak, dengan bermain juga anak banyak

menggunakan kontak sosial dan komunikasi.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Sri Endarwati (2014) Jurusan Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini,

Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiya

Surakarta. Dengan judul “Peningkatan Kemampuan Sosial Melalui

Permainan Tradisional Pada Kelompok B di Tk Aisyiyah 1 Sambirejo

Sragen Tahun Ajaran2014/2015”. Dalam penelitian tersebut mengatakan

bahwa terjadi peningkatan kemampuan anak dalam bersosialisasi ditandai

dengan banyaknya anak yang memperoleh nilai BSH dan BSB dengan

presentase rata-rata jumlah anak, yakni kondisi awal 48%, pada siklus I

meningkat sebesar 75,1% dan pada siklus II meningkat sebesar 83,6%.

2. Masrianti (2017) Jurusan Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo Kendari.

Dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Melalui

Permainan Tradisional di TK Islam Kemaraya Kota Kendari”. Dalam

penelitian tersebut terjadi peningkatan kemapuan sosial emosional anak

yang ditandai dengan presentase pada kondisi awal 40%, pada siklus I

meningkat sebesar 66.67% dan pada siklus II meningkat sebesar 86,67%.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas menurut Jalil (2014: 6) adalah suatu proses

pengamatan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar

siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara guru,

siswa dan peneliti dalam satu kelas dengan cara merancang, melaksanakan,

mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara

kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan proses pembelajaran dikelas.

B. Setting Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di kelompok B TK Kartika XX-46 kecamatan

Mandonga kota Kendari

2. Waktu

Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari semester

genap tahun ajaran 2017/2018

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas B TK Kartika

XX-46 kecamatan Mandoga kota Kendari. Dengan jumlah 18 orang anak yang

terdiri dari 10 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.


29

D. Faktor yang Diteliti

1. Faktor anak, mengamati aktivitas anak dalam kemampuan berinteraksi

dengan teman sebayanya maupun dengan lingkungan disekitarnya serta

mampu bersosialisasi dengan baik melalui permainan tradisional yaitu bola

kasti, benteng, dan gobak sodor.

2. Faktor Guru, mengamati aktivitas guru dalam proses meningkatkan

interaksi sosial melalui permaian tradisional, serta memberikan penilaian

pada anak.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana pada satu siklus

terdiri dari tiga hari, kedua tahapan siklus tersebut terdiri dari perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi tindakan.

Model dari kedua siklus tersebut adalah :

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Perencanaan

Refleksi I SIKLUS I Pelaksanaan tindakan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan tindakan

Pengamatan

(Arikunto, 2006: 16)


30

Beberapa para ahli menjelaskan bahwa prosedur penelitian tindakan

kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan

yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing),

dan refleksi (refkecting). Kegiatan pada siklus kedua merupakan kelanjutan

dari keberhasilan pada siklus pertama, namun kegiatan pada siklus kedua

mempunyai berbagai hambatan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan

yang ditemukan dalam tindakan pada siklus pertama. Arikunto ( 2006: 16-20)

Adapun rincian prosedur penelitian tindakan kelas yang akan

dilakukan yaitu :

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini meliputi :

a) Membuat skenario pembelajaran berupa RPPM yang mengacu pada

pembelajaran dalam meningkatkan interaksi sosial melalui permainan

tradisional.

b) Membuat lembar observasi untuk anak dan melihat bagaimana kondisi

dan proses interaksi anak di kelas khususnya kelompok B TK Kartika

XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari.

c) Memperkenalkan permainan tradisional pada anak

d) Mendesain RPPH untuk melihat apakah proses interaksi sosial melalui

permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan anak.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini melalui

pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat.


31

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan dengan pelaksanaan tindakan yaitu

berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru kelompok B TK Kartika XX-

46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari.

4. Refleksi

Hal-hal yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta

dianalisis untuk mengetahui kelemahan atau keterangan yang terjadi pada

setiap pertemuan dalam satu siklus yang akan diperbaiki pada pertemuan

siklus berikutnya.

Pada siklus kedua, perencanaan dilakukan dengan melihat hasil

refleksi pada siklus pertama. Kemudian merencanakan kembali

pembelajaran untuk siklus kedua dan memperbaiki kesalahan yang terdapat

dalam siklus pertama.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan

informasi melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.

Pengamatan ini dapat dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan

(format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, alat perekam

elektronik, atau pemetaan kelas.


32

2. Wawancara

Wawancara adalah salah teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan

peneliti untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan

permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung, baik

dengan anak, guru, maupun orang tua. Dengan wawancara peneliti dapat

menggali lebih jauh kondisi objektif anak.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan mengambil gambar pada saat anak melakukan kegiatan. Gambar

berupa foto yang dapat menggambarkan secara nyata ketika anak

melakukan kegiatan interaksi sosial melalui permainan tradisional. Selain

itu, foto yang diperoleh dapat menjadi pelengkap data, guna

menyempurnakan penelitian yang dilakukan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian tindakan kelas merupakan proses memilih,

memilah, membuang, menggolongkan serta menyusun kedalam kategorisasi,

mengklarifikasi data untuk menjawab pertanyaan, tema apa yang ditemukan

pada data, seberapa jauh data dapat mendukung tema atau tujuan penelitian

tindakan kelas.

Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data yang digunakan adalah

analisis data kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan melalui hasil pengamatan

pada anak.
33

Pengelolaan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan penilaian di

TK Kartika XX-46 dengan menggunakan penilaian sebagai berikut :

1. Belum Berkembang (BB) = *

2. Mulai Berkembang (MB) = **

3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) = ***

4. Berkembang Sangat Baik (BSB) = **** (DepDikNas, 2004: 26)

Data-data yang diperoleh selama kegiatan berlangsung dengan

memberi tanda checklist yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan

dengan mengacu pada indikator penilaian. Untuk mengetahui kemampuan anak

dalam berinteraksi sosial melalui permainan tradisional sebelum dilakukan

beberapa tahap penganalisisan data-data yang diperoleh. Adapun langkah-

langkah tersebut ialah :

1. Pada pelaksanaan tindakan dilakukan observasi atau pengamatan pada anak

yaitu pemberian tanda checklist pada simbol bintang satu atau BB= Belum

Berkembang, (jika anak belum menunjukan adanya peningkatan dalam

berinteraksi meskipun sudah dibimbing oleh guru), bintang dua atau MB=

Mulai Berkembang, (jika anak menunjukan adanya peningkatan

kemampuan berinteraksi dengan bantuan secara langsung atau masih

dibimbing dari awal sampai akhir), bintang tiga atau BSH= Berkembang

Sesuai Harapan, (jika anak telah menunjukan adanya peningkatan

kemampuan berinteraksi tetapi masih dibimbing namun secara tidak

langsung), bintang empat BSB= Berkembang Sangat Baik, (jika anak

menunjukan adanya peningkatan kemampuan berinteraksi dengan baik


34

tanpa bimbingan oleh guru). Bentuk penilain tersebut berdasarkan pada

beberapa indikator sebagai acuan penelitian.

2. Penelitian menunjukan atau menghitung beberapa anak yang memperoleh

nilai simbol bintang satu, dua, tiga, dan empat selama mengikuti kegiatan

permainan, setelah diketahui jumlah secara keseluruhan maka diberi

bobot/skor untuk masing-masing simbol bintang tersebut. Adapun nilai BB=

1 skor, MB= 2 skor, BSH= 3 skor, dan nilai BSB= 4 skor.

3. Dilakukan perhitungan konversi bobot nilai berdasarkan jumlah nilai

perolehan nilai bintang satu, bintang dua, bintang tiga, dan bintang empat

yang telah dicapai masing-masing anak pada setiap siklus tindakan. Adapun

rumus yang digunakan sebagai berikut :

(jumlah nilai BSB)+(jumlah nilai BSH)+


(jumlah nilai MB)+(jumlah nilai MB)
𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑛𝑎𝑘 =
jumlah seluruh indikator penilaian

4. Selanjutnya dari nilai tersebut, maka konversi kembali kenilai kumulatif

dari hal ini merupakan nilai akhir yang akan diperoleh masing-masing anak

untuk setiap pelaksanaan siklus dalam kegiatan pembelajaran khususnya

kemampuan interaksi sosial melalui permainan tradisional.

Adapun perhitungan yang digunakan sebagai berikut :


35

Table 3.1 Kategori Keberhasilan secara Individual

Interval Kategori Simbol Bintang

3,50-4,00 Berkembang Sangat Baik (BSB) ****

2,50-3,49 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ***

1,50-2,49 Mulai Berkembang (MB) **

0,01-1,49 Belum Berkembang (BB) *

(DepDikNas, 2004: 26)

5. Untuk mengetahui presentase keberhasilan didik secara klasikal dengan

rumus :

jumlah anak yang memperoleh


𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑛𝑎𝑘 = nilai "BSB" dan "BSH" x100%
banyaknya anak didik

Berdasarkan rumus tersebut, maka keberhasilan secara klasikal dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

Table 3.2 Kategori Keberhasilan secara Klasikal

Presentase Kategori Simbol Bintang

95%-100% Berkembang Sangat Baik (BSB) ****

85%-94% Berkembang Sesuai Harapan (BSB) ***

75%-84% Mulai Berkembang (MB) **

<75% Belum Berkembang (BM) *

(DepDikNas, 2004: 26)

6. Untuk mengetahui presentase keberhasilan aktivitas guru dan anak dalam

pembelajaran interaksi sosial melalui permainan tradisional yaitu :


36

a. Guru
jumlah aspek yang dicapai
presentase keberhasilan guru = x 100%
jumlah aspek yang diamati

b. Anak

jumlah aspek yang dicapai


presentase keberhasilan anak = x 100%
jumlah aspek yang diamati

(DepDikNas, 2004: 26)


H. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan untuk mengetahui keberhasilan dalam

penelitian tindakan kelas ini dipergunakan kriteria keberhasilan sebagai berikut

1. Dari segi proses, tindakan dikatakan berhasil apabila hasil observasi

terhadap guru dan anak telah mencapai minimal 85% sesuai dengan

skenario kegiatan pembelajaran.

2. Dari segi hasil, apabila ≥75% anak memperoleh nilai ≥ *** maka

kemampuan anak dalam berinteraksi sosial melalui permainan tradisional

dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya jika ≤75% anak memperoleh nilai ≤**

berarti tindakan tersebut tidak berhasil dan perlu diadakan tindakan lanjutan.
37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kegiatan Sebelum Tindakan

Sebelum kegiatan penelitian ini dilaksanakan, peneliti terlebih

dahulu melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah TK Kartika XX-

46 yaitu pada tanggal 2 Oktober 2017, pertemuan ini bermaksud untuk

menyampaikan tujuan dari peneliti yaitu mengadakan penelitian di TK

Kartika XX-46. Selanjutnya, kepala sekolah TK Kartika XX-46

mengarahkan peneliti untuk berdiskusi dengan guru kelompok B4 untuk

menjadi observer peneliti. Pada tanggal 25 Desember 2017 peneliti

melakukan observasi kembali berupa kegiatan pra tindakan tanpa

mengganggu proses pembelajaran untuk mengetahui keadaan awal dalam

interaksi sosial. Berdasarkankan hasil observasi dan dilanjutkan dengan

wawancara singkat dengan guru kelompok B4, bahwa dalam interaksi sosial

di kelompok B TK kartika XX-46 masih terbilang rendah yaitu berada pada

taraf MB (Mulai Berkembang) dan BB (Belum Berkembang) atau dengan

simbol nilai bintang (**) dan (*) hal ini disebabkan karena kegiatan yang

digunakan dalam proses pembelajaran kurang menarik dan hanya

melibatkan beberapa anak saja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal sebelum

pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan peneliti dalam

meningkatkan interaksi sosial melalui permainan tradisional di kelompok B


38

TK Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.1 Perhitungan Nilai Individu Observasi Awal dalam Meningkatkan


Interaksi Sosial Melalui Permainan Tradisional
No Nama anak Kategori Hasil
BSB BSH MB BB perhitungan
**** *** ** *
1 AZA  1,25
2 AZNP  1
3 AMV  2
4 AS  3,5
5 ABW  1,5
6 ED  2,75
7 IAN  2,25
8 JGA  3,5
9 MAG  2,25
10 MRAH  1,75
11 MR  1,25
12 MD  1,5
13 NAQ  2,75
14 SW  2,25
15 RA  1,25
16 RAS  3,5
17 DAL  1
18 SP  2,75
JUMLAH 3 3 7 5 37
(sumber : diolah dari data penelitian 2017)

Berdasarkan data pada tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata

perolehan nilai anak mencapai 0,01-2,49 atau berada pada taraf MB (Mulai

Berkembang) atau bintang (**) dan BB (Belum Berkembang) atau bintang

(*). Berdasarkan hasil pengelolaan data pada observasi awal, selanjutnya

dilakukan analisis keberhasilan secara klasikal untuk penilaian awal

kegiatan pembelajaran sebelum dilaksanakan kegiatan meningkatkan

interaksi sosial melalui permainan tradisional di kelompok B4 TK Kartika


39

XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari, dan diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Klasikal pada Observasi Awal


Kategori Jumlah Anak Presentase (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 16,7%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 16,7%
Mulai Berkembang (MB) 7 38,9%
Belum Berkembang (BB) 5 27,7%
Jumlah 18 100%
(sumber: diolah dari data penelitian, 2017)

Data hasil perhitungan pada tabel 4.2 tersebut, dapat disimpulkan

bahwa secara klasikal peningkatan kemampuan interaksi sosial melalui

permainan tradisional di kelompok B4 TK Kartika XX-46 Kecamatan

Mandonga Kota Kendari saat penelitian observasi awal, rata-rata anak

memiliki perolehan nilai bintang (**) atau (Mulai Berkembang) yang

masing-masing diperoleh 7 orang anak atau sebesar 38,9% dengan kata lain

sebagian besar anak belum mampu memenuhi target ketercapaian indikator

kerja dalam kegiatan penilaian. Tampak dalam penelitian 3 orang

memperoleh nilai bintang (****) atau Berkembang Sangat Baik (BSB)

dengan presentase 16,7% dan 3 orang anak memperoleh nilai bintang (***)

atau Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dengan presentase 16,7%. Dengan

demikian, peneliti akan berdiskusi kembali dengan guru kelompok B4 untuk

menerapkan kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan interaksi

sosial melalui permainan tradisional pada tindakan siklus I.


40

2. Deskripsi Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama-sama dengan guru untuk

mendiskusikan rencana yang akan digunakan untuk meningkatkan

interaksi sosial anak. Sesuai dengan langkah-langkah dalam penelitian

tindakan kelas, maka disusunlah rencana penelitian tindakan kelas.

Penyusunan rencana ini berupa persiapan materi maupun media yang

akan digunakan. Pada tahap ini disiapkan segala sesuatu secara rinci dari

kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Dalam hal ini peneliti membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM) dan rencana

pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), lembar observasi aktivitas

anak didik dan lembar observasi aktivitas guru/peneliti, menyiapkan

media permainan tradisional bola kasti, benteng dan gobak sodor, dan

juga mengalokasikan waktu dengan semaksimal mungkin.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan tahapan pelaksanaan dari apa

yang sebelumnya telah disusun pada tahap perencanaan. Sebelum proses

pembelajaran peneliti dan observer menyiapkan alat dan media serta

instrument penelitian yang diperlukan antara lain : (a) merancang rencana

pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar yakni

rancangan kegiatan harian (RKH); (b) menyiapkan sarana untuk

dokumentasi, pencatatan kegiatan mengajar dan lembar observasi; (c)


41

menyiapkan media pembelajaran yakni alat yang digunakan pada saat

bermain permainan tradisional.

Untuk pelaksanaan tindakan setiap pertemuan akan dijabarkan

pada uraian berikut ini :

1. Pertemuan I

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilaksanakan pada

hari senin 5 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di

kelompok B4 dengan jumlah anak sebanyak 18 orang. Telah menjadi

kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru

mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-

masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-

anak duduk melingkar dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa

kemudian mengucapkan syair dikelas.

Pada kegiatan inti di siklus I pertemuan I dalam

meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru

tentang permainan tradisional bola kasti dan aturan-aturan dalam

permainan tradisional bola kasti. Guru juga memperlihatkan media

yang akan digunakan dalam permainan tradisional bola kasti. Setelah

itu guru memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan

cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional bola kasti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk

bermain permainan tradisional bola kasti.


42

Dalam kegiatan permainan tradisional bola kasti terlebih

dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.

Setelah itu masing-masing ketua kelompok melakukan suit untuk

menentukan kelompok yang akan melakukan permainan terlebih

dahulu. Setelah melakukan suit kelompok yang menang akan

melakukan pertama sedangkan kelompok yang kalah akan menjaga

bola. Kelompok yang bertugas memukul bola harus memukul bola

sekuat mungkin agar tidak bisa ditangkap oleh kelompok lawan.

Ketika anak telah memukul bola anak harus lari menuju markas I agar

terhindar dari lemparan bola dari kelompok lawan dan berlari kembali

kemarkas II apabila teman kelompoknya memukul bola setelah itu

kembali ketempat awal. Apabila anak yang memukul bola terkena

bola maka kelompok tersebut mati. Sehingga bergantian menjaga

bola, begitu seterusnya.

Pada kegiatan akhir dimana guru mempersilahkan anak untuk

duduk kembali dan mengarahkan anak untuk berdoa sebelum makan

setelah selesai berdoa anak-anak diarahkan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian anak makan bersama temannya. Setelah

selesai makan anak merapikan tempat makannya dan kembali mencuci

tangan dan membaca doa sesudah makan. Setelah itu guru

memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok,

kemudian guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru

membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa


43

pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan

ucapan salam.

2. Pertemuan II

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada

hari selasa 6 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di

kelompok B4 dengan jumlah anak sebanyak 18 orang. Telah menjadi

kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru

mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-

masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-

anak duduk melingkar dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa

kemudian melafalkan surah-surah pendek.

Pada kegiatan inti di siklus I pertemuan II dalam

meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru

tentang permainan tradisional benteng dan aturan-aturan dalam

permainan tradisional benteng. Guru juga memperlihatkan media yang

akan digunakan dalam permainan tradisional benteng. Setelah itu guru

memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan cara-cara

dan aturan dalam permainan tradisional benteng yang telah dijelaskan

sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk memainkan

permainan tradisional benteng.

Dalam kegiatan permainan tradisional benteng terlebih

dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.

Setelah itu kelompok menempati benteng masing-masing. Untuk


44

memulai permainan ini salah satu personil dari kelompok satu harus

mendekati benteng kelompok dua sehingga kelompok dua harus

mengejar personil kelompok satu. Apabila salah satu personil

kelompok satu tertangkap maka akan menjadi tahanan kelompok dua,

begitu sebaliknya sampai salah satu kelompok kehabisan personil dan

kelompok lawan akan mengepung kelompok lawannya dan merebut

bentengnya.

Pada kegiatan akhir dimana guru mempersilahkan anak untuk

duduk kembali dan mengarahkan anak untuk berdoa sebelum makan

setelah selesai berdoa anak-anak diarahkan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian anak makan bersama temannya. Setelah

selesai makan anak merapikan tempat makannya dan kembali mencuci

tangan dan membaca doa sesudah makan. Setelah itu guru

memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok,

kemudian guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru

membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa

pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan

ucapan salam.

3. Pertemuan III

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan III dilaksanakan

pada hari rabu 7 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di

kelompok B4 dengan jumlah anak sebanyak 18 orang. Telah menjadi

kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru


45

mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-

masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-

anak duduk melingkar dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa

kemudian melafalkan surah-surah pendek serta bernyanyi.

Pada kegiatan inti di siklus I pertemuan III dalam

meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru

tentang permainan tradisional gobak sodor dan aturan-aturan dalam

permainan tradisional gobak sodor. Guru juga memperlihatkan media

yang akan digunakan dalam permainan tradisional gobak sodor.

Setelah itu guru memastikan kembali apakah anak sudah mengerti

dengan cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional gobak sodor

yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan

untuk memainkan permainan tradisional gobak sodor.

Dalam kegiatan permainan tradisional gobak sodor terlebih

dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.

Setelah itu masing-masing satu personil utusan dari kelompok

melakukan suit untuk menentukan kelompok yang akan melakukan

permainan terlebih dahulu. Setelah melakukan suit kelompok yang

menang akan melakukan permainan pertama sedangkan kelompok

yang kalah akan menjaga. Kelompok yang bertugas menjaga harus

menghalangi kelompok yang bermain agar tidak dapat melewati garis.

Apabila kelompok yang sedang bermain dapat melewati garis dan

kembali ketitik awal permainan maka kelompok tersebut menang


46

namun, apabila kelompok yang sedang bermain tidak dapat melewati

garis maka kelompok dikatakan kalah dan harus bergantian menjaga

garis, begitu seterusnya.

Pada kegiatan akhir dimana guru mempersilahkan anak untuk

duduk kembali dan mengarahkan anak untuk berdoa sebelum makan

setelah selesai berdoa anak-anak diarahkan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian anak makan bersama temannya. Setelah

selesai makan anak merapikan tempat makannya dan kembali mencuci

tangan dan membaca doa sesudah makan. Setelah itu guru

memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok,

kemudian guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru

membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa

pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan

ucapan salam.

c. Pengamatan

Observer mengamati pelaksanaan tindakan pada siklus I

pertemuan I sampai dengan pertemuam IV dari awal sampai akhir

pembelajaran dalam meningkatkann interaksi sosial melalui

permainan tradisional. Setiap pertemuan menggunakan lembar

observasi tentang aktivitas guru dan anak didik.

1. Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus I

Pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru sesuai dengan

meliputi mempersiapkan anak didik untuk belajar,mengucapkan


47

salam, membimbing anak untuk berdoa sebelum belajar dan

menyampaikan tujuan pembelajaran.

Hasil observasi guru sesuai dengan pedoman lembar

observasi sebanyak 13 aspek yang harus dicapai guru. Pada siklus I

aspek yang dicapai guru sebanyak 9 aspek atau sebesar 69,23%.

Aspek yang diamati diantaranya yaitu : (a) Guru mempersiapkan

anak untuk belajar; (b) Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam; (c) Guru mengarahkan anak berdoa sebelum

belajar; (d) Mengabsen kehadiran dan kesiapan dalam mengikuti

pembelajaran; (e) Guru menyiapkan perlengkapan media yang akan

digunakan; (f) Guru menjelaskan tata cara permainan tradisional;

(g) Guru memberikan contoh dan tata cara bermain permainan

tradisional; (h) Guru membagi anak dalam dua kelompok dan

mengkondisikan anak serta mengatur anak sesuai kelompoknya; (i)

Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain

permainan tradisional.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

No Aspek yang diamati Pelaksanaan Keterangan


Ya Tidak
Guru mempersiapkan anak
1 1 Terlaksana
untuk belajar
Guru membuka pembelajaran
2 1 Terlaksana
dengan mengucapkan salam
Guru mengarahkan anak berdoa
3 1 Terlaksana
sebelum belajar
48

Mengabsen kehadiran dan


kesiapan dalam mengikuti
4 1 Terlaksana
pembelajaran
Guru menyiapkan perlengkapan
5 1 Terlaksana
media yang akan digunakan
Guru menjelaskan tata cara
6 1 Terlaksana
permainan tradisional
Guru mengajukan pertanyaan
kepada anak dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana
7 1 Tidak terlaksana
pemahaman anak tentang tata
cara permainan tradisional
Guru memberikan contoh dan
tata cara bermain permainan
8 1 Terlaksana
tradisional
Guru membagi anak dalam dua
9
kelompok dan mengkondisikan
anak serta mengatur anak sesuai 1 Terlaksana
kelompoknya
Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk bermain
10 1 Terlaksana
permainan tradisional
Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk menceritakan
11
pengalamannya saat bermain 1 Tidak terlaksana
permainan tradisional
Guru memberikan umpan balik
dan informasi tentang kegiatan
12 1 Tidak terlaksana
yang akan dilakukan besok
13 Memberikan kesimpulan tentang 1 Tidak terlaksana
49

kegiatan yang dilakukan hari ini


Jumlah 9 4
Presentase Ketercapaian 69,23%
Presentase ketidaktercapaian 30,77%
(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 4 aspek atau sebesar

30,77% diantaranya yaitu : (a) Guru mengajukan pertanyaan

kepada anak dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman anak tentang tata cara permainan tradisional; (b) Guru

memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan

pengalamannya saat bermain permainan tradisional; (c) Guru

memberikan umpan balik dan informasi tentang kegiatan yang akan

dilakukan besok; (d) Memberikan kesimpulan tentang kegiatan

yang dilakukan hari ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

histogram berikut :

Gambar 4.1 Histogram Hasil Analisis Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

80.00%
69.23%
70.00%
60.00%
50.00%
Tercapai
40.00%
30.77%
Tidak Tercapai
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus 1

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)


50

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Anak Didik Siklus I

Analisis hasil observasi anak sesuai dengan lembar observasi

pada siklus I yaitu sebanyak 13 aspek yang diamati dan dicapai,

namun yang tercapai sebanyak 10 aspek atau sebesar 76,92%

diantaranya : (a) Memperlihatkan sikap tenang saat mendengarkan

instruksi dari guru; (b) Menjawab salam dari guru; (c) Anak

mengikuti intruksi guru saat berdoa; (d) Anak menunjukan sikap

antusias dalam mengikuti kegiatan permainan tradisional; (e)

Mendengarkan guru pada saat menjelaskan tata cara permainan

tradisional; (f) Memperhatikan guru pada saat memberikan contoh

permainan tradisional; (g) Memperlihatkan sikap bersahabat

dengan teman kelompoknya; (h) Anak mampu berkomunikasi

dengan teman kelompoknya; (i) Menunjukan sikap kerjasama

dalam melakukan permainan tradisional; (j) Menunjukan sikap

kompettitif dalam melakukan permainan tradisional. Untuk lebih

jelas dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Anak Didik Siklus I

No Aspek yang diamati Pelaksanaan Keterangan


Ya Tidak
1 Memperlihatkan sikap tenang saat
1 Terlaksana
mendengarkan instruksi dari guru
2 Menjawab salam dari guru 1 Terlaksana

3 Anak mengikuti intruksi guru saat


1 Terlaksana
berdoa
4 Anak menunjukan sikap antusias
51

dalam mengikuti kegiatan 1 Terlaksana


permainan tradisional
5 Mendengarkan guru pada saat
menjelaskan tata cara permainan
1 Terlaksana
tradisional
6 Bertanya kepada guru mengenai
Tidak terlaksana
tata cara permainan tradisional
1
yang belum dipahami
7 Memperhatikan guru pada saat
memberikan contoh permainan
1 Terlaksana
tradisional
8 Memperlihatkan sikap bersahabat
1 Terlaksana
dengan teman kelompoknya
9 Anak mampu berkomunikasi
1 Terlaksana
dengan teman kelompoknya
10 Menunjukan sikap kerjasama
dalam melakukan permainan
1 Terlaksana
tradisional
11 Menunjukan sikap kompettitif
dalam melakukan permainan
1 Terlaksana
tradisional
12 Dapat menunjukan respon terhadap
konflik dalam permainan
1 Tidak terlaksana
tradisional
13 Anak berdoa setelah melakukan
1 Tidak terlaksana
kegiatan
Jumlah 10 3
Presentase Ketercapaian 76,92%
Presentase ketidaktercapaian 23,08%
(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)
52

Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 3 aspek atau sebesar

23,08% diantaranya : (a) Bertanya kepada guru mengenai tata cara

permainan tradisional yang belum dipahami; (b) Dapat menunjukan

respon terhadap konflik dalam permainan tradisional; (c) Anak

berdoa setelah melakukan kegiatan. Dari hasil tersebut dapat

digambarkan pada histograma dibawah ini :

Gambar 4.2 Histogram Hasil Analisis Aktivitas Belajar Anak Siklus I

90.00%
80.00% 76.92%

70.00%
60.00%
50.00%
Tercapai
40.00%
Tidak Tercapai
30.00% 23.08%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus 1

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Peneliti yang bekerjasama dengan guru kelompok B4

melakukan evaluasi atau penilaian pada akhir siklus. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kemampuan interaksi sosial anak

mengunakan permainan tradisional.

Evaluasi yang dilakukan secara individu, karena dengan cara

ini peneliti bisa melihat peningkatan interaksi sosial anak melalui

permainan tradisional. Dalam pencapaian keberhasilan, anak

dikelompokan dalam empat kategori yaitu berkembang sangat baik


53

(BSB), berkembang sesuai harapan (BSH), mulai berkembang

(MB), belum berkembang (BB). Untuk melihat data hasil

perhitungan individu pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5

berikut :

Tabel 4.5 Perhitungan Nilai Individu pada Siklus I

No Nama anak Hasil


Kategori perhitungan
BSB BSH MB BB
**** *** ** *
1 AZA  3
2 AZNP  2
3 AMV  3
4 AS  3,75
5 ABW  3,5
6 ED  4
7 IAN  2,25
8 JGA  2,25
9 MAG  3,5
10 MRAH  3
11 MR  3,5
12 MD  2,25
13 NAQ  2,25
14 SW  3,75
15 RA  3,25
16 RAS  4
17 DAL  1,5
18 SP  3
JUMLAH 5 7 6 0 53,75

(sumber: diolah dari data penelitian. 2018)

Berdasarka data yang diperoleh pada tabel 4.5 tersebut,

menunjukan bahwa rata-rata perlehan nilai anak didik berada pada

taraf nilai bintang (***) atau Berkembang Sesuai Harapan (BSH).

Data hasil evaluasi seperti yang ditampilkan pada tabel 4.5, maka
54

dilakukan analisis keberhasilan tindakan secara klasikal dan

diperoleh hasil seperti tampak pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Klasikal pada Siklus I

Kategori Jumlah Anak Presentase (%)


Berkembang Sangat Baik (BSB) 5 27,78%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 7 38,89%
Mulai Berkembang (MB) 6 33,33%
Belum Berkembang (BB) 0 0%
Jumlah 18 100%
(sumber: diolah dari dat penelitian, 2018)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.6 terlihat

bahwa secara klasikal kegiatan meningkatkan interaksi sosial

melalui permainan tradisional di kelompok B TK Kartika XX-46

Kecamatan Mandonga Kota Kendari pada tahap evaluasi siklus I,

rata-rata anak didik memperoleh nilai bintang (***) atau

berkembang sesuai harapan (BSH) dengan presentase 38,89% yaitu

7 orang anak dari 18 anak secara keseluruhan. Nilai bintang (****)

atau berkembang sangat baik (BSB) dengan presentase 27,78%

diperoleh 5 orang anak, untuk nilai bintang (**) atau mulai

berkembang dengan presentase 33,33% diperoleh 6 orang anak,

sedangkan untuk nilai bintang (*) atau belum berkembang (BB)

dengan presentase 0% diperoleh 0 orang anak. Berdasarkan hasil

evaluasi tersebut, sebagian besar anak sudah dapat melakukan

interaksi sosial dengan baik namun belum mencapai indikator

kinerja yaitu ≥75% jika anak didik memperoleh nilai Berkembang

Sesuai Harapan (BSH) dan Berkembang Sangat Baik (BSB). Hal


55

ini tentu saja akan dihubungkan dengan indikator kinerja yang

ditetapkan yaitu jika anak mencapai tingkat perolehan nilai

keberhasilan sebesar ≥75% sementara tindakan siklus I yang

dilaksanakan hanya mencapai perolehan nilai sebesar 66,7%, maka

dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan ini belum terselesaikan

dan akan dilanjutkan pada tahapan siklus selanjutnya yaitu siklus

II.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pelaksanaan kegiatan

untuk siklus I, maka terlihat bahwa kegiatan penelitian yang

dilaksanakan belum terselesaikan terutama dalam meningkatkan

interaksi sosial melalui permainan tradisional di kelompok B TK

Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari yang secara

klasikal diperoleh nilai keberhasilan mencapai 12 orang anak atau

66,7% dan yang tidak berhasil 6 0rang anak atau 33,33%,

sedangkan indikator keberhasilan yang harus dicapai ≥75% atau

mencapai hasil konversi bobot nilai antara 2,50-4,00 atau

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan Berkembang Sangat Baik

(BSB).

Dari hasil yang diperoleh pada tahap kegiatan penelitian

tindakan sikus I dan hasil temuan-temuan yang diperoleh, maka

penelitian yang berkerjasama dengan guru kelompok B4 menilai

dan mendiskusikan kelemahan-kelemahan dan kekurangan-


56

kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan siklus I, serta

harus segera melaksanakan persiapan dan membuat perencanaan

dengan baik, segala yang dilakukan pada tindakan siklus I harus

dicermati dan diperbaiki kembali. Maka beberapa hal yang harus

diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II sebagai berikut :

1. Faktor Guru

a) Guru masih kurang mampu mengelolah kelas

b) Guru masih kurang dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran yang dilakukan

c) Guru masih kurang dalam menjelaskan cara-cara bermain

d) Guru tidak mengorganisir waktu dengan baik

2. Faktor Anak

a) Anak didik sulit memahami penjelasan guru

b) Anak masih belum mengerti dengan kegiatan yang dilakukan

4. Deskripsi Tindakan Siklus II

a. Perencanaan

Mengacu pada data hasil tindakan siklus I, maka peneliti bersama

guru kelompok B4 sepakat untuk melaksanakan kegiatan untuk tindakan

siklus II dengan lebih optimal dan persiapan yang lebih baik lagi, agar

dapat meminimalisir kekurangan–kekurangan yang terdapat pada siklus

I. selanjutnya peneliti melakukan hal-hal berikut : (a) membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) untuk siklus II pada pertemuan

I hingga pertemuan I II, yang mengaju pada pembelajaran meningkatkan


57

interaksi sosial melalui permainan tradisional; (b) membuat lembar

observasi guru dan anak; (c) menyediakan alat evaluasi untuk siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan tahapan

pelaksanaan dari apa yang sebelumnya telah dilakukan pada siklus I.

Sebelum proses pembelajaran peneliti dan observer menyiapkan alat dan

media serta instrument penelitian yang diperlukan antara lain : (a)

merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan

belajar mengajar yakni rancangan kegiatan harian (RKH); (b)

menyiapkan sarana untuk dokumentasi, pencatatan kegiatan mengajar

dan lembar observasi; (c) menyiapkan media pembelajaran yakni alat

yang digunakan pada saat bermain permainan tradisional. Tindakan pada

siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan pada tanggal 12, 13, dan 14

Februari.

Untuk pelaksanaan tindakan setiap pertemuan akan dijabarkan

pada uraian berikut ini :

1. Pertemuan I

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilaksanakan pada

hari senin 12 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di

kelompok B4 dengan jumlah anak sebanyak 18 orang. Telah menjadi

kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru

mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-

masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-


58

anak duduk melingkar dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa

kemudian mengucapkan syair dikelas.

Pada kegiatan inti di siklus II pertemuan I dalam meningkatkan

interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru tentang

permainan tradisional bola kasti dan aturan-aturan dalam permainan

tradisionla bola kasti. Guru juga memperlihatkan media yang akan

digunakan dalam permainan tradisional bola kasti. Setelah itu guru

memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan cara-cara

dan aturan dalam permainan tradisional bola kasti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk

bermainan permainan tradisional bola kasti.

Dalam kegiatan permainan tradisional bola kasti terlebih dahulu

anak dibagi menjadi dua kelompok dengancara hom pim pah. Setelah

itu masing-masing ketua kelompok melakukan suit untuk menentukan

kelompok yang akan melakukan permainan terlebih dahulu. Setelah

melakukan suit kelompok yang menang akan melakukan pertama

sedangkan kelompok yang kalah akan menjaga bola. Kelompok yang

bertugas memukul bola harus memukul bola sekuat mungkin agar

tidak bisa ditangkap oleh kelompok lawan. Ketika anak telah

memukul bola anak harus lari menuju markas I agar terhindar dari

lemparan bola dari kelompok lawan dan berlari kembali kemarkas II

apabila teman kelompoknya memukul bola setelah itu kembali

ketempat awal. Apabila anak yang memukul bola terkena bola maka
59

kelompok tersebut mati. Sehingga bergantian menjaga bola, begitu

seterusnya.

Pada kegiatan akhir dimana guru mempersilahkan anak untuk

duduk kembali dan mengarahkan anak untuk berdoa sebelum makan

setelah selesai berdoa anak-anak diarahkan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian anak makan bersama temannya. Setelah

selesai makan anak merapikan tempat makannya dan kembali mencuci

tangan dan membaca doa sesudah makan. Setelah itu guru

memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok,

kemudian guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru

membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa

pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan

ucapan salam.

2. Pertemuan II

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan II dilaksanakan pada

hari rabu 13 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di

kelompok B4 dengan jumlah anak sebanyak 18 orang. Telah menjadi

kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru

mengatur anak didik berbaris dnegan rapi sesuai dengan kelas masing-

msaing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-

anak duduk melingkar dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa

kemudian melafalkan surah-surah pendek.


60

Pada kegiatan inti di siklus II pertemuan II dalam meningkatkan

interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru tentang

permainan tradisional benteng dan aturan-aturan dalam permainan

tradisionla benteng. Guru juga memperlihatkan media yang akan

digunakan dalam permainan tradisional benteng. Setelah itu guru

memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan cara

dan aturan dalam permainan tradisional benteng yang telah dijelaskan

sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk memainkan

permainan tradisional benteng.

Dalam kegiatan permainan tradisional benteng terlebih dahulu

anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah. Setelah

itu kelompok menempati benteng masing-masing. Untuk memulai

permainan ini salah satu personil dari kelompok satu harus mendekati

benteng kelompok dua sehingga kelompok dua harus mengejar

personil kelompok satu. Apabila salah satu personil kelompok satu

tertangkap makan akan menjadi tahanan kelompok dua, begitu

sebaliknya sampai salah satu kelompok kehabisan personil dan

kelompok lawan akan mengepung kelompok lawannya dan merebut

bentengnya.

Pada kegiatan akhir dimana guru mempersilahkan anak untuk

duduk kembali dan mengarahkan anak untuk berdoa sebelum makan

setelah selesai berdoa anak-anak diarahkan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian anak makan bersama temannya. Setelah


61

selesai makan anak merapikan tempat makannya dan kembali mencuci

tangan dan membaca doa sesudah makan. Setelah itu guru

memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok,

kemudian guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru

membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa

pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan

ucapan salam.

3. Pertemuan III

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan III dilaksanakan pada

hari kamis 14 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di

kelompok B4 dengan jumlah anak sebanyak 18 orang. Telah menjadi

kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru

mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-

masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-

anak duduk melingkar dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa

kemudian melafalkan surah-surah pendek serta bernyanyi.

Pada kegiatan inti di siklus II pertemuan III dalam

meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru

tentang permainan tradisional gobak sodor dan aturan-aturan dalam

permainan tradisionla gobak sodor. Guru juga memperlihatkan media

yang akan digunakan dalam permainan tradisional gobak sodor.

Setelah itu guru memastikan kembali apakah anak sudah mengerti

dengan cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional gobak sodor


62

yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan

untuk memainkan permainan tradisional gobak sodor.

Dalam kegiatan permainan tradisional gobak sodor terlebih

dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.

Setelah itu masing-masing satu personil utusan dari kelompok

melakukan suit untuk menentukan kelompok yang akan melakukan

permainan terlebih dahulu. Setelah melakukan suit kelompok yang

menang akan melakukan permainan pertama sedangkan kelompok

yang kalah akan menjaga. Kelompok yang bertugas menjaga harus

menghalangi kelompok yang bermain agar tidak dapat melewati garis.

Apabila kelompok yang sedang bermain dapat melewati garis dan

kembali ketitik awal permainan maka kelompok tersebut menang

namun, apabila kelompok yang sedang bermain tidak dapat melewati

garis maka kelompok dikatakan kalah dan harus bergantian menjaga

garis, begitu seterusnya.

Pada kegiatan akhir dimana guru mempersilahkan anak untuk

duduk kembali dan mengarahkan anak untuk berdoa sebelum makan

setelah selesai berdoa anak-anak diarahkan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian anak makan bersama temannya. Setelah

selesai makan anak merapikan tempat makannya dan kembali mencuci

tangan dan membaca doa sesudah makan. Setelah itu guru

memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok,

kemudian guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru


63

membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa

pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan

ucapan salam.

c. Pengamatan

Observer mengamati pelaksanaan tindakan pada siklus II

pertemuan I sampai IV dari awal sampai akhir pembelajaran dalam

meningkatkan interaksi sosial melalui permainan tradisional. Setiapa

pertemuan menggunakan lembar observasi tentang aktivitas guru dan

anak.

1. Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus II

Hasil observasi guru sesuai dengan pedoman lembar observasi

sebanyak 13 aspek yang harus dicapai guru. Pada siklus II aspek yang

dicapai guru sebanyak 12 aspek atau sebesar 92,30%. Aspek yang

diamati diantaranya yaitu : (a) Guru mempersiapkan anak untuk

belajar; (b) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan

salam; (c) Guru mengarahkan anak berdoa sebelum belajar; (d)

Mengabsen kehadiran dan kesiapan dalam mengikuti pembelajaran;

(e) Guru menyiapkan perlengkapan media yang akan digunakan; (f)

Guru menjelaskan tata cara permainan tradisional; (g) Guru

mengajukan pertanyaan kepada anak dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman anak tentang tata cara permainan tradisional;

(h) Guru memberikan contoh dan tata cara bermain permainan

tradisional; (i) Guru membagi anak dalam dua kelompok dan


64

mengkondisikan anak serta mengatur anak sesuai kelompoknya; (j)

Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain permainan

tradisional; (k) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

menceritakan pengalamannya saat bermain permainan tradisional; (l)

Guru memberikan umpan balik dan informasi tentang kegiatan yang

akan dilakukan besok. Untuk lebih jelasnya dapat lihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Aktivitas Guru Siklus II

No Aspek yang diamati Pelaksanaan Keterangan


Ya Tidak
1 Guru mempersiapkan anak
1 Terlaksana
untuk belajar
2 Guru membuka pembelajaran
1 Terlaksana
dengan mengucapkan salam
3 Guru mengarahkan anak
1 Terlaksana
berdoa sebelum belajar
4 Mengabsen kehadiran dan
kesiapan dalam mengikuti
1 Terlaksana
pembelajaran
5 Guru menyiapkan
1 Terlaksana
perlengkapan media yang akan
digunakan
6 Guru menjelaskan tata cara
1 Terlaksana
permainan tradisional
7 Guru mengajukan pertanyaan
kepada anak dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana
1 Terlaksana
pemahaman anak tentang tata
65

cara permainan tradisional


8 Guru memberikan contoh dan
tata cara bermain permainan
1 Terlaksana
tradisional
9 Guru membagi anak dalam dua
kelompok dan mengkondisikan
anak serta mengatur anak 1 Terlaksana
sesuai kelompoknya
10 Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk bermain
1 Terlaksana
permainan tradisional
11 Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk
menceritakan pengalamannya Terlaksana
1
saat bermain permainan
tradisional
12 Guru memberikan umpan balik
dan infor masi tentang
1 Terlaksana
kegiatan yang akan dilakukan
besok
13 Memberikan kesimpulan
tentang kegiatan yang
1 Tidak terlaksana
dilakukan hari ini dan salam
penutup
Jumlah 12 1
Presentase Ketercapaian 92,30%
Presentase ketidaktercapaian 7,7%
(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 1 aspek atau sebesar

7,7%diantaranya yaitu : (a) Memberikan kesimpulan tentang kegiatan


66

yang dilakukan hari ini dan salam penutup. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada histogram berikut :

Gambar 4.3 Histogram Hasil Analisis Akivitas Mengajar Guru Siklus II

100.00% 92.30%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Tercapai
50.00%
40.00% Tidak Tercapai
30.00%
20.00%
7.7%
10.00%
0.00%
Siklus 2

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Anak Didik Siklus II

Analisis hasil observasi anak sesuai dengan lembar observasi

pada siklus II yaitu sebanyak 13 aspek yang diamati dan dicapai,

namun yang tercapai sebanyak 12 aspek atau atau sebesar 92,30%,

sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 1 atau sebesar 7,7%.

Untuk lebih jelasnya dapat lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Anak Didik Siklus II

No Aspek yang diamati Pelaksanaan Keterangan


Ya Tidak
1 Memperlihatkan sikap tenang saat
1 Terlaksana
mendengarkan instruksi dari guru
2 Menjawab salam dari guru 1 Terlaksana

3 Anak mengikuti intruksi guru saat


1 Terlaksana
67

berdoa
4 Anak menunjukan sikap antusias dalam
1 Terlaksana
mengikuti kegiatan permainan
tradisional
5 Mendengarkan guru pada saat
menjelaskan tata cara permainan
1 Terlaksana
tradisional
6 Bertanya kepada guru mengenai tata
Tidak
cara permainan tradisional yang belum
1 terlaksana
dipahami
7 Memperhatikan guru pada saat
memberikan contoh permainan
1 Terlaksana
tradisional

8 Memperlihatkan sikap bersahabat


1 Terlaksana
dengan teman kelompoknya
9 Anak mampu berkomunikasi dengan
1 Terlaksana
teman kelompoknya
10 Menunjukan sikap kerjasama dalam
1 Terlaksana
melakukan permainan tradisional
11 Menunjukan sikap kompettitif dalam
melakukan permainan tradisional
1 Terlaksana

12 Dapat menunjukan respon terhadap


1 Terlaksana
konflik dalam permainan tradisional
13 Anak berdoa setelah melakukan
1 Terlaksana
kegiatan
Jumlah 12 1
Presentase Ketercapaian 92,30%
Presentase ketidaktercapaian 7,7%
(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)
68

Hasil analisis aktivitas hasil belajar anak didik siklus II dapat

digambarkan dalam histogram berikut :

Gambar 4.4 Histogram Hasil Analisis Aktivitas Belajar Anak Siklus II

100.00% 92.30%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Tercapai
50.00%
40.00% Tidak Tercapai
30.00%
20.00%
7.7%
10.00%
0.00%
Siklus 2

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Peneliti yang bekerjasama dengan guu kelompok B4

melakukan evaluasi atau penilaian pada akhir siklus. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan interaksi

sosial melalui permainan tradisional. Evaluasi dilakukan secara

individu karena dengan cara ini peneliti bisa melihat peningkatan

kemampuan interaksi sosial melalui permainan tradisional. Dalam

pencapaian keberhasilan, anak dikelompokan dalam empat kategori

yaitu berkembang sangat baik (BSB), berkembang sesuai harapan

(BSH), mulai berkembang (MB), belum berkembang (BB).

Untuk melihat data hasil perhitungan individu pada siklus II

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :


69

Tabel 4.9 Perhitungan Nilai Individu pada Siklus II

No Nama anak Kategori Hasil


BSB BSH MB BB perhitungan
**** *** ** *
1 AZA  3
2 AZNP  2
3 AMV  3
4 AS  3,75
5 ABW  3,5
6 ED  4
7 IAN  2,75
8 JGA  3
9 MAG  3,5
10 MRAH  3,5
11 MR  3,5
12 MD  3
13 NAQ  3
14 SW  3,75
15 RA  3,25
16 RAS  4
17 DAL  1,5
18 SP  3
JUMLAH 7 9 2 0
(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4.9 tersebut,

menyebutkan bahwa rata-rata perolehan nilai anak didik berada

pada taraf berkembang sesuai harapan (BSH) atau bintang (***).

Data hasil evaluasi seperti pada tabel 4.9, maka dilakukan analisis

keberhasilan tindakan klasikal dan diperoleh hasil seperti tampak

pada tabel 4.10 berikut ini :


70

Tabel 4.10 Perhitungan Nilai Klasikal pada Siklus II

Kategori Jumlah Anak Presentase (%)


Berkembang Sangat Baik (BSB) 7 38,89%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 9 50%
Mulai Berkembang (MB) 2 11,11%
Belum Berkembang (BB) 0 0%
Jumlah 18 100%
(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Berdasarka hasil yang diperoleh pada tabel 4.10 terlihat

bahwa secara klasikal kegiatan meningkatkan interaksi sosial

melalui permainan tradisional di kelompok B TK Kartika XX-46

pada tahap evaluasi siklus II, rata-rata anak didik memperoleh nilai

bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH) dengan

persentase 50% yaitu 9 orang anak didik dari 18 orang anak secara

keseluruhan. Nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik

(BSB) dengan persentase 38,89% yaitu 7 orang anak, sedangkan

untuk nilai bintang (**) atau mulai berkembang (MB) dengan

persentase 11,11% yaitu 2 orang anak dan untuk nilai bintang (*)

atau belum berkembang (BB) dengan persentase 0% yaitu 0 anak

didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian anak dipandang

telah mampu menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan

sesuai indikator penilaian dalam penelitian ini khususnya dalam

pelaksanaan tindakan siklus II dengan perolihan nilai 88,89%,

sehingga secara umum dapat dikatakan dalam meningkatkan

interaksi sosial melalui permainan tradisional di kelompok B TK

Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari telah


71

terselesaikan dan mencapai target peneliti yaitu indikator

keberhasilan ≥75%.

d. Refleksi

Jika dilihat dari hasil perhitungan nilai secara klasikal pada siklus II

yaitu 88,89% anak telah mencapai indikator kinerja yaitu ≥75% anak

memperoleh nilai berkembang sangat baik (BSB) dan berkembang sesuai

harapan (BSH), dan tidak terdapat anak yang belum berkembang (BB).

Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dilaksanakan, maka

peneliti dan guru kelompok B4 sepakat untuk tidak melanjutkan pada

tahap siklus selanjutnya, dengan kata lain tindakan penelitian ini

dihentikan.

B. Pembahasan

Penelitiaan tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus, masing-masing

siklus dilaksanakan 4 tahap yaitu : (1) tahap perencanaan; (2) tahap

pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Kegiatan penelitian

tindakan kelas pada pembelajaran khususnya dalam meningkatkan interaksi

sosial melalui permainan tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses

pembelajaran sebagai berikut :

1. Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru

Berdasarkan hasil pengamatan observer pada siklus I dari 13 aspek

yang diamati pencapaian yang dilakukan guru hanya 9 aspek atau sebesar

69,23%. Sedangkan pada siklus II pencapaian yang dilakukan guru dari 13

aspek hanya 12 aspek atau sebesar 92,30%.


72

Ganbar 4.5 Histogram Peningkatan Hasil Aktivitas Mengajar Guru Siklus I


dan Siklus II
100.00% 92.30%
90.00%
80.00%
69.23%
70.00% Siklus I
60.00%
50.00% Siklus II
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Berdasarkan diagram pada gambar 4.5 tersebut dapat diketahui

bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus I mencapai 69,23% dari 13 aspek

yang diamati hanya 9 aspek yang terlaksana, kemudian mengalami

peningkatan pada siklus II sebesar 92,30% dari 13 aspek yang diamati

hanya 1 aspek yang tidak terlaksana. Dengan demikian hasil analisis

aktivitas mengajar guru pada penelitian ini telah mencapai hasil maksimal.

2. Peningkatan Aktivitas Belajar Anak

Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas anak

pada siklus I dari 13 aspek yang diamati yang tercapai sebanyak 10 aspek

atau sebesar 76,92%. Sedangkan pada siklus II dari 13 aspek yang diamati

yang tercapai sebanyak 12 aspek atau sebesar 92,30%.


73

Ganbar 4.6 Histogram Hasil Analisis Aktivitas Belajar Anak Siklus I dan
Siklus II
95.00%
92.30%

90.00%

85.00%
Siklus I

80.00% Siklus II
76.92%

75.00%

70.00%

65.00%

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Berdasarkan diagram pada gambar 4.6 tersebut dapat diketahui

bahwa hasil analisis aktivitas belajar anak dalam meningkatkan interaksi

sosial melalui permainan tradisional pada siklus I mencapai 76,92% dan

mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 92,30%. Dengan demikian

maka hasil analisis aktivitas belajar anak dalam meningkatkan interaksi

sosial melalui permainan tradisional di kelompok B TK Kartika XX-46

Kecamatan Mandonga Kota Kendari telah mencapai hasil maksimal.

Hasil analisis yang diperoleh terhadap peniingkatan interaksi sosial

melalui permainan tradisional di kelompok B TK Kartika XX-46

Kecamatan Mandonga Kota Kendari, pada observasi awal jika dibandingkan

dengan pelaksanaan siklus I terlihat adanya peningkatan namun belum

mencapai indikator kinerja yang diharapkan, sehingga perlu dilaksanakan

siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, dapat diketahui


74

perbandingan jumlah anak yang memiliki peningkatan kemampuan interaksi

sosial dengan kriteria berkembnag sangat baik (BSB) dan berkembang

sesuai harapan (BSH), sebelum tindakan/observasi awal terdapat 6 orang

anak, setelah pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 12

orang anak, dan siklus II meningkat lagi menjadi 16 orang anak. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar histogram berikut :

Gambar 4.7 Histogram Hasil Analisis Peningkatan Kemampuan Interaksi


Sosial Melalui Permainan Tradisional
100.00%
88.9%
90.00%
80.00%
70.00% 66.7% 66.7%

60.00% Tercapai
50.00%
Tidak Tercapai
40.00% 33.3% 33.3%
30.00%
20.00%
11.1%
10.00%
0.00%
Observasi Awal Siklus I Siklus II

(sumber: diolah dari data penelitian, 2018)

Selama kegiatan penelitian berlangsung, data hasil temuan yang

diperoleh sebagaimana dideskripsikan pada halaman sebelumnya, dapat

diasumsikan bahwa kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan interaksi

sosial melalui permainan tradisional yang dirancang, disusun dan

dilaksanakan secara baik dan optimal oleh peneliti yang bekerjasam dengan

guru kelompok B4 pada setiap pertemuan siklus I dan Siklus II sangat

memberikan manfaat pada anak dengan pengalaman langsung, serta


75

kemampuan interaksi sosial melalui permainan tradisional dapat meningkat.

Jika dilihat dari pemahaman anak muulai dari pelaksanaan siklus I sebesar

66,7% jika dibandingkan pada tahapan observasi awal penelitian yang

hanya mencapai 33,3% dan pada siklus II mencapai 88,9% menunjukan

hasil yang lebih baik dari sebelumnya, karena indikator kinerja yang

ditetapkan telah tercapai yaiu ≥75% maka penelitian ini dapat dihentikan.
76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan observasi yang telah dilakukan pada anak

didik kelompok B Taman Kanak-Kanak Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga

Kota Kendari dapat disimpulkan telah tercapai peningkatan kemampuan

interaksi sosial anak sesuai indikator kinerja yang ditetapkan. Berdasarkan

hasil sebagai berikut:

1. Observasi awal secara klasikal anak didik memperoleh nilai sebesar 33,4%.

Hasil penelitian interaksi sosial melalui permainan tradisional siklus I yaitu

sebesar 66,67%, dimana ada 5 orang anak yang mendapat nilai bintang

(****) atau berkembang sangat baik (BSB) dan 7 orang anakyang mendapat

nilai bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH). Pada siklus II

diperoleh presentase sebesar 88,89% ketuntasan secara klasikal yaitu 7 orng

anak yang mendapat nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik

(BSB) dan 9 orang anak yang mendapat nilai bintang (***) atau

berkembang sesuai harapan (BSH).

2. Berdasarkan analisis data hasil observasi aktivitas mengajar guru pada

siklus I diperoleh hasil mengajar guru pada siklus I dari 13 aspek yang

diamati hanya 9 aspek yang dicapai oleh guru dengan persentase

ketercapaian sebesar 69,23%, sedangkan aktivitas belajar anak pada siklus I

dari 13 aspek yang diamati hanya 10 aspek yang dicapai oleh anak dengan

persentase ketercapaian sebesar 76,92%. Pada siklus II presentase


77

ketercapaian aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan sebanyak 12

aspek dengan presentase 92,30% dan aktivitas guru yang tidak tercapai

sebanyak 1 aspek dengan presentase 7,7%, sedangkan presentase

keberhasilan ketercapaian aktivitas belajar anak didik juga mengalami

peningkatan sebanyak 12 aspek dengan presentase 92,30% dan aktivitas

belajar anak yang tidak tercapai sebanyak 1 aspek atau sebesar 7,7%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat

ditingkatkan melalui permainan tradisional di kelompok B TK Kartika XX-

46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti memberi saran

sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, sebaiknya guru

menggunakan permainan tradisional sebagai salah satu cara dalam

meningkatkan interaksi sosial.

2. Bagi Sekolah

Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan

pembelajaran serta menambah media yang menarik untuk anak dalam

meningkatkan interaksi sosial.


78

3. Bagi Peneliti

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman

serta penelitian mengenai interaksi sosial melalui permainan tradisional ini

dapat dijadikan sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian serupa.

Você também pode gostar