Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
permainan. Tingkat kreatifitas anak akan terpacu melalui daya khayalnya. Ini
bermain sebagai self help tool. Dimana dalam bermain anak mendapatkan
scaffolding baik untuk control diri, penggunaan bahasa, daya ingat dan
kerjasama dengan teman bermain. Selain itu, bermain dapat memberikan anak
Permainan bagi anak juga telah dikaji sejak lama oleh para ahli
pendidikan, baik sejak munculnya perilaku permainan tersebut bagi anak. Karl
maupun teman sebayanya. Permasalahannya ialah sebagian besar anak tidak mampu
berinteraksi dengan teman sebayanya. Sebagian besar anak menunjukan sikap pasif
terhadap kegiatan berkelompok, sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan. Dari 18 orang anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 8 anak
perempuan, hanya 3 anak yang sudah mampu berinteraksi dengan baik dengan teman
sebayanya maupun lingungan disekitarnya dengan rincian bintang (****) atau sudah
berkembang dengan sangat baik (BSB) dan 15 orang anak lainnya baru mulai
berkembang (**) mulai berkembang (MB). (hasil wawancara dengan ibu Wa Ode Nur
interaksi sosial anak kurang menarik dan hanya melibatkan beberapa anak saja, proses
Mandonga Kota Kendari, peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung proses
interaksi sosial yang ada di TK Kartika XX-46 Kecamatan Mandonga Kota Kendari
sebagai salah satu cara meningkatkan interaksi sosial dan dapat memperbaiki kondisi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi anak didik yaitu hasil penelitian ini diharapkan agar anak dapat
dengan teman sebayanya agar anak tidak merasa kesepian jika berada di
takut.
4
2. Bagi guru yaitu agar dapat mengetahui perkembangan interaksi sosial anak
melalui permainan tradisonal yang dapat terjalin dengan baik dan dapat
4. Bagi peneliti yaitu agar dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Sosial
dan memberi”. Sedangkan kata sosial memiliki arti “hubungan sosial yang
adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana
Menurut Gillin dan Gillin dalam Padil dan Supriyatno (2010: 97)
(2010: 97) interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu
dihadapinya dan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Menurut Robert M.Z.
Lawang dalam Soyomukti (2010: 315), interaksi sosial adalah proses ketika
6
sosial adalah hubungan yang dinamis yang tercipta antar individu dengan
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, karena tanpa interaksi sosial
Interaksi sosial hanya berlansung jika terjadi aksi dan reaksi kedua
belah pihak, baik antar individu, individu dengan kelompok, atau antar
interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,
yakni :
1. Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya
tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik. Orang bisa
Oleh karena itu hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya
a) Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
2. Komunikasi
1. Faktor Imitasi yaitu dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam
2. Faktor Sugesti yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya
sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
dengan kelompok mempunyai hubungan timbal balik dan dapat tercipta oleh
interaksi sosial. Soekanto dalam Padil dan Supriyatno (2010: 99) membagi
interaksi sosial menjadi dua yaitu interaksi asosiatif dan interaksi disosiatif.
a. Kerjasama (cooperation)
b. Akomodasi (accommodation)
pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses terjadinya
berlaku di masyarakat.
c. Asimilasi
a. Competition (persaingan)
b. Kontravensi
kepribadian seseorang.
10
c. Conflict (pertikaian)
pertikaian (conflict).
(accommodation)
berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia,
sosial berlapis-lapis.
B. Permainan Tradisional
memiliki arti “tradisi” yaitu segala sesuatu yang dianggap kebiasaan, adat
tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat yang berasal dari zaman
pendukungnya yang terdiri atas tua, muda, kaya, dan miskin. Sedangkan
menurut Ismail (2006: 105) dikutip oleh Izatil dan Pratiwi, Permainan
segala kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak zaman dulu baik itu
lelucon dan nyayian pun juga bisa dikatakan sebagai permainan tradisional
anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk
mengadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran yang sesuai
Permainan tradisional menjadi wahana atau media bagi ekspresi diri anak,
yang wajib di lestarikan karna merupakan warisan dari nenek moyang kita
kita miliki.
terbentuknya yakni dari hasil budaya anak-anak yang ingin berfantasi dan
menghargai orang lain, Kurniati dalam Mulyani (2016: 48). Manfaat lain
13
sikap lapang dada (jika kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada
aturan.
generasi selanjutnya.
Menurut beberapa para ahli dalam izatil dan hardiyanti (2016: 35)
3. Aspek sosial, anak diajarkan untuk tidak selalu bergantung kepada orang
6. Aspek kognitif, mengenal warna, bentuk, arah, huruf, dan angka, konsep-
konsep dasar.
penuh tanggung jawab, rasa patuh, dan rasa saling membantu. Semuanya
masyarakat.
tersebut terdapat dalam gerak permainan atau dalam tembang maupun syair
berikut.
17
1. Nilai Demokrasi
cara dan tata tertib serta aturan yang disepakati. Semua dilakukan secara
2. Nilai Pendidikan
3. Nilai Kepribadian
Aktivitas bermain merupakan media yang sangat tepat bagi anak untuk
4. Nilai Keberanian
permainan.
5. Nilai Kesehatan
6. Nilai Persatuan
7. Nilai Moral
didalamnya.
mempunyai karakteristik, adat, budaya, yang berbeda satu dengan yang lain.
menjadi 3, yaitu.
(2005: 123) dikutip Izati dan Pratiwi menulis bahwa H. Overbeck telah
Indonesia yang jumlahnya lebih dari 690 macam. Dari berbagai permainan
4. Bermain peran
1. Permainan individu
2. Permainan Berpasangan
3. Permainan berkelompok
kelompok atau regu yang terdiri dari beberapa orang anak. Seperti
butaan, petak umpet, ular naga dan bermain kelereng. Izatil dan
Pratiwa(2016:15-16)
1. Permainan Benteng
dimainkan oleh dua grup yang terdiri dari beberapa orang untuk merebut
sebuah tiang, batu atau pilar yang disebut “benteng”. Sesuai dengan
21
atau inti dari permainan ini. Jika permainan ini tidak ada yang namanya
benteng, maka tidak akan bisa memainkan permainan ini. Mulyani (2016:
86-90)
a. Persiapan
Awal mula permainan benteng ini ialah anak-anak yang akan ikut
b. Peralatan
khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara
c. Peraturan
disebut lama. Personil yang berstatus lama dapat dikejar, diburu, dan
22
tawanan.
d. Permainan
menyerangnya dari salah satu personil tiap kubu salah satu benteng
menyerang dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan
lawan..
23
e. Akhir Permainan
Masing-masing tim terdiri atas 3-5 orang atau lebih. Masing-masing tim
a. Persiapan
b. Peralatan
alat khusus, cukup lahan kosong dan kapur tulis untuk membuat
garis.
24
c. Peraturan
lawan.
d. Permainan
e. Akhir permainan
a. Persiapan
anak dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata, biasanya pemain
b. Peralatan
Pada permainan kasti alat yang digunakan adalah bola dan pemukul
c. Peraturan
d. Permainan
yang mendapat giliran jaga dan satu kelompok mendapat giliran untuk
memukul bola. Pada setiap titik ditandai dengan tiang atau batu.
yang dibatasi dengan garis. Pemain yang sedang berlari menuju pos
26
e. Akhir permainan
Permainan tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, hal ini karena
permainan adalah aktivitas yang selalu dilakukan dan digemari oleh anak-
jujur, setia. Sehingga anak mampu melakukan interaksi sosial dengan baik.
Dalam setiap permainan ada yang menang dan kalah, hal ini menuntut anak
teman-temannya.
27
beberapa aspek perkembangan sosial anak, dengan bermain juga anak banyak
dengan banyaknya anak yang memperoleh nilai BSH dan BSB dengan
presentase rata-rata jumlah anak, yakni kondisi awal 48%, pada siklus I
yang ditandai dengan presentase pada kondisi awal 40%, pada siklus I
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara guru,
siswa dan peneliti dalam satu kelas dengan cara merancang, melaksanakan,
B. Setting Penelitian
1. Tempat
2. Waktu
C. Subjek Penelitian
XX-46 kecamatan Mandoga kota Kendari. Dengan jumlah 18 orang anak yang
pada anak.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana pada satu siklus
terdiri dari tiga hari, kedua tahapan siklus tersebut terdiri dari perencanaan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan
dari keberhasilan pada siklus pertama, namun kegiatan pada siklus kedua
yang ditemukan dalam tindakan pada siklus pertama. Arikunto ( 2006: 16-20)
dilakukan yaitu :
1. Perencanaan
tradisional.
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
setiap pertemuan dalam satu siklus yang akan diperbaiki pada pertemuan
siklus berikutnya.
1. Observasi
2. Wawancara
dengan anak, guru, maupun orang tua. Dengan wawancara peneliti dapat
3. Dokumentasi
pada data, seberapa jauh data dapat mendukung tema atau tujuan penelitian
tindakan kelas.
Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data yang digunakan adalah
pada anak.
33
yaitu pemberian tanda checklist pada simbol bintang satu atau BB= Belum
berinteraksi meskipun sudah dibimbing oleh guru), bintang dua atau MB=
dibimbing dari awal sampai akhir), bintang tiga atau BSH= Berkembang
nilai simbol bintang satu, dua, tiga, dan empat selama mengikuti kegiatan
perolehan nilai bintang satu, bintang dua, bintang tiga, dan bintang empat
yang telah dicapai masing-masing anak pada setiap siklus tindakan. Adapun
dari hal ini merupakan nilai akhir yang akan diperoleh masing-masing anak
rumus :
a. Guru
jumlah aspek yang dicapai
presentase keberhasilan guru = x 100%
jumlah aspek yang diamati
b. Anak
terhadap guru dan anak telah mencapai minimal 85% sesuai dengan
2. Dari segi hasil, apabila ≥75% anak memperoleh nilai ≥ *** maka
dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya jika ≤75% anak memperoleh nilai ≤**
berarti tindakan tersebut tidak berhasil dan perlu diadakan tindakan lanjutan.
37
BAB IV
A. Hasil Penelitian
wawancara singkat dengan guru kelompok B4, bahwa dalam interaksi sosial
simbol nilai bintang (**) dan (*) hal ini disebabkan karena kegiatan yang
tabel berikut :
perolehan nilai anak mencapai 0,01-2,49 atau berada pada taraf MB (Mulai
berikut :
masing-masing diperoleh 7 orang anak atau sebesar 38,9% dengan kata lain
dengan presentase 16,7% dan 3 orang anak memperoleh nilai bintang (***)
a. Perencanaan
akan digunakan. Pada tahap ini disiapkan segala sesuatu secara rinci dari
kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Dalam hal ini peneliti membuat
media permainan tradisional bola kasti, benteng dan gobak sodor, dan
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan I
mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-
cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional bola kasti yang telah
dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.
Ketika anak telah memukul bola anak harus lari menuju markas I agar
terhindar dari lemparan bola dari kelompok lawan dan berlari kembali
ucapan salam.
2. Pertemuan II
mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-
dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.
memulai permainan ini salah satu personil dari kelompok satu harus
bentengnya.
ucapan salam.
3. Pertemuan III
pada hari rabu 7 Februari 2018 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di
mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-
dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.
ucapan salam.
c. Pengamatan
permainan tradisional.
yang dilakukan hari ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
histogram berikut :
80.00%
69.23%
70.00%
60.00%
50.00%
Tercapai
40.00%
30.77%
Tidak Tercapai
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus 1
instruksi dari guru; (b) Menjawab salam dari guru; (c) Anak
90.00%
80.00% 76.92%
70.00%
60.00%
50.00%
Tercapai
40.00%
Tidak Tercapai
30.00% 23.08%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus 1
berikut :
Data hasil evaluasi seperti yang ditampilkan pada tabel 4.5, maka
54
II.
d. Refleksi
(BSB).
1. Faktor Guru
2. Faktor Anak
a. Perencanaan
siklus II dengan lebih optimal dan persiapan yang lebih baik lagi, agar
observasi guru dan anak; (c) menyediakan alat evaluasi untuk siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan pada tanggal 12, 13, dan 14
Februari.
1. Pertemuan I
mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-
anak dibagi menjadi dua kelompok dengancara hom pim pah. Setelah
memukul bola anak harus lari menuju markas I agar terhindar dari
ketempat awal. Apabila anak yang memukul bola terkena bola maka
59
seterusnya.
ucapan salam.
2. Pertemuan II
mengatur anak didik berbaris dnegan rapi sesuai dengan kelas masing-
anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah. Setelah
permainan ini salah satu personil dari kelompok satu harus mendekati
bentengnya.
ucapan salam.
3. Pertemuan III
mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-
dahulu anak dibagi menjadi dua kelompok dengan cara hom pim pah.
ucapan salam.
c. Pengamatan
anak.
sebanyak 13 aspek yang harus dicapai guru. Pada siklus II aspek yang
akan dilakukan besok. Untuk lebih jelasnya dapat lihat pada tabel
berikut :
yang dilakukan hari ini dan salam penutup. Untuk lebih jelasnya dapat
100.00% 92.30%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Tercapai
50.00%
40.00% Tidak Tercapai
30.00%
20.00%
7.7%
10.00%
0.00%
Siklus 2
berdoa
4 Anak menunjukan sikap antusias dalam
1 Terlaksana
mengikuti kegiatan permainan
tradisional
5 Mendengarkan guru pada saat
menjelaskan tata cara permainan
1 Terlaksana
tradisional
6 Bertanya kepada guru mengenai tata
Tidak
cara permainan tradisional yang belum
1 terlaksana
dipahami
7 Memperhatikan guru pada saat
memberikan contoh permainan
1 Terlaksana
tradisional
100.00% 92.30%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Tercapai
50.00%
40.00% Tidak Tercapai
30.00%
20.00%
7.7%
10.00%
0.00%
Siklus 2
Data hasil evaluasi seperti pada tabel 4.9, maka dilakukan analisis
pada tahap evaluasi siklus II, rata-rata anak didik memperoleh nilai
persentase 50% yaitu 9 orang anak didik dari 18 orang anak secara
persentase 11,11% yaitu 2 orang anak dan untuk nilai bintang (*)
keberhasilan ≥75%.
d. Refleksi
Jika dilihat dari hasil perhitungan nilai secara klasikal pada siklus II
yaitu 88,89% anak telah mencapai indikator kinerja yaitu ≥75% anak
harapan (BSH), dan tidak terdapat anak yang belum berkembang (BB).
dihentikan.
B. Pembahasan
sosial melalui permainan tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses
yang diamati pencapaian yang dilakukan guru hanya 9 aspek atau sebesar
bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus I mencapai 69,23% dari 13 aspek
aktivitas mengajar guru pada penelitian ini telah mencapai hasil maksimal.
pada siklus I dari 13 aspek yang diamati yang tercapai sebanyak 10 aspek
atau sebesar 76,92%. Sedangkan pada siklus II dari 13 aspek yang diamati
Ganbar 4.6 Histogram Hasil Analisis Aktivitas Belajar Anak Siklus I dan
Siklus II
95.00%
92.30%
90.00%
85.00%
Siklus I
80.00% Siklus II
76.92%
75.00%
70.00%
65.00%
orang anak, dan siklus II meningkat lagi menjadi 16 orang anak. Untuk
60.00% Tercapai
50.00%
Tidak Tercapai
40.00% 33.3% 33.3%
30.00%
20.00%
11.1%
10.00%
0.00%
Observasi Awal Siklus I Siklus II
dilaksanakan secara baik dan optimal oleh peneliti yang bekerjasam dengan
Jika dilihat dari pemahaman anak muulai dari pelaksanaan siklus I sebesar
hasil yang lebih baik dari sebelumnya, karena indikator kinerja yang
ditetapkan telah tercapai yaiu ≥75% maka penelitian ini dapat dihentikan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan observasi yang telah dilakukan pada anak
1. Observasi awal secara klasikal anak didik memperoleh nilai sebesar 33,4%.
sebesar 66,67%, dimana ada 5 orang anak yang mendapat nilai bintang
(****) atau berkembang sangat baik (BSB) dan 7 orang anakyang mendapat
nilai bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH). Pada siklus II
anak yang mendapat nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik
(BSB) dan 9 orang anak yang mendapat nilai bintang (***) atau
siklus I diperoleh hasil mengajar guru pada siklus I dari 13 aspek yang
dari 13 aspek yang diamati hanya 10 aspek yang dicapai oleh anak dengan
aspek dengan presentase 92,30% dan aktivitas guru yang tidak tercapai
belajar anak yang tidak tercapai sebanyak 1 aspek atau sebesar 7,7%.
B. Saran
sebagai berikut :
1. Bagi Guru
2. Bagi Sekolah
3. Bagi Peneliti