Você está na página 1de 6

ANALISA KANDUNGAN KLORIDA (Cl) PADA SAMPEL AIR SUNGAI DI DEPAN

RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA


Che Fairuz Zam-Zam (09.2016.1.00525)
Jurusan Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya, 60117, Indonesia

ABSTRACT

Water in urban drainage is water that comes from the waste of the surrounding residents. Liquid
waste is discharged into soil, rivers, lakes and oceans which, if excessive, can cause damage to
environmental balance. One of the chemical elements contained in the population's waste water is
chloride which is a compound that is toxic to the environment. Therefore, it is necessary to have a
laboratory test in analyzing the chloride content in the drainage water with the appropriate
method. In this analysis, chloride levels were determined in water samples taken in the water
channel or front drainage of Haji Surabaya Hospital by using titration method AgNO3 and
K2CrO4 indicator. The reason for using this method as the determination of chloride levels
because the implementation of the easy and fast and has a high accuracy and accuracy. From the
laboratory test analysis, the water content of the sample is known to be 1.3 mg / l and still meets
the established quality standard
Keyword:

ABSTRAK

Air pada drainase perkotaan merupakan air yang berasal dari buangan limbah penduduk yang
berada di sekitarnya. Limbah cair yang dibuang ke dalam tanah, sungai, danau dan laut yang jika
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kesimbangan lingkungan. Salah satu unsur kimia yang
terkandung di dalam air buangan penduduk adalah klorida yang merupakan senyawa yang bersifat
toksik terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya uji laboratorium dalam menganalisa
kandungan klorida pada air drainase tersebut dengan metode yang sesuai. Pada analisis ini,
ditentukan kadar klorida dalam air sampel yang diambil di saluran air atau drainase depan Rumah
Sakit Haji Surabaya dengan menggunakan metode titrasi AgNO3 dan indikator K2CrO4. Alasan
menggunakan metode ini sebagi penentuan kadar klorida karena pelaksanaannya yang mudah dan
cepat serta memiliki ketelitian dan ketepatan yang cukup tinggi. Dari analisa uji laboratorium,
kadar dalam air sampel diketahui sebanyak 1,3 mg/l dan masih memenuhi standar baku mutu yang
telah ditetapkan.

1. PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan setiap makhluk hidup. Hampir semua kehidupan di
dunia ini tidak pernah lepas dari ketergantungan terhadap air mulai dari hal-hal yang
sederhana sampai hal-hal yang sangat kompleks sekalipun. Manusia, hewan dan juga
tumbuhan selalu membutuhkan air setiap saat untuk melangsungkan hidupnya. Tanpa ada
air semua jenis makhluk hidup tersebut tidak akan dapat mempertahankan hidupnya.
Bahkan mengkonsumsi kurang dari jumlah yang dibutuhkan juga berpengaruh langsung
terhadap kelangsungan hidupnya. Misalnya, jika didalam tanah tidak ada atau kurang
banyak jumlah air yang tersedia maka tumbuhan tidak akan bisa menghisap unsur-unsur
hara yang dibutuhkan karena air berfungsi melarutkan unsur hara tersebut yang kemudian
masuk melalui selaput-selaput akar dan diangkut oleh xilem ke daun untuk diproses lebih
lanjut. Manusia dan hewan juga membutuhkan air baik dikonsumsi secara langsung
misalnya diminum maupun secara tidak langsung. Misalnya, mengkonsumsi buah atau
bagian tumbuhan tertentu manusia dan hewan telah mengkonsumsi air secara tidak
langsung.
Kebutuhan makhluk hidup akan air perlu ditinjau tidak hanya dari segi
kuantitasnya tetapi juga kualitasnya. Terutama air untuk konsumsi manusia sangatlah perlu
diperhatikan. Apalagi kemampuan air dalam melarutkan zat-zat lain tidak selamanya
memberikan manfaat bagi manusia. Bahkan sering menjadi pembawa masalah terhadap
manusia. Zat-zat yang dapat larut dalam air sangat banyak jenisnya misalnya bakteri dan
bahan-bahan kimia. Diantara zat-zat terlarut tersebut ada yang sama sekali tidak
dibutuhkan tubuh manusia, ada juga yang dibutuhkan tetapi dalam jumlah yang sedikit
bahkan ada yang sifatnya racun yang dapat merusak sistem biologis dalam tubuh. Oleh
karena itu kualitas air perlu diperhatikan. Tidak hanya itu logam berat jika terserap
ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan, bersifat toksik dan mengganggu
kehidupanmikroorganisme (Bustanul Arifin, Deswati, dan Umiati Loekman, 2012).
Untuk menjaga kualitas air langkah pertama adalah mengidentifikasi sumber dan
jenis zat pengotor atau zat yang terlarut. Karena air dapat terkontaminasi oleh zat-zat dari
berbagai sumber. Pencemaran bisa karena pengolahan lahan sekitar sumber air tidak
dilakukan dengan baik, penggunaan pestisida yang tidak tepat, atau zat-zat kimia tertentu
yang dibawa oleh udara. Kemudian langkah selanjutnya adalah memilih metode atau cara
yang yang sesuai dengan jenis zat pencemar tersebut. Jika pengotornya adalah debu atau
lumpur maka untuk membersihkannya dapat dilakukan dengan melakukan penyaringan.
Tetapi jika jenis pengotornya merupakan zat kimia maka untuk membersihkannya tidak
bisa dilakukan hanya dengan penyaringan saja tetapi harus dilakukan dengan cara kimia
juga. Karena zat kimia tersebut larut dalam air dalam bentuk ion sehingga tidak mungkin
dapat disaring. Tetapi dengan mencari zat kimia tertentu yang dapat mengambil zat-zat
kimia tersebut.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
yang memenuhi syarat kesehatan dandapat langsung diminum. Air minum kemasan atau
airminum isi ulang dapat terkontaminasi oleh zat kimia, mikroba, dan materi berbahaya
yang berpengaruh burukterhadap kesehatan (Veronica Renny M, Lina Susanti).Saat ini
semakin banyak tempat isi ulang air minum terutama didaerah perkotaan yang sumber air
minum sulit didapatkan. Kualitas air yang dihasilkan juga tidak sama. Ada yang
kualitasnya layak untuk dikonsumsi tetapi ada juga yang tidak layak dikonsumsi karena
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Apalagi ada isu yang mengatakan bahwa
proses pengolahannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Pengolahan yang dilakuan
dengan baik sesuai dengan prosedur akan mengahasilkan air dengan kualitas yang baik
pula. Tetapi jika tidak diproses dengan baik maka hasilnya juga akan kurang baik untuk
dikonsumsi.
Sumber pencemaran air sangat banyak. Ada yang berasal dari sumber air itu
sendiri, pengolahan lahan yang tidak tepat disekitar sumber air, bahan-bahan kimia yang
berasal dari pengolahan limbah industri yang tidak tepat. Salah satu jenis zat kimia yang
sering menjadi pencemar adalah klor. Di dalam tubuh klor memang sangat dibutuhkan
tetapi dalam jumlah yang sedikit. Bahkan pada jaringan tubuh manusia
diperkirakansebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106
mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak
atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga pankreas.Sebagai anion utama dalam
cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjagakeseimbangan cairan-
elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu
sebagaipengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga
keseimbangan asam-basa tubuh.Bersama dengan ion natrium (Na), ion klorida juga
merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluarmelalui keringat. Klorin dalam
tubuh masuk melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Karena jumlah klor yang
dibutuhkan dalam tubuh sangat terbatas maka asupan makanan dan minuman yang
mengandung Cl harus dikontrol dengan baik. Menurut
permenkes NO.907/MENKES/SK/VII/2002 kadar klor dalam air minum tidak lebih 250
mg/L. Peraturan ini harus menjadi acuan dalam menyediakan air minum. Jika kadar Cl
dalam air minum melampaui batas yang telah ditetapkan maka air tersebut tidak layak
untuk konsumsi.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi klorin dalam beberapa
sampel air minum isi ulang yang ada daerah sekitar Darussalam dan Mata Ie. Setelah
diidentifikasi pada sampel terdapat klorin maka dilanjutkan untuk menentukan kadarnya.
Penentuan kadar tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah pengolahan air minum isi
ulang tersebut sudah sesuai dengan permenkes NO.907/MENKES/SK/VII/2002. Kemudian
dibandingkan kadar klorin dalam salpel yang berasal dari daerah Darussalam dengan
sampel yang berasal dari daerah Mata Ie. Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada
hubungan antar jarak tempat pengambilan sampel dari tepi laut atau tidak dengan kadar Cl
yang dikandungnya.
Pada proses identifikasi Cl dalam sampel dilakukan dengan dua jenis pengujian
yaitu dengan menggunakan AgNO3 dan Pb(NO3)2. Penambahan AgNO3 akan
menghasilkan endapan AgCl berwarna putih. Begitu juga dengan penambahan
Pb(NO3)2 akan membentuk endapan berwarna putih yaitu PbCl2. Karena perak klorida
(AgCl) tidak larut dalam air dan timbel klorida (Pb(NO3)2) juga tidak larut dalam air
dingin tetapi larut dalam air mendidih (Svehla, 1985). Pembentukan endapan tersebut
mengidntifikasikan adanya Cl dalam air.
Pada penentuan kadar Cl pada sampel air minum tersebut dilakukan dengan
metode titrasi argentometri mohr. Metode argentometri mohr merupak salah satu metode
titrasi pengendapan. Titrasi dengan metode ini menggunakan K2CrO4 sebagai indikator.
Perubahan warna indikator dari kuning membentuk endapan berwarna kemerah-merahan
diambil sebagai titik akhir titrasi. Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan
nilai pH sekitar 6 sampai 10. Karena dalam larutan yang lebih alkalin, perak oksida
mengendap. Dalam laruatan asam, konsentrasi kromat secara secara besar-besaran
menurun, karena HcrO4- hanya sedikit terionisasi (Day dan Underwood, 2002).

2. TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi. Bumi
dilingkupi air sebanyak 70% Sedangkan sisanya 30% berupa daratan. Udara mengandung
zat cair atau uap air sebanyak 15% dari tekanan atmosfer. Hampir semua kegiatan manusia
membutuhkan air mulai dari mandi, membersihkan tempat tinggal, makan dan minum
sampai kegiatan yang lainnya. (Gabriel, 2001)
Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 82 tahun 2001
menyebutkan Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.
Menurut Hardhana (1995) indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah
tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:
 Adanya perubahan suhu air.
 Adanya perubahan pH atau konsentrasi hidrogen.
 Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
 Adanya endapan, kloidal, bahan terlarut.
 Adanya mikroorganisme
 Meningkatnya radioaktivitas dalam air lingkungan.
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air dapat dengan
mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk
tujuan yang bermacam macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut tujuan
penggunaannya kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor diminum mungkin cukup
bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan
sebagainya.
Pencemaran air juga dapat merupakan masalah regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan udara serta penggunaan lahan tanah dan daratan.
Pada saat udara yang tercemar jatuh kebumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah
tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan
terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang
bersangkutan. Pengelolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi,
sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Banyak sekali penyebab terjadi
pencemaran air yang akhirnya bermuara ke lautan yang menyebabkan pencemaran pantai
dan air laut di sekitarnya. (Darmono, 2001)
Klorida merupakan salah satu anion organik utama dalam air dan air limbah. Rasa
asin yang dihasilkan oleh konsentrasi klorida bervariasi dan bergantung pada komposisi
kimia air. Beberapa air yang mengandung 250 Cl mg/l memungkinkan memiliki rasa asin
yang terdeteksi jika kationnya adalah sodium. Di sisi lain, rasa khas asin mungkin tidak ada
di perairan yang mengandung sebanyak 1000 mg/l bila kation utamanya adalah kalsium
(Ca) dan Magnesium (Mg). (Standard Method for Water and Waste Water, 1992)
Klorida dalam air berasal dari alam, limbah cair, dan limbah industri, air kotor
perkotaan yang mengandung garam pelebur es dan dari rembesan air laut. Konsentrasi
klorida yang berlebihan dapat membahayakan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
laju korosi logam dalam distribusi air. Kekurangan unsur klorida di dalam tubuh dapat
menimbulkan turunnya nilai osmotik cairan ekstraseluler, suhu tubuh dapat meningkat
sehubungan dengan terganggunya sistem regulasi. Kelebihan kadar klorida dalam air
minum akan merusak ginjal. (Astuti et al., 2013)
Klorida (Cl) adalah salah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam
Senyawa senyawa klorida lersebut mengalani proses disusiasi dalan air mernbenuk ion. Ion
klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat-sifat kimia dan biologi
perairan. Kation dari garam-garam klorida dalam air lerdapat dalam keadaan mudah larut.
Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion
logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik.
Tetapi kelebihan garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu
sangat penting dilakukan analisa terhadap Klorida, karena kelebihan klorida dalam air
menyebabkan pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air. (Achmad, 2004).
Sifat Kelarutan Khlorida Kebanyakan mudah terlarut dalam air. Merkuriurn l khlorida
(HgCle), perak khlorida (AgC), timbel khlorida (PbC2) merupakan senyawa yang sangat
sedikit larut dalam air dingin tetapi mudah larut dalam air nendidih sedangkan tembaga
klurida (CuCD, bismuth oksiklorida (BioC), stibium oksiklorida (SbOCL) dan merkurium
TI oksiklorida HgJOClu tidak larut dalam air.
Garam dari asam klorida HClmengandung ion klorida; contohnya adalah garam
meja, yang adalah natrium kloridadengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini
terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau lebih atom
klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa senyawa
anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik
adalah hidrogen klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa organik
(suatu organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium klorida (HgCl2), perak klorida
(AgCl), timbal klorida (PbCl2) merupakan senyawa yang sangat sedikit larut dalam air
dingin tetapi mudah larut dalam air mendidih, sedangkan tembaga klorida (CuCl), bismuth
oksiklorida (BiOCl), stibium oksiklorida (SbOCl) dan merkurium oksiklorida (Hg2OCl2)
tidak dapat larut dalam air.
Endapan perak klorida yang seperti dadih dan berwarna putih tidak larut dalam air
dan dalam asarn nitral encer, tetapi larul dalam larutan amoniak encer dan dalam larutan
larutan kalium sianida dan tiosulfat.

Cl + Ag → AgCl ↓

Jika endapan perak khlorida ini disaring dan dicuci dengan air suling, lalu dikocok
dengan larutan natrium arsenit, endapan di ubah menjadi perak arsenit yang kuning. Hal ini
lah yang membedakan dengan perak bromida dan perak iodide, yang tidak di pengaruhi
oleh pengelolahan ini. Reaksi ini boleh dipakai sebagai uji kepastian terhadap klorida.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 492 / Menkes / Per /
IV / 2010 kadar klorida yang diizinkan sebagai persyaratan memenuhi baku mutu kualitas
air minum adalah 250 mg/l.

3. METODE
Penelitian ini menggunakan sampel air yang diambil di saluran drainase depan
Rumah Sakit Haji Surabaya, tepatnya di Jl. Manyar Kertodadi, Klampis Ngasem, Sukolilo,
Surabaya sebagai objek analisa kandungan klorida pada pukul 06.00 WIB. Analisa
konsentrasi klorida dalam suasana netral diendapkan dengan AgNO3 membentuk AgCl.
Dengan adanya indikator K2CrO4 akan terbentuk endapan berwarna merah bata pada titik
akhir titrasi. Penelitian diawali dengan pengambilan sampel 100 ml yang diberi beberapa
tetes HNO pekat, K2CrO4 10% dan serbuk ZnO menggunakan spatula. Kemudian
dilanjutkan dengan metode titrasi AgNO3 dan mencatat hasil titrasi pada burret,
selanjutnya adalah perhitungan klorida. Berikut adalah skema kerja analisa klorida dalam
air sampel:

100 ml dalam 2-3 tetes Serbuk


erlenmeyer K2CrO4 10% ZnO

Perhitungan
Titrasi larutan
kandungan
AgNO3
klorida

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Dalam analisa kandungan klorida alat yang digunakan adalah:


 Burret
 2 botol erlenmeyer 250 ml
 Gelas ukur 100 ml
 Pipet tetes
 Spatula
4.1.2Adapun bahan yang diperlukan dalam analisa klorida ini adalah:
 Larutan AgNO3
 Larutan K2CrO4
 Asam Nitrat Pekat (HNO)
 Kristal ZnO

4.1.3 Pembahasan masing-masing steps:


 Pembuangan 100 ml air sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml menggunakan gelas
ukur 100 ml.
 Menambahkan 2-3 tetes HNO pekat menggunakan pipet.
 Menambahkan 3-5 tetes K2CrO4 10%, maka air sampel akan berubah warna
menjadi kuning-jingga.
 Penambah MgO sedikit demi sedikit menggunakan Spatula sambil menggunakan
erlenmeyer sampai cairan dalam wadah berupa warna menjadi kuning kehijauan.
 Menitrasi dengan larutan AgNO3 menggunakan burret hingga terjadi endapan
berwarna merah bata pada dasar erlenmeyer.
 Mencatat banyaknya AgNO3 pada titrasi yang digunakan dalam perhitungan
rumus yakni 1,6 ml.
 Perhitungan kadar klorida:

Diketahui:

Ml AgNO3 = 1,6 ml
N Ag NO3 = 0,1 ml

Klorida = 1000/100 x (ml AgNO3 – 0,3 ml) x N AgNO3


= 1000/100 x (1,6 ml – 0,3 ml) x 0,1
= 10 x 1,3 x 0,1
= 1,3 mg/l

5. KESIMPULAN
Hasil perhitungan analisa kandungan klorida dalam air sampel yang diambil di
Sungai Jl. Manyar Kertodadi, Klampis Ngasem, Sukolilo, Surabaya pada pukul 06.00 WIB
adalah sebanyak 1,3 mg/l. Menurut Permenkes no. 492 tahun 2010 kadar klorida yang
diizinkan sebagai persyaratan kualitas air minum adalah 250 mg/l, sehingga dapat
disimpulkan bahwa air sampel sungai tersebut masih memenuhi baku mutu kadar klorida
yang berlaku.

6. DAFTAR PUSTAKA
Standard Method for the Examination of Water and Waste Water, APHA, AW – WA,
WPCF, Washington, 18 th ed. 1992.
Permenkes RI no. 492/Menkes/Per/IV/2010/ Tentang Persyaratan Air Minum.
Pedoman Mutu Air Minum Edisi-3 WHO, EGC, 2011.
Astuti,D. 2013, Penetapan Kadar Klorida pada Air Sumur di Stikes Guna Bangsa
Yogyakarta 2 (1): 2-3.
Asmadi, 2010, Teknologi Pengolahan Air Minum, Edisi-1, Gosyen Publishing, Jakarta.
Agung, T., 2009, Analisis Kadar Khlorida pada Air dan Air Limbah dengan Metode
Argentometri, Diploma-3 Analis Universitas Sumatera Utara Medan.

Você também pode gostar