Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah,


salah satunya tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima
beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya.Pencemaran yang
mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat
(point sources) dan limbah tersebar (non point sources). Limbah terpusat
seperti limbah industri, limbah usaha peternakan, limbah perhotelan, dan
limbah rumah sakit. Sedangkan limbah tersebar seperti limbah pertanian,
limbah perkebunan dan limbah domestik.
Keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Sterilisasi
adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Tujuan
proses sterilisasi adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di
dalam atau di atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan
bahwa alat untuk sediaan tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan
infeksi.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Pada proses penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan
massa, dan termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya.

1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan air dan derajat air ?
2. Bagaimana syarat zat pembawa dalam sedian steril ?
3. Bagaimana pengelolahan air produksi?
4. Apa yang dimaksud dengan pirogen ?
5. Apa saja sumber-sumber pirogen ?
6. Bagaimana cara untuk pencegahan pirogen ?
7. Bagaimana cara untuk menghilangkan pirogen ?
8. Bagaimana uji pirogen ?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi air dan derajat air
2. Untuk mengetahui syarat zat pembawa dalam sedian steril.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengelolahan air produksi?
4. Untuk mengetahui definisi pirogen
5. Untuk mengetahui sumber-sumber pirogen
6. Untuk mengetahui cara pencegahan pirogen
7. Untuk mengetahui cara menghilangkan pirogen
8. Untuk mengetahui uji pirogen

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Air dan Derajat Air


Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-
GMP. Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam
jumlah besar, terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan
lain-lain. Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K
(0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-
garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak
umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan
antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel
periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas,
sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat
bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan
fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan
hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal.
Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase
berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif
ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor).
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair
dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air

3
dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Berikut adalah tetapan fisik air pada temperatur tertentu.

0o 20o 50o 100o

Massa jenis (g/cm3) 0.99987 0.99823 0.9981 0.9584

Panas jenis (kal/g•oC) 1.0074 0.9988 0.9985 1.0069

Kalor uap (kal/g) 597.3 586.0 569.0 539.0

Konduktivitas termal 1.52 × 1.63 ×


1.39 × 10−3 1.40 × 10−3
(kal/cm•s•oC) 10−3 10−3

Tegangan permukaan (dyne/cm) 75.64 72.75 67.91 58.80

178.34 × 100.9 × 54.9 × 28.4 ×


Laju viskositas (g/cm•s)
10−4 10−4 10−4 10−4

Tetapan dielektrik 87.825 80.8 69.725 55.355

II.2 Pembawa
Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air. Sebagian
besar produk parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan
kompatibilitas air dengan jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai
rute pemberian, air mempunyai konstanta dielektrik tinggi sehingga lebih
mudah untuk melarutkan elektrolit yang terionisasi dan ikatan hydrogen yang
terjadi akan memfasilitasi pelarutan dari alkohol, aldehid, keton, dan amin.
Syarat air untuk injeksi menurut USP :
a. Harus dibuat segar dan bebas pirogen.
b. Tidak mengndung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.
c. pH antara 5-7
d. Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,
karbondioksida, dan kandungan logam berat serta material organik (tanin,
lignin), partikel berada pada batas yang diperbolehkan.
1. Pembawa Air:

4
a. Air Pro Injeksi
Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat
(timbal, Besi, Tembaga), juga tidak boleh mengandung ion Ca, Cl,
NO3, SO4, amonium, NO2, CO3. Harus steril dan penggunaan diatas
10 ml harus bebas pirogen. Aqua steril Pro Injeksi adalah air untuk
injeksi yang disterilisasi dan dikemas dengan cara yang sesuai, tidak
mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya.
Cara pembuatan : didihkan air selama 30 menit dihitung dari
setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan. Cara : Aqua p.i +
karbon aktif 0,1% dari volume, dipanaskan 60-70oC selama 15
menit.Tidak boleh menggunakan Aqua DM karena ada zat-zat organik
yang tidak bermuatan dapat lolos, ditanggulangi dengan filtrasi karbon
adsorben dan filtrasi bakteri.
b. Air Pro Injeksi Bebas CO2
CO2 mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organic
seperti barbiturate dan sulfonamide kembali membentuk asam
lemahnya yang mengendap.
Cara pembuatan : Mendidihkan air p.i selama 20-30 menit lalu
dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.
c. Air Pro Injeksi bebas O2
Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada
saat pendinginannya dialiri gas nitrogen. Dipakai untuk melarutkan zat
aktif yang mudah teroksidasi, seperti apomorfin, klorfeniramin,
klorpromazin, ergometrin, ergotamine, metilergotamin, proklorperazin,
promazin, promesatin HCl, sulfamidin, turbokurarin.
2. Pembawa Non Air
Pembawa non air digunakan jika:
a. Zat aktif tidak larut dalam air
b. Zat aktif terurai dalam air
c. Diinginkan kerja depo dalam sediaan

5
Syarat umum pembawa non air :
a. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan sensitisasi
b. Dapat tersatukan dengan zat aktif
c. Inert secara farmakologi
d. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasa digunakan
e. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikan dengan
muda
f. Harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar
g. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi
dengan panas
h. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh.

II.3 Pengolahan Air Produksi

Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung dari


persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni atau
air untuk injeksi.

1. Mekanisme kerja Purified Water System

Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat


menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan
gas) yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi. Air
(raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city water),
Shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari
Deep well (sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari
pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target
mutu air yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air menentukan peralatan
yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri
dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE),
Micro filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-
Ionization (EDI).

6
Multimedia filter
Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan
partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari
beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-
1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian
bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering
juga disebut dengan sand filter).
Active Carbon filter
Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang
memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk
granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum
proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine, benzene,
pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.
Water Softener Filter
Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan
dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++
yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.
Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang
dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.
Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001
mikron).
EDI (Elektonic De-Ionization)

EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai


pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini
dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat
berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI,
selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki

7
penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place)
dan looping system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.

2. Mekanisme kerja Water for Injection (WFI)


Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection/WFI) berasal dari
purified water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan)
dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri. Sesuai
dengan persyaratan CPOB yang terbaru, proses destilasi menggunakan 6
(enam) kolom destilasi, artinya air yang digunakan untuk produk-produk steril
tersebut mengalami 6 kali proses destilasi. Dengan unit ini diperoleh air untuk
injeksi yang memenuhi persyaratan Water For Injection (WFI). Selanjutnya,
WFI yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank pada suhu 70-
80oC sebelum didistribusikan untuk produksi produk steril.
Beberapa hal lain yang diatur dalam CPOB Terkini sebagai
persyaratan penting air untuk produksi yang sebelumnya tidak diatur dalam
CPOB yang lama (2001) , antara lain :

 Daerah mati (dead legs/kran) harus sekecil mungkin (maksimum 3 x


diameter pipa)
 Aliran air untuk produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24 jam)
 Pipa distribusi (terutama untuk produk steril) menggunakan baja anti karat
jenis SS 316L
 Pipa distribusi menggunakan double tube
 Pipa distribusi tidak boleh ditanam atau menempel pada dinding ruang
produksi, tapi harus terdapat jarak yang cukup antara pipa dengan dinding
untuk memudahkan pembersihan
 Tanki penampung dari bahan SS 316 L yang dilengkapi dengan fasilitas CIP
(cleaning in place) yang memungkinkan proses pembersihan tanki secara
menyeluruh
 Parameter pengoperasian : suhu, konduktifitas, flow rate, porositas filter,
dan lain-lain harus didokumentasikan

8
 Terdapat gambar skematik titik-titik pemakaian air
 Terdapat sistem alert (peringatan) dan action limit (batas tindakan) pada
sistem pengolahan air.

Bangunan pengolahan air harus terpisah dari bangunan untuk proses produksi,
walaupun demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar resiko pencemaran
bisa ditekan seminimal mungkin selama distribusi dalam pipa penyalur. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan untuk pengolahan air,
antara lain adalah:

1) Luas bangunan harus cukup luas untuk menampung tangki-tangki


pengolahan air
2) Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah
tumbuhnya lumut dan jamur (misalnya cat Epoxy atau cat minyak)
3) Posisi lantai bangunan harus lebih tinggi dari sekitarnya untuk mencegah air
hujan masuk ke dalam dan dapat menyebabkan pencemaran.

II.4 Definisi Pirogen


Pirogen adalah penyebab demam atau bahan yang dibentuk oleh
mikroorganisme yang kadang-kadang ada dalam cairan parenteral dan
menghasilkan panas ketika larutan disuntikkan pada pasien.
Pirogen dapat diartikan sebagai penghasil panas. Pirtogenin dibentuk
dari bahanbahan mikroorganisme, kadang kadang kehadirannya dalam cairan
atau larutan parenteral dan penghasil fibril ketika larurtan diinjeksikan ke
dalam tubuh pasien. Tipe pirogen atau reaksi fibril terdiri dari demam dan
menggigil. Untuk campuran pirogen. Pasien mengalami kenaikan suhu tubuh
antara 15 menit sampai 8 jam dan kecepatan nadi. Reaksi ini menyebabkan
pengeluaran keringatyang berlebihan dan penurunan temperatur, mual, sakit
kepala dan alguminaria juga dapat menyertai reaksi ini.
II.5 Sumber-Sumber Pirogen
Sumber pirogen adalah air yang telah dibiarkan lam dan telah
tercemar bakteri dari udara. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan
seperti glukosa,NaCl dan Na-sitrat.

9
Prinsip sumber pirogen adalah : Destilasi air, dimana sebelum
terkontaminasi dengan bakteri dan dengan udara, dimana tumbuh dan
menghasilkan eksotoksin, dalam penambahan pirogen saat terbawa dalam
penyulingan dan dalam proses destilasi. Surnber pirogen lain adalah air yang
terdekat pada permukaan dari wadah atau menggunakan labu dalam sediaan
larutan , seperti dekstrose dan NaCL dapat berisi pirogen.
Sumber yang paling banyak adalah air, zat terlarut yang
terkontaminasi dan wadah. Air bebas dari pirogen jika air tersebut telah
disuling, sehingga rnolekulmolekul yang terkondensasi telah hilang menjadi
uap, dilindungi dari kontaminasi yang masuk tidak disengaja dan jika distilat
sudah dikumpulkan dan disimpan dalam suatu kondisi steril.

II.6 Cara Pencegahan Pirogen


Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk
injeksi harus segera digunakan setelah disuling, pada waktu disuling
jangan ada air yang memercik,alat penampung dan cara menampung air
suling harus seaseptis mungkin.
Pirogen dapat dihancurkan dengan pemanasan pada temperature
tinggi. Prosedur yang digunakan untuk dipirogenasi gelas dan peralatan
adalah pemanasan pada suhu 250°C selama 45 menit. Tekanan ini dilaporkan
bahwa 650°C selama 1 menit atau 180°C selama 4 jam akan menghancurkan
pirogen. Siklus autokaf yang biasa tidak dapat melakukannya, pemanasan
dengan atau larutan oksidasi akan menghancurkan pirogen . telah ditegaskan
bahwa malalui pencucian dengan deterjen akan memberikan gelas bebas
pirogen. Jika dilindungi selama pembuatan dan penyimpanan dari
kontaminasi pirogenik berat. Cara yang disukai , wadah pelasti dan
dimaksudkan harus dilindungi dari kontaminasi pirogenik selama pembuatan
dan penyimpanan karena langkah-langkah yang diketahui untuk
menghancurkan pirogen akan mempengaruhi pelastik dengan kurang baik.
Telah dilaporkan bahwa resin penukar anion akan mengabsorbsi pirogen dari

10
air dan osmosis yang akan mengeliminasinya, Walaupun demikian, rnetode
yang pirogenaling dipercaya untuk mengeliminasinya di air adalah destilasi.

II.7 Cara menghilangkan Pirogen


Pirogen dapat dipindahkan dari suatu larutan melalui destilasi dan ini
merupakan metode paling tua untuk memperoleh air bebas progen, dasar
untuk memperoleh atau memproduksi parenteral volume besar bebas pirogen
dalam skala besar. Ultrafiltrasi sampai 100 KD adalah alat yang efektif dari
penyaringan endotoksin yang mempunyai BM kira-kira 20 KD tetapi pada
kenyataannya ukuran agregat paling kurang 1000 KD. Osmosa balik juga
efektif memindahkan partikel samapai 1 nm, meliputi endotoksin. Disisi lain,
norit aktif, serat asbes dan polipropilen atau politeffiber atau permukaan,
seluruhnya efektif menyerap pirogen, utamanya melalui interaksi hidrofobik.
Pirogen atau endotoksin yang diadsorbsi dalam permukaan lebih sulit untuk
di pindahkan. Permukaan elestomerik seperti pada segel dan penutup tidak
dapat dipanaskan.
Cara menghilangkan pirogen yaitu :
1. Untuk alat atau zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntuk,alat
suntik dan lain-lain dipanaskan pada suhu 250◦C selama 30 menit.
2. Untuk aqua pro injeksi (air untuk injeksi) bebas pirogen
a. Dilakukan dengan oksidasi dengan cara :
1. Didihkan dengan larutan H2O2 1% selama 1 jam
2. Satu liter air yang dapat diminum , ditambahkan 10 ml larutan KmnO4
0,1 N dalam 5 Ml larutan 1, disuling dengan wadah gelas,selanjutnya
kerjakan seperti pembuatan air yntuk injeksi.
b. Dilakukan dengan cara absorbsi dengan cara:
Saring dengan penyaringan bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom
Al2O3 panaskan dalam arang pengabsorbsi 0,1 % (carbo adsorbens 0,1
% pada suhu 60 ◦C selama 5-10 menit,sambil sesekali
diaduk,kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan
filter asbes.

11
II.8 Uji pirogen
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada
tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara i.v dan ditujukan untuk sediaan yang perlu penyiapan
pendahuluan atau cara pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunjuk
tambahan yang tertera pada masing-masing monografi.
Alat dan pengencer. Alat suntik, jarum dan alat kaca dibebas
pirogenkan dengan pemanasan pada suhu 250o C selama tidak kurang dari
30 menit atau dengan cara lain sesuai dengan perlakuan semua pengencer dan
larutan untuk pencuci dan pembilas alat suntik dengan cara sedemikian rupa
yang dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji
pirogen terhadap pengencer dan larutan pencuci dan pembilas secara berkala.
Apabila digunakan injeksi NaCl sebagai pengencer, gunakan injeksi yang
mengandung larutan NaCl PO 9 %.
1. Rabbit Test
Rekaman suhu. Gunakan alat pengukur suhu yang teliti seperti
termometer klinik atau termistor atau alat sejenis yang telah dikalibrasi
untuk menjamin ketelitian skala kurang lebih 0,1 yang telah diuji bahwa
pembacaan suhu maximum tercapai <5 menit masukkan alat pengukur
suhu kedalam anus kelinci dengan kedalam tidak < 7,5 cm dan sesudah
jangka waktu tudak kurang dari yang telah ditetapkan sebelumnya, tekan
suhu tubuh kelinci.
Hewan uji. Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci
satu ekor dalam satu kandang dalam ruang dengan suhu yang seragam
antara 20-23o dan bebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan.
Beda suhu tidak boleh berbeda kurang lebih 3o dari suhu yang telah
ditetapkan. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen,
adaptasikan kelinci tidak boleh lebih dari tujuh hari dengan uji
pendahuluan yang meliputi semua tahap pengujian yang tertera pada
prosedur, kecuali penyuntikan, kelinci tidak boleh digunakan untuk uji

12
pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau sebelum 2 minggu
setelah digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan kenaikan suhu
maksimal 0,6o atau lebih.
Prosedur. Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus
untuk uji pirogen dan denagn kondisi lingkungan yang sama dengan ruang
pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkankegelisahan.
Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum dibolehkan
pada tiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian
menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap
sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar
sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum
penyuntikan larutan uji, tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang
merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci
dalam satu kelompok tidak boleh lebih 1o dan suhu awal setiap kelinci
tidak boleh lebih dari 39,8o. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing
monografi, suntikkan 10 ml/kg bb, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci
dan penyuntikan dilakukan waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan
yang bila perlu yang dikonstitusi seperti yang tertera pada masing-masing
monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji
pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil
cucian atau bilsan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan
sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua
larutan harus bebas dari kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37o +
2o sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan
jam ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu.
Penafsiran hasil. Setiap penurunan suhu dengan nol. Sediaan
memenuhi syarat apabila tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan
suhu 0,5o atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu
0,5o atau lebih. Lanjutkan pengujian dengan menggunakan lima ekor
kelinci. Jika tidak lebih dari tiga ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing
menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih dan jumlah kenaikan suhu

13
maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3o sediaan dinyatakan
memenuhi syarat bebas pirogen.
2. LAL
Baru-baru ini telah ditemui bahwa ekstrak sel darah ketam sepatu
kuda (Limulus polyphemus) mengandung system enzim dan protein yang
menggumpal bila ada liposakarida dalam jumlah kecil. Penemuan ini,
merangsang perkembanga uji Limulus amebocyte lysate (LAL) untuk
mengetahui adanya pirogen dalam kerja penelitian dan pengawasan selama
proses berlangsung. Usulan-usulan untuk uji produk akhir obat dengan
LAL sedang dipertimbangkan oleh FDA.
Uji LAL adalah metode spesifik untuk bakteri endotoksin, hanya
untuk pirogen yang signifikan pada kebanyakan pabrik farmasetikal dan
peralatan medis. Test didasarkan pada mekanisme primitive
penggumpalan darah dari kepiting seperti Kuda Amerika (Limulus
polyphemus). Berberapa enzim diletakkan pada sel darah amoeba kepiting
yang dipicuh oleh endotoksin perpanjangan koagulasi enzimatik yang di
akhiri dengan produksi di gel protenose.
Test harus dihindarkan dari kontaminasi antimikroba sebelum
dihindarkan, test ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada factor
campuran dalam sediaan, peralatan tidak menyerap endotoksin (seperti
pada beberapa plastic) dan sensitifitas dari lisat diketahui.
Reagen test LAL disediakan dengan lyopilisasi sel di mubasit limulus.
Volume setara reagen LAL dan larutan test (0,1 mikron per masing-
masing)dicampurkan dalam gelas tube test elipirogenasi. Tube
diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 jam, setelah test wadah dibaca.
Tube diambil dari incubator dan diubah. Bekuan oleh yang rusak
mengandung energy padatan merupakan factor dari test positif. Ketika
digunakan pada bagian ini bekuan gel uji awalnya, melewati test
kegagalan dibatasi dan reagen sensitive LAL. Test LAL tambahan test ini
dapat digunakan dalam laboratorium farmaseutikal. Test ini spesifik untuk

14
endotoksin gram negative, dimana test pirogen kelinci sensitive untuk
semua pirogen endotoksin dan sumber lain disbanding gram negative.
3. Kuantitatif dan Kualitatif
a. Hidrolisis Asam Basa
Despirogenasi menggunakan hidrolisis asam basa/alkali
menurunkan atau menghilangkan aktivasi biologi dari lippolisakarida
bakteri dengan aktivasi lemak A. Lemak A adalah rantaiinti
polisakarida atau 2 keto 3 asam dioksiketon. Rantai asam 8 karbon
asam gula khusus dari LPS bakteri Hidrolisis asam aktif pada asam
labil ketosidik ini pada inti yang terpisah dari lemak A dari sisa
molekul LPS.
b. Oksidasi
Pengetahuan tentang inaktivasi oksidasi dari endotoksin dapat
ditemukan ketika Hanrd melaporkan bahwa sel Salmonella Typosa
menghilangkan kapasitas produksi demam ketika dicuci dengan
H2O2. Dari asam lemak yang dihasilkan dalam lemak A dari LPS
dapat dianjurkan.
c. Alkilasi
Endotoksin dilaporkan dengan bahan pengalkil menurunkan
pirogenitas endotoksin dihilangkan dengan asam anhidrat. Grup yang
sama dilaporkan lapisan diturunkan ketika endotoksin digunakan
dengan subsinat anhidrat. Disamping mekanisme reaksi ini secara
perlahan dengan asetilasi.

15
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-


GMP. Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam
jumlah besar, terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan
lain-lain. Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien).
Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air. Sebagian
besar produk parenteral menggunakan pembawa air.
Syarat air untuk injeksi menurut USP :
a. Harus dibuat segar dan bebas pirogen.
b. Tidak mengndung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.
c. pH antara 5-7
Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung dari
persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni atau
air untuk injeksi.

III.2 Saran

Untuk pembuatan sediaan steril ada bebarapa hal yang harus di


perhatikan dalam sediaannya,di antaranya :

 Keamanan sediaan
 Kontaminasi terhadap mikroba,
 Stabilitas
 Kelarutan
 Kemasan sediaan
 Manufacturing

16
DAFTAR PUSTAKA

Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press

Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres

Badan Pengawas Obat dan Makanan. ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV.
Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA).

Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia


28th edition. London: The Pharmaceutical Press.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan

Voight Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM


Press

Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta : Soeroengan

17

Você também pode gostar