Você está na página 1de 4

II.

Analisis Kasus dengan Metode SOAP


2.1 Subjektif
- Pasien berusia 55 tahun
- Pasien mengalami rasa nyeri persendian.
- Merupakan perokok aktif (5-10 batang per hari)
- Memiliki pola makan sering mengkonsumsi olahan daging merah dan
jeroan.

2.2 Objektif
- Pasien didiagnosis mengalami serangan akut gout oleh dokter.
- Merupakan serangan akut yang ketiga pada tahun ini.
- Hasil laboratorium menunjukkan kadar asam urat 9 mg/dl.
- Pasien diresepkan natrium diklofenak per oral 2 x 50 mg per hari.

2.3 Assessment
Penyakit gout artritis berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin
yang dapat menyebabkan tingginya kadar asam urat di dalam darah atau yang
biasa disebut hiperurisemia. Kadar asam urat dalam darah yang normal yaitu 7,0
mg/dL (Gliozzi et al., 2015). Berdasarkan hasil laboratorium pasien, ditunjukkan
dengan kadar asam urat yang melebihi normal sebesar 9 mg/dL, hal ini
menandakan bahwa pasien mengalami hiperurisemia. Hiperurisemia ditandai
dengan terbentuknya kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi
dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal inilah yang akan mengakibatkan reaksi
peradangan yang apabila berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat pada persendian
(Anastesya, 2009). Maka dari itu, pasien sering mengalami rasa nyeri di
persendian.
Berdasarkan diagnosis dokter, pasien mengalami serangan akut gout artritis.
Gout artritis akut merupakan radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu
singkat. Keluhan utamanya berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Faktor pencetus
serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik,
stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik, konsumsi alkohol dalam jumlah
besar dan lain-lain (Sholihah, 2014). Serangan biasanya berhenti dalam waktu 3-
10 hari, walaupun tanpa pengobatan, dan serangan berikutnya mungkin tidak akan
terjadi dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun (NIAMS, 2002).
Serangan akut yang dialami oleh pasien dapat disebabkan oleh kebiasaan
buruknya yaitu mengonsumsi rokok hingga 5-10 batang per hari. Pada pasien
perokok berat dapat meningkatkan durasi terjadinya nyeri sendi (Naga, 2013).
Selain itu, serangan akut juga disebabkan akibat pasien mengonsumsi daging
merah dan jeroan. Daging merah dan jeroan merupakan makanan dengan kadar
purin tinggi (150-180 mg/100 gram). Apabila mengonsumsi daging merah dan
jeroan dapat meningkatkan risiko asam urat 21% (Sustrani dkk., 2004).
Tujuan terapi serangan gout artritis akut adalah menghilangkan gejala, sendi
yang sakit diistirahatkan, dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk
menjamin respon yang cepat dan sempurna (Depkes RI, 2006). Dokter
meresapkan pasien dengan natrium diklofenak per oral 2 x 50 mg per hari.
Natrium diklofenak termasuk ke dalam obat golongan NSAID yang menjadi lini
pertama untuk terapi farmakologi penyakit gout artritis. Natrium diklofenak dapat
mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout artritis (Anastesya, 2009).
Dosis natrium diklofenak melalui rute pemberian oral sebesar 100-150 mg/hari.
Jadi, dengan penggunaan natrium diklofenak pada pasien sebanyak 2 x 50 mg per
hari sudah sesuai untuk pengobatan gout artritis akut pada pasien.
Gambar 1. Algoritma Terapi Gout Artritis Akut (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2006)

Daftar Pustaka

Anastesya W. 2009. Artritis Pirai (Gout) dan Penatalaksanaannya. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pharmaceutical Care Untuk


Pasien Penyakit Artritis Rematik. Jakarta.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care


Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Gliozzi, M., Malara N., Muscoli S., and Mollace V. 2016. The Treatment of
Hyperuricemia. J. International Journal of Cardiology, 213: 23-27.

Naga, S. S. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.


NIAMS. 2002. Questions and Answers About Gout, Health Topics. National
Institute of Health.

Sholihah, F. M. 2014. Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. J. Majority, 3(7):


39-45.

Sustrani, L., Syamsir A., & Iwan H. 2004. Asam Urat Informasi Lengkap untuk
Penderita dan Keluarga. Edisi 6. Jakarta: Gramedia.

Você também pode gostar