Você está na página 1de 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

A. Pengertian
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang atau sama dengan 2000 gram (WHO 1961 dalam Surasmi
dkk, 2003).
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2000 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).
BBLSR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2000 gram
(Ngastiyah, 2003).

B. Klasifikasi BBLSR
Menurut Surasmi tahun 2003 klasifikasi BBLSR berdasarkan umur kehamilan atau
masa gestasi diantaranya:
a. Preterm infant atau bayi premature
Yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
b. Term infant atau bayi cukup bulan
Yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan 37-42 minggu.
c. Post matur atau bayi lebih bulan
Yaitu bayi lahir pada umur kehamilan sesudah 42 minggu

C. Etiologi BBLSR
Penyebab terbanyak terjadinya BBLSR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan ganda/kembar, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLSR.
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH (toksoplasma, rubella, campak,
herves).
b. Komplikasi pada Kehamilan
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum,
preeklamsia berat, eklamsia dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan Paritas
Angka kejadian BBLSR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu dengan usia kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun.
d. Faktor kebiasaan Ibu

1
Faktor kebiasaan ibu yang berpengaruh seperti ibu perokok, pecandu alkohol dan
pengguna narkoba.
2. Faktor Uterus dan Plasenta
a. Kelainan pembuluh darah (hemangioma)
b. Insersi tali pusat yang tidak normal, infark plasenta dan sebagian plasenta lepas.
3. Faktor Janin
Prematur, hidramnion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
4. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.

D. Manifestasi Klinik BBLSR


1. Berat badan kurang dari 2000 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
4. Kepala lebih besar daripada badan.
5. Lanugo lebih banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
6. Lemak subkutan kurang.
7. Ubun-ubun dan sutura lebar.
8. Rambut tipis dan halus.
9. Tulang rawan dan daun telinga immature
10. Puting susu lebih terbentuk dengan baik.
11. Pembuluh darah kulit banyak terlihat.
12. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora pada
wanita, pada laki-laki testis belum turun.
13. Bayi masih posisi fetal.
14. Pergerakan kurang dan lemah.
15. Otot masih hipotonik.
16. Banyak tidur, nangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnoe.

2
3
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Didapatkan dari biakan darah biasanya ditemukan kuman (+)
2. Adanya leukositosis (> 24000/mm3) atau leukopeni (< 3000/mm3).
3. Ditemukan anemia.
4. Trombositopenia (< 100.000/mm3).
5. LED meningkat.
6. Thoraks foto menunjukan adanya pneumonia.
7. Adanya riwayat selama kehamilan dan persalinan misalnya infeksi ibu selama
kehamilan atau persalinan, umur kehamilan/berat badan lahir, kelahiran banyak,
lama robekan membran, persalinan dengan penyulit, distress janin.

G. Penatalaksanaan BBLSR
1. Merawat bayi di ruang isolasi/inkubator.
2. Mempertahankan suhu tubuh optimal (36,5 – 37,5 0C).
3. Mempertahankan oksigen yang adequat
4. Mengatur posisi bayi
5. Pemeriksaan/tindakan harus aseptik dan antiseptik.
6. Petugas harus memakai pakaian khusus dan cuci tangan sebelum dan sesudah
pegang atau periksa bayi.
7. Memperbaiki keadaan umum termasuk koreksi hipotensi, tanda-tanda syok,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Pemberian antibiotik.
9. Jika ada kejang berikan obat anti kejang.
10. Bila ada indikasi dapat diberikan transfusi darah.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, tanggal lahir,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor CM.
2) Identitas penanggung jawab
Terdiri dari ayah dan ibu klien meliputi ; nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada BBLSR diantaranya bayi kecil, tidak aktif,
sulit menetek, malas menetek.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan:
P (paliatif/provokatif) merupakan faktor yang memperingan dan memperberat
keluhan utama yang meliputi umur kehamilan, berat badan bayi saat lahir,
penyakit yang pernah diderita ibu sehingga menimbulkan bayi lahir prematur
atau BBLSR.

4
Q (quality) hal-hal yang menyebabkan bayi mau menetek dan malas menetek
pada keadaan prematur dan BBLSR.
R (region/radian) mengkaji refleks hisap bayi ada atau tidak, serta ditunjang
oleh refleks menelan ada atau tidak ada, biasanya pada bayi prematur
seringkali tidak didapatkan refleks hisap maupun menelan.
S (skala) mengkaji adanya refleks hisap dan menelan, seberapa kuat refleks
hisap dan menelan pada bayi prematur dan BBLSR tersebut.
T (timing) meliputi kemajuan atau penurunan dari keluhan utama dari mulai
munculnya keluhan saat dikaji.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat prenatal
Meliputi kehamilan ibu yang keberapa, frekuensi pemeriksaan
kehamilan, imunisasi TT, konsumsi tablet Fe, keluhan utama saat
kehamilan, kebiasaan ibu tentang obat-obatan, alkohol dan rokok. Kenaikan
BB selama kehamilan, jarak kehamilan sebelumnya, tempat ibu
pemeriksaan kehamilan (ANC).
Kaji meliputi penyakit yang diderita ibu pada waktu hamil misalnya
toxamin gravidarum, pendarahan ante partum, trauma fisik, DM, usia ibu
waktu hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, adanya
gangguan psikologis dan keadaan sosial ekonomi yang rendah.
Apakah kehamilan kembar atau hidramnion. Apakah pernah terpapar
zat-zat beracun atau terkena infeksi.

b) Riwayat intra natal


Persalinan yang keberapa, jenis persalinan, umur kandungan, penolong
persalinan, lamanya, APGAR SCORE, lilitan tali pusat serta komplikasi
pada saat persalinan. Kaji adanya infeksi di jalan lahir.
c) Riwayat post natal
Berat badan bayi saat lahir, tinggi badan, ukuran proporsi kepala, lingkar
dada, pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama, riwayat asfiksia,
refleks mengisap/sucking, menelan/swallowing, memutar/rooting,
terkejut/moro, mengedip/glabelar dan refleks lainnya yang umum terdapat
pada bayi, perawatan bayi segera setelah lahir, apakah segera diberi ASI,
pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama.
d) Neonatal
Meliputi imunisasi, aktivitas tumbuh kembang, nutrisi, istirahat, eliminasi
BAB dan BAK, personal hygiene.
4) Riwayat kesehatan keluarga

5
Mengkaji struktur internal membuat diagram struktur keluarga untuk
mengklarifikasi informasi yang berhubungan dengan komposisi keluarga.
Aspek yang dikaji dalam struktur keluarga: komposisi dalam keluarga, siapa
saja yang ada dalam keluarga, urutan tingkatan, jenis kelamin. Selain itu
riwayat kesehatan keluarga dapat tergambar melalui ecomap yaitu mengkaji
budaya keluarga ; pandangan hidup, bahasa yang digunakan, berapa lama
keluarga tersebut tinggal di daerah tersebut, kelompok suku tertentu yang
diikuti. Riwayat penyakit keturunan maupun menular yang sedang diderita di
dalam keluarga inti, riwayat keluarga dengan kehamilan kembar atau prematur.
5) Riwayat psikologis, sosial dan spiritual dalam keluarga
Secara psikologis orang tua yang memiliki bayi dengan BBLSR mengalami
kecemasan terhadap anaknya karena keadaan fisik yang kecil dan berada
dalam inkubator.
Spiritual ditujukan pada harapan keluaarga terhadap kesembuhan dan
kepercayaan keluarga mengenai keadaan yang diderita anaknya.
Data sosial didapatkan dari interaksi keluarga klien dengan anggota keluarga,
tetangga, dan pekerjaan dari tiap-tiap anggota keluarga.

c. Pemeriksaan fisik
1) TTV
Meliputi nadi ( nilai normal 120-150 x/menit), respirasi (40-60 x/menit), suhu
( 36.5-37.5 0C).
2) Kepala dan leher
Bentuk kepala, ukuran proporsi kepala biasanya lebih besar daripada lingkar
dada atau kira-kira 3 cm lebih besar daripada lingkar dada, lingkar kepala rata-
rata dengan umur gestasi 32 minggu 29 cm, pemisahan antara fontanel dan
garis sutura tampak jelas dan tulang fontanel agak lunak, cekung dan belum
menutup. Keadaan rambut biasa, sedikit dan jarang. Muka warna kulit merah
muda, kaji adanya refleks rooting. Sklera mata putih dan konjungtiva tampak
pucat. Refleks glabelar kurang terangsang karena belum maturnya fungsi mata.
Kaji kebersihan hidung, kelembaban mukosa hidung. Refleks pada mulut
seperti rooting, sucking lemah. Refleks batuk biasanya tidak ada. Kaji tulang
kartilago telinga, biasanya kurang berkembang, lunak dan lembut ditumbuhi
lanugo. Fleksibilitas kurang baik. Pada leher ditemukan refleks tonik neck dan
swallowing yang menurun.
3) Dada
Bentuk dada relatif kecil dibandingkan ukuran lingkar kepala, tulang rusuk
masih agak lemah. Ritme dan dalamnya pernafasan kurang teratur, sering

6
ditemukan apnoe, timbul sianosis karena refleks batuk belum ada. Pada
jantung dapat terdengar bunyi murmur.
4) Abdomen
Abdomen buncit atau kembung dan pembuluh darah tampak terlihat,
peristaltik usus terdengan antara 9-30 x/menit, tampak kuning dan terdapat
pembesaran hepar. Bila umur bayi kurang dari satu minggu kaji keadaan tali
pusat.
5) Punggung dan bokong
Lengkung sakral tampak jelas, apakah ada lesi atau kemerahan, apakah kulit
tampak kuning atau tidak.
6) Genetalia
Pada perempuan labia mayora dan klitoris kurang berkembang dan tampak
menonjol. Kaji kebersihan dan sekret vagina. Pada laki-laki biasanya testis
belum turun. Kaji anus apakah ampak kemerahan atau ada iritasi pada lubang
anus. Kaji pengeluaran BAK dan BAB.
7) Ekstremitas
Atas: massa otot tidak ada, aktivitas lemah, refleks moro menurun bahkan
tidak ada. Refleks pamalgesping menurun.
Bawah; massa dan ukuran otot tidak ada, aktivitas lemah, refleks babinski
lemah. Kuku tampak transparan dan tertutup lanugo, ekstremitas hipotonia.

2. Analisa Data
Merupakan kemampuan dalam mengaitkan data-data fokus secara konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk mengumpulkan data, menentukan masalah
keperawatan yang mungkin muncul pada klien dan keluarga.

No Data Etiologi Masalah

7
1. DS : - BBLSR Pola nafas
DO: Imaturitas tidak efektif
- Ditemukan apneu
Fungsi organ-organ belum
dan sianosis.
- Pengembangan sempurna
paru kurang Sistem pernafasan
adekuat. Paru-paru belum matur
- Otot-otot
Eksvansi paru terganggu
pernafasan masih
lemah dan pusat Pertukaran O2 dan CO2 tidak efektif
pernafasan belum Pola nafas tidak efektif
berkembang.
Pengembang

2. DS : - BBLSR Resiko tinggi


DO : Imaturitas hipotermi
- Suhu 360C
- DJ 140 x/menit Fungsi organ-organ belum
- RR 44 x/menit
sempurna
- BB 1350 gr
- Lemak subkutan
Jaringan lemak sub kutis tipis
tipis
- Akral hangat Kemampuan untuk menyimpan
panas berkurang

Resiko tinggi hipotermi

3. DS : - BBLR/BLSR Resiko tinggi


DO :
Imaturitas infeksi
- Suhu (hipo atau
hipertermi) Fungai organ-organ belum
- BB <2000 gram sempurna
- Asupan nutrisi
kurang Penurunan daya tahan
- Imaturitas organ
Resiko tinggi infeksi
4. DS : - BBLSR Gangguan
DO : Imaturitas pemenuhan
- BB 1350 gr

8
- Reflek Fungsi organ-organ belum nutrisi
menghisap dan sempurna
menelan lemah Sistem pencernaan
- Terpasang Kapasitas gaster kecil
Resiko
NGT,diet
menghisap dan
ASI/PASI
- Muntah menelan lemah
Penurunan kemampuan
untuk mencerna protein,
mengabsorpsi nutrisi

intake nutrisi kurang

Gangguan pemenuhan kebutuh


kurang dari kenutuhan tubuh
5 DS : - BBLSR Rresiko tinggi
DO: Imaturitas kekurangan
- Suhu : > 370C
- Mukosa kering Fungsi organ-organ belum volume cairan
- Badan panas
sempurna
- Turgor menurun

Sistem perkemihan

Organ ginjal belum matur

Pengaturan cairan dan elektrolit


belum sempurna

Rresiko tinggi kekurangan volume


cairan

6. DS : - BBLSR Resiko tinggi


DO: Imaturitas kerusakan
- Kulit tipis dan
Fungsi organ-organ belum integritas kulit
transparan, warna
sempurna
kemerahan
- Lemak subkutan Sistem integumen
tipis immatur struktur kulit
- Klien terus
berbaring dalam kulit tipis dan transparan

inkubator dengan mudah mengalami lesi

9
suhu 340C
Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit

7. DS : - BBLSR Perubahan
DO: Imaturitas pertumbuhan
- BB < 2000 gram
- Tampak lemah Fungsi organ-organ belum dan
- Pergerakan <
sempurna perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
terganggu
Perubahan pertumbuhan dan
perkembangan

8. DS : BBLSR Perubahan
- Keluarga
Bertambahnya anggota keluarga proses
mengatakan
keluarga
memerlukan Memerlukan perawatan khusus

perawatan ekstra Perubahan proses keluarga

untuk bayinya
DO :
- BB < 2000 gram
9. DS : - BBLSR Antisipasi
DO :
berduka
- Keluarga tampak Anggota berbeda dengan yang lain
cemas akan
Berduka
bayinya
- Ada anggota Antisipasi berduka
keluarga yang
tidak menerima
akan bayinya

3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Pola nafas tidak efektif b.d immaturitas paru dan neuromuskuler, penurunan
energi dan keletihan yang ditandai dengan :

10
DS : -
DO: - Ditemukan apneu dan sianosis
- Pengembangan paru kurang adekuat
- Otot-otot pernafasan masih lemah dan pusat pernafasan belum
berkembang
b. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d
kemampuan mencerna nutrisi karena immaturitas dan atau penyakit yang ditandai
dengan :
DS : -
DO : - BB 1350 gr
- Reflek menghisap dan menelan lemah
- Terpasang NGT,diet ASI/PASI
- Muntah
c. Resiko tinggi hipertermi b.d kontrol suhu yang immatur dan penurunan lemak
tubuh sub kutan yang ditandai dengan :
DS : -
DO : - Suhu 360C
- DJ 140 x/menit
- RR 44 x/menit
- BB 1350 gr
- Lemak subkutan tipis
- Akral hangat
d. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang yang ditandai
dengan :
DS : -
DO : - Suhu (hipo atau hipertermi)
- BB <2000 gram
- Asupan nutrisi kurang
- Imaturitas organ
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d karakteristik fisiologis immatur dan
bayi preterm atau penyakit ditandai dengan :
DS : -
DO: - Suhu : > 370C
- Mukosa kering
- Badan panas
- Turgor menurun
f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d struktur kulit immatur, immobilitas,
prosedur invasif yang ditandai dengan :
DS : -
DO: - Kulit tipis dan transparan, warna kemerahan
- Lemak subkutan tipis
- Klien terus berbaring dalam inkubator dengan suhu 340C
g. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran preterm, perpisahan
dengan orang tua yang ditandai dengan :
DS : -
DO: - BB < 2000 gram

11
- Tampak lemah
- Pergerakan <
h. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi, kurang pengetahuan perawatan bayi
dengan BBLSR, gangguan proses kedekatan orang tua yang ditandai dengan :
DS : - Keluarga mengatakan memerlukan perawatan ekstra untuk bayinya

DO : - BB < 2000 gram

i. Antisipasi berduka b.d bayi beresiko tinggi terhadap situasi yang tidak
diperkirakan, prognosis kematian yang ditandai dengan :
DS : -
DO : - Keluarga tampak cemas akan bayinya
- Ada anggota keluarga yang tidak menerima akan bayinya

4. Perencanaan (Tujuan, Intervensi, Rasional)


a. Pola nafas tidak efektif b.d immaturitas paru dan neuromuskuler, penurunan
energi dan keletihan.
Tujuan : Klien menunjukkan oksigenasi yang adequat
Kriteria hasil :
1) Pola nafas teratur
2) Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2 yang adequat
3) Frekuensi nafas normal
4) Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam batas normal
5) Oksigenasi jaringan adekuat

Intervensi:
1) Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal
R/ posisi bayi yang baik dapat meningkatkan asupan O2.
2) Hindari hiperekstensi leher
R/ karena akan mengurangi diameter trachea
3) Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan
R/ untuk mengenali tanda-tanda distress misalnya ngorok, sianosis, apneu.
4) Lakukan pengisapan/suction
R/ untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trachea.
Pengisapan seperlunya berdasarkan pengkajian
5) Jangan pernah melakukan pengisapan secara rutin
R/ karena akan menyebabkan bronchospasme, bradikardi, hipoksia, hemoragi
intraventrikel
6) Observasi adanya tanda-tanda distress pernafasan
R/ untuk memberikan tindakan yang cepat apabila terjadi distress pernafasan
7) Pertahankan suhu lingkungan yang netral
R/ untuk menghemat penggunaan O2
8) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage
R/ untuk memudahkan drainage sekret
9) Hindari posisi trendelenburg
R/ karena dapat menurunkan kapasitas paru akibat gravitasi yang mendorong
organ ke arah diafragma

12
10) Gunakan posisi semi telungkup atau miring
R/ untuk mencegah aspirasi
b. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d
kemampuan mencerna nutrisi karena immaturitas dan atau penyakit.
Tujuan : Klien mendapatkan nutrisi yang adequat
Kriteria hasil :
1) Klien mendapat kalori dan nutrisi esensial yang adequat
2) Klien menunjukkan penambahan berat badan
Intervensi :
1) Pertahankan nutrisi atau cairan parenteral total sesuai instruksi
R/ asupan nutrisi yang sesuai dan seimbang dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi klien
2) Pantau adanya tanda-tanda intoleran terhadap therapi parenteral total terutama
protein dan glukosa
R/ adanya intoleran protein dan glukosa dapat memperberat kondisi klien
3) Kaji kemampuan klien untuk menyusu pada payudara ibubila refleks
mengisap dan menelan ada
R/ untuk persiapan pemberian ASI
4) Susukan bayi pada payudara ibu bila pengisapan kuat serta refleks menelan
dan muntah ada
5) Ikuti protokol unit untuk meningkatkan volume dan konsentrasi formula
R/ untuk menghindari intoleransi pemberian makanan
6) Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi dalam keadaan lemah
R/ untuk memenuhi asupan nutrisi bayi
7) Bantu ibu untuk mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan
laktasi sampai bayi dapat menyusu ASI
R/ ASI merupakan makanan utama bayi
c. Resiko tinggi hipertermi b.d kontrol suhu yang immatur dan penurunan lemak
tubuh sub kutan.
Tujuan : Klien mempertahankan suhu tubuh stabil
Kriteria hasil : Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal
Intervensi :
1) Tempatkan bayi di dalam inkubator
R/ untuk mempertahankan suhu tubuh stabil
2) Pantau suhu aksila
R/ untuk membandingkan suhu rectal dan aksila
3) Pantau tanda-tanda hipertermi seperti kemerahan, ruam diaforesis
R/ untuk mencegah terjadinya komplikasi neonatus
4) Hindari posisi yang mempredisposisikan bayi pada kehilangan panas
R/ membuka pintu inkubator terlalu sering dan lama dapat mempengaruhi
suhu tubuh bayi
5) Periksa suhu tubuh bayi dalam hubungannya dengan suhu unit pemanas
R/ untuk menghindari kehilangan panas radian langsung
6) Kontrol suhu udara sesuai kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit
R/ untuk mempertahankan suhu lingkungan bayi

13
d. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang.
Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial
Hasil yang diharapkan :
Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial
Intervensi :
1) Pastikan bahwa setiap pemberi perawatan mencuci tangan
R/ untuk mencegah penularan penyakit pada bayi
2) Pastikan bahwa semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan steril
R/ alat yang bersih dan steril dapat menghindari terjadinya infeksi pada bayi
3) Cegah orang yang menderita ISPA atau penyakit menular agar tidak
melakukan kontak dengan bayi
R/ kontak langsung dengan bayi dapat mempermudah bayi terserang infeksi
karena daya tahan tubuh bayi belum sempurna
4) Isolasi bayi yang mengalami infeksi sesuai kebijakan institusional
R/ isolasi dapat menjamin bayi tidak tertular infeksi dari lingkungan yang
tidak bersih
5) Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik berguna untuk membunuh bakteri yang menyerang bayi
6) Pastikan aseptik pada pemberian therapi IV atau pemasangan kateter
R/ menghindari infeksi yang berlanjut
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d karakteristik fisiologis immatur dan
bayi preterm atau penyakit.
Tujuan : Klien menunjukkan status hidrasi kuat
Kriteria hasil : Klien menunjukkan bukti homeostasis
Intervensi :
1) Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan therapi yang meningkatkan
kehilangan air
R/ untuk menghindari kekurangan atau kelebihan cairan untuk bayi
2) Kaji hal-hal yang berguna untuk meminimalkan IWL seperti penutup plastik,
peningkatan kelembaban
R/ untuk menghindari kehilangan cairan dikarenakan penguapan
3) Pastikan pemasukan cairan oral dan parenteral yang adequat
R/ intake cairan yang adequat dapat menghindari adanya kekurangan cairan
untuk bayi
4) Kaji status hidrasi seperti turgor kulit, berat badan, membran mukosa.
R/ mukosa kulit yang kering menandakan adanya dehidrasi
5) Atur cairan parenteral dengan adequat
R/ untuk menghindari dehidrasi, hindari kelebihan atau ekstravasasi
6) Hindari pemberian cairan hipertonik
R/ untuk mencegah beban berlebih ginjal immatur dan vena yang rapuh
7) Pantau keluaran urine dan nilai laboratorium
R/ untuk bukti dehidrasi atau hidrasi berlebuhan
f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d struktur kulit immatur, immobilitas,
prosedur invasif.
Tujuan : Klien mempertahankan integritas kulit

14
Hal yang diharapkan : Kulit tetap bersih dan utuh tanpa adanya tanda-tanda
iritasi atau cedera
Intervensi :
1) Berishkan kulit dengan air bersih
2) Hindari penggunaan basa alkaline terhadap kulit jika kulit terpasang elektrods
atau plester
3) Lakukan persiapan pencegahan terhadap kulit bayi yang akan terpasang
elektroda atau plester
4) Letakan bayi di atas bantal air atau woll
5) Rubah posisi setiap 2 jam
R/ untuk mencegah lesi dan dekubitus
6) Gunakan matras agar tempat tidur bayi tetap tenang
g. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran preterm, perpisahan
dengan orang tua.
Tujuan : Klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan potensial yang normal
Kriteria hasil :
1) Klien menunjukkan penambahan berat badan yang mantap saat melewati fase
akut penyakit
2) Klien hanya terpapar stimulus yang tepat
Intervensi :
1) Berikan nutrisi optimal
R/ untuk menjamin penambahan berat badan dan pertumbuhan otak
2) Berikan periode istirahat yang teratur tanpa gangguan
R/ untuk menurunkan penggunaan kalori dan O2 yang tidak perlu
3) Berika intervensi perkembangan sesuai usia
4) Tingkatkan interaksi orang tua dengan bayi
R/ untuk pertumbuhan dan perkkembangan normal
h. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi, kurang pengetahuan perawatan bayi
dengan BBLSR, gangguan proses kedekatan orang tua.
Tujuan : keluarga mendapat informasi tentang kemajuan bayi
Kriteria hasil : orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai
bayi dan prognosisnya serta menunjukkan pemahaman dan keterlibatan dalam
perawatan
Intervensi :
1) Prioritaskan informasi
R/ untuk membantu orang tua memahami aspek paling penting dari perawatn,
tanda perbaikan atau penyimpangan pada kondisi bayi.
2) Dorong orang tua untuk mengajukan pertanyaan mengenaistatus bayi
R/ untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga dalam merawat bayi.
3) Jawab pertanyaan, fasilitasi ekspresi kekhawatiran mengenai perawatan dan
prognosis
R/ untuk mengurangi kecemasan keluarga
4) Bersikap jujur, berespons pada pertanyaan dengan jawaban yang benar
R/ untuk menciptakan rasa percaya
5) Tekankan asfek positif dalam status pasien

15
R/ untuk mendorong rasa penghargaan
i. Antisipasi berduka b.d bayi beresiko tinggi terhadap situasi yang tidak
diperkirakan, prognosis kematian.
Tujuan : Keluarga mengakui kemungkinan kematian anak dan menunjukkan
perilaku berduka yang sehat.
Kriteria hasil :
1) Keluarga berduka atas kematian anak dengan tepat
2) Keluarga menunjukkan perilaku yang tepat
Intervensi :
1) Selalu ada untuk keluarga dalam memberikan dukungan
R/ dukungan yang positif dapat menurunkan kecemasan/duka keluarga
2) Berikan dukungan yang religius yang tepat misalnya rohaniawan
R/ dukungan rohaniawan dapat menurunkan rasa berduka keluarga
3) Diskusikan penyakit bayi dan kematiannya dengan keluarga
R/ informasi yang jelas dapat menurunkan tingkat kecemasan keluarga
4) Rujuk keluarga pada pendukung yang tepat untuk mendapatkan dukungan
terus menerus

16
DAFTAR PUSTAKA

Ayahe Rian, 2013. ASKEP BBLSR. https://id.scribd.com/doc/142936623/ASKEP-BBLSR


diakses pada tanggal 17 Mei 2017

Kusmanyngtas Ajeng, 2013. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. “S” DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WATES
www.academia.edu/5557872/Askep_BBLR_NICU diakses pada tanggal 17 Mei 2017

Pratiwi Evi, 2015. Laporan Pendahuluan BBLR.


https://id.scribd.com/doc/294116095/LAPORAN-PENDAHULUAN-BBLSR diakses pada
tanggal 17 Mei 2017

17

Você também pode gostar