Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelas : XI Pbs1
No.Abs : 15
Penghimpun Dana
Mirip dengan bank konvensional, pada bank syariah mempunyai fungsi
untuk menghimpun dana dari masyarakat, perbedaan keduanya adalah jika
bank konvensional penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk
bunga, sedangkan jika di bank syariah penabung akan mendapatkan balas
jasa dalam bentuk bagi hasil.
Penyalur Dana
Dana yang telah di himpun atau dikumpulkan oleh bank syariah dari
nasabah, selanjutnya akan disalurkan kembali ke nasabah lain dengan sistem
bagi hasil.
Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Dalam kapasitas ini, bank syariah mempunyai fungsi yaitu memberikan
layanan seperti jasa transfer, pemindahan buku, jasa tarik tunai dan juga jasa
perbankan lainnya.
10. Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan
efisiensi dan keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga
menggalakkan usaha-usaha ekonomi masyarakat banyak antara lain memperluas
jaringan lembaga-lembaga keuangan perbankan.
11. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan Islam menurut Syariah Islam
dapat beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi Bank-bank dengan sistem lain.
1. Beban biaya yang telah disepakati ketika akad perjanjian dikeluarkan dalam
bentuk jumlah nominal yang besarnya flesibel dan bisa ditawar dalam batas yang
wajar.
4. Arahan dana yang berasal dari masyarakat berbentuk deposito atau tabungan
oleh penyimpan dianggap sebagi titipan, sedangkan bagi bank dianggap sebagai
titipan yang diamanahkan sebagai pernyataan dan di proyek yang dibiayai bank
sesuai dengan prinsip syariah sehingga penyimpan dana tidak dijanjikan imbalan
yang nyata.
6. Bank syariah sering memakai istilah bahasa arab yang mana istilah itu sudah
tercantum dalam fiqih Islam.
7. Terdapat produk khusus yakni pembiayaan tanpa beban murni yang sifatnya
sosial yang mana nasabah tidak wajib mengembalikan pembiayaan.
10. Didalam bank syariah keterkaitan antara bank dan nasabah adalah hubungan
akad (kontrak) antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor
pengelola ddana (mudharib) yang sama-sama bekerja yang produktif dan
keuntungan dibagi secara adil.
1. Mudharabah
Adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib
(pengelola dana) yang pembagian keuntungannya berdasarkan bagi hasil menurut
kesepakatan awal.
2. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul maal untuk
mendirikan usaha bersama dan bersama-sama mengelolanya. Perihal keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugiannya ditanggung menurut kontribusi
modal masing-masing. Jenis-jenisnya ada empat, yakni SyirkahMufawadhah,
Syirkah 'inan, Syirkah a'mal, dan Syirkah Wujuh.
3. Wadiah
Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain. Prinsip wadiah digolongkan
menjadi dua macam, yakni Wadiah Yad Amanah dan Wadiah Yad dhamanah.
Keduanya berbeda: Wadiah Yad Amanah bisa diartikan si penerima wadiah tidak
bertanggung jawab jika ada kehilangan dan kerusakan pada wadiah yang bukan
disebabkan kelalaian atau kecerobohan penerima wadiah.
4. Murabahah
Murabahah berarti akad jual beli yang melibatkan bank dengan nasabah yang
disepakati kedua belah pihak.
5. Salam
Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli
dengan harga yang terdiri atas harga pokok barang dan keuntungan yang
ditambahkannya telah disepakati bersama.
6.Istishna
Sebagai transaksi jual beli yang hampir sama dengan prinsip salam, yakni jual beli
dan penyerahan yang dilakukan kemudian, sedangkan penyerahan uangnya bisa
dicicil atau ditangguhkan.
7.Ijarah
Prinsip ijarah merupakan akad pemindahan hak guna barang atau jasa dengan
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
8.Qardh
Prinsip yang satu ini merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang atau barang
yang dilakukan tanpa ada orientasi keuntungan. Namun, pihak bank sebagai
pemberi pinjaman boleh meminta ganti biaya yang diperlukan dalam kontrak
Qardh.
9.Hawalah/Hiwalah
Prinsip hawalah diartikan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
10.Wakalah
Prinsip wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan
yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk
melakukan sesuatu atas nama diri pihak lain.
ARTIKEL TENTANG PERBANKAN SYARIAH
Sistem syariah juga di sini oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah
berkembang 104 BPR Syariah. Prinsip kerja bank syariah adalah aturan
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan /
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lain yang sesuai dengan syariah.
Artikel Ekonomi (Perbankan Syariah)
Serupa Namun Berbeda antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank merupakan salah satu urat nadi kemiskinan negara, tanpa Bank, bisa kita
bayangkan bagaimana kita sulit untuk menyimpan dan mentransfer uang, atau
lebih dari itu. Saat ini banyak orang memperbincangkan tentang perbankan
syariah, yang sudah salah satu perangkat ekonomi syariah . S ebenarnya apa yang
berubah dari Bank syariah itu? Bagaimana cara kerja Bank Syariah? Dan pa
bedanya Bank Syariah dengan Bank U mum yang banyak berkembang di
masyarakat saat ini atau yang sering disebut juga dengan Bank
Konvensional ? D isini akan dibahas sekilas satu per satu tentang perbankan
syariah .
Bank di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan bank
konvensional. M enurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I ayat 1 ayat 1 , “ Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka peningkatankaan
taraf hidup rakyat banyak ” . Perbankan syariahatau Perbankan Islam adalah
sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha
pembentukan i stem perbankan syariah ini didasari oleh penghambat dalam agama
islam untuk memungut atau menggunakan uang yang disebut dengan riba dan
istilah investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (usaha yang
berhubungan dengan produksi makanan / minuman haram, media usaha yang tidak
islami , dll), di mana hal ini tidak dimungkinkan oleh sistem perbankan
konvensional.
Pertama - tama akan kita bahas tentang persamaan dari kedua bank tersebut , yaitu
apakah ada dalam hal sisi teknis uang, dalam hal hal transfer, teknologi komputer
yang juga dalam hal persyaratan umum untuk mendapatkan pembiayaan seperti
KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya. Dalam hal ini
semua kegiatan yang dijalankan pada Bank Syariah itu sama persis dengan
yang dijalankan pada Bank Konvensional, dan memang tidak ada bedanya .
Perbedaan selanjutnya yaitu dalam hal struktur organisasi bank. Di bank syariah
ada fasilitas untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur
organisasinya. DPS ini memungkinkan untuk operasional bank dan produk-
produknya agar sesuai dengan garis gigi syariah. DPS biasanya ditempatkan pada
posisi setingkat dengan dewan komisaris. DPS ini ditetapkan pada saat Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) setiap tahunan. Semenjak tahun 1997, seiring
dengan pesatnya perkembangan bank syariah di Indonesia, dan demi menjaga agar
para DPS di setiap bank benar-benar tetap seperti mata uang, maka MUI
menyediakan sebuah lembaga otonom untuk lebih fokus pada ekonomi syariah
dengan persyaratan Dewan Syariah Nasional .
Penanganan risiko usaha, Bank Syariah adalah risiko yang terjadi antara bank dan
nasabah. Dalam sistem Bank Syariah, tidak kenal negatif spread (selisih
negatif). Sedangkan pada Bank Konvensional, risiko yang dialami bank tidak ada
representasinya dengan risiko debitur dan sebaliknya. Antara keuntungan dengan
beban bunga terjadi negatif menyebar (selisih negatif) dalam sistem Bank
Konvensional.
Kemudian nilai lainnya adalah pada lingkungan kerja B ank S yariah. S Ekali-
Sekali Cobalah Kunjungi B ank S yariah, Pasti ketika kitd memasuki kantor Bank
tersebut ADA Nuansa tersendiri. Nuansa yang diciptakan untuk lebih bernuansa
islami. Mulai dari cara berpakaian, beretika dan bertingkahlaku dari para
karyawannya. Nuansa yang dirasakan memang berbeda, lebih sejuk dan lebih
islami.
Hal yang sama tidak berlaku di B ank S yariah. Dana masyarakat yang disimpan di
bank disalurkan ke para peminjam untuk mendapatkan keuntungan Hasil
keuntungan akan dibagi antara pihak penabung dan pihak bank sesuai perjanjian
yang disepakati. Namun bagi hasil yang bukan merupakan keuntungan atau
kerugian dari dana tersebut. Manfaat dan kerugian dana yang digunakan untuk
menjadi tanggung jawab bank. Penabung tidak menghasilkan dan bertanggung
jawab jika terjadi kerugian. Bukan berarti penabung tapi jariit mereka mendapat
bonus sesuai kesepakatan.
Dari perbandingan itu terlihat dengan sistem riba pada B ank K onvensional
penabung akan menerima bunga sebesar ketentuan bank. Namun pembagian bunga
tidak terkait dengan pendapatan bank itu sendiri. Tapi berapapun pendapatan bank,
hanya mendapatkan keuntungan yang dijanjikan saja. Sekilas Perbedaan ITU
memperlihatkan di B ank S yariah Nasabah get keuntungan bagi hasil Yang
jumlahnya tergantung Pendapatan Bank. Jika pendapatan B ank S yariah naik
maka semakin besar pula jumlah bagi hasil yang didapat pelanggan. Ketentuan ini
juga berlaku jika bank mendapatkan keuntungan sedikit.
ARTIKEL SISTEM PERBANKAN SYARIAH
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam
islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan
syariah.
SEJARAH PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
Perbankan syariah di Indonesia, pertama kali dipelopori oleh Bank Muamalat
Indonesia yang berdiri pada tahun 1991. Bank ini pada awal berdirinya diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat dukungan
dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Pada saat krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1990,bank ini
mengalami kesulitan sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal.
IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-
2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara
itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya
merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat
Indonesia. Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat
ini telah berkembang 104 BPR Syariah.
Prinsip kerja bank syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah