Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penulis
Tim BASICS
Penyunting
Theresia Erni
Penasehat
Tim Babcock
Kontributor:
Publikasi ini didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development (DFATD)
Canada melalui Proyek BASICS. Sebagian atau seluruh isi buku ini, termasuk ilustrasinya,
boleh diperbanyak dengan syarat disebarkan secara gratis dan mencantumkan sumbernya.
Versi elektronik dokumen ini dapat diunduh dari situs internet www.basicsproject.or.id
PANDUAN PRAKTIK CERDAS
pada www.basicsproject.or.id
iv PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS
ABSTRAKSI ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB I MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 4
C. Landasan Hukum 4
D. Ruang Lingkup 5
E. Pemanfaat 5
BAB II KONSEP DASAR KEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 9
A. Pengertian 9
B. Konsep Kemitraan 10
C. Prinsip Kemitraan 11
D. Landasan Kemitraan 12
F. Koordinasi dan Peningkatan Kapasitas bagi Dukun Bayi dan Kader Posyandu 20
J. Pembiayaan 23
LAMPIRAN 29
Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat 29
Persiapan Persalinan 33
Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan satu upaya yang sesungguhnya
telah dicanangkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan telah cukup
sukses diterapkan di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan. Bahkan sebelumnya pendekatan “community-based” ini
diterapkan cukup luas di Sulawesi Tenggara melalui program “Healthy Mothers,
Healthy Babies” bantuan Australia, namun dengan pemekaran wilayah, mutasi tenaga
(bidan) terampil menjadi tenaga “struktural” di kantor, serta selesainya program
bantuan, maka pendekatan itu pelan-pelan dibiarkan menghilang alias tidak
dilembagakan. Sukses Pemerintah Kabupaten Takalar tidak lepas juga dari dukungan
UNICEF yang fokus mendukung hal tersebut sejak tahun 2007. Karena pilot proyek itu
menurut evaluasi sangat berhasil, terutama karena dirancang dengan pendekatan
sosiokultural berdasarkan aset, nilai dan budaya setempat, maka kemudian
Pemerintah Sulawesi Selatan dengan anggaran sendiri mereplikasi pendekatannya ke
15 kabupaten/kota lainnya. Keberhasilan tersebut menjadi sebuah insipirasi Proyek
BASICS untuk belajar, menerapkan dan mengembangkannya. Atas dasar hal tersebut,
mitra kerja Proyek BASICS dari Kabupaten Buton Utara, Kota Baubau, Kabupaten
Konawe Selatan, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara melakukan studi
banding ke Takalar pada tahun 2012. Kunjungan studi banding juga dilakukan oleh
mitra kerja Proyek BASICS dari Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten
Kepulauan Sangihe ke Kabupaten Takalar pada tahun 2013.
Maret 2014
Bill Duggan
ABSTRACT
A. Latar Belakang
Saat ini status kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan,
bahkan jauh tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Hal ini
ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, tercatat 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Hasil ini jauh lebih buruk dari hasil SDKI tahun 2007 yang
mencatat 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, walaupun bisa saja
pencatatan kasus AKI di survei tahun 2012 lebih komprehensif dan akurat juga.
Sementara target yang dicanangkan untuk mencapai MDGs pada tahun 2015 adalah
102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan diperkirakan tidak akan tercapai.
Suatu tantangan besar yang memerlukan kerja
keras dari banyak pihak.
“Ada korelasi yang
signifikan antara
Untuk memastikan pelayanan kesehatan pertolongan persalinan
yang layak bagi masyarakat, Pemerintah telah dengan kematian ibu”
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 741 tahun 2008 tentang Standar (Hasil Penlitian WHO, 2002-2003)
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/ Kota. Didalamnya terdapat empat
indikator pelayanan kesehatan ibu, yaitu: cakupan kunjungan ibu hamil K4
(minimal empat kali selama kehamilan), cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh
INIPANDUAN
pertama masa nifas diperkirakan menyumbang 60% dari seluruh kematian ibu. 1 Hasil
penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 97 negara pada tahun 2002-2003
menyimpulkan korelasi yang signifikan antara mutu pertolongan persalinan
DIBUAT?
1
Maternal Mortality: who, when, where and why; by Dr. Carine Ronsmans, MD and Prof. Wendy J. Graham, published in The
Lancet, Volume 368, Issue 9542, Pages 1189 - 1200, 30 September 2006.
oleh tenaga kesehatan yang terlatih merupakan cara yang efektif untuk menurunkan
AKI. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masyarakat Indonesia,
khususnya yang tinggal di desa-desa dan daerah terpencil, yang mempercayakan
pertolongan persalinan pada dukun bayi yang merupakan bagian dari sistem
kepercayaan dan kebudayaan masyarakat. Oleh karenanya, peranan dukun bayi tidak
dapat dihilangkan begitu saja, tetapi mereka dapat diajak untuk bermitra dan
mengalihkan sebagian perannya sebagai penolong persalinan kepada bidan.
“Walaupun keluarga saya menganjurkan melahirkan di dukun bayi, tetapi karena saat
memeriksakan kandungan selalu ke bidan, maka saya melahirkannya di bidan, tetapi
dukun bayi juga ada tetapi hanya memijat saja dan membacakan doa-doa. Jika
melahirkan dengan bidan lebih tenang kalau terjadi apa-apa bisa langsung dibawa ke
RS, tetapi lebih tenang lagi jika
Bentuk kemitraan sangat dinamis. Dukun bayi yang sudah bermitra bisa
saja kembali menangani persalinan ibu. Pengalaman Pemerintah Kabupaten
Takalar menyebutkan bahwa tidak bersedianya salah seorang dukun bayi
pada sebuah kecamatan yang telah melakukan kemitraan bidan dan dukun
bayi akan mempengaruhi komitmen dukun bayi yang telah bermitra
sebelumnya. Oleh karena itu upaya-upaya kemitraan bidan dan dukun bayi
harus diperkuat, dikembangkan dan dijaga keberlanjutannya.
INIPANDUAN
sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
DIBUAT?
DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU
MENUJU KEMITRAAN
LAMPIRAN
Kapasitas dan posisi strategis tersebut menjadi satu hal yang penting
diperhatikan untuk membangun kemitraan bersama dengan bidan dan dukun
bayi. Peran kader posyandu tersebut justru dapat menjadi elemen yang dapat
memediasi pembentukan kemitraan itu sendiri bahkan dalam jangka panjang
peran kader posyandu tersebut dapat juga menjaga komitmen dukun bayi
untuk tetap bermitra atau tidak kembali lagi menolong persalinan ibu tanpa
bidan. Dalam kerangka tersebut, dibangunlah suatu upaya kemitraan antara
bidan sebagai tenaga kesehatan terlatih, dukun bayi sebagai tenaga non
medis yang dipercaya oleh masyarakat, dan kader posyandu sebagai fasilitator
pemberdayaan kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu adalah sebagai berikut:
C. Landasan Hukum
• Undang-undang nomor 32 tentang tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang diatur dalam Panduan Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan
E. Pemanfaat
Panduan Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu ditujukan bagi:
INIPANDUAN
DIBUAT?
DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU
MENUJU KEMITRAAN
LAMPIRAN
,
DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU ADALAH SUATU
INIPANDUAN
TUGAS DAN PERAN MASING-MASING PIHAK
DIBUAT?
DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU
MENUJU KEMITRAAN
LAMPIRAN
A. Pengertian
dibentuk ini didasarkan pada kesepakatan yang telah dibuat antara bidan, dukun
bayi dan kader posyandu melalui keterlibatan berbagai elemen di masyarakat.
Jika dilihat dari pengertian kemitraan itu sendiri dapat dimaknai sebagai suatu
kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut terbangun kesepakatan dan harapan
masing-masing pihak, termasuk risiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari
definisi tersebut ada tiga kata kunci yang menjadi perhatian yakni: kerjasama antara
kelompok, organisasi dan individu; bersama-sama mencapai tujuan tertentu (sesuai
kesepakatan) dan saling menanggung risiko serta keuntungan.
Kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu adalah suatu kerjasama
yang dibangun dengan saling menghormati tugas dan peran masing-masing
pihak. Secara umum batasan pengertian atas bidan, dukun bayi dan kader
Puskesmas dalam panduan ini:
INIPANDUAN
1994: 1)
DIBUAT?
2
Definisi bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi
bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecology and Obstetrics (FIGO).
B. Konsep Kemitraan
Kemitraan bidan, dukun bayi dan
kader posyandu adalah suatu bentuk “Kemitraan menempatkan bidan
kerja sama bidan dengan dukun bayi
sebagai penolong persalinan,
dan kader posyandu yang saling
menguntungkan dengan prinsip mengalihfungsikan dukun bayi
keterbukaan, kesetaraan, dan menjadi mitra bidan, dan mendorong
kepercayaan dalam upaya untuk kader posyandu untuk memediasi dan
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
memfasilitasi masyarakat dan dukun
Kemitraan tersebut menempatkan
bidan sebagai penolong persalinan dan bayi agar seluruh proses persalinaan
mengalihfungsikan peran dukun bayi dilakukan oleh bidan/ tenaga
dari penolong persalinan menjadi kesehatan terlatih”
mitra bidan dalam perawatan ibu dan bayi secara non medis serta mendorong kader
posyandu sebagai pihak yang memediasi dan memfasilitasi masyarakat dan dukun bayi
agar seluruh proses persalinaan dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan terlatih.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak mencakup kegiatan yang dilakukan bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai wewenang, etika dan tanggung jawab
bidan. Tugas dukun bayi menolong persalinan menjadi dialihkan merujuk ibu hamil dan
merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dan dukun
bayi. Kader posyandu bersama dukun bayi memberdayakan tradisi setempat
10 PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS
Jumlah dukun bayi dan kader posyandu yang lebih banyak dari bidan menjadi
satu kekuatan utama yang dapat dikembangkan dalam kemitraan, demikian pula
dengan keberadaan dan kedekatan mereka dengan masyarakat. Hal tersebut akan
sangat mendukung tugas bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak serta melakukan promosi kesehatan dan pendataan kesehatan ibu dan anak.
Secara konseptual kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu dapat
digambarkan sebagai berikut.
uk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang akan bekerjasama, dalam
hal ini adalah bidan, dukun bayi dan kader posyandu. Untuk mencapai suatu
INIPANDUAN
• Kesetaraan
Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan,
pengalaman, keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari
DIBUAT?
menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya.
bayi membantu mensupport si ibu untuk mengejan dan memijit. Apalagi dukun bayi
umumnya adalah mereka yang sudah sangat dekat dengan masyarakat. Jadi dukun bayi
biasanya lebih tahu terlebih dahulu jika ada pasien yang hamil.”
• Keterbukaan
• Saling menguntungkan
Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian
yang diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak.
Dengan demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan
menyebabkan keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.
D. Landasan Kemitraan
DIBUAT?
yang dekat dengan masyarakat dalam melakukan promosi kesehatan
dan memobilisasi pertemuan masyarakat. Masing-masing
kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam
mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.
3. Saling Menghubungi
4. Saling Mendekati
Tingkat kabupaten
• Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang
terkait urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa), Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi
profesi kesehatan, akademisi, perguruan tinggi, LSM yang bergerak di
bidang kesehatan, serta yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD
(khususnya Komisi yang membidangi kesehatan).
Tingkat Kecamatan
Tingkat Desa/Kelurahan
Pada skala desa/kelurahan, maka Kepala Desa/Lurah bersama dengan kelompok
PKK, pengurus Desa Siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan mendampingi,
memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan secara berkala di
tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan, dukun bayi, dan kader posyandu.
KEMITRAAN
INIPANDUAN
penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal, serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai
informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat untuk
mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat
DIBUAT?
dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA;
Hasil analisis masalah kesehatan ibu dan anak, serta analisis potensi
dalam membangun kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu perlu
didukung oleh pembuat kebijakan daerah, seperti: Bupati/Walikota, DPRD,
Kepala BAPPEDA, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD dan Kepala
BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa).
DIBUAT?
dukungan program, anggaran dan
dukungan moral dari kepala daerah.
Dukungan langsung dari Kepala Daerah
kepada bidan di desa, dukun bayi dan juga
kader posyandu sangat berpengaruh dalam
memecah kebekuan relasi antara dukun
bayi dan bidan pada khususnya. Bentuk
kegiatan untuk memperoleh dukungan para
pihak dapat dilakukan melalui konsultasi
dan koordinasi intensif dengan Kepala
Daerah maupun dalam bentuk audiensi
Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan dalam regulasi
daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran pemerintah daerah.
Kader Posyandu
Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi dan kader
posyandu merupakan langkah untuk optimalisasi pelaksanaan peran dan
tugas masing-masing sebagaimana termuat dalam bab berikutnya.
Proses peningkatan kapasitas bagi dukun bayi dan kader posyandu juga
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan rutin yang dilakukan, seperti:
2) Pelibatan kader posyandu dan dukun bayi pada hal non medis pada
proses persalinan di Puskesmas, Pustu, Poskesdes, atau Polindes;
Dalam proses kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu, selalu ada
kemungkinan dukun bayi yang tidak mau bermitra dengan bidan. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan peran aktif bidan dalam melakukan pendekatan kepada dukun bayi
yang tidak mau bermitra, antara lain dengan sering mengunjungi dukun bayi yang tidak
mau bermitra (bisa dilakukan bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dukun bayi
yang sudah bermitra, kader posyandu) untuk memberi pemahaman bahwa tugas
dukun bayi tidak seluruhnya digantikan oleh bidan dan menginformasikan berbagai
keuntungan yang didapat dukun bayi yang mau bermitra (insentif berupa uang,
pelatihan-pelatihan, sertifikat, seragam, perlengkapan penyuluhan, kesempatan
magang di Pustu atau Puskesmas, dan lain-lain).
Langkah ini memastikan agar bidan, dukun bayi dan kader posyandu
menguasai seluruh peran dan tugas yang telah disusun.
INIPANDUAN
DIBUAT?
DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU
MENUJU KEMITRAAN
LAMPIRAN
Fungsi utama kemitraan adalah upaya preventif dan promotif dan hal itu
merupakan satu kesatuan dari peran bidan, dukun bayi dan kader posyandu.
Kemitraan sangat terkait dengan keterlibatan seluruh dukun bayi yang ada di desa/
kelurahaan maupun kecamatan. Jika terdapat satu atau beberapa orang dukun bayi
yang tidak ingin bermitra akan sangat berpotensi ‘mengganggu’ kemitraan yang telah
terjadi. Pemantauan dan penilaian atas hal tersebut juga penting dilakukan
BULAN/TAHUN : ……………………………../20….
DESA/KELURAHAN :
KECAMATAN :
Nama
Hari/ Sasaran/ Tindak
Kegiatan/ Tujuan Hasil Keterangan
Tanggal Peserta Lanjut
Aktivitas
Contoh : Contoh : Ibu Wati Memantau Ibu Wati Ibu Hamil Memberikan
2012 kerumah Ibu suami/ kehamilan ibu baik faktor resiko : menganjurkan
Lampiran :
oKohor Persalinan
oKohor Nifas
oKohor Bayi
oKohor Balita
r posyandu adalah buku registrasi posyandu yang berisi informasi tentang
keadaan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, bayi dan balita.
INIPANDUAN
Sumber pembiayaan bagi program kemitraan bidan, dukun bayi dan kader
posyandu ini berasal dari APBD (melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas), dana
BOK (Bantuan Operasional Khusus) Puskesmas, dana Jaminan Persalinan
DIBUAT?
(Jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, ataupun dana dari swadaya
masyarakat desa. Dana-dana tersebut dipergunakan untuk membiayai:
Pedoman 1
Tujuan
Peran Bidan
c. Mendata ibu hamil dan memotifasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini.
h. Mengggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) ibu hamil dan kartu ibu.
e. Memotivasi dan menganjurkan ibu hamil dengan segera diperiksa oleh bidan.
INIPANDUAN
1) Kebersihan dan kesehatan secara umum;
DIBUAT?
4) kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab;
c. Setiap ibu hamil yang dicurigai resiko tinggi, kader posyandu dan dukun
bersalin harus mengantarkan kepada bidan
Tujuan
Peran Bidan
e. Memberikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan dan fungsi
organ reproduksinya (perempuan harus memperhatikan siklus haidnya, mengetahui
dan memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid kurang dari biasanya).
g. Menggunakan KMS ibu hamil, Buku KIA dan kartu ibu untuk menjelaskan
tentang kondisi ibu.
c. Melakukan kunjungan rumah dan memberi penyuluhan kepada ibu hamil, suami,
keluarga maupun masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
INIPANDUAN
didaerahnya lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak
memeriksakan kehamilannya, pelajari alasannya mengapa ibu hamil tersebut
tidak memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksakan kehamilan.
DIBUAT?
b. Hasil pendataan dilaporkan kepada bidan desa secara berkala.
c. Bila menemukan ada tanda-tanda bahaya pada ibu hamil, bayi dan balita
segera melaporkan ke bidan atau petugas kesehatan lainnya.
d. Bila menemukan bayi dan balita dengan penyakit tertentu atau gizi kurang dan
gizi buruk segera melaporkan ke petugas kesehatan terdekat.
Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah agar ibu dan bayi sehat pada akhir
kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapai pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan
begitu diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan merupakan tahapan yang harus dilakukan ibu hamil demi
mencegah terjadinya kondisi darurat persalinan. Namun faktanya, pemeriksaan ibu hamil
tidak sepenuhnya dilakukan ibu hamil dengan beberapa alasan, diantaranya:
1) Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami
atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan
kehamilan dan hanya mengandalkan cara-cara tradisional;
Tujuan
Peran Bidan
1) Melakukan anamneses riwayat dan mengisi KMS ibu Hamil/ Kartu Ibu secara lengkap;
3) Menentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama hari terakhir
(HPHT) tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali dirasakan
pergerakan janin dan cocokkan dengan hasil pemeriksaan tinggi fundus
uteri. Jelaskan bahwa hari taksiran persalinan hanyalah suatu perkiraan;
4) Memeriksa kadar Hb;
2) Memeriksa urine dan tes protein dan glukosa urine atas indikasi. Bila ada
kelainan, ibu dirujuk;
3) MengukurBeratBadan(BB)danlingkarlenganatas.Jikaberatnyatidakbertambah
atau pengukuran lengan menunjukkan kurang gizi, beri penyuluhan tentang
gizi dan rujuk untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut;
4) Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal. Letakkan tensimeter
dipermukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan selalu ukuran
manset yang sesuai. Ukur takanan darah. Tekanan Darah diatas 140/90
mmHg atau peningkatan Diastole 10 mmHg/lebih sebelum kehamilan 16
minggu , atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut pada
selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk;
atau lebih sering jika ada tanda-tanda anemia pada daerah endemis malaria
beri proflaksis dan penyuluhan saat kunjungan pertama (lihat standar 6);
6) Tanyakan apakah ibu hamil meminum tablet zat besi sesuai dengan ketentuan
dan apakah persediaannya cukup. Tablet zat besi berisi 60 mg zat besi dan
0,5 mg asam folat paling sedikit diminum satu tablet sehari selama 90 hari
berturut-turut. Ingatkan ibu hamil agar tidak meminumnya dengan teh/kopi;
al (PMS), dan ambil tindakan sesuai dengan ketentuan;
8) Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap. Periksa payudara,
INIPANDUAN
10) Ukur tinggi fundus uteri dalam cm dengan menggunaka meteran kain. (tinggi
fundus uteri sesudah kehamilan lebih dari 24 minggu sama dengan umur
kehamilan dalam cm, bila diambil ukuran tinggi fundus dari simfisis pubis
sampai ke fundus uteri, lihat standar 5). Jika ukuran berbeda nyata dengan
DIBUAT?
umur kehamilan dalam minggu sesuaikan dengan grafidigram, tidak terjadi
pertumbuhan janin, rujuklah ibu untuk pemeriksaan lebih lanjut;
Rujuk jika tidak terdengar atau pergerakkan janin menurun pada bulan terakhir kehamilan;
12) Beri nasihat tentang cara perawatan diri selama kehamilan, tanda bahaya pada
13) Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan beri nasihat
atau rujuk jika diperlukan. Ingat, semua ibu memerlukan dukungan moril
selama kehamilannya;
14) Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi untuk rujukan jika
diperlukan. Beri nasihat mengenai persiapan persalinan (lihat standar 8 pada SPK);
15) Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/ kartu ibu. Pelajari semua temuan
Rumah sakit.
a. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat tentang:
b. 1)Ibu harus hamil mendapat imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap sebanyak dua
kali. Suntikan pertama dilakukan pada periksa hamil pertama dan suntikan
kedua dilakukan paling sedikit sebulan sesudah suntikan yang pertama.
2) Faktor resiko yang perlu diperhatikan pada ibu hamil, antara lain:
• Mukanya pucat;
• Mengalami perdarahan;
• Penyakit menahun;
• Pucat, lesu dan letih;
• Penglihatan kabur;
• Kedua puting susu ditarik bersamaan kemudian diputar kearah dalam dan luar;
• Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk bersih dan kering;
6) Makanan yang baik dan sehat bagi ibu hamil, seperti: makanan pokok,
lauk pauk, sayur dan buah serta susu.
34 PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS
7) Pentingnya tablet zat besi diminum setiap hari oleh ibu hamil atau memakan bahan
makanan yang memiliki sumber zat besi, seperti: kangkung, kacang panjang, bayam,
daun singkong, daun ubi, daun katu, buncis, sawi hijau, daun pepaya.
b. Mendata ibu hamil yang belum memeriksakan kehamilannya minimal empat (4)
kali selama kehamilan.
Tujuan
Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai.
Peran Bidan
c. Memberikan informasi agar mengetahui saat akan melahirkan dan kapan harus
mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya (ketuban pecah
sebelum waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan darah lendir
normalperlu ditolong secepatnya).
2) Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu persalinan (harus
disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk jika terjadi kegawatdaruratan).
3) Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan harus memanggil bidan (misalnya
jika ketuban pecah atau mulas yang teratur)
4) Sebagai persiapan untuk rujukan atur transportasi ke rumah sakit bersama ibu
• Anemia berat;
• Penyakit kronis: kencing manis, jantung, asma berat, dll;
• Perdarahan antepartum;
• Kehamilan ganda;
• Kehamilan kelima atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status
sosial rendah atau kurang energi kronis;
a. Bersama dengan bidan mengatur pertemuan dengan ibu hamil, suami dan
keluarganya pada trimester ketiga untuk membahas tempat persalinan dan hal-
hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.
• Tanda-tanda persalinan;
e. Segera hubungi bidan bila ibu hamil telah menunjukkan tanda-tanda persalinan
(ketuban pecah atau mulas yang teratur)
f. Membantu bidan dan merujuk ibu bersalin ke Rumah sakit atau tempat lainnya.
g. Menganjurkan dan mempersiapkan ibu hamil dengan kondisi dibawah ini, untuk
melahirkan di Rumah sakit:
• Anemia berat.
• Perdarahan antepartum.
• Kehamilan ganda.
• Kehamilan kelima atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status sosial
rendah atau kurang energi kronis.
• Primigravida sangat muda (dibawah 16 tahun) atau multi paritas berusia diatas 40 tahun.
INIPANDUAN
a. Peringatkan ibu hamil untuk tidah memasukan/ mengoleskan minyak atau bahan
lainnya kedalam vagina pada akhir kehamilan, terutama menjelang persalinan.
Karena hal tersebut akan menyebabkan infeksi dan membahayakan ibu serta janin.
DIBUAT?
b. Peringatkan ibu hamil, suami dan keluarganya bahwa mereka harus mencari
bidan jika ketuban sudah pecah.
c. Peringatkan ibu hamil bahwa setiap perdarahan pervaginam selama kehamilan atau persalinan
yang bukan darah lendir normal, adalah tanda-tanda bahaya dan harus segera dibawa
ketempat rujukan terdekat atau memanggil bidan, meskipun perdarahannya hanya sedikit.
d. Pastikan bahwa ibu hamil, suami dan keluarganya mengerti tanda dan gejala
preeklamsi berat. Pembengkakan pada tangan dan wajah perlu segera dirujuk
Tujuan
Peran Bidan
a. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai atau ketuban pecah
d. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan (jika
His teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau lemah tapi tanda-tanda
vital ibu atau janin normal, maka perlu segera dilaksanakan pemeriksaan dalam.
e. Dalam keadaan normal periksa dalam setiap 4 jam dan harus selalu secara
aseptik.
f. Jika sampai pada fase aktif catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.
g. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih
posisi yang dirasakan nyaman, kecuali jika belum terjadi penurunan kepala
sementara ketuban belum pecah.
h. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I, pada akhir kala I
atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.
i. Catat dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam.
k. Minta agar ibu hamil sering buang air kecil setidaknya tiap 2 jam.
l. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna menghindari
dehidrasi dan gawat janin.
m. Selama melahirkan beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/ keluarga/ oarng yang terdekat yang mendampingi.
n. Jelaskan proses persalinan yang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya
beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
c. Segera hubungi dan memberitahu serta ajak bidan untuk segera datang ke
rumah ibu yang akan bersalin atau menyiapkan tempat persalinan.
d. Bila ibu mau bersalin dirumah siapkan tempat persalinan yang bersih, ventilasi
cukup, terang dan jauh dari tempat yang kotor (kandang, tempat sampah dan
atau gudang).
DIBUAT?
sikat tangan dan sabun selama 15 detik dengan air mengalir. Kemudian tangan
dikeringkan tidak dengan lap kain atau handuk.
MENUJU KEMITRAAN
LAMPIRAN
Tujuan
Memberikan pelayanan yang memadai terhadap ibu menyusui, bayi dan balita
Peran Bidan
d. Memberikan penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dan balita.
b. Mengajak ibu bayi dan ibu balita untuk hadir di posyandu setiap bulan.
(www.ekselensi.co.id)