Você está na página 1de 13

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Latihan fisik merupakan stresor bagi tubuh manusia. Hampir semua organ
merespon terhadap stresor. Pada keadaan akut olahraga berefek buruk pada
kesehatan. Sebaliknya, olahraga yang dilakukan secara teratur akan menimbulkan
adaptasi organ tubuh yang menyehatkan. Olahraga yang dilakukan terkadang atau
secara teratur menghasilkan perubahan pada jaringan, sel, dan protein pada sistem
imun. (Nursalam, 2008: 148)
Latihan yang dilakukan secara teratur berefek meningkatkan mood,
menghilangkan ketegangan, menyebabkan relaksasi, meningkatkan percaya diri,
meningkatkan fungsi seksual, perilaku kerja, menurunkan kecemasan, dan
ketegangan.
Olahraga meningkatkan sistem adaptasi sistem sirkulasi sehingga mencapai
kapasitas kerja maksimal, pemecahan trigliserida dalam jaringan adiposa. Selama
olahraga terjadi adaptasi sistem imun meliputi leukositosis akut yang berfungsi
membunuh bakteri, peningkatan antibody (IgA dan Igm), peningkatan
komplemen, interleukin I yang berfungsi sebagai imunostimulator, meningatkan
limfosit B dan T. Pada saat kita berolahraga, tejadi peningkatan metabolic rate
hingga 10-20 kali diatas basal rate. Olahraga yang tidak teratur dapat
menyebabkan kelelahan, bahkan bisa terjadi injuri. Untuk mencegah hal tersebut,
diperlukan pemanasan dan pendinginan serta peningkatan beban secara bertahap.
(Nursalam, 2008: 148).
1.2 Rumusan masalah
1) Apa pengertian olahraga?
2) Sebut kan macam – macam olahraga pada pasien HIV/AIDS?
3) Apa saja manfaat dari olahraga bagi pasien HIV/AIDS?
4) Bagaimana adaptasi sistem imun selama olahraga pada pasien HIV/AIDS?
5) Bagaimana efek latihan fisik bagi pasien HIV/AIDS?
6) Bagaimana prinsip senam pada pasien HIV/AIDS?
2

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian olahraga.
2) Apa saja macam-macam olahraga bagi penderita HIV/AIDS.
3) Untuk mengetahuai manfaat olahraga bagi penderita HIV/AIDS.
4) Untuk mengetahui adaptasi sistem imun selama olahraga.
5) Untuk mengetahui efek latihan fisik bagi pasien HIV/AIDS.
6) Untuk mengetahui prinsip senam bagi penderita HIV/AIDS.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Olah Raga


Selama berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin dan
enkefalin yang meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan limfosit B.
Keluarnya hormone mempengaruhi beberapa faktor komplomen yang merangsang
sistem kekebalan tubuh, membantu banyak orang yang hidup dengan HIV/AIDS
untuk merasa lebih sehat dan mungkin memperkuat sistem kekebalan tubuh bila
olahraga dengan latihan yang ringan. Bila latihan yang berat mengakibatkan
kelelahan sehingga menekan sistem imun. Latihan yang dianjurkan pada penderita
HIV/AIDS adalan ringan , menyenangkan dan disesuaikan dengan kondisinya
serta dilakukan secara teratur. Sehingga jenis olahraga pada penderita HIV/AIDS
tidak menimbulkan stress seperti meditasi, yoga, senam anugrah. (Sukanta,2015).
2.2 Macam-macam olahraga bagi penderita HIV/AIDS
2.2.1 Senam Aerobik
Aktivitas olahraga sangat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang,
terlebih lagi memang aktivitas itu memberikan kontribusi langsung pada
komponen kebugaran jasmani. Aktivitas olahraga tetap harus disesuaikan dengan
usia dan keadaan seseorang, misalnya jenis aktivitas, faktor keselamatan dan
peralatan yang digunakan. Aktivitas olahraga tidak bisa dilakukan sembarangan,
tetap harus dilakukan dengan teknik dan aturan yang benar. Walaupun senang
terhadap olahraga, tetap harus melihat usia dan kondisi fisik sehingga tetap
terkontrol dengan baik.
Kapasitas aerobik merupakan indikator pemakaian oksigen oleh jantung,
paru-paru dan otot untuk metabolisme. Dalam kesehatan olahraga, VO2Max
menunjukan kebugaran jasmani atau kapasitas fisik seseorang. Semakin besar
VO2Max berarti semakin baik kebugaran jasmani atau kapasitas fisiknya. Dengan
bertambahnya usia diats 30 tahun akan terjadi penambahan lemak tubuh,
penurunan massa otot, penurunan metabolisme tubuh dan pengurangan
parenkim/jaringan organ tubuh (Harsuki, 2013: 248).

3
4

Menurut Harsuki (2013: 248), Penuruan kapasiatas fisik akan dialami semua
orang, baik terhadap mereka yang berolahraga secara rutin maupun mereka yang
tidak aktif berolahraga. Namun banyak hasil penelitian yang, menemukan bahwa
VO2 Max pada kelompok atlit selalu lebih tinggi daripada orang yang jarang
berolahraga. Karena ternyata penurunan VO2 Max lebih kecil atau lebih lambat
pada orang yang aktif dalam berolahraga secara teratur yaitu hanya 0,4% per
tahun dibandingkan dengan populasi umum yang ratarata mengalami penurunan
1%.
Proses metabolisme sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang.
Pengolahan makanan menjadi zat yang bisa digunakan oleh tubuh. Semua organ
tubuh memerlukan makanan untuk bekerja atau menjalankan fungsi nya masing-
masing. Metabolisme juga berkaitan dengan daya tahan tubuh, zat yang berfungsi
menjaga stabilitas imunitas tubuh juga berasal dari proses metabolisme. Hasil dari
metabolisme protein berfungsi menjaga daya tahan tubuh. Zat protein yang
berasal dari makanan yang diasup kemudian masuk dalam tubuh dan diproses
melalui proses metabolisme protein.
Peningkatan CD4 yang merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh
termasuk dampak dari metabolisme protein. Dengan berolahraga dapat
meningkatkan metabolisme dalam tubuh, termasuk metabolisme protein.
Sehingga berdampak pada peningkatan kualitas daya tahan tubuh.Dengan
berolahraga sel-sel sistem kekebalan tubuh akan bersirkulasi dengan lebih cepat di
Dalam tubuh, dan kemungkinan juga ada dorongan sementara di dalam produksi
makrofag yaitu sel-sel yang menyerang bakteri. Penurunan CD4 dari para
penderita HIV+yang tidak normal harus diimbangi perawatan berupa obat juga
berolahraga untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh. (Harsuki, 2013: 248).
2.2.2 Senam Pernafasan
Terdapat 4 tahapan gerakan dalam senam pernapasan. Setiap tahapan
memiliki gerakan-gerakan spesifik yang baik untuk kesehatan. 4 tahapan senam
pernapasan antara lain: (Nursalam, 2008; 157)
1) Pemanasan
5

Awali dengan doa, kemudian pemanasan lari ditempat selama 5 menit,


setelah itu tarik nafas 3-5 kali sambil memutar tangan.
2) Pernapasan inti I
a. Sikap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan agak lebar, kedua tangan
diluruskan kedepan dengan telapak tangan saling berhadapan. Tulang
punggung harus tegak lurus keatas.
b. Gerakan
- Sambil menarik nafas perlahan-lahan tarik kedua tangan kearah belakang
telinga, telapak tangan tetap saling berhadapan, sambil menekuk kaki.
- Setelah berada sedikit dibelakang telinga dan posisi kaki kuda-kuda, putar
telapak tangan menghadap kedepan. Tahan napas dan gerakan selama 5-10
detik.
- Lalu dorong telapak tangan kedepan bawah sambil tubuh ditegakkan. Lakukan
gerakan masing-masing 7-10 kali.
c. Pemerataan energi tubuh
 Sikap pokok: berdiri tegak sempurna, kedua kaki tebuka selebar bahu.
Kedua tangan disilangkan didepan hidung atau mulut (jangan menempel) agak
renggang sekitar 2-5 cm. Kedua tangan dan jari lemas, konsentrasi penuh, dan
boleh dengan memejamkan mata.
 Gerakan
- Kedua tangan digoyangkan dengan tetap bersilang, ujung jari dan kedua tangan
lemas bergoyang. Konsentrasi dengan rasa pasrah kepada tuhan.
- Goyangkan tangan diawali dengan lambat dan teratur, posisikan tangan tetap
lemas, jika gerakan sudah cukup cepat, kembali diperlambat, pernapasan
normal (jangan tahan napas).
- Lakukan gerakan 1-2 menit sampai tangan bergetar dengan sendirinya dan
energi beredar keseluruh tubuh. Untuk menghentikan gerakan jangan
mendadak, tapi tarik napas yang dalam, keluarkan perlahan-lahan, dan
lemaskan.
6

3) Pernanasan inti II
a. Siap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan lebih lebar dari bahu, dan kedua
tangan diluruskan keatas dengan telapak tangan saling berhadapan, kepala
mendongak dengan pandangan mata kearah ujung jari.
b. Gerakan
- Sambil menarik napas, tarik kedua tangan perlahan kebawah dengan telapak
tangan tetap saling berhadapan sambil menekuk kaki. Setelah tangan
kebawah dan posisi kuda-kuda, hadapkan telapak tangan kebawah.
- Tahanlah napas dan gerakan selama 5-10 detik, lalu rentangkan kedua
tangan kesamping sambil mengeluarkan napas dan meluruskan kaki
kembali. Saat gerakan tangan turun, pandangan mata mengikuti gerakan
ujung jari. Bila kedua tangan lurus kebawah, pandangan mata kedepan.
c. Indikasi: laksanakan gerakan dengan teratur, penuh penghayatan, sikap
pasrah dan tulus ikhlas, yakin akan keberhasilan dan santai, tapi penuh
semangat. Pada tiap gerakan, jaga agar tulang belakang tetap tegak lurus.
4) Pernapasan inti III
a. Sikap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan lebih lebar dari bahu, kedua
tangan bertemu dengan jari-jari saling bertautan, dan telapak tangan
diposisikan kebawah dagu dengan menghadap kebawah.
b. Gerakan
- Sambil menarik napas, putar tangan kedepan, telapak menghadap ketubuh
dan kebawah (telapak menghadap keatas), lalu angkat lurus keatas dengan
telapak tangan tetap menghadap keatas sampai keatas dahi sambil menekuk
kaki.
- Setelah telapak tangan berada diatas dahi, putar telapak tangan menghadap
kebawah dengan posisi kuda-kuda, tahanlah napas, dan gerakan selama 5-10
detik.
- Turunkan telapak tangan menghadap kebawah sambil mengeluarkan napas
dan meluruskan kaki kembali.
c. Indikasi: untuk menyempurnakan dan menambah pemasukan volume udara
kedalam tubuh, sehingga terjadi pengendapan hawa murni yang dapat
membangkitkan tambahan energi bagi tubuh.
7

2.3 Manfaat Olahraga Bagi Pasien HIV


Olahraga yang tidak terlalu berat dan dilakukan secara berkala memberi
manfaat yang sama pada Odha seperti pada orang lain. Olahraga dapat:
1. Meningkatkan massa otot, serta kekuatan dan ketahanannya
2. Memperbaiki ketahanan jantung dan paru
3. Meningkatkan tenaga sehingga kita merasa segar kembali
4. Mengurangi stres
5. Meningkatkan rasa kesejahteraan
6. Meningkatkan kekuatan tulang
7. Mengurangi kolesterol LDL (‘buruk’) dan trigliserid (lihat Lembaran
Informasi (LI) 123)
8. Meningkatkan kolesterol HDL (‘baik’)
9. Mengurangi lemak pada perut
10. Meningkatkan nafsu makan
11. Memperbaiki pola tidur
12. Memperbaiki cara tubuhnya memakai dan mengendalikan gula darah
(glukosa), yang mengurangi risiko diabetes tipe II.
Aktivitas olahraga yang bersifat aerobik berpengaruh terhadap limfosit
CD4 seseorang. Aktivitas olahraga dalam bentuk latihan senam aerobik dapat
menaikkan limfosit CD4 bila dilakukan dengan intensitas sedang frekuensi 4 kali
perminggu dan durasi 60 menit. Pentingnya menjaga kadar limfosit CD4 agar tap
normal dapat mengurangi resiko berbagai penyakit menyerang tubuh. (Ahmad
Yasirin, 2014)
2.4 Efek latihan fisik terhadap tubuh
2.4.1 Perubahan Sistem Sirkulasi
Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5 l/mnt menjadi 20 l/mnt pada
orang dewasa sehat, hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot skelet
dan jantung. Jantung yang sehat mampu merespon secara baik tanpa efek
samping, sebaliknya jantung yang sakit bisa mengalami iskemia, aritmia, bahkan
ventrikel vibrilasi.
Latihan yang teratur meningkatkan adaptasi pada sistem sirkulasi,
meningkatkan volume dan masa ventrikel kiri, hal ini berdampak pada
8

peningkatan isi sekuncup dan cardiac output sehingga tercapai kapasitas kerja
yang maksimal. (Nursalam, 2007; 148)
2.4.2 Sistem Pulmoner
Olahraga dapat meningkatkan frekuensi napas, meningkatkan pertukaran
gas serta pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh otot. Paru merupakan salah
satu organ yang tidak beradaptasi terhadap olahraga. (Nursalam, 2007; 149)
2.4.2.1 Respon sistem respirasi terhadap latihan fisik
Enam menit setelah latihan bersepeda, terjadi peningkatan ventilasi, hearth
rate, PaO2, pH arteri, suhu tubuh, dan terjadi penurunan PaCO2. Faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan ventilasi selama latihan adalah: aktivitas
kepusat respirator dari sistem motorik untuk aktivitas otot sehingga terjadi:
(Nursalam, 2007; 149)
1) peningkatan suhu tubuh
2) Neuron respirator menjadi lebih responsif pada perubahan aktivitas
kemoreseptor sehingga otak mungkin lebih sensitif pada fluktuasi daripada
nilai absolut PaO2, PaCO2, atau pH.
3) Produksi asam laktat selama latihan (metabolisme anerob) meningkatkan
konsentrasi H+ di CSF dan darah sehingga mempengaruhi kemoreseptor.
2.4.3 Metabolisme
Untuk melakukan olahraga, otot memerlukan energi. Pada olahraga
intensitas rendah sampai sedang terjadi pemecahan trigliserida dan jaringan
adiposa menjadi glikogen dan FFA (free faty acid). Kegiatan olahraga intensitas
tinggi akan membuat kebutuhan energi meningkat. Keadaan ini membuat otot
semakin tergantung pada glikogen, sehingga metabolisme berubah dari
metabolisme aerob menjadi anaerob. (Nursalam, 2007; 149)
Metabolisme anaerob menghasilkan 2 ATP dan asam laktat yang
menurunkan kerja otot. Pada saat olahraga, tubuh meningkatkan ambilan glukosa
darah untuk mencegah hipoglikemia. Selain itu tubuh meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis hati untuk mempertahankan gula darah
normal. (Nursalam, 2007; 149)
Olahraga berlebihan menyebabkan hipernatremia, karena banyaknya cairan
isotonis yang keluar bersama keringat, dan hiperkalemia, karena kalium banyak
9

dilepaskan dari otot. Selain itu juga terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas.
(Nursalam, 2008; 149)
2.5 Adaptasi sistem imun selama olahraga
3 Latihan fisik yang benar, teratur, berbeban individual dan menyenangkan
dapat
4 memperbaiki dan menghambat penurunan fungsi organ tubuh,
menyehatkan tubuh serta
5 meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Kumae, 1987:
65). Pemberian
6 rangsang fisik yang berulang pada sistem tubuh akan menyebabkan
proses adaptasi yang
7 dapat mencerminkan peningkatan kemampuan fungsional tetapi jika
besarnya rangsang
8 tidak cukup untuk proses pembebanan, maka tubuh tidak akan terjadi
proses adaptasi.
9 Sebaliknya jika rangsang terlalu besar yang tidak dapt ditoleransi oleh
tubuh akan
10 menyebabkan jejas dan mengganggu keadaan homeostasis pada sistem
tubuh
11 (Setyawan,1995: 96)
12 Sehubungan dengan pengaruh latihan terhadap konsentrasi darah putih
sebagai
13 parameter deteksi peningkatan sistem imán dalam tubuh, Nieman (1994)
menyatakan
14 bahwa latihan fisik tingkat sedang merangsang sistem imán, tetapi latihan
fisik yang
15 intensif dapat menyebabkan penurunan sistem imán. Tetapi masih belum
jelas aspekaspek
16 latihan manakah yang paling merusak sistem imán dan lebih rawan/
rentan
17 terhadap infeksi. Jadi respon imun pada tubuh sebagai akibat dari latihan
belum diketahui
18 dengan jelas. Latihan yang digunakan oleh Nieman ádalah latihan
treadmill selama 45
19 menit dengan intensitas tinggi (80% VO2 max) dan intensitas sedang
(50% VO2 max).
20 Beberapa hasil penelitian belum ada kesepakatan mengenai beban dan
bentuk
21 latihan fisik yang meningkatkan atau menurunkan ketahanan tubuh.
Secara umum
22 penelitian menunjukkan bahwalatihan fisik dengan intensitas tinggi
menimbulkan
23 kerusakan respon ketahanan tubuh, sedangkan pada beban latihan fisik
sedang belum ada
24 kesepakatan kesamaan hasil penelitian (Mackinon, 1992: 53). Ketahanan
tubuh dengan
25 beban yang sama pada program latihan fisik masih memberikan
gambaran respon yang
26 berbeda (Frisina, 1993) .
10

27 Riset membuktikan bahwa perubahan-perubahan positif akan terjadi di


dalam
28 sistem kekebalan tubuh selama berolahraga secara moderat atau
sedang-sedang saja. Selsel
29 sistem kekebalan tubuh akan bersirkulasi dengan lebih cepat di dalam
tubuh, dan
30 kemungkinan juga ada dorongan sementara di dalam produksi
macrophage, yakni sel-sel
31 yang menyerang bakteri. Perubahan ini mungkin akan berakhir hanya
beberapa jam
32 setelah berolahraga, namun ada keuntungan kumulatif bagi yang
berolahraga secara
33 moderat dan teratur. Seseorang yang berolahraga secara teratur lebih
sedikit
34 kemungkinan untuk jatuh sakit dibandingkan yang samasekali tidak
berolahraga. Namun,
35 berolahraga yang berlebihan, atau terlalu sering, malah bisa mengurangi
kekebalan tubuh.
Menurut (Nursalam, 2007; 148) Adaptasi metabolik terhadap olahraga
yaitu:
1. Lemak
Terjadi penurunan lemak tubuh LDL (low density lipoprotein) dan
trigliserida serta peningkatan HDL-C (high density lipoprotein cholesterol) yang
bemanfaat menurunkan resiko penyakit jantung koroner.
2. Darah
Olahraga berat menyebabkan hemokonsentrasi dan leukositosis bila tidak
diimbangi intake cairan dan elektrolit yang adekuat. Olahraga teratur
meningkatkan volume plasma sehingga terjadi penurunan viskositas plasma dan
peningkatan aktivitas fibrinolitik, hal ini bermanfaat untuk mencegah trombosis
vaskuler dan iskemia jaringan. Leukositosis juga bermanfaat mencegah infeksi.
1) Renal
2) Olahraga akut menurunkan renal blood flow, penurunan GFR (glomerolus
filtration rate) sehingga tejadi penurunan jumlah urine.
3) Saluran pencernaan
4) Olahraga meningkatkan motilitas usus dan mencegah sembelit sehingga
menurunkan resiko kanker kolon.
5) Tulang
11

6) Olahraga meningkatkan kepadatan tulang dan intake mineral oleh tulang


sehingga mencegah osteoporosis.
35.5 Prinsip senam
Beberapa penelitian melaporkan bahwa olahraga dengan tingkat sedang bisa
meningkatkan kekebalan tubuh. Agar keadaan tubuh lebih stabil, sebaiknya
dipilih jelas olaraga yang tidak menimbulkan stres, misalnya meditasi, yoga,
senam anugerah agung, dan pemijatan. Ader dan cohen mengungkapkan bahwa
selama berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin dan enkefalin
yang dapat meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan B. Keluarnya hormon
tersebut sangat dipengaruhi beberapa faktor, misalnya beratnya latihan. Latihan
ringan sampai sedang akan merangsang pengeluaran hormon yang merangsang
sistem kekebalan, sedangkan latihan berat menimbulkan kelelahan justru
sebaliknya, yaitu menekankan sistem imun. (Nursalam, 2008; 153)
Latihan yang dipilih sebaiknya adalah latihan ringan yang meliputi aktivitas
sehari-hari, misalnya membersihkan rumah, berkebun, dan memasak. Alternatif
lain adalah mengikuti program latihan yang menyenangkan bagi pasien seperti.
senam, dansa, berenang, lari, berjalan,dll. Prinsipnya, pasien harus memilih
latihan yang paling menyenangkan dan mampu untuk diikuti secara teratur.
(Nursalam, 2007; 153)
Salah satu metode senam yang dianjurkan untuk pasien HIV/AIDS, yaitu
senam pernapasan anugrah agung yang dilakukan secara teratur 3X seminggu
selama 20 menit. Latihan yang dilakukan dengan tekun, terukur, dan disiplin akan
menimbulkan kebugaran tubuh dan kesehatan lahir batin. Meditasi dan senam
pernapasan bila dilakukan secara teratur akan bermanfaat bagi penyembuhan,
terhindar dari penyakit dan rasa sakit serta tetap sehat dan kreatif sepanjang hidup.
Adapun prinsip yang tidak boleh dilupakan adalah selalu melakukan pemanasan
sebelum latihan dan melakukan pendinginan setelah latihan. Serta meminum
cukup air dan makan untuk mencegah kelelahan ataupun dehidrasi berlebihan
yang bisa menurunkan kekebalan tubuh.
12

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang
sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Akibat
penularan virus mematikan ini memunculkan berbagai persepsi negatif dan
stigma-stigma dikalangan masyarakat dunia terhadap pengidap HIV/AIDS
misalnya saja perlakuan diskriminatif.
Penyebaran virus ini telah dibarengi dengan adanya peran dari masyarakat
dalam mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS. Permasalahan HIV/AIDS dapat
teratasi dengan cara bekerja sama di antara ketiga pilar yaitu keshalihan individu,
kontrol sosial masyarakat dan penetapan aturan Negara.

3.2 Saran
HIV dan AIDS adalah masalah kita juga, bukan masalah orang-orang
tertentu, meski kita kadang tidak menyadarinya. Dengan makin banyak
masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS maka janji dapat ditepati,
13

yakni hentikan AIDS! Ayo, kita hapus stigma dan hentikan diskriminasi dengan
memulainya dari diri kita sendiri.
Untuk itu segala pihak harus terus berupaya dalam mensosialisasikan
penyakit ini kepada masyarakat. Artinya, ini menjadi tanggung jawab bersama.
Dengan demikian, maka setiap dari Anda, pribadi atau kelompok, organisasi
agama besar seperti NU dan Muhammadiyah, serta PKK, dan lainnya, peranan
Anda dalam AIDS ini besar, tetapi masih perlu ditingkatakan kepeduliannya
karena ancaman ini ada di depan hidung kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
12

Nursalam (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.


Jakarta: Salemba Medika.
Sukanta, Putu Oka. (2005). Potensi Diri dan Alam untuk Pengobatan HIV/AIDS.
Jakarta:Penebar Swadaya
Yasirin, Ahmad. (2014). Latihan Senam Aerobik Dan Peningkatan Limfosit Cd4
(Kekebalan Tubuh) Pada Penderita Hiv. Journal of Sport Sciences and
Fitness.
Yayasan Spirita. (2004). Lembaga Informasi Tentang HIV/AIDS untuk Orang
yang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jakarta

Você também pode gostar