Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian olahraga.
2) Apa saja macam-macam olahraga bagi penderita HIV/AIDS.
3) Untuk mengetahuai manfaat olahraga bagi penderita HIV/AIDS.
4) Untuk mengetahui adaptasi sistem imun selama olahraga.
5) Untuk mengetahui efek latihan fisik bagi pasien HIV/AIDS.
6) Untuk mengetahui prinsip senam bagi penderita HIV/AIDS.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Menurut Harsuki (2013: 248), Penuruan kapasiatas fisik akan dialami semua
orang, baik terhadap mereka yang berolahraga secara rutin maupun mereka yang
tidak aktif berolahraga. Namun banyak hasil penelitian yang, menemukan bahwa
VO2 Max pada kelompok atlit selalu lebih tinggi daripada orang yang jarang
berolahraga. Karena ternyata penurunan VO2 Max lebih kecil atau lebih lambat
pada orang yang aktif dalam berolahraga secara teratur yaitu hanya 0,4% per
tahun dibandingkan dengan populasi umum yang ratarata mengalami penurunan
1%.
Proses metabolisme sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang.
Pengolahan makanan menjadi zat yang bisa digunakan oleh tubuh. Semua organ
tubuh memerlukan makanan untuk bekerja atau menjalankan fungsi nya masing-
masing. Metabolisme juga berkaitan dengan daya tahan tubuh, zat yang berfungsi
menjaga stabilitas imunitas tubuh juga berasal dari proses metabolisme. Hasil dari
metabolisme protein berfungsi menjaga daya tahan tubuh. Zat protein yang
berasal dari makanan yang diasup kemudian masuk dalam tubuh dan diproses
melalui proses metabolisme protein.
Peningkatan CD4 yang merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh
termasuk dampak dari metabolisme protein. Dengan berolahraga dapat
meningkatkan metabolisme dalam tubuh, termasuk metabolisme protein.
Sehingga berdampak pada peningkatan kualitas daya tahan tubuh.Dengan
berolahraga sel-sel sistem kekebalan tubuh akan bersirkulasi dengan lebih cepat di
Dalam tubuh, dan kemungkinan juga ada dorongan sementara di dalam produksi
makrofag yaitu sel-sel yang menyerang bakteri. Penurunan CD4 dari para
penderita HIV+yang tidak normal harus diimbangi perawatan berupa obat juga
berolahraga untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh. (Harsuki, 2013: 248).
2.2.2 Senam Pernafasan
Terdapat 4 tahapan gerakan dalam senam pernapasan. Setiap tahapan
memiliki gerakan-gerakan spesifik yang baik untuk kesehatan. 4 tahapan senam
pernapasan antara lain: (Nursalam, 2008; 157)
1) Pemanasan
5
3) Pernanasan inti II
a. Siap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan lebih lebar dari bahu, dan kedua
tangan diluruskan keatas dengan telapak tangan saling berhadapan, kepala
mendongak dengan pandangan mata kearah ujung jari.
b. Gerakan
- Sambil menarik napas, tarik kedua tangan perlahan kebawah dengan telapak
tangan tetap saling berhadapan sambil menekuk kaki. Setelah tangan
kebawah dan posisi kuda-kuda, hadapkan telapak tangan kebawah.
- Tahanlah napas dan gerakan selama 5-10 detik, lalu rentangkan kedua
tangan kesamping sambil mengeluarkan napas dan meluruskan kaki
kembali. Saat gerakan tangan turun, pandangan mata mengikuti gerakan
ujung jari. Bila kedua tangan lurus kebawah, pandangan mata kedepan.
c. Indikasi: laksanakan gerakan dengan teratur, penuh penghayatan, sikap
pasrah dan tulus ikhlas, yakin akan keberhasilan dan santai, tapi penuh
semangat. Pada tiap gerakan, jaga agar tulang belakang tetap tegak lurus.
4) Pernapasan inti III
a. Sikap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan lebih lebar dari bahu, kedua
tangan bertemu dengan jari-jari saling bertautan, dan telapak tangan
diposisikan kebawah dagu dengan menghadap kebawah.
b. Gerakan
- Sambil menarik napas, putar tangan kedepan, telapak menghadap ketubuh
dan kebawah (telapak menghadap keatas), lalu angkat lurus keatas dengan
telapak tangan tetap menghadap keatas sampai keatas dahi sambil menekuk
kaki.
- Setelah telapak tangan berada diatas dahi, putar telapak tangan menghadap
kebawah dengan posisi kuda-kuda, tahanlah napas, dan gerakan selama 5-10
detik.
- Turunkan telapak tangan menghadap kebawah sambil mengeluarkan napas
dan meluruskan kaki kembali.
c. Indikasi: untuk menyempurnakan dan menambah pemasukan volume udara
kedalam tubuh, sehingga terjadi pengendapan hawa murni yang dapat
membangkitkan tambahan energi bagi tubuh.
7
peningkatan isi sekuncup dan cardiac output sehingga tercapai kapasitas kerja
yang maksimal. (Nursalam, 2007; 148)
2.4.2 Sistem Pulmoner
Olahraga dapat meningkatkan frekuensi napas, meningkatkan pertukaran
gas serta pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh otot. Paru merupakan salah
satu organ yang tidak beradaptasi terhadap olahraga. (Nursalam, 2007; 149)
2.4.2.1 Respon sistem respirasi terhadap latihan fisik
Enam menit setelah latihan bersepeda, terjadi peningkatan ventilasi, hearth
rate, PaO2, pH arteri, suhu tubuh, dan terjadi penurunan PaCO2. Faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan ventilasi selama latihan adalah: aktivitas
kepusat respirator dari sistem motorik untuk aktivitas otot sehingga terjadi:
(Nursalam, 2007; 149)
1) peningkatan suhu tubuh
2) Neuron respirator menjadi lebih responsif pada perubahan aktivitas
kemoreseptor sehingga otak mungkin lebih sensitif pada fluktuasi daripada
nilai absolut PaO2, PaCO2, atau pH.
3) Produksi asam laktat selama latihan (metabolisme anerob) meningkatkan
konsentrasi H+ di CSF dan darah sehingga mempengaruhi kemoreseptor.
2.4.3 Metabolisme
Untuk melakukan olahraga, otot memerlukan energi. Pada olahraga
intensitas rendah sampai sedang terjadi pemecahan trigliserida dan jaringan
adiposa menjadi glikogen dan FFA (free faty acid). Kegiatan olahraga intensitas
tinggi akan membuat kebutuhan energi meningkat. Keadaan ini membuat otot
semakin tergantung pada glikogen, sehingga metabolisme berubah dari
metabolisme aerob menjadi anaerob. (Nursalam, 2007; 149)
Metabolisme anaerob menghasilkan 2 ATP dan asam laktat yang
menurunkan kerja otot. Pada saat olahraga, tubuh meningkatkan ambilan glukosa
darah untuk mencegah hipoglikemia. Selain itu tubuh meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis hati untuk mempertahankan gula darah
normal. (Nursalam, 2007; 149)
Olahraga berlebihan menyebabkan hipernatremia, karena banyaknya cairan
isotonis yang keluar bersama keringat, dan hiperkalemia, karena kalium banyak
9
dilepaskan dari otot. Selain itu juga terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas.
(Nursalam, 2008; 149)
2.5 Adaptasi sistem imun selama olahraga
3 Latihan fisik yang benar, teratur, berbeban individual dan menyenangkan
dapat
4 memperbaiki dan menghambat penurunan fungsi organ tubuh,
menyehatkan tubuh serta
5 meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Kumae, 1987:
65). Pemberian
6 rangsang fisik yang berulang pada sistem tubuh akan menyebabkan
proses adaptasi yang
7 dapat mencerminkan peningkatan kemampuan fungsional tetapi jika
besarnya rangsang
8 tidak cukup untuk proses pembebanan, maka tubuh tidak akan terjadi
proses adaptasi.
9 Sebaliknya jika rangsang terlalu besar yang tidak dapt ditoleransi oleh
tubuh akan
10 menyebabkan jejas dan mengganggu keadaan homeostasis pada sistem
tubuh
11 (Setyawan,1995: 96)
12 Sehubungan dengan pengaruh latihan terhadap konsentrasi darah putih
sebagai
13 parameter deteksi peningkatan sistem imán dalam tubuh, Nieman (1994)
menyatakan
14 bahwa latihan fisik tingkat sedang merangsang sistem imán, tetapi latihan
fisik yang
15 intensif dapat menyebabkan penurunan sistem imán. Tetapi masih belum
jelas aspekaspek
16 latihan manakah yang paling merusak sistem imán dan lebih rawan/
rentan
17 terhadap infeksi. Jadi respon imun pada tubuh sebagai akibat dari latihan
belum diketahui
18 dengan jelas. Latihan yang digunakan oleh Nieman ádalah latihan
treadmill selama 45
19 menit dengan intensitas tinggi (80% VO2 max) dan intensitas sedang
(50% VO2 max).
20 Beberapa hasil penelitian belum ada kesepakatan mengenai beban dan
bentuk
21 latihan fisik yang meningkatkan atau menurunkan ketahanan tubuh.
Secara umum
22 penelitian menunjukkan bahwalatihan fisik dengan intensitas tinggi
menimbulkan
23 kerusakan respon ketahanan tubuh, sedangkan pada beban latihan fisik
sedang belum ada
24 kesepakatan kesamaan hasil penelitian (Mackinon, 1992: 53). Ketahanan
tubuh dengan
25 beban yang sama pada program latihan fisik masih memberikan
gambaran respon yang
26 berbeda (Frisina, 1993) .
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang
sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Akibat
penularan virus mematikan ini memunculkan berbagai persepsi negatif dan
stigma-stigma dikalangan masyarakat dunia terhadap pengidap HIV/AIDS
misalnya saja perlakuan diskriminatif.
Penyebaran virus ini telah dibarengi dengan adanya peran dari masyarakat
dalam mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS. Permasalahan HIV/AIDS dapat
teratasi dengan cara bekerja sama di antara ketiga pilar yaitu keshalihan individu,
kontrol sosial masyarakat dan penetapan aturan Negara.
3.2 Saran
HIV dan AIDS adalah masalah kita juga, bukan masalah orang-orang
tertentu, meski kita kadang tidak menyadarinya. Dengan makin banyak
masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS maka janji dapat ditepati,
13
yakni hentikan AIDS! Ayo, kita hapus stigma dan hentikan diskriminasi dengan
memulainya dari diri kita sendiri.
Untuk itu segala pihak harus terus berupaya dalam mensosialisasikan
penyakit ini kepada masyarakat. Artinya, ini menjadi tanggung jawab bersama.
Dengan demikian, maka setiap dari Anda, pribadi atau kelompok, organisasi
agama besar seperti NU dan Muhammadiyah, serta PKK, dan lainnya, peranan
Anda dalam AIDS ini besar, tetapi masih perlu ditingkatakan kepeduliannya
karena ancaman ini ada di depan hidung kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
12