Você está na página 1de 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Alat Pelindung Diri (APD) Petugas


1. Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan
baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai
usaha akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan,oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati
agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :
a. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik.
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
i. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
2. Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri
a. Tujuan
1) Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
2) Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
b. Manfaat
Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja dan mengurangi resiko akibat kecelakaan.
c. Jenis
Alat Pelindung Diri di bagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1) APD bagian kepala meliputi :
Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi dari alat pelindung mata,
pernapasan dan mata, contohnya Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet),
Tutup Kepala, Hats/cap, Topi pengaman.
Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : Topi Pelindung/ Pengaman (Safety
Helmet)
Alat Pelindung Muka : Safety Glasses, Face Shields, Goggles.
Alat Pelindung Penglihatan : Kaca Mata
Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ), Sumbat Telinga (Ear plugs).
Alat Pelindung Pernafasan : Masker, Respirator.
2) APD bagian badan meliputi :
Alat Pelindung Seluruh Badan : jas laboratorium
Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron
Alat Pelindung Bagian Dada : Rompi Pelindung
3) APD bagian anggota badan meliputi :
Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan (Safety Gloves).
Alat Pelindung Kaki : sepatu bot.
d. Kegunaan
1) Alat Pelindung Kepala
Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet) : Melindungi
kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.
Tutup Kepala : Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,
panas/dingin.
Hats/cap : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin
berputar.
Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari
tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik. Biasanya
digunakan oleh pemadam kebakaran.
2) Alat Pelindung Muka Dan Mata
Melindungi muka dan mata dari:
a) Lemparan benda-benda kecil.
b) Lemparan benda-benda panas
c) Pengaruh cahaya
3) Alat Pelindung Telinga
Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan frekuensi Daya atenuasi
(daya lindung) : 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
(komunikasi) tak terganggu.
Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)
Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan.
4) Alat Pelindung Pernafasan
Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:
a) Kekurangan oksigen
b) Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)
c) Pencemaran oleh gas atau uap
5) Alat Pelindung Tangan
Sarung Tangan (Gloves) Jenis pekerjaan yang membutuhkan sarung tangan :
a) Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit)
b) Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet)
c) Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi cedera
bila tidak menggunakan sarung tangan (seperti benda yang masih panas,
benda yang sisinya tajam dlsb.).
d) Beberapa pekerjaan perawatan.
6) Alat Pelindung Kaki
a) Untuk mencegah tusukan
b) Untuk mencegah tergelincir
c) Tahan terhadap bahaya listrik
7) Alat Pelindung Badan
Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari benda berbahaya,
misal api, asap, bakteri, zat-zat kimia, dsb.
3. Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri
a. Kekurangan
1) Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat pelindung
diri yang kurang tepat
2) Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari kondisi
yang berpotensi menimbulkan bahaya.
3) Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan
4) Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,
5) Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)
6) Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
7) Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu .
8) Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.
b. Kelebihan
1) Mengurangi resiko akibat kecelakan
2) Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
3) Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasi
tidak berfungsi dengan baik.
4) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
4. Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri
a. Cara memilih
1) Sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai.
2) Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis pekerjaannya
harus selalu digunakan selama mengerjakan tugas tersebut atau selama berada
di areal pekerjaan tersebut dilaksanakan.
3) Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam kantor,
ruang istirahat, atau tempat-tempat yang tidak berhubungan dengan
pekerjaannya.
4) Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai.
b. Cara merawat
1) Meletakkan Alat pelindung diri pada tempatnya setelah selesai digunakan.
2) Melakukan pembersihan secara berkala.
3) Memeriksa Alat pelindung diri sebelum dipakai untuk mengetahui adanya
kerusakan atau tidak layak pakai.
4) Memastikan Alat pelindung diri yang digunakan aman untuk keselamatan jika
tidak sesuai maka perlu diganti dengan yang baru.
5) Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara
penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.
6) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat kerja yang kualitasnya
tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk
dipergunakan

B. Mengidentifikasi Pasien
Jelaskan kepada pasien dan/ atau keluarga tujuan pemakaian gelang dan mengapa
mereka harus menggunakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengidentifikasi kesalahan dan mendorong pasien dan keluarga mereka untuk
berpartisipasi dalam upaya mencegah kesalahan.
Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutup gelang dengan tape
perban, dll
1. Identifikasi pasien wajib dilakukan sebelum :
a. Pemberian obat
b. Pemberian darah / produk darah
c. Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. Sebelum memberikan pengobatan
e. Sebelum memberikan tindakan
2. Petugas pelaku identifikasi pasien :
a. Dokter
b. Perawat
c. Petugas Administrasi
d. Petugas Rekam Medis
e. Petugas Farmasi
f. Petugas Laboratorium
g. Petugas Rehab Medik
h. Petugas Penunjang Medik
i. Petugas Radiologi / Fisioterapi
3. Cara Identifikasi Pasien Rawat Inap / UGD :
a. Tanya langsung kepada pasien (pertanyaan terbuka) : nama lengkap pasien dan
tanggal lahir atau nomor rekam medis.
b. Untuk pasien yang tidak sadar bertanya langsung kepada keluarga/penunggu
pasien (nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis).
c. Cocokkan nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis pada
gelang pasien dengan data di formulir terkait ( misal : form pemeriksaan, SIT).
4. Cara Identifikasi Pasien Rawat Jalan :
Bertanya langsung / pertanyaan terbuka kepada pasien (nama lengkap dan tanggal lahir
pasien).
5. Tujuan Identifikasi Pasien :
a. Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu yang akan diberi layanan atau
pengobatan tertentu.
b. Mencocokkan layanan atau perawatan dengan individu tersebut.
6. Keliru mengidentifikasi pasien bisa terjadi saat :
a. Pasien masih dibius
b. Pindah tempat tidur
c. Pindah kamar
d. Pindah lokasi di dalam rumah sakit
e. Pasien cacat indera
7. Kebijakan/ prosedur untuk mengidentifikasi pasien :
a. Nama lengkap pasien
b. Tanggal lahir
c. Nomor rekam medis
d. Gelang identitas pasien dengan barcode, dll

C. Mengidentifikasi Penyebab Timbulnya ISK


Salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih (ISK),
80% kasus ISK diasosiasikan dengan penggunaan kateter uretra. Patogen yang paling
sering ditemukan adalah Escherichia coli, Enterococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus,
dan Enterobacter.
ISK akibat kateterisasi didefinisikan sebagai infeksi pada pasien yang pernah atau
masih menggunakan kateter indwelling. Centre of Diseases Control and Prevention (CDC)
dan National Healthcare Safety Network (NHSN) membagi ISK akibat kateterisasi atas 2
kelompok: Symptomatic Urinary Tract Infections (SUTI) dan Asymptomatic Bacteriuria
(ASB).
Masuknya bakteri melalui kateter sangat berhubungan dengan pembentukan biofilm
pada kateter. Biofilm adalah struktur kompleks terdiri dari bakteri, produk ekstraseluler
bakteri, sel host dan komponen urin seperti protein, elektrolit dan molekul organic lain.
Biofilm ini berkembang dan tumbuh di dalam dan di luar kateter sehingga terlihat seperti
membungkus kateter.
Pada sistem drainase tertutup yaitu melalui irigasi kandung kemih tanpa tindakan
asepsis yang tepat atau lebih umumnya karena adanya kontaminasi kantung penampung
urin oleh petugas kesehatan karena tidak membersihkan tangan pada saat akan
mengosongkan kantung urin atau mengganti tas penampung urin.
Pada penggunaan sistem drainase kemih terbuka, bakteri dapat tumbuh dalam waktu
satu sampai dengan dua hari, sedangkan dengan sistem drainase kemih tertutup, bakteri
akan tumbuh dalam waktu sepuluh hari sampai dengan dua minggu dan kebanyakan sampai
dengan tiga puluh hari akan terjadi bakteriuria.
Faktor risiko terbesar adalah pemakaian kateter melebihi 6 hari; dapat dikatakan bahwa
ISK akibat kateterisasi terjadi karena pemasangan kateter jangka lama tidak sesuai indikasi
dan kurangnya prosedur aseptik saat kateterisasi, baik di alatnya maupun petugas medisnya.

D. Cara Menempatkan Alat Steril


1. Pengamatan dan pengesetan alat yang akan disterilkan sesuai dengan kebutuhan dan
jenis alat
2. Pengemasan alat dikemas dengan bungkus plastic tahan panas
3. Labeling, setiap kemasan diberi label , jenis alat didalamnya, tanggal kadaluarsa,kode
petugas dan indicator sterilisasi
4. Produksi, membuat dan memperiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan steril
(kassa, handscoon,kapas dll)
5. Proses sterilisasi dikerjakan oleh staf terlatih.
6. Penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan
7. Distribusi,dilakukan sesuai kebutuhan ruangan perawatan/khusus dengan
memeperhatikan stock dan kebutuhan
8. Sebelum menggunakan alat keshatan yang steril para medis harus memastikan
tanganya bersih dan menghindari adanya bakteri mikroorganisme yang menempel pada
tangan pindah pada tubu pasien
E. Cara Mengambil Alat Steril

F. Cara Menyiapkan Alat Steril


Berikut adalah langkah-langkah cara menyiapkan alat steril pada manajemen ADP, yaitu:
1. Cek tanggal sterilisasi pada alat yang telah dilakukan sterilisasi (manometer CVP, bak
instrument steril), pastikan kemasan penyeterilan dalam kondisi baik (belum terbuka).
2. Cek tanggal kadaluwarsa dan pastikan kemasan yang tertera pada produk (kateter CVP,
three way sto cock, spuit 20cc, infus set) belum rusak.
3. Buka kemasan kateter CVP, three way stop cock, spuit 20cc dan infus set seperti
membuka kulit pisang lalu letakkan kedalam bak instrument steril satu persatu dengan
hati-hati, pastikan jangan sampai menyentuh bagian luar bak instrument steril.
4. Ambil kasa dan duk lubang yang sudah steril menggunakan korentang dan letakkan
dalam bak instrument steril.
G. Cara Menyiapkan Pasien
Cara menyiapkan pasien adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang tujuan pemasangan.
2. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang daerah pemasangan.
3. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dikerjakan.
H. Cara Mendesinfeksi Lokasi
1. Sterlisasi ujung jari, prinsip sterilisasi sama dengan sterilisasi pada pengambilan darah
vena, yaitu dari sentar ke perifer atau dengan sekali usap saja, jangan dipencet – penjet
jari na, karena ini akan merusak komponen yang terdapat dalam darah
2. Tusuk ujung jari, lalu buang tetesan yang pertama
3. Yang digunakan adalah drah pada tetesan yang kedua
4. Setelah selesai, maka tempelkan kapas alkohol pada bagian yang sudah ditusuk
I. Cara Memasukkan Alat Ke Dalam Lubang/Jaringan Tubuh

J. Cara melepaskan alat dari jaringan

K. Cara pemberesan alat yang sudah digunakan


Cara pemberesan alat yang sudah digunakan adalah sebagai beikut
1. Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk
menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan
sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien
berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam. Dan untuk spuit
yang telah di gunakan di bilas dengan cara tarik dan dikeluarkan sampai 3-5 kali
menggunakan klorin.
2. Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas.
3. Untuk sarung tangan bisa langsung dibuang di tempat sampah medis
4. Cairan NaCl bisa langsung dibuang di tempat khusus plabot.
5. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, di\bereskan dan dikembalikan ketempat semula

L. Cara Membuang Sampah Medis


1. Cara pembuangan sampah terkontaminasi
a. Menuangkan cairan atau sampah basah ke sistem pembuangan kotoran tertutup
b. Insinerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus mikro
organismenya
c. Menguburkan sampah terkontaminasi untuk di tangani lebih lanjut
2. Penanganan sampah terkontaminasi yang tepat
a. Pakailah wadah plastik atau disepuh logam dengan tutup yang rapat
b. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan benda-benda tajam
c. Tempatkan wadah sampah dekat dengan lokasi terjadinya sampah dan mudah
dicapai oleh pemakai
d. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah tidak boleh
dipakai untuk keperluan lain (sebaiknya peralatan diberi tandah “sampah
terkontaminasi”)
e. Cuci semua wadah sampah dengan larutan dekontaminasi dan bilas teratur dengan
air
f. Gunakan wadah terpisah untuk sampah yang akan dibakar dengan yang tidak akan
dibakar sebelum dibuang
g. Gunakan perlengkapan perlindungan diri ketika menangani sampah
h. Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antisepti berbahan dasar alkohol
tanpa air setelah melepaskan sarung tangan sehabis menangani sampah
3. Macam-macam sampah terkontaminasi dan cara penanganannya.
a. Sampah Kering
Macam-macam sampah kering ; jarum, kapas, kasa, pembalut, vial, pisau, skalpel
dan semprit. Sampah kering terbagi menjadi sampah padat dan sampah benda
tajam
Penanganannya di bakar dalam insinerator, sisa pembakaran seperti abu atau
benda-benda tajam yang tidak hangus dalam pembakaran ditanam dalam lubang
tertutup.
b. Sampah Basah
Macam-macam sampah basah ; darah, duh tubuh, jaringan plasenta, bagian janin,
set tranfusi dan lain-lain. Sampah basah terbagi menjadi sampah cair dan sampah
padat.
4. Penanganannya dibuang dalam lubang dalam dan tertutup.
1. Langkah-langkah pembuangan sampah benda tajam.
1) Jangan menyarungkan kembali penutup atau melepaskan jarum semprit
2) Dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5% hisap dan semprotkan sebanyak 3x
(jika semprit akan diproses kembali, penuhi semprit dengan larutan klorin 0,5%
dan redam selama 10 menit)
3) Masukan benda tajam ke dalam wadah yang tahan tusukan
4) Jika wadah sudah terisi ¾ bagian, pindahkan dari area tindakan untuk dibuang.
2. Langkah-langkah membuang wadah benda tajam.
1) Pakailah sarung tangan rumah tangga yang tebal
2) Kontainer yang telah terisi ¾ bagian ditutup atau disumbat/plester dengan rapat,
pastikan tidak ada bagian benda tajam yang menonjol ke luar wadah.
3) Buang wadah dengan cara dibakar, enkapsulasi, atau dikubur
4) Lepaskan sarung tangan, cuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor
5) Cuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih
3. Langkah-langkah membuang sampah cair.
1) Pakai PPD
2) Tuangkan sampah cair ke wastafel atau ke dalam toilet dengan hati-hati dan
disiram dengan air
3) Jika sistem pembuangan kotoran tidak tersedia, buang sampah cair dalam
lubang tertutup
4) Wadah bekas sampah cair di dekontaminasi lalu dicuci
5) Lepaskan sarung tangan rumah tangga, cuci setiap hari atau jika terlihat kotor
6) Cuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih
4. Langkah-langkah membuang sampah padat.
1) Pakai sarung tangan rumah tangga
2) Buang sampah padat dalam wadah bersepuh logam atau plastik dengan penutup
ketat
3) Kumpulkan wadah sampah secara reguler dan pindahkan yang bisa dibakar ke
dalam insinerator atau area pembakaran
4) Lepaskan sarung tangan rumah tangga, cuci setiap hari atau jika terlihat kotor
5) Cuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih

M. Cara Memproses Alat Setelah Digunakan


Pemprosesan alat adalah proses pencegahan infeksi dasar pada alat-alat praktek
kebidanan. Tujuannya untuk menurunkan transmisi penyakit dan pencegahan infeksi pada
alat-alat / instrumen. Dalam pemprosesan alat terdapat 3 langkah pokok yaitu
1. Dekontaminasi Alat
Definisi : langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan
benda-benda lainnya yang terkontaminasi.
Produk-produk Dekontaminasi adalah Larutan klorin 0,5 %-0,1 %, Etil 70 %, dan
Bahan fenolik atau karbol 0,5 % - 3 %.
Cara membuat larutan klorin
a. Cara membuat larutan klorin 0,5 %: Tambahkan 1 larutan pemutih (bayelin)
kedalam 9 bagian air (1:9)
b. Cara membuat larutan klorin 0,1 % : Tambahkan 1 bagian larutan pemutih
(bayclin) kedalam 49 bagian air (1:49)
Cara-cara Dekontaminasi :
a. Lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan cara merendamnya dengan
larutan desifektan (klorin 0,5 %) selama 10 menit. langkah ini dapat membunuh
virus hepatitis B dan AIDS.
b. Jangan merendam instrument logam yang berlapis elektron(artinya tidak 100 %
baja tahan gores)meski dalam air biasa selama beberapa jam karena akan
berkarat.
c. Setelah dekontaminasi instrumen harus segera dicuci dengan air dingin untuk
menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh.
d. Jarum habis pakai da semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik untuk
dikubur.
e. Apabila akan digunakan kembali maka jarum dan semprit harus dibersihkan
dan dicuci secara menyeluruh setelah dekontaminasi.
f. Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi maka selanjutnya di
proses dengan aman.
2. Pencucian Dan Pembilasan
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan / instrument yang kotor atau yang sudah digunakan.
Perlengkapan / bahan-bahan untuk mencuci peralatan.
a. Wadah plastik atau baja anti karat.
b. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.
c. Sikat halus ( boleh menggunakan sikat gigi )
d. Tabung suntik

e. Air bersih

f. Sabun deterjen.
Kegunaan Pencucian :
a. Sebagai cara efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme terutama
endospora yang menyebabkan tetanus pada peralatan dan instrument tercemar.
b. Sebagai langkah awal,sebelum instrument di sterilisasi atau desinfikasi tingkat
tinggi (DTT) yang efektif tanpa harus melakukan pencucian terlebih dahulu
(Porter,1987).
Tahap-tahap Pencucian dan pembilasan
a. Ambil peralatan bekas pakai sarung tangan karet yang tebal pada ketua tangan.
b. Pakai yang sudah di dekontaminasi ( hati-hati bila memegang peralatan yang
tajam seperti gunting dan jarum jari )
c. Agar tidak merusak benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci
segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.
d. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati :
1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan
kotoran.
2) Buka engsel gunting dan klem
3) Sikat dengan saksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan.
4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada perlatan.
5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika diperlukan dengan air
dan sabun atau diterjen.
6) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
e. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
f. Jika peralatan akan di densifiksikan tingkat tinggi secara kimiawi(misalakan
dalam larutan klorin 0,5% tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan
biarkan kering sebelum memulai proses DTT.karena peralatan yang masih
basah akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang
efektif
g. Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau
direbus atau distrelisasi di dalam otoktaf atau oven panas kering,tidak usah
dikeringkan sebekum proses DTT atau distrilisasi di mulai.
h. Selagi masih memakai sarung tangan ,cuci sarung tangan dengan air dan sabun
dan kemudian bilas secara saksama dengan menggunakan air bersih .
i. Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan
3. Desifikasi Tingkat Tinggi Dan Sterilisasi
Suatu tindakan untuk membunuh kuman pada benda atau alat dengan cara merebus
dan meredam dengan larutan desifiktan .
Tujuan :
a. Untuk menghindar penularan
b. Supaya alat siap untuk dipakai dan tetap terpelihara sehingga tahan lama
c. Dilakukan pada semua alat –alat kebidanan dan kedokteran
DTT dilakukan dengan cara:
1. Meredam dengan larutan desifektan dalam panci rebus
2. Lakukan persiapan:
a. alat-alat dibersihkan
b. sediakan sabun, sikat halus, lap kering, larutan desifektan, panci.
Persiapan Dan Pelaksanaan
a. Alat –alat yng sudah siap dipakai direndam dengan klorin 0,5% selama 10
menit bersihkan alat-alat tersebut dengan sabun dan disikat sampai bersih
,masukkan dalam panic dan pastikan semua permukaan alat dalam panic
perebus tetutup,terendam air dengan tinggi permukaan alat 2,5% cm diatas
permukaan alat .
b. Rebus alat atau benda selama 20 menit yang dihitung sejak air mendidih .angka
alat ( benda yang sudah direbus dibiarakan mengering pada daerah yang
bersih )alat yang sudah di DTT harus digunakan untuk disiman dalam wadah
tertentu.
4. Sterilisasi
Merupakan upaya pembunuhuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik
PERSIAPAN:
a. Alat –alat yang akan dibersihkan
b. Sabun
c. Sikat halus
d. Lap kering
e. Larutan desinfektan
f. Sterilisator
CARA KERJA :
a. Alat –alat yan sudah digunakan direndam dalam larutan klorin 0,5 % selama 15
menit
b. Cuci dengan sa1bun dan bilas d bawah air mengalir untuk membuang kotoran
yang melekat
c. Keringkan dengan lap bersih dan bungkus dengan kain bersih
d. Masukan dalam sterilisator dan bungkus dengan kain bersih
e. Masukan dalam sterilisator selama 20 menit dengan temperature 121 derajat
celcius (250 derajat farenhet)tekanan harus 10%
f. Biarkan sampai strelisator cukup dingin
g. Buka penutup agar uapanya keluar dan biarkan bungkusan mengering baru
diangkat.

N. Cara Memonitor Pasien Pemasangan Alat CVP


Penggunaan sistem manometer memungkinkan pembacaan intermiten dan kurang
akurat dibandingkan dengan sistem tranduser, hal ini disebabkan karena adanya efek
meniskus air pada tabung kaca. Adapun langkah-langkah pemasangan manometer adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan alat. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan pengukuran CVP
diantaranya manometer, cairan, water pass, extension tube, threeway, bengkok, plester.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP kepada pasien.
3. Posisikan pasien dalam kondisi yang nyaman. Pasien bisa diposisikan semi fowler
(45°).
4. Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point merupakan suatu titik yang
nantinya dijadikan acuan dalam pengukuran CVP. Zero point ditentukan dari ICS
(Intercosta Space) ke – 4 pada linea midclavicula karena ICS ke – 4 tersebut
merupakan sejajar dengan letak atrium kanan. Dari midclavicula ditarik ke lateral
(samping) sampai midaxilla. Di titik midaxilla itulah kita berikan tanda.
5. Dari tanda tersebut kita sejajarkan dengan titik nol pada manometer yang ditempelkan
pada tiang infus. Caranya adalah dengan mensejajarkan titik tersebut dengan angka 0
dengan menggunakan waterpass. Setelah angka 0 pada manometer sejajar dengan titik
ICS ke- 4 midaxilla, maka kita plester manometer pada tiang infus.
6. Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sistem 1 (satu). Caranya adalah
dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan (infus) ke arah pasien. Jalur threeway
dari sumber cairan dan ke arah pasien kita buka, sementara jalur yang ke arah
manometer kita tutup.
7. Setelah aliran cairan cairan dari sumber cairan ke pasien lancar, lanjutkan dengan
mengaktifkan sistem 2 (dua). Caranya adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber
cairan ke arah manometer. Jalur threeway dari sumber cairan dan ke arah manometer
dibuka, sementara yang ke arah pasien kita tutup. Cairan yang masuk ke manometer
dipastikan harus sudah melewati angka maksimal pada manometer tersebut.
8. Setelah itu, aktifkan sistem 3 (tiga). Caranya adalah dengan cara mengalirkan cairan
dari manometer ke tubuh pasien. Jalur threeway dari manometer dan ke arah pasien
dibuka, sementara jalur dari sumber cairan ditutup.
9. Amati penurunan cairan pada manometer sampai posisi cairan stabil pada angka/titik
tertentu. Lihat dan catat undulasinya. Undulasi merupakan naik turunnya cairan pada
manometer mengikuti dengan proses inspirasi dan ekspirasi pasien. Saat inspirasi,
permukaan cairan pada manometer akan naik, sementara saat pasien ekspirasi kondisi
permukaan cairan akan turun. Posisi cairan yang turun itu (undulasi saat klien
ekspirasi) yang dicatat dan disebut sebagai nilai CVP.
Pemantauan menggunakan transduser memungkinkan pembacaan secara kontinu
yang ditampilkan pada monitor. Adapun langkah-langkah pemasangan transduser adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan alat. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan pemasangan transduser
meliputi heparin, infus set, monitor, transduser, threeway, kantong tekanan.
2. Tempatkan pasien pada posisi supinasi, pastikan posisi ini tidak diubah untuk
mendapatkan hasil yang akurat.
3. Sambungkan infus yang berisi larutan saline ke IV line, kemudian hubungkan ke
transduser.
4. Hubungkan transduser ke kateter vena sentral menggunakan threeway. Pastikan tidak
ada udara di dalam selang.
5. Posisikan transduser sejajar dengan kateter vena sentral.
6. Kemudian hubungkan transduser ke monitor.

O. CARA MENGELOLA CAIRAN/SEKRET PASIEN


Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian
risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. Ketika
melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan, maka
pemakaian APD harus ditambah dengan,
1. Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan pelindung mata/
eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
2. Gaun dan sarung tangan bersih.
Pastikan bahwa prosedur – prosedur kebersihan dan desinfeksi diikuti secara benar dan
konsisten. Membersihkan permukaan – permukaan lingkungan dengan air dan deterjen
serta memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit) merupakan prosedur
yang efektif dan memadai. Pengelolaan laundry, peralatan makan dan limbah medis sesuai
dengan prosedur rutin.

P. CARA MENDOKUMENTASIKAN

Q. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan APD adalah sebagai berikut
1. Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan sesuaikan posisi APD
agar merasa nyaman saat bekerja.
2. Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak segera laporkan.
3. Jika menggunakn 2 atau lebih APD secara bersamaan pastikan mereka kompatibel
dan tidak mengurangi keefektifan masing-masing APD.
4. Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman secepatnya.
5. Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila diperlukan pelatihan
khusus.

Você também pode gostar