Você está na página 1de 16

SEJARAH PERKEMBANGAN PHLEBOTOMI

Flebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal dari kata Yunani phleb
dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/ memotong (cutting).
Dulu dikenal istilah venasectie ( BLd), venesection atau venesection I Ing), Flebotomis adalah
seorang tenaga medis yang telah mendapatkan latihan untuk mengeluarkan dan menampung
specimen darah dari pembuluh darah pena, arteri atau kapiler.
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal manusia. Dan
menjadi bagian dari kegiatan pengobatan pasien. Teknik pengeluaran darah yang pertama
dilakukan oleh dokter-dokter Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates
dengan sebutan “Bapak Ilmu Kedokteran“ (abad 5 SM ) seni pengambilan darah mengalami
banyak perubahan, demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan
penampungan bahan darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum
abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini
seorang dokter ( practitioner ) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang.
Menjelang akhir abad ke 19 barulah teknologi mengambil alih dan memproduksi “ lintah artificial
“. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
B. ASPEK HUKUM DAN PERUNDANGAN PHLEBOTOMI
Legalitas Phlebotomi :
1. Keputusan MENKES No 04 / MENKES / SK / 2002 Tentang laboratorium kesehatan swasta
dituliskan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab perawat yang bekerja di Laboratorium
swasta adalah melakukan tindakan pengambilan specimen.
2. Peraturan MENPAN No 08 Tahun 2006 Tentang Analis kesehatan pegawai negeri (Pranata
Lboratorium) Tugas pelayanan laboratorium kesehatan di bidang hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi, imunoserologi, toxicology, kimia lingkungan dan patologi anatomi.
3. Keputusan Mentri Kesehatan dan Mentri Kesejahteraan Sosial RI N0 141 / MENKESKESOS /
SK/ II/ 2001 Tentang petunjuk teknis pelaksanan pejabat fungsional pranata laboratorium
kesehatan
Point 21 : mempersiapkan pasien, yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum pengambilan specimen,
member petunjuk pada pasien tentang persiapan atau tindakan yang harus dilakukan sampai
dengan mengatur posisi pasien.
Point 22 : mempersiapkan peralatan dan bahan penunjangn untuk mengambil specimen atau sample di
laboratorium yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum mengambil specimen atau sample di
laboratorium
Point 26 : mengambil specimen atau sample dengan tindakan sederhana yaitu mengambil specimen
atau sample dengan teknik atau prosedur yang mudah serta catat identitas pasien.
C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI (KARDIOVASKULER)
Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah.
1.Darah
a. Bagian-bagian darah berupa bagian padat dan cair.
1) Sel-sel darah (bagian yg padat) : (45%)
a) Eritrosit (sel darah merah), 4-6 juta sel per mm3 darah
b) Leukosit (sel darah putih), 4500-11000 sel per mm3 darah
c) Trombosit (keping darah), 150000-450000 sel per mm3 darah
2) Plasma Darah (bagian yg cair)(55%)
a) Serum
b) Fibrinogen
b. Fungsi Darah
Darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah
2) Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh
plasma darah, karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui
ginjal.
3) Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan oleh
plasma darah.
4) Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah
5) Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih.
6) Menutup luka yang dilakuakn oleh keping-keping darah.
7) Menjaga kestabilan suhu tubuh.
2. Jantung

Jantung manusia dan hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruangan yaitu: bilik kanan, bilik kiri,
serambi kanan, serambi kiri. Pada dasarnya sistem transportasi pada manusia dan hewan
adalah sama. Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian
kiri, 1/3 nya terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Berat jantung orang dewasa laki-
laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9
cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan ideal.
Struktur Pericardium dan Lapisan Jantung
a. Epikardium ( lapisan terluar )
b. Myocardium ( lapisan tengah ), jaringan otot jantung yang paling tebal dari jantung dan
berfungsi sebagai pompa jantung dan bersifat involunter.
c. Endocardium ( lapisan terdalam ), lapisan tipis dari endotelium yang melapisi lapisan tipis
jaringan penghubung yang memberikan suatu batas yang licin bagi ruang-ruang jantung dan
menutupi katup-katup jantung .Endocardium bersambung dengan endothelial yang melapisi
pembuluh besar jantung
Bagian – bagian jantung
a. Atrium kanan menerima darah dari cava superior,cava inferior dan sinus koronarius.
b. Ventrikel kanan membentuk hampir sebagian besar permukaan depan jantung.
c. Atrium kiri membentuk sebagian besar dasar jantung.
d. Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel kanan mengandung
trabecula carneae dan mempunyai chorda tendinea yang dimana mengikat daun katup
bikuspid ke papillary muscle.
e. Katup atrioventrikuler, letaknya di antara atrium dan ventrikel. Katup atrioventrikuler terdiri
dari dua katup yaitu biskupid dan trikuspid,dan ketika katup atrioventrikuler terbuka daun
katup terdorong ke ventrikel.
f. Katup Semilunar terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal terletak pada
arteri pulmonalis memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. katup aorta terletak antara
aorta dan ventrikel kiri.

1. Pembuluh Darah
Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri, vena, dan kapiler (yang merupakan pembuluh darah
halus).
a. Pembuluh Nadi
Tempat agak ke dalam, dinding pembuluh tebal, kuat, dan elastis. Aliran darah berasal dari
jantung, denyut terasa katup hanya disatu tempat dekat jantung. Bila ada luka darah memancar
keluar.
b. Pembuluh Vena
Dinding pembuluh tipis, tidak elastis dekat dengan permukaan tubuh (tipis kebiru-biruan). Aliran
darah menuju jantung, denyut tidak terasa, katup disepanjang pembuluh. Bila ada luka darah
tidak memancar. Sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda
c. Prmbuluh kapiler
Dalam keadaan normal darah ada didalam pembuluh darah, ujung arteri bersambung dengan
kapiler darah dan kapiler darah bertemu dengan vena terkecil (venula) sehingga darah tetap
mengalir dalam pembuluh darah walaupun terjadi pertukaran zat, hal ini disebut sistem
peredaran darah tertutup.
Peredaran darah ganda pada manusia, terdiri peredaran darah kecil (jantung –paru-paru
– kembali ke jantung) dan peredaran darah besar (jantung – seluruh tubuh dan kembali ke
jantung). Peredaran ini melewati jantung sebanyak 2 kali.
Perbedaan ukuran pembuluh darah
Aorta : Tebal dinding 2 mm, Diameter lumen 2,5 mm, Luas penampang 4,5 mm
Arteri : Tebal dinding 1 mm, Diameter lumen 0,4 cm, Luas penampang 20 cm
Arteriol: Tebal dinding 20 mikron, Diameter lumen 30 mikron, Luas penampang 400 cm
Kapiler :Tebal dinding 1 mikron, Diameter lumen 5 mikron, Luas penampang 4.500 cm
Venul : Tebal dinding 1 mikron, Diameter lumen 20 mikron, Luas penampang 4000 cm
Vein : Tebal dinding 0,5 mm, Diameter lumen 5 mm, Luas penampang 40 cm
Vena cava: Tebal dinding 3,5 mm, Diameter lumen 3 cm, Luas penampang 18 cm
2. Getah Bening
Cairan getah bening terbentuk karena darah keluar melalui dinding kapiler dan melalui
ruang antarsel kemudian masuk ke pembuluh halus yang dinamakan pembuluh getah bening
(limfe).

D. INSTRUMENT YANG BERHUBUNGAN DENGAN PHLEBOTOMI


Instrument yang dipergunakan untuk phlebotomy antara lain :
1. Tabung Vakum
a. Tabung dengan Tutup Merah, Digunakan pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi,
Bank Darah (crossmatch).
b. Tabung dengan Tutup Warna Emas, untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi
c. Tabung dengan Tutup Warna Hijau Terang ,( Plasma Separating Tube (PST) dengan heparin
Lithium) untuk pemeriksaan : Kimia
d. Tabung dengan Tutup Warna Ungu, (EDTA) untuk pemeriksaan : Hematologi (CBC) dan
Bank Darah (crossmatch); requires full draw - invert 8 times untuk mencegah penggumpalan
dan pembekuan darah.
e. Tabung dengan Tutup Warna Biru Terang. ( Natrium sitrat). untuk pemeriksaan : Tes
koagulasi (protime dan waktu protrombin), full draw required
f. Tabung dengan Tutup Warna Hijau (Sodium heparin atau heparin lithium)., untuk
pemeriksaan : tingkat lithium, menggunakan heparin natrium, level amonia, menggunakan
heparin natrium atau lithium
g. Tabung dengan Tutup Warna Biru Tua. (EDTA), digunakan untuk pemeriksaan : Test Trace
Elemen (seng, tembaga, timah, merkuri) dan toksikologi
h. Tabung dengan Tutup Warna Gray Terang,( Sodium fluoride dan kalium oksalat).
digunakan untuk pemeriksaan : Glucoses, requires full draw (may cause hemolysis if short
draw)
i. Tabung dengan Tutup Warna Kuning. (ACD (acid-citrate-dextrose)). digunakan untuk
pemeriksaan : HLA tissue typing, paternity testing, DNA studies
j. Tabung dengan Tutup Warna Kuning – Hitam (Kaldu campuran). digunakan untuk
pemeriksaan : Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur
k. Tabung dengan Tutup Warna Hitam. (Natrium sitrat (buffered)). Digunakan untuk
pemeriksaan : Westergren Sedimentation Rate; requires full draw
l. Tabung dengan Tutup Warna Orange ( Trombin). Digunakan untuk pemeriksaan : STAT
serum kimia
m. Tabung dengan Tutup Warna Coklat TerangSodium heparin). Digunakan untuk
pemeriksaan : Serum lead determination
n. Tabung dengan Tutup Warna Pink (Kalium EDTA). Digunakan untuk pemeriksaan :
Immunohematology
o. Tabung dengan Tutup Warna Putih (Kalium EDTA). Digunakan untuk pemeriksaan :
Molecular/PCR and bDNA testing
2. Spuit
Spuit digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi intravena dengan
volume tertentu.
3. Tourniquet
Tourniquet digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada organ
yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Tujuan pembendungan adalah untuk fiksasi,
pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang akan
diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit.
4. Kapas alkohol
Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat
mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi
bisa ditekan.
5. Needle, Wing Needle
Ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara vakum. Needle ini
bersifat non fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta container vacuum.

6. Blood Container
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara. Ini biasa
digunakan untuk pemeriksaan manual,
7. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu
proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.
8. Lancet
Merupakan jarum kecil disposable yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler
dipermukaan kulit atau ujung jari pasien.
E. PROSEDUR PHLEBOTOMI YANG BAIK DAN BENAR
prosedur kerja seorang flebotomy antara lain :
1. Persiapan
Isi Formulir permintaan
a. Nama pasien lengkap
b. Jenis kelamin, Usia
c. Alamat, No telp, No Hp
d. Tanggal / Jam pengambilan
e. Jenis tes
f. Nama pengambil bahan
g. No MR
h. Ruang
Persiapan Punksi
a. Pilih Tabung vacum yang sesuai
b. Beri label pada tabung
c. Persiapkan alat dan bahan sebelum punksi
Prosedur Higiene
a. Cuci Tangan
b. Gunakan sarung Tangan
Strategi Komunikasi
a. Mengucapkan salam
b. Melakukan pendekatan secara professional
c. Melakukan wawancara utk konfirmasi data pasien secara singkat dan lengkap
d. Memberi penjelasan tentang tujuan dan proses pengambilan bahan pemeriksaan
e. Memberi penyuluhan kesehatan
f. Mengucapkan terimakasih.
2. Persiapan Pasien
Pasien dalam keadaan tenang, rilek dan kooperatif dan motivasi : sakit sedikit, proses
cepat dan diberi penjelasan perlu atau tidak untuk puasa.
3. Posisi Pasien
Pasien duduk atau berbaring dengan nyaman. Pada posisi duduk lengan diletakkan di atas
meja atau tempat tidur, dapat menggunakan bantal untuk memberikan posisi nyaman. Pada
posisi berbaring lengan diulurkan lurus dari bahu sampai pergelangan tangan. Idealnya posisi
pasien saat pengambilan sampel darah harus dicatat Perbedaan posisi dapat mempengaruhi
hasil.
4. Pemilihan daerah Punksi Vena
a. Vena yang tepat umtuk pengambilan darah : vena mediana cubiti (terbaik), vena cephalica
atau vena basilica (besar, elastis, bentuk lurus dan rangsang sakit kurang)
5. Pemasangan Touniquet
Torniqut dipasang 2-3 inchi di atas vena yang akan dipungsi (5-10 cm/ 4–5 jari di atas vena
yang akan dipungsi). Pemasangan jangan terlalu kencang, tidak lebih dari 1 menit dan
apabila pungsi vena tertunda, sebaiknya dilepas terlebih dulu dan dipasang kembali sebelum
dilakukan pungsi
6. Desinfeksi daerah Punksi
Menggunakan kapas atau kasa yang mengandung alkohol 70%. Cara pembersihan harus
diperhatikan. Ditunggu sampai alkohol kering sebelum dilakukan pungsi.
a. Pegang spuit menggunakan tangan kanan
b. Periksa jarum, pegang spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal jarum
c. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri di atas pembuluh darah supaya
pembuluh darah tidak bergerak
d. Kedalaman jarum masuk pembuluh darah sekitar 1 – 1,5 cm
e. Tusukkan ujung jarum pada vena yang dikehendaki dengan sudut 15-30 derajat
f. Bila darah sudah tampak mengalir kedalam spuit, fiksasilah
g. Lepas torniquet segera setelah darah mengalir, lalu isi spuit sejumlah yang dikehendaki.
h. Letakkan kapas kering pada tempat pungsi, jarum ditarik pelan-pelan.
i. Lepaskan jarum dari sempritnya dan alirkan kedalam tabung yang tersedia melalui dindingnya
7. Pengambilan Darah Vena menggunakan Vacutainer
a. Pegang jarum pada bagian tutup yang berwarna dengan satu tangan, kemudian putar dan
lepaskan bagian berwarna putih dengan tangan lainnya
b. Pasangkan jarum pada holder, biarkan tutup yang berwarna tetap pada jarum
c. posisi pungsi telah siap, lepaskan tutup jarum yang berwarna. Lakukanlah pungsi vena
seperti biasa
d. Masukkan tabung ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan tengah pada pinggiran holder dan
ibu jari pada dasar tabung mendorong tabung sampai ujung holder
e. Lepaskan tourniquet saat darah mulai mengalir ke tabung
f. Bila kevakuman habis maka pengaliran darah akan terhenti secara otomatis
(Ratnaningsih 2009
8. Pasca Phlebotomi
a. Membuang jarum bekas ke dalam disposal container khusus untuk jarum
b. Memberi label identitas sample pada masing-masing tabung vakum
c. Memperhatikan petunjuk khusus specimen
d. Mengucapkan ucapan terimakasih kepada pasien
e. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan antiseptic
f. Mendistribusikan specimen sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
F. K3 PADA TEKNIK PHLEBOTOMI (PRE, ANALITIK, POST)
Tata pelaksanaan keselamatan sangat penting untuk dipelajari. Tujuan utama tata
laksana keselamatan dan keamanan prosedur kerja adalah untuk pencegahan infeksi terhadap
petugas pasien dan pasien. Sangat penting untuk mengerti bagaimana infeksi dapat terjadi,
mencegah penularan dengan cara melindungi diri dan pasien dari kuman-kuman
infeksius. Kewaspadaan standar termasuk alat pelindung diri merupakan metode
pengendalian infeksi terhadap darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya yang berpotensi
menularkan (infeksius) yang meliputi dari:
1. Kebersihan tangan.
Pencucian tangan sangat penting dalam pencegahan penyebaran infeksi yang bertujusn untuk
menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme.
2. Pemakaian alat pelindung diri.
a. Sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah.
b. Masker Yang cukup besar untuk menutupi hidung, mulut dan dagu bertujuan menahan
cipratan yang keluar sewaktu berbicara, batuk atau bersin serta mencegah percikan darah
memasuki hidung atau mulut.
c. Penutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada pada rambut dan melindungi
alat-alat atau daerah steril dan melindungi kepala/rambut petugas plebotomi.
d. Jas laboratorium/apron/celemek melindungi dari percikan dekontaminasi darah. Bila terkena
darah harus diganti.
e. Sepatu pelindung/pelindung kaki yaitu untuk melindungi kaki dari percikan darah atau
jatuhnya peralatan yang memungkinkan mengenai kaki. Tindakan Yang Dilakukan Saat
Terjadi Kecelakaan Kerja Seorang Pengambil Darah Atau Sampel (Plebotomist)
Urutan pemakaian APD yaitu jas lab, masker, kaca mata dan sarung tangan,
sedangkan urutan melepas APD adalah sarung tangan, kaca mata, jas lab kemudian masker.
Pada tahap pre analitik tata keselamatan kerja saat phlebotomy adalah menggunakan
APD dan mempersiapkan segala seuatu yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pengambilan
sample sehinggan tidak mengganggu kegiatan analitik, tidak lupa pula memberikan
pelabelan pada specimen, memastikan kosndisi steril pada semua alat atau ruang yang
digunakan serta memastikan specimen layak. Sedangkan pada tahap pasca analitik adalah
dengan mencuci tangan setelah melakukakan sampling, membuang sampah infeksius pada
tempat sampah masing-masing, memisahkan antara limbah padat, cair dan benda tajam,
melakukan desinfeksi alat maupun ruangan.
G. KOMPLIKASI PHLEBOTOMI
Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan Flebotomi meliputi :
1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat
sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejalanya dapat berupa rasa pusing, keringat dingin,
nadi cepat, pengelihatan kabur, bahkan bisa sampai muntah.
a. cara mengatasi :
1) Hentikan pengambilan darah
2) Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satusisi
3) Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )
4) Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggange.
5) Minta pasien menarik nafas panjang
6) Pasien yang tidak sempat dibaringkan ,diminta menundukan kepala diantara kedua kakinya dan
menarik nafas panjang.
b. Cara Pencegahan
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan, Pasien dianjurkan berbaringpada
waktu pengambilan darah, kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan
2. Rasa Nyeri
Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat penarikan jarum yang
terlalu kuat.
a. Cara pencegahan
1) Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongeringsebelum pengambilan darah
dilakukan.
2) Penarikan jarum tidak terlalu kuat
3) Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi : jaringan
dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah.
p. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
1) Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
2) Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena
3) Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.
4) Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkane. Temapat
penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.
b. Cara mengatasi
Lepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa, angkat
lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa
nyeri
4. Pendarahan
Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya system kouglasi darah Perdarahan
terjadi karena pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan, pasien menderita
gangguan pembekuan darah ( trombositopenia,defisiensi factor pembeku darah (misalnya
hemofilia ), Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukanprotrombin, fibrinogen
terganggu )
a. Cara mengatasi
Melepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa, angkat lengan
pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), kompres untuk mengurangi rasa nyeri
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat
antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi
bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis,radang selaput mata,shock. Cara pencegahan
dengan memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6. Trombosis
Trombosis terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempatyang sama sehingga
menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion )
pembuluh darah. Pencegahan dengan mengi pengambilan hindari pengambilan berulang
ditempat yang sama.
7. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lanset
yang berukuran panjang. Cara mengatasi dengan menggunakan lanset yang ukurannya sesuai.
8. Anemia
Pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan darah kapiler
pada bayi terutama yang bertulang dapatmenyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan
parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan
9. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist bersifat local karena tertusuknyasyaraf dilokasi penusukan, dan
menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah
dijelaskansebelumnya. serangan kejang (seizures) dapat Terjadi. Pencegahan dengan
menghentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke satu sisi,
bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.
10. Kegagalan pengambilan darah
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam. Jarum terlalu
dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, vena kolap atau tabung tidak
vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung
yangterlalu besar atau jarum terlalu kecil.
11. Hemokonsentrasi
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket yang ketat dan lama ( > 1
menit), atau mengepal telapak tangandengan pemijatan atau massage. Hal ini akan
menyebabkan peningkatankadar hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total, GTO, lipid
total, kolestrol dan besi (Fe).
12. Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian cairan intra vena (infus
). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan
infuse 3-5menit, ambil darah dibagian distal tempat infuse dan buang 3-5 cc darahyang pertama
diambil.
H. PENDOKUMENTASIAN (PENDATAAN, PENANGANAN, PENGIRIMAN, DAN PENYIMPANAN
BAHAN PEMERIKSAAN)
Keakuratan hasil pemeriksaan laboratorium dipengaruhi oleh integritas dari sample,
dimana integritas dari suatu sample dipengaruhi dan turut ditentukan oleh proses dokumentasi,
pengumpulan, penanganan, transportasi dan penyimpanan sample yang baik.
1. Pada phlebotomy dokumentasi sangat penting, dokumentasi pada phlebotomy berhubungan
dengan pengisian formulir laboratorium, dimana formulir harus terisi informasi secara lengkap,
yang meliputi :
a. Cara permintaan pemeriksaan laboratorium melalui tertulis/via telepon harus jelas.
b. Kelengkapan identitas pasien meliputi nama, umur / tanggal lahir, alamat, nomor rekam medis
harus diidentifikasi dengan benar dan tepat.
c. Kelengkapan identitas pengirim meliputi nama, asal ruangan
d. Informasi khususyang meliputi pasien sedang dalam kondisi puasa atau tidak, keterangan
klinis/diagnosis, obat
e. Jenis pemeriksaan, dugunakan untuk tentukan tipe tabung
f. Sampel harus menunjukan keterangan tanggal dan jam pengambilan, jenis sampel, lokasi tubuh
yang diambil, teknik pengambilan (vena/kapiler), jenis transportasi, jam pemrosesan, jam
penyimpanan.
g. Nama flebotomis
h. Keterangan saat tindakan flebotomi, adanya kesulitan atau tidak
i. Pelabelan pada tabung : kecocokan dengan identitas pasien
2. Penanganan sample
Penanganan sample pada phlebotomy meliputi :

a. Pelabelan, pelabelan dicocokan dengan identitas pasien dan dilakukan setelah selesai
melakukan phlebotomy.
b. Penolakan sample, sample ditolak apabila :
1) Tidak berlabel
2) Sampel hemolisis/lipemik/ikterik
3) Penggunaan tabung yang salah
4) Salah sampel (tidak sesuai dengan formulir)
5) Volume sampel tidak adekuat
6) Stabilitas sampel tidak baik (selisih lama waktu mulai dari pengambilan sampel dan penerimaan
sampel
c. Menganggap seluruh sample sebagai sample infeksius sehingga perlu untuk menghindari
kebocoran container dan kontaminasi formulir.
d. Jenis permintaan jika “urgent” segera dilakukan penanganan.
e. Penundaan pemeriksaan : perhatikan pemisahan serum/plasma dari sel dan penyimpanan
Perhatikan stabilitas sampel (suhu, lama penundaan, cahaya)
f. Serum dan plasma segera dipisahkan, Maksimum 2 jam dari jam pengambilan pada suhu
kamar, untuk pemeriksaan Kalium, Asam Laktat, glukosa
a. Pengiriman sample, Memperhaikan keamanan pengiriman : packaging
b. Memperhatikan mode pengiriman : hand delivery, kurir (sesuai IATA), pneumatic tube
c. memperhatikan kebutuhan sampel : suhu pengiriman (dingin/suhu ruangan), lama
pengiriman sampel (cek jam pengambilan dan jam penerimaan sampel), cahaya
d. Posisi tabung selalu vertikal saat pengiriman
e. Buat kebijakan :
1) Sampel apa yang akan disimpan
2) Tentukan waktu retensi
3) Tentukan lokasi penyimpanan (akses mudah mengambil sampel)
4) Yakinkan kondisi penyimpanan yang tepat
5) Penomoran box sampel
f. Sampel tertunda diperiksa dalam 24 jam(PT) dan 4 jam (aPTT dan pemeriksaan lain) : plasma
dibekukan pada -20 °C (2 minggu) atau -70 °C (6 bulan)
g. Pencairan sampel beku : suhu 37 °C dan segera periksa. Bila masih tertunda, simpan pada
suhu 4 °C (maksimal 2 jam)
h. Hasil APTT dipengaruhi proses pembekuan
I. FUNGSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PHLEBOTOMI
1. Fungsi
Fungsi utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen darah untuk tes
diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah
dalam proses phlebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam
mencegah terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan
kematian
2. Tugas
a. Memahami anatomi fisiologi tubuh untuk mengetahui posisi terbaik pembuluh darah yang akan
diambil darahnya
b. Memahami situasi pasien untuk mengorek data secara lengkap dan berkomunikasi dengan baik
sehingga dapat memberikan imformconsent
c. Memahami teknik komunikasi
d. Memahami peralatan dan teknik pengambilan specimen sehingga peralatan sesuai dengan
pemeriksaan serta dapat menunjukan pembacaan kode pada pasien
e. Memahami specimen collection dan transport specimen yang meliputi ukuran needle yang
disesuaikan dengan ukuran, transport specimen yang memperhatikan jarak, waktu distribusi,
pengawet dan cara pendistribusian.
f. Memahami proses pengendalian mutu.
3. Tanggung jawab
a. Tanggung Jawab Hukum
Tanggung jawab hukum kepada pasien dapat terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan yang
melanggar hukum atau merugikan pasien. Sifatnya kesengajaan atau kelalaian. Pelanggaran
hukum dapat berupa tindakan tanpa informfed concent, pelanggaran susila, pengingkaran atas
janji atau jaminan, dsb.
b. Tanggung jawab pidana diberikan langsung kepada pelakunya apabila kompetensi itu telah sah
atau terakreditasi, atau menjadi tanggung jawab pemberi perintah apabila dalam kondisi
sebaliknya. Penanggung jawab dianggap telah lalai memberikan perintah kepada orang untuk
melakukan tindakan di luar kompetensinya, padahal diketahuinya bahwa kesalahan atau
kerugian dapat terjadi karenanya. Tanggung jawab perdatanya menjadi beban pemberi kerja
berdasarkan doktrin respondeat superior atau Pasal 1367 KUH Perdata.
J. KOMPETENSI PROFESIONAL PHLEBOTOMIST
Profesi kesehatan adalah pekerjaan yang memenuhi kriteria mempunyai pendidikan
formal untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan (Kompetensi),
diberikan kewenangan untuk melaksanakan pelayanan kepada klien maupun tenaga
kesehatan lain,melaksanakan pelayanan melalui kode etik danstandar pelayanan yang diakui
masyarakat.
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terdapat beberapa pasal yang
menjelaskan kompetensi tenaga kesehatan, diantaranya :
1. Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum (Pasal 22 : 1)
2. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Pasal 23 : 1)
3. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki (Pasal 23 : 2)
4. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan, kode
etik standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional (Pasal 24 : 1)
5. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur olehORGANISASI PROFESI. (Pasal 24 : 2)
Seorang phlebotomist berwenang dalam melakukan phlebotomy oleh karena telah
memperoleh kewenanga, izin dari pemerintah serta legalitasnya diatur dalam peraturan
perundang undangan.Kewenangan hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan, namun adanya kemampuan tidak berarti dengan sendirinya memiliki
kewenangan.
Seorang phlebotomist berkompeten dalam melakukan phlebotomy karena telah
mendapat pendidikan ataupun pelatihan yang sesuai dengan profesinya. Kemampuan yang
dimiliki seorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap
profesional untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya (Kemenkes, 2012)
Sertifikat kompetensi merupakan surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang
analis kesehatan untuk menjalankan indakan plebotomi setelah lulus uji kompetensi Uji
kompetensi dilaksanakan oleh PATELKI cq Komite Nasional Sertifikasi Profesi Analis
Kesehatan.
Standar Profesi analis kesehatan dalam phlebotomy memiliki dasar
hukum Kepmenkes I No : 370/Menkes/SK/III/2007. Standart profesi merupakan dasar
kewenangan bagi seorang tenaga Analis Kesehatan dalam melaksanakan pekerjaan
profesionalnya di Laboratorium Kesehatan dan merupakan acuan standar kompetensi yang
digunakan dalam standar pendidikan, pelayanan, uji kompetensi.
Sedangkan standart kompetensi analis kesehatan untuk melakukan tugasnya adalah
memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional pelayanan
laboratorium, yaitu Keterampilan pengambilan spesimen, termasuk penyiapan pasien,
labeling, penanganan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman
specimen. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan
prosedur laboratorium Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil uji laboratorium
Standar Pelayanan analis kesehatan berdasarkan pada Permenkes No. 411 Tahun
2010 tentang Laboratorium Klinik – Pasal 17 ayat (2) tenaga analis kesehatan dan tenaga
teknis yang setingkat mempunyai tugas dan tanggung jawab : Melaksanakan pengambilan
dan penanganan bahan pemeriksaan laboratorium sesuai standar pelayanan dan
SOP. Berdasarkan Kep Dirjen Yanmed Depkes RI No. HK.00.06.3.3.10381 tanggal 3
Desember 1998 tentang Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit – Uraian tugas tenaga
analis kesehatan/medis adalah mengambilan dan penanganan bahan pemeriksaan
laboratorium. Sedangkan berdasarkan Per Menpan No. Per/08/M.PAN/3/2006 tentang
Jabatan Fungsional Pranata Labkes dan Angka Kreditnya – Bab V Pasal 8 tentang rincian
kegiatan dan unsur yang dinilai sesuai jenjang jabatan yaitu mengambil spesimen/sampel
laboratorium.
Untuk pasien di rumah sakit persetujuan tindakan kedokteran (informed consent
) yang berhubungan dengan flebotomi berupa paket dari pengisian formulir yang akan
ditandatangani antara dokter yang menangani dengan pihak pasien, saksi keluarga dan saksi
dari rumah sakit.
Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut. Dasar hukum dari inform concentadalah : (1) Keputusan Menteri Kesehatan No.
585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik, (2) UU No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, pada Pasal 53 ayat (2) dan penjelasannya, dan (3) PP No. 18 tahun 1981
tentang Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi : (1) etiologi/patogenesis
penyakit, berisikan tentang mengapa penyakit itu muncul, kemungkinan lanjut penyakit itu
jika tidak dilakukan perawatan, (2) diagnosis penyakit, merupakan sebutan nama dari
penyakit yang diderita menurut bahasa kedokteran, (3) rencana perawatan, berisikan
penjelasan tentang jalannya perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan (4) risiko,
kemungkinan yang bisa muncul dari upaya perawatan yang dilakukan.
Fungsi dari informed concent adalah : (1) promosi dari hak otonomi perorangan, (2)
proteksi dari pasien dan subyek, (3) mencegah terjadinya penipuan dan paksaan, (4)
menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk introspeksi diri, (5) promosi dari
keputusan yang rasional, dan (6) keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi
sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.
Hak pasien dalam inform concent : (1) hak untuk memperoleh informasi mengenai
penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap dirinya, (2) hak untuk
memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (3) hak untuk memilih alternatif lain
(jika ada), dan (4) hak untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan
Dasar adanya inform concent adalah : (1) hubungan dokter pasien berdasarkan atas
kepercayan, (2) hak pasien untuk menentukan apa yang dikehendaki terhadap dirinya sendiri,
dan (3) adanya hubungan kontrak terapeutik antara dokter dan pasien.
Isi dari persetujuan tindakan berisi point penting tentang persetujuan berupa
pernyataan.
“Saya sudah mendapat kesempatan untuk bertanya dan saya sudah mengerti dan
puas dengan penjelasan yang diberikan sehungan dengan pernyataan saya, disamping itu
jika terjadi kecelakaan seperti tertusuk jarum atau alat tajam pada petugas medis selama
berlangsungnya operasi, saya memberikan izin untuk mengambil darah pasien untuk tes HIV
dan penyakit lainnya yang penularannya dari darah”.
“Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya setuju untuk
operasi atau tindakan medis yang sudah dijalaskan diatas '’
Prinsip etika professional
1. Tanggung jawab, terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya, terhadap
dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya
2. Keadilan, Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya
3. Otonomi, Prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memiliki dan di beri kebebasan
dalam menjalankan profesinya
Standar etik berisikan norma yang :
1. Memekankan kepada tidak membahayakan kepada setiap orang
2. Dilaksanakan sesuai dengan kemampuan teknik dan aturan yang benar
3. Memperhatikan kepada hak-hak pasien seperti kerahasiaan, peivatisasi informasi tentang
tindakan medis yang diterima dan tindakan untuk menolak pengobatan (Garza, 2002)
Prilaku profesional seorang Analis Kesehatan (Kepmenkes No. 370 Tahun 2007
tentang Standar Profesi) : teliti dan cekatan, jujur dan dapat dipercaya, rasa tanggungjawab
yang tinggi, mampu berkomunikasi secara efektif, disiplin dan berjiwa melayani Prilaku
Profesional (Garza, 2002)
1. Komitmen tinggi pada pelayanan kesehatan
2. Melaksanakan pekerjaan yang benar dan terukur
3. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk mencapai kinerja optimal
4. Menjaga kebersihan selama menjalan tugas profesi
5. Bekerja sungguh-sungguh, menyenangkan dan memuaskan
Tolak Ukur Kinerja Plebotomis
1. Tingkat kepatuhan terhadap kebijakan/SOP
2. Tingkat kemampuan komunikasi, etika komunikasi, mendengar, pengendalian intonasi suara,
kemarahan pasien, bekerja sama dalam melakukan komunikasi melalui telepon
3. Tingkat pemenuhan kepuasan pelanggan seperti memperpendek waktu pelayanan,
komplikasi dalam melakukan plebotomi
Tanggung jawab sebagai tenaga professional
1. Pengetahuan tentang terminologi medis atau laboratorium
2. Pengukuran efisiensi dan kualitas jumlah pengambilan darah yang tidak ada komplikasi pada
periode tertentu, jumlah spesimen yang ditolak pada waktu tertentu, angka kultur darah yang
terkontaminasi
Manfaat Penilaian Kompetensi (Garza, 2002)
1. Memberi umpan balik kinerja flebotomis
2. Melakukan identifikasi permasalahan berkaitan dengan kinerja flebotomis secara dini
3. Mempertahankan konsistensi kinerja flebotomis di laboratorium
4. Mengikutsertakan petugas untuk tetap mematuhi kebijakan dan prosedur
5. Peningkatan kualitas
6. Mengingatkan petugas hal-hal penting yang sudah Terlupakan
Kedudukan phlebotomist dalam pelayanan kesehatan Keterbatasan tenaga kesehatan
1. kerja lintas sektor dan fungsi  efisiensi pelayanan kesehatan Dibentuk tim kerja misal di
ICCU, Pemeriksaan Gas Darah, POCT, Lab sentral, dll
2. Pengaturan kerja (RS)  Pasien rawat inap (Perawat) dan pasien rawat jalan (Analis)  SOP
3. Pelatihan lintas sektor dan fungsi  Tim yang handal

K. MUTU PELAYANAN PHLEBOTOMI


Mutu merupakan suatu pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan
yang mungkin ditimbulkan atau zero defect. Berkaitan dengan mutu pelayanan Kesehatan,
ada 3 variabel yang dapat digunakan untuk mengukur mutu yaitu :
1. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
laboratorium kesehatan, seperti SDM, dana, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,
informasi dan lain-lain. Pelayanan laboratorium kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan
dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien/
masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
Konsep mutu meliputi :
1. Aspek teknik keilmuan yang mencangkup bagaimana keahlian klinik yang dimiliki untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SOP.
2. Aspek interpersonal yang mencangkup bagaimana tenaga kesehataan dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan dengan kecakapan berkomunikasi, pelayanan yang nyaman, tepat
waktu dan lingkungan yang aman dan nyaman.
3. Aspek kemanjuran yang mencangkup dampak kondisi perbaikan dari pelayanan kesehatan
yang diberikan.
4. Aspek kelayakan yang mencangkup pelayanan yang tepat terhadap kondisi dari pasien.
5. Aspek fungsi pelayanan yang mencangkup pelayanan yang ditawarkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, Salah satu pendekatan mutu yang digunakan
adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Magement, TQM). TQM adalah Suatu
proses dengan tujuan pada perbaikan kualitas yang terus menerus, bukan hanya pada standart
minimal melainkan berfokus pada perbaikan seluruh proses pelayanan kesehatan
(phlebotomy) sehingga pasien mendapatkan hasil yang terbaik. Payung
konsep TQM meliputi penilaian kualitas, pelaksanaan struktur,proses, hasil dan kepuasan
pelanggan. engurangi pengulangan dan kesalahan prosedur tindakan pelayanan kesehatan.
Komponen TQM :
Struktur :
a. Struktur fisik: fasilitas, pengadaan dan ketersediaan barang
b. Struktur personalia : jumlah personal, kualifikasi, ratio dan ketersediaan direktur/supervisor.
c. Struktur manajemen dan administrasi : SOP tertulis, pencatatan dan pelaporan, komunikasi
dg pimpinan
2. Proses semua tindakan yg dilakukan terhadap
pasien/pelanggan, prosedur, ketrampilan. tanggung jawab.
3. Hasil (Outcome) : hasil dari tindakan yang sudah dikerjakan secara tuntas terhadap
pasien. Contoh Outcome buruk, kematia, kesakitan, ketidaknyamanan, ketidakpuasan
4. Kepuasan (satisfaction) tingkat kepuasan dapat diketahu dengan kuesioner dan wawancara
Selain TQM juga Perlu diterapkan Continous Quality improvement (CQI) yaitu Suatu
kerangka kerja teoritis dan komitmen manajemen untuk memperbaiki struktur, proses, hasil
dan kepuasan pelanggan yang dilakukan secara terus menerus.
Penilaian pelayanan Phlebotomy untuk data Continous Quality improvement (CQI) :
1. Waktu tanggap petugas terhadap pasien rawat inap
2. Waktu tunggu untuk pasien rawat jalan
3. Waktu yg dibutuhkan untuk prosedur phlebotomy
4. Prosentase keberhasilan phlebotomy
5. Jumlah phlebotomy lebih dari 1 tusukan
6. Jumlah dan ukuran hematom
7. Jumlah pasien yang sinkope
8. Jumlah waktu konfirmasi identitas pasien/telephon
9. Jumlah pengambilan darah ulang
10. Jumlah formulir permintaan yang tidak lengkap
11. Jumlah spesimen yg diterima pada tabung yang salah

PENUTUP
IMPULAN
Flebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal dari kata Yunani
phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/ memotong
(cutting). Sehingga dapat diartikan pemotongan pembuluh vena. Dalam melakukan phlebotomis
Legalitas phlebotomynya diatur dalam perundang-undangan. Prosedur phelbotomi harus
mempersiapkan tahap pre, analitik dan post analitik dan dilakukan sesuai SOP. Sehingga dalam
melakukan phlebotomy sesuai dengan tujuan, fungsi serta tanggung jawab professional
phlebotomy. Dalam penjaminan mutu phlebotomy, aspek keprofesionalan, tanggung jawab,
pendokumentasian serta kesesuain dengan prosedur pelayanan standart mejadi tolok ukur
phlebotomy.
AN
Seorang analis kesehatan kita hendaknya mampu menerapkan kompetensi standart
dan standart professional phlebotomy sehingga dalam menjalankan tugas sebagai petugas
kesehatan dapat memberikan pelayanan yang bermutu untuk pelanggan.

Você também pode gostar