Você está na página 1de 6

1.

Pada pemeriksaan,perut membesar,tidak teraba fundus uteri,nyeri tekan di perut kanan


bawah.Pada pemeriksaan colok vagina teraba ada tanda massa liquid di Cavum
Douglasii. Dokter menyatakan Ibu Ferti mengalami kehamilan ektopik terganggu,harus
dirujuk untuk tindakan operasi.(VV)
a. Apa makna dari tidak terabanya fundus uteri?
Pada kasus, usia kandungan sang ibu berusia 12 minggu dan normalnya bagian
teratas rahim (fundus uteri) baru akan teraba dari pemeriksaan luar setelah kehamilan
berusia di atas 12 minggu (sekitar 3 bulan). Ketika kehamilan berusia 4 bulan, tinggi
fundus uteri normalnya adalah sekitar pertengahan antara tulang simfisis dengan
pusar. Pada usia ini, berat janin Anda adalah sekitar 140 gram dan panjangnya sekitar
13 cm. Jadi, memang belum terlalu besar. Saat hamil 4 bulan, yang bisa Anda amati
dari luar adalah fundus uteri. Bagian ini teraba sebagai massa lunak di perut. Selain
itu, ibu pun kerap mulai merasakan pergerakan janin.
Walaupun kehamilan terjadi diluar Rahim, Rahim membesar juga karena
hypertrofi dari otot-ototnya disebabkan pengaruh hormon-hormon yang dihasilkan
trofoblast; begitu pula endometriumnya berubah menjadi decidua vera.

b. Bagaimana anatomi pada kehamilan ektopik?

c. Dimana saja letak kehamilan ektopik?(kemungkinan pada kasus)


Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis: Rupture pada pars interstitialis terjadi lambat kadang-kadang
baru pada bulan ke 4 karena disini lapisan otot tebal.
b) Isthmus: Rupture pada isthmus tubae terjadi sebelum minggu ke 12 karena dinding
tuba disini tipis
c) Ampula : Abortus tuber kira-kira terjadi antara minggu ke 6-12. Pada abortusnya
pun darah akan berkumpul di cavum douglass.
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornu
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus (1,5).

d. Apa saja faktor resiko,penyebab,dan mekanisme kehamilan ektopik?

Faktor Mekanis
Mekanis ini merupakan faktor yang menyebabkan perjalanan zigot menjadi
terhambat masuk dan menempel ke dalam uterus atau rahim. Berikut ini faktor
mekanis yang menjadi faktor seseorang terkena kehamilan ektopik:
1. Salpingitis – Salpingitis adalah penyempitan saluran atau terbentuknya
kantong-kantong buntu pada jaringan rahim. Salpingitis bisa juga disebabkan oleh
berkurangnya silia mukosa tuba yang diakibatkan oleh infeksi, tidak hanya itu saja
berkurangnya silia mukosa tuba itu akibat implamantasi hasil dari zigot di bagian
tuba falopi.
2. Adhesi peritubal – Timbulnya infeksi akibat abortus bisa menyebabkan
tuba menjadi tertekuk atau terjadi penyempitan lumen.
3. Kelainan pertumbuhan tuba – Tuba yang mengalami kelainan terutama
dibagian divertikulum ostium aserious dan juga hipoplasi. Namun hal ini akan
sangat jarang terjadi.
4. Akibat operasi tuba – Operasi yang pernah dilakukan di tuba bisa untuk
memperbaiki fungsi tuba, operasi tuba juga dilakukan untuk memperbaiki potensi
tuba saat sterilisasi.
5. Tumor – Adanya tumor bisa menyebabkan seseorang memiliki kelainan
tuba. Zigot yeng berusaha berenang menuju ke rahim bisa terhambat karena adanya
tumor tersebut. Bentuk tuba bisa mengalami kelainan adanya tumor di dalam rahim
tersebut.
6. IUD – Alat kontrasepsi juga dijadikan sebagai penyebab kehamilan ektopik.
Tidak hanya IUD saja, seseorang yang hamil di saat dia menggunakan alat
kontrasepsi bisa menjadikannya terkena kehamilan ektopik. Maka dari itu, sangat
disarankan untuk melakukan cara mencegah kehamilan tanpa KB untuk menunda
kehamilan.

Faktor Fungsional

Faktor ini merupakan faktor yang disebabkan oleh berubahnya fungsi pada
jaringan rahim di dalam tubuh wanita. Faktor fungsional juga menjadi penyebab
kehamilan ektopik. Berikut ini berbagai macam faktor fungsional yang bisa
menyebabkan kehamilan ektopik :

1. Migrasi eksternal ovum – Ovum atau sel telur melakukan perpindahan


keluar dari rahim. Akibatnya sperma yang akan membuahi bertemu di luar dari
rahim. Kasus ini bisa terjadi pada wanita yang mengalami duktus mulleri dan
abnormal.
2. Refluks menstruasi – Orang yang mengalami refluks menstruasi bisa
terkena kehamilan ektopik.
3. Motilitas tuba – Wanita yang mengalami motilitas tuba bisa mengalami
kehamilan ektopik, wanita yang memiliki kadar hormon estrogen dan juga hormon
progesterone bisa terkena kehamilan ektopik.
4. Mukosa tuba – Meningkatnya penerimaan dari mukosa tuba terhadap ovum
yang akan dibuahi bisa menyebabkan wanita mengalami kehamilan ektopik.
5. Riwayat kehamilan ektopik – Wanita yang mengalami kehamilan ektopik
sebelumnya bisa mengalami kehamilan ektopik yang kedua kalinya. Oleh sebab
itulah wanita yang memiliki riwayat kehamilan ektopik terutama kehamilan ektopik
terganggu harus menjalani pemeriksaan medis ketat terutama ketika dirinya hamil
kembali.
6. Abortus – Wanita yang mengalami abortus sebelumnya akan terkena
kehamilan ektopik jika dirinya kembali hamil. Abortus adalah pecahnya saluran
tuba dikarenakan kehamilan ektopik terganggu.

Risiko Kehamilan Ektopik

 Alat Kontrasepsi

Orang yang menggunakan kontrasepsi masuk ke dalam faktor risiko yang


menyebabkan seseorang menjadi terkena kehamilan ektopik. Alat kontrasepsi yang
bisa menyebabkan orang terkena kehamilan ektopik adalah IUD, spiral dan juga
penggunaan pil progesterone. Kehamilan ektopik akan meningkat sekitar 3 sampai
dengan 4 persen kepada wanita yang mengalami kehamilan di saat dirinya masih
menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Penggunaan pil progesterone bisa
meningkatkan resiko seseorang terkena kehamilan ektopik.

Alasannya adalah pil progesteron yang dikonsumsi oleh ibu bisa mengganggu
dan menghambat pergerakan sel rambut silia di saluran tuba wanita. Saluran tuba
itulah yang membawa zigot atau sel telur yang sudah mengalami pembuahan untuk
masuk ke dalam rahim sang ibu. Karena pergerakannya terganggu, sel telur yang
sudah dibuahi tidak bisa berjalan mulus menuju ke rahim.

 Rusaknya saluran tuba

Kehamilan ektopik perlu diketahui oleh wanita terutama wanita yang memiliki
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan
yang disebut dengan komplikasi, alasannya adalah ovum yang seharusnya
menempel pada rahim tidak menempel pada rahim namun menempel pada jaringan
rahim. Komplikasi kehamilan tersebut merupakan komplikasi yang bisa
mengancam nyawa ibu dan juga mengancam hidup dari embrio yang ada di dalam
jaringan rahim tersebut. Kehamilan ektopik tidak boleh diremehkan sebab menjadi
penyebab dari kematian ibu.

e. Bagaimana mekanisme adanya massa liquid di cavum douglasii?


Pada abortus tuber, telur karena bertambah besar menembus endosalpinx
(selaput lender tuba) masuk ke dalam liang tuba dan dikeluarkannya ke arah
infundibulum. Hal ini terutama terjadi kalau telur berimplantasi di daerah ampulla
tubae. Di sini biasanya telur tertanam columner karena lipatan-lipatan selaput lendir
tinggi mudah tumbuh ke arah rongga tuba dan lebih muda menembus “decidua
capsularis” yang tipis dari lapisan otot tuba. Perdarahan yang timbul karena abortus
keluar dari ujung tuba dan mengisi cavum douglasi, terjadilah haematocele
retrouterina. Ada kalanya ujung tuba tertutup karena perlekatan-perlekatan hingga
darah berkumpul didalam tuba dan menggembungkannya.

f. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan colok vagina sehingga teraba


massa liquid di cavum douglasii?

Dikatakan colok vaginal karena dilakukan dengan cara perabaan memakai dua
jari dokter yang dimasukkan ke dalam vagina. Pemeriksaan ini digunakan untuk
melihat besar rahim atau ukurannya, serta untuk mendeteksi adanya kelainan
bawaan rahim. “Selain itu, juga bisa teraba kalau ada benjolan tumor ataupun
polip.”

Untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, sebaiknya si ibu berbaring


dengan letak litomi (terlentang dengan posisi mengangkang dan lutut dilipat). “Si
ibu juga harus santai dan tak boleh menegangkan perutnya.” Selain itu, kandung
kencing juga sebaiknya dikosongkan karena bila penuh dapat disangka suatu kista
ovarium.

Pemeriksaan colok vaginal akan dilakukan lagi pada usia kehamilan 20-28
minggu bila memang ada indikasi, misalnya, di usia kehamilan itu si ibu sudah
merasakan mulas yang teratur. Pada akhir trimester III pun pemeriksaan jenis ini
akan dilakukan lagi, yaitu untuk memantau persalinan, misalnya, memantau bagian
terbawah janin atau keadaan serviks, vagina, dan panggul.

Você também pode gostar