Você está na página 1de 26

ALAT

- Alat ukur (survey); Theodolit dan Auto Level


- Excavator
- Dump truck
- Dozer
- Compactor
- Pompa air
- Pacul
- Dan lain-lain

LANGKAH KERJA

- Persiapan

a. Meninjau keadaan dan kondisi lapangan.


b. Memastikan jenis tanah yang akan dipakai untuk urugan, dengan melihat
spesifikasi tanah existing.
c. Memprediksi volume urugan, dengan memperhitungkan luas, volume urugan
tidak dapat diprediksi sama dengan 100 % volume di gambar, karena
memperhatikan faktor susut setelah tanah dipadatkan. Kebutuhan volume urugan
= ± 130 % volume gambar (faktor susut = ± 30 %).
d. Menentukan kriteria subkontraktor urugan dengan melihat bonafiditas dan
referensi yang ada.
e. Dipastikan sejak awal volume urugan adalah volume pada gambar dan bukan
volume ritase dump truck, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
f. Apabila lokasi luas dan volume urugan sangat besar, ada kemungkinan
menggunakan 2 buah excavator, dozer dll dengan sistem estafet agar waktu
tunggu dump truck tidak terlalu lama.
g. Perlu dianalisa, apabila tanah urugan didatangkan dari luar lokasi, berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh 1 buah dump truck membawa tanah dari lokasi
pengambilan ke lokasi yang akan diurug, sehingga setelah diperoleh data, maka
dapat diperhitungkan antara schedule dengan jumlah dozer, dump truck, dan
excavator yang dibutuhkan.
h. Tipe-tipe urugan:
- Urugan lapangan luas tanpa hambatan. Gerak kerja dari alat berat lebih
bebas dan tampak lebih mudah sehingga jumlah armada dump truck dan alat
berat sangat menentukan sekali terhadap schedule pelaksanaan.
- Urugan tepi-tepi struktur atau diantara struktur. Relatif lebih sulit dan durasi
pekerjaan lebih lama, terkadang area tepi pemadatan tidak dapat menggunakan
alat berat, cukup dengan stamper, baby roller, dll.

- Turap

a. Untuk urugan yang besar dan dalam serta berbatasan dengan bangunan lain
perlu disiapkan turap untuk dapat menahan tanah disekelilingnya dan mencegah
terjadinya kelongsoran seperti Sheet Pile, Continous Pile, H pile dan lain-lain.
b. Langkah-langkah penjangkaran, secara bertahap mengikuti tahapan urugan
seperti Ground Anchor, Soil Nailing dan seterusnya.
c. Turap dengan tiang tegak dan papan turap untuk urugan tidak beresiko tinggi.
d. Pembuatan Caping Beam untuk turap-turap tersebut diatas.

- Urugan (Back Fill)


a. Membersihkan lokasi yang akan diurug terhadap kayu, semak-semak atau
sampah lainnya.
b. Menyediakan tanah urugan dengan kualitas yang baik.
c. Membuat batas-batas, patok-patok, menarik benang dari 1 patok ke patok
yang lainnya, agar diperoleh permukaan tanah rata-rata sesuai dengan level
yang diharapkan.
d. Lokasi yang akan diurug/ ditinggikan dipersiapkan terlebih dahulu supaya
terdapat hubungan yang baik antara tanah dasar dengan tanah urugan nantinya.
e. Jika diperlukan/ disyaratkan tanah bahan urugan diambil di beberapa tempat
sebagai sampel untuk pemeriksaan pemadatan di laboratorium.
f. Urugan tanah dilakukan lapis demi lapis sesuai spesifikasi (misalnya tiap 30
cm) dan setiap lapis diikuti dengan pemadatan.
g. Untuk pemadatan menggunakan alat sesuai dengan keperluannya (Stamper,
Baby roller atau alat berat pemadatan).
h. Dilakukan test kepadatan tanah di lapangan sesuai spesifikasi.
i. Memperhatikan kekuatan penahan tanah disekeliling urugan.

- Gangguan Air
a. Mengontrol dan mengendalikan muka air tanah dengan pompa-pompa
Submersible atau Dewatering System.
b. Lokasi/ area untuk galian harus selalu kering.
c. Melindungi lereng-lereng dan tepi atas penggalian terhadap aliran air.
- Perbaikan Pekerjaan
a. Jika terjadi pergerakan tanah atau kelongsoran segera hentikan pekerjaan.
b. Melakukan pencegahan kelongsoran selanjutnya dengan perbaikan turap
yang ada ataupun penambahan turap yang baru.
c. Jika karena gangguan air, maka air harus segera dikeringkan/ disalurkan.
d. Memeriksa keadaan Bench Mark, bangunan sekitar, jalan yang ada, agar
tidak terganggu.
e. Jangan membebani tepi galian dengan penumpukan tanah galian maupun
material lainnya.

PEMERIKSAAN / PENGETESAN
- Persiapan
- Batas Urugan
- Kemiringan tanah urugan
- Pemadatan
- Jenis tanah urugan
- Elevasi
- Proteksi (Jenis Sistem)
- Dewatering

REKAMAN

- Pemeriksaan Pekerjaan Urugan Tanah


Pekerjaan Urugan dan Pemadatan

Yang dimaksudkan di sini adalah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah


dengan
syarat khusus dimana tanah hasil urugan ini akan dipergunakan sebagai pemikul
beban.

Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat-alat
bantu yang dibutuhkan demi terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.

2. Pekerjaan galian ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam


gambar
atau sesuai petunjuk “Pengawas”.

3. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan


penimbunan kembali,
juga seluruh sisa-sisa, puing-puing, sampah-sampah harus disingkirkan dan
dibuang
keluar site/lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab
“Kontraktor”.

Bahan-bahan

1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum diberi 10 cm


urugan pasir
padat (setelah disirami, diratakan dan dipadatkan) di bagian atas dari urugan di
bawah
plat-plat beton bertulang, beton rabat, pondasi dangkal, tie beam, pile cap.

2. Urugan yang dipakai di bawah lapisan pasir padat tersebut adalah dari jenis
tanah silty
clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk serta
bahan
batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran dari batu pecah tersebut tidak
boleh
lebih besar dari 15 cm.

3. Diharuskan semua bahan urugan hanya terdiri dari mutu yang terbaik yang
dapat
dipergunakan.

Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diurug secara berlapis


dengan tinggi
maksimal tiap lapisan 30 cm sebelum dipadatkan, lapisan berikutnya baru boleh
dikerjakan dengan syarat lapisan dibawahnya sudah dipadatkan sesuai ketentuan
dan
sudah disetujui oleh “Pengawas”.

2. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat /
compactor vibrator type yang disetujui oleh “Pengawas”.

Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang


dari 95%
kepadatan maksimum hasil laboratorium.

3. Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan Proctor :

“Kontraktor” harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap


kadar air
optimum, minimal satu kali untuk setiap jenis tanah yang dijumpai di lapangan.

Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk
bukti

penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh, kepadatan


kering
maksimum dan kadar air optimumnya.

Penelitian harus mengikuti prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM D 1557.

4. Pengeringan/pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah supaya


daerah
yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.

5. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu


yang besar
bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil
dan
tanah yang dipadatkan.

6. Kelebihan material galian harus dibuang oleh “Kontraktor” ke tempat


pembuangan yang
ditentukan oleh “Pengawas”.

7. Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan dari
tempat lain,
tanpa tambahan biaya.

Pengujian Mutu Pekerjaan

1. “Pengawas” harus diberitahu bila penelitian di lapangan sudah dapat


dilaksanakan untuk
menentukan kepadatan relatif yang sebenarnya di lapangan.

2. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 95% dari kepadatan maksimum, maka
“Kontraktor” harus memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai
memenuhi
syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari 95% kepadatan maksimum di
laboratorium.

Penelitian kepadatan di lapangan harus mengikuti prosedur ASTM D 1556 atau


prosedur
lainnya yang disetujui “Pengawas”.

Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan “Pengawas” dan semua biaya


yang
timbul untuk keperluan ini menjadi beban “Kontraktor”.

3. Penelitian kepadatan di lapangan tersebut dilaksanakan setiap 300 meter


persegi dari
daerah yang dipadatkan atau ditentukan lain oleh “Pengawas”.

4. Penentuan kepadatan di lapangan dapat dipergunakan salah satu dari


cara/prosedur di
bawah ini :

- Density of Soil Inplace by Sand-Cone Method.


- Density of Soil Inplace by the Rubber Balloon Method.
- atau cara-cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
“Pengawas”.
Spesifikasi Teknis
Rabu, 15 Januari 2014

Spesifikasi Teknis
SPESIFIKASI TEKNIS

NORMALISASI SUNGAI

PASAL 1
SITUASI dan UKURAN

1.1 Situasi.

a. Kondisi tanah bangunan dimana konstruksi bangunan akan didirikan adalah tanah terbuka/
rawa-rawa yang sebagian berada di pemukiman padat penduduk.

b. Kontraktor wajib meneliti situasi medan, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.

1.2 Ukuran.

a. Ukuran-ukuran dalam pasal-pasal terdahulu, dimaksudkan sebagai garis besar


pelaksanaan dan pegangan Kontraktor.

b. Ukuran-ukuran situasi yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Cm dan M.

c. Titik duga level (permukaan balok atas)ditentukan + 0.00 diambil + 40 cm dari permukaan
tanah aman setelah diratakan menurut rencana gambar.

d. Dibawah Pengamatan dan Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor diwajibkan membuat


titik duga diatas tanah bangunan dengan tiang-tiang dari kayu mutu klas II yang panjangnya
minimum 200cm,berpenampang 5 x 5 cm, semua sisinya diketam rata dan karboliner dua
kali. Titik duga ini harus dijaga kedudukannya agar tidak terganggu selama pelaksanaan
pekerjaan selesai/mendapat izin dari Pengawas. Disamping titik duga dari kayu tersebut,
Kontraktor harus membuat sedikitnya 2 titik duga permanen dari beton bertulang dengan
ukuran 15 x 15 cm atau bergaris tengah 15 cm pada tempat yang ditunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas, untuk pemantauan.
1.3 Memasang papan bangunan (Bouwplank)

a. Ketetapan letak pondasi batu miring diukur dibawah pengamatan Pengawas


dengan piket/patok yang dipancang kuat-kuat, dihubungkan dengan papan kayu yang
kuat dengan ketebalan minimum 2 cm, diketam rata pada sisi atasnya.

b. Kontraktor harus menyediakan sedikitnya 4 (empat) orang pembantu ahli dalam cara-cara
pengukuran dengan alat-alat penyipat datar (theodolite, water pass dan sebagainya), prisma
silang dan lain-lain peralatan yang diperlukan dalam pengukuran menurut situasi dan kondisi
tanah bangunan.

PASAL 2

PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Papan Nama Proyek

Atas biaya kontraktor sendiri, apabila diharuskan oleh Penguasa Daerah setempat atau
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Kontraktor harus membuat/memasang papan
nama proyek dengan ketentuan yang disyaratkan baik mengenai ukuran papan maupun
besarnya huruf.

2.2. Jalan Logistik kedalam kompleks harus dibuat sendiri oleh Kontraktor dan bilamana
Kontraktor harus memakai jalan atau sarana yang telah ada, harus mendapat ijin tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas dengan resiko harus memperbaiki kembali seperti semula
segala kerusakan yang ditimbulkannya.

2.3. Pembersih Halaman

Kontraktor harus membersihkan/membereskan halaman dari segala sesuatu yang akan


dapat mengganggu kelancaran pekerjaan sesuai dengan petunjuk atau persetujuan
Pengawas.

2.4. Pembongkaran

a. Apabila didalam lokasi pembangunan masih terdapat sisa-sisa bangunan lama, maka
semua jenis sisa-sisa bangunan baik yang berada diatas maupun didalam tanah harus
dibongkar dan disingkirkan.

b. Apabila didalam lokasi terdapat saluran air bersih,listrik telepon, saluran air kotor dan lain-
lain sarana umum,Kontraktor atas biaya sendiri harus memindahkannya dengan Ijin Instansi
yang bersangkutan (sampai batas biaya tertentu/wajar).
c. Semua benda-benda berharga yang ditemukan dalam pembongkaran menjadi milik proyek,
kecuali ditentukan lain dalam RKS ini. Kontraktor harus menyingkirkan dan membuang
semua benda-benda yang dibongkar, sesuai dengan peraturan setempat.

PASAL 3
PEKERJAAN TANAH

3.1. Lingkup Pekerjaan

3.1.1. Penyiapan dan perataan tanah pada daerah dimana diatasnya akan didirikan bangunan,
jalan, struktur site lainnya.

3.1.2. Mengerjakan penjaluran ( stripping ), pengaliran (drainage) sementara untuk menjaga erosi
(bila perlu), membentuk permukaan tanah (grading) menurut garis-garis kedalaman,
ketinggian dan kemiringan sesuai dengan gambar rencana.

3.1.3. Mengadakan koordinasi kerja sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain, yaitu:

- Pekerjaan tanah untuk Struktur

- Galian dan urugan tanah untuk prasarana.

3.2. Penyelidikan tanah.

3.2.1. Hasil penyelidikan tanah pada titik-titik yang diperlukan (tertera dalam peta) dapat dilihat
pada hasil laporan penyelidikan tanah (soil set) untuk diteliti. Apabila hasil penyelidikan ini
dianggap masih belum cukup untuk menentukan kondisi tanah, Kontraktor dapat melakukan
penyelidikan atas biaya sendiri.

3.2.2. Titik duga atau rambu-rambu petunjuk tidak boleh dibongkar sebelum mendapat ijin tertulis
dari Direksi/Konsultan Pengawas atau Pimpro, sedang rambu-rambu yang tidak dipakai
harus diperiksa dan disimpan ditempat-tempat yang disediakan Kontraktor.

3.3. Bahan

3.3.1. Tanah yang digunakan untuk urugan harus bersih dari humus, sampah atau kotoran lain,
akar-akaran dan bahan organik lainnya. Batu-batuan yang lebih besar dari 10 cm harus
dibuang.

3.3.2. Tanah urug dapat diambil dari tanah asal lokasi maupun dari luas site asal memenuhi
ketentuan diatas, tidak expansive (low clay content), dan dianjurkan memakai jenis tanah
yang berbutir.

3.4. Cara Pengerjaan


3.4.1. Melengkapi dan menyediakan tenaga kerja yang terlatih serta peralatan yang diperlukan
untuk kelancaran pekerjaan.

3.4.2. Menyusun rencana kerja yang grafis, disertai penjelasan - penjelasan tentang
jenis,kwalitas,equipment yang akan dipergunakan, metode kerja, cara pengangkutan dan
distribusi tanah, tempat-tempat penimbunan dan penyimpanan bahan, lokasi gudang-
gudang, los kerja dan sebagainya serta jumlah tenaga kerja yang digolongkan dalam
tingkatan keterampilan.

3.4.3. Sisa-sisa kayu, akar-akaran, batu-batuan dan unsur-unsur pengganggu yang lain harus
disingkir dan dikeluarkan sebelum dilakukan pengupasan- pengupasan lapisan tanah
teratas (top soil) hingga minimal 2 m diluar garis rabat dengan kupasan sedalam 20 cm
(kedalaman retak) untuk tanah bekas ladang, sedang untuk tanah bekas sawah minimal
sedalam 30 cm. Apabila kondisi tanah sangat jelek atau labil, maka pengupasan penggalian
harus diteruskan sampai kedalaman tertentu dan diganti dengan tanah yang baik dan keras
atau sirtu.

Tanah bekas kupasan ini hanya boleh untuk mengurug daerah rendah yang tidak akan
didirikan bangunan, pengerasan dan struktur site lainnya. Bila terdapat kondisi tanah yang
lain dari yang disebutkan diatas (misalnya batu karang, kapur, pasir dan lain sebagainya),
maka segala sesuatunya mengenai pengolahan tanah tersebut akan dibicarakan dan
diputuskan dalam rapat koordinasi.

3.5. Galian dan Kupasan

3.5.1. Tanah hasil kupasan yang berupa humus pisahkan dari lapisan tanah dibawahnya.

Pengupasan dengan kedalaman rata-rata 20 cm digunakan sebagai lapisan penutup


sekeliling bangunan sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.

Jika tebal lapisan humus lebih besar dari 20 cm maka seluruh tebal humus harus digali
dan digunakan kembali sebagai urugan lapisan penutup,dan biaya yang diakibatkannya
dianggap telah termasuk dalam harga kontrak, serta tidak dapat diajukan sebagai kerja
tambah/tambahan biaya.

3.5.2 Dinyatakan sebagai humus adalah setiap lapisan tanah yang langsung berada diatas
permukaan tanah, dan dapat berisi atau berubah warna oleh karena akar-akaran atau
bahan organik lainnya, yang menurut pendapat Direksi/Konsultan Pengawas akan dapat
mempengaruhi stabilitas setiap bangunan yang berdiri diatasnya.

3.5.3. Setelah pembersihan lapisan atas, tanah liat, tumbuh-tumbuhan ,pohon-pohon bila ada dan
lumpur akibat air, harus disingkirkan.
3.5.4. Apabila tanah humus hasil kupasan ternyata cocok untuk digunakan sebagai bahan pelapis
lereng, sisa-sisa tanah atau bidang-bidang tanah yang akan dihijaukan,maka tanah humus
tersebut harus dikumpulkan dulu untuk diatur penggunaannya.

3.5.6. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan dan
lengkungan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan seperti dinyatakan dalam
gambar.

3.6. Urugan dan Pemadatan

3.6.1. Setelah lapisan permukaan dikupas dan sebelum urugan dilaksanakan daerah yang akan di
pasang batu miring harus dipadatkan sehingga mencapai 90% kepadatan maksimum,
sedalam paling sedikit 15 cm, kecuali untuk lapisan tanah yang memerlukan perbaikan daya
dukung.

3.6.2. Untuk daerah bukan bangunan pemadatan harus mencapai 80% kepadatan maksimum,
paling sedikit sedalam 15 cm guna memanfaatkan kembali kerusakan tanah akibat
pengupasan dan pengukuran.

3.6.3. Untuk menentukan kadar air optimum dan jumlah gilasan yang dibutuhkan guna mencapai
kepadatan maksimum, harus dilakukan “Pemadatan Percobaan” dengan bahan timbunan
dan peralatan yang akan digunakan.

3.6.4. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi 20 cm dan setiap
lapis harus dipadatkan dengan steel wheel power rollers/ mesin penggilas (bila hal ini
memungkinkan).

3.6.5. Tanah urugan yang terlalu basah harus dihampar, agar dapat mengering sendiri atau
dikeringkan dengan cara-cara yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

3.6.6. Tanah urugan yang terlalu kering harus dibasahi dengan sponkler yang diikuti dengan mesin
penggilas dibelakangnya atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi / Konsultan
Pengawas.

3.6.7. Urugan-urugan pada tanah miring atau lereng, harus dilakukan dengan membuat “gigi” atau
“tangga” pada lereng tersebut, untuk memberikan kaitan yang kokoh terhadap tanah urugan.

3.6.8. Untuk mengetahui apakah pemadatan tanah telah mencapai kepadatan yang disyaratkan,
Kontraktor wajib mengadakan test lapangan dengan sistem Proctore Test, dan disaksikan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Semua biaya untuk uji kepadatan ini menjadi tanggungan
Kontraktor.

3.6.9.Pemadatan subgrade fill khusus termasuk pasir, kerikil dan batu, harus seluruhnya dipadatkan,
hingga mencapai 90% kepadatan maksimum yang meliputi semua daerah ( building & non
building area) untuk jalan beton atau pengerasan dengan aspal dan dibawah site structures
lainnya didalam batas areal yang harus dilaksanakan sesuai dengan Kontrak.
3.7. Pembentukan muka tanah (Finish Grading)

3.7.1. Diatasnya harus dibentuk dengan rata dan baik, sesuai dengan garis ketinggian atau
kedalaman menurut gambar rencana.

3.7.2. Pada Pembentukan tanah yang bertangga atau bila akibat dari perataan tanah terjadi suatu
talud (tebing), maka harus diusahakan pengamanan pada tebing yang rawan,untuk
mencegah terjadinya longsoran dan harus diusahakan agar air tanah tidak menimpa daerah
bangunan yang lebih rendah.

3.7.3. Daerah-daerah yang akan menerima slab, base course atau pengerasan, pembentukan
permukaan tanah tidak boleh menyimpang lebih dari 1,5 cm dari ketinggian yang ditentukan.

3.7.4 Daerah yang akan ditanami atau dibiarkan terbuka, penyimpangannya tidak boleh lebih dari
3 cm dari ketinggian yang ditentukan.

3.7.5 Untuk mencegah longsor dan erosi harus dibuat parit-parit sementara, dan buatlah
kemiringan 25% dari bangunan struktur dan dinding.

3.8. Perlindungan Pekerjaan Terhadap Air.

3.8.1. Selama pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan, harus diadakan tindakan
pencegahan terhadap genangan atau arus air, masuknya air hujan atau air tanah dari
daerah sekitarnya yang dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Pencegahan ini termasuk
pada pembuatan tanggul-tanggul parit-parit sementara, sumur-sumur atau bak
penampungan,pompa air dan tindakan lain yang dapat diterapkan guna mencegah
kerusakan pekerjaan atau penundaan pekerjaan, termasuk pencegahan terhadap masuknya
air hujan atau air tanah dari daerah sekitarnya dan sebagainya.

3.8.2. Tidak ada perpanjangan waktu kontrak karena alasan hujan, cuaca buruk, sulitnya lokasi
atau masalah tenaga kerja, kecuali apabila Kontraktor telah mengambil semua tindakan
pengamanan pencegahan semaksimal mungkin.

PASAL 4

PEKERJAAN TANAH UNTUK STRUKTUR

a. Lingkup Pekerjaan.

Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan galian struktur
perbaikan tanah dan urugan kembali sesuai dengan gambar rencana.
b. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain, yaitu :

- Pekerjaan Medan tanah .

- Galian dan urugan Tanah untuk Timbunan biasa.

4.1. Persyaratan

a. Hasil penyelidikan tanah untuk titik-titik tertentu dapat dibaca pada laporan hasil soil test
akan tetapi jika masih ragu atas kondisi tanah, Kontraktor masih dapat melakukan
penyelidikan atas beban biaya sendiri.

b. Titik duga dan rambu-rambu petunjuk yang ada tidak boleh dibongkar sebelum mendapat
ijin dari Direksi atau Konsultan Pengawas, sedang rambu-rambu yang tidak dipakai harus
dipelihara dan disimpan dengan baik ditempat yang sudah disediakan Kontraktor.

4.2. Bahan

a. Tanah urugan yang dipakai harus bersih dari humus dan dapat diambil dari tanah bekas
galian dari jenis yang baik dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.

b. Tanah urugan yang berasal dari luar site/lokasi harus lebih berbutir, tidak expansive, bebas
sampah, batu yang lebih besar dari 10 cm, akar-akaran dan bahan organik lainnya. Pasir
sebagai urugan dapat diterima.

4.3. Cara Pengerjaannya

a. Sebelum memulai pekerjaan ini, pekerjaan medan sampai dengan finish grading harus
sudah diselesaikan terlebih dahulu. Semua galian, urugan dan pemadatan dalam pekerjaan
ini harus sesuai dengan ketentuan yang dibutuhkan, dengan kwalifikasi sebagai berikut :

b. Bidang vertikal galian struktur harus mempunyai jarak cukup dari kolom atau balok untuk
memungkinkan pemasangan dan pembongkaran cetakan, penopangan dan lain-lain
pekerjaan demi kelancaran pelaksanaan. Dasar galian harus sesuai dengan kedalaman dan
bentuk yang direncanakan.

c. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasang pondasi batu miring dan semua
pasangan lainnya dibawah tanah atau sloof,semua saluran-saluran,.

d. Bahan-bahan yang terlepas atau runtuh dari tebing galian, harus secepatnya diangkat dari
lubang galian.

e. Galian struktur untuk bukan pekerjaan cetakan pada masing-masing sisinya, untuk
memungkinkan membentuk permukaan bidang pasangan sesuai gambar rencana.

f. Apabila galian dibuat lebih dalam dari semestinya tanpa sepengetahuan dan persetujuan
Konsultan Pengawas, maka kelebihan galian itu tidak boleh diurug,tetapi harus diisi dengan
beton tumbuk atau bahan yang sama dengan bahan pondasi tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.

g. Pada bagian - bagian yang mudah longsor harus diadakan tindakan pencegahan dengan
memasang papan-papan penahan atau cara lain yang disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas.

h. Lubang galian harus selalu bebas dari genangan air, baik air hujan maupun air tanah dan
harus diperiksa oleh Direksi/Konsultan Pengawas sesaat sebelum pekerjaan pondasi (batu
pecah atau beton) dilaksanakan. Untuk Kontraktor harus menyediakan pompa-pompa
penyedot air atau alat pengering lainnya yang siap pakai dalam jumlah dan kapasitas yang
cukup memadai untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

i. Urugan kembali lubang galian sesuai dengan persyaratan harus dilakukan lapis demi lapis
dengan ketebalan setiap lapis tidak melebihi 15 cm dan setiap lapis harus dipadatkan
dengan “portable power compactors”.

j. Sebelum pengurugan, semua bahan yang tidak berguna dan sampah-sampah harus
dikeluarkan dari lubang galian. Urugan kembali boleh dilaksanakan setelah pondasi
mencapai kekuatan penuh, telah diperiksa dan disetujui oleh Ahli/Konsultan Pengawas.

4.4. Pengujian

a. Pengujian ketinggian/kedalaman muka tanah dan pencetakan harus dilakukan oleh juru ukur
ahli yang disetujui oleh Pemberi Tugas.

b. Pemeriksaan tanah dan kontrol kepadatan di Laboratorium harus atas persetujuan Pemberi
Tugas. Biaya-biaya pengujian sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 5

PEKERJAAN URUGAN PASIR

5.1. Lingkup Pekerjaan

5.1.1. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan
urugan pasir sesuai dengan gambar dan persyaratan.

5.1.2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain,yaitu :

- Pekerjaan pasang pondasi,sloof beton.

5.2. Persyaratan dan bahan


5.2.1. Pasir urug yang dipakai harus berbutir, bersih dari lumpur, biji-bijian, akar-akaran, kotoran-
kotoran dan bahan organik lainnya.

5.2.2. Contoh pasir yang akan dipergunakan harus diajukan kepada Ahli / Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya sebelum bahan tersebut didatangkan kelokasi.

5.3. Cara Pengerjaan

5.3.1. Urugan pasir harus dikerjakan sebelum pasangan diatasnya dikerjakan.

5.3.2. Urugan pasir harus dipadatkan lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan sesuai gambar.
Tebal setiap lapis maksimum 10 cm dengan diairi secukupnya.

1. AIR

Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, garam, bahan-bahabn organis atau bahan - bahan lain yang merusak
bangunan, memenuhi syarat - syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3
pasal 10.

2. Pasir Urug

Pasir Untuk pengurugan,peninggian, dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras atau
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3. Pasir laut
untuk maksud-maksud tersebut tidak dapat digunakan.

3. Pasir Pasang

Pasir Untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton,harus memenuhi syarat-syarat
pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3.Butiran-butiran harus tajam dan keras
tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran-
butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3mm persegi. Pasir laut tidak boleh
digunakan.
4. Porland Cement (PC)

a. Porland cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis ( NI-8) dan masih dalam kantong
utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-71/NI-2.

b. Bila digunakan Porland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian
terlebih dahulu oleh labratorium yang berkompeten.

c. Dalam pengangkutan porlant Cement Ketempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi
lembab, dan penempatannya harus ditempat yang kering.

d. Porland Cement (PC) yang sudah membatu (Menjadi keras ) tidak boleh dipakai.

5. Pasir Beton

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organic lumpur
dan sebagainya. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 1%

6. Koral Beton /Split.

a. Digunakan Koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-197.

b. Butiran-butiran split harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 76mm dan tertinggal
diatas ayakan berlubang 20mm.

c. Koral/split hitam mengkilap keabu-abuan.

7. Kayu

a. Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala akibat dari
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian tidak akan merusak atau
mengurangi nilai kontruksi, Memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam
PPKKI-1961.
b. Mutu Kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.

c. Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai berikut :

1). Harus Kering udara (Kadar lengas 5%)

2). Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5 cm

3). Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar dari 1/10 dari tinggi
balok.

4). Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu,dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.

5). Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/10.

d. Yang dimaksud dengan kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam Mutu A, tetapi
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai berikut :

1) Kadar lengas kayu 30 %

2) Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 5cm.

3) Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi balok.

4) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi ¼ tebal kayu.

5) Miring arah serat (Tangensial) tidak melebihi 1/7.

8. Beton non struktual.

a. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok untuk pekerjaan beton
struktur seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

b. Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/struktur pendukung
menggunakan campuran 1 Pc: 2Psr :3 Split. Sehingga setara dengan mutu beton k-225 dan
harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971.
c. Campuran beton menggunakan perbandingan volume.

d. Untuk mencapai mutu beton setara K-175 Menggunakan campuran 1pc :2pcr :3split .sampai
dengan k-225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai volume campuran 1 pc : 2
ps : 3 split.

9. Besi Beton.

a. Besi beton yang digunakan mutu U-24,dan seterusnys sesuai yang ditentukan.

b. Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam , alkali dan bebas dari cacat
sepeti serpi-serpi. penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2(PBI-
1971).

PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

Meliputi penggalian tanah untuk pondasi yang rusak dan pekerjaan lainnya yang
memerlukan pengalian tanah, kemudian mengurug kembali galian disisi kanan-kiri pondasi
atau bagian lain dari pondasi batu miring.

Pengurugan yang tebal lebih dari 20cm harus dilaksanakan selapis demi selapis setiap
10cm, dan setiap lapisan harus didapatkan mengunakan alat pemadat (missal mesin
compactor) ataupun dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi penurunan tanah yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi, seperti pondasi patah/putus, pondasi
menggantung, ataupun kerusakan pada lantai pondasi batu miring.

PEKERJAAN PONDASI DAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan.
1). Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan
rapih.

2). Pengadaan dan pemasangan pelat podasi beton bertulang, sloof, stek besi untuk kolom,
dibawah pasangan dinding batu bata dan selasar.

3). Pengadaan besi beton dan merakit tulangan untuk sloof, Pelat fondasi beton, kolom dan
lain-lain komponen yang ditunjukkan pada gambar.

2. Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. Beton

1). Kualitas yang digunakan adalah dengan campuran / perbandingan 1Pc: 2 Psr :3 Split
hingga mempunyai kekuatan tekan setara dengan mutu beton K.225 dan harus memenuhi
ketentuan - ketentuan lain sesuai dengan peraturan Beton Bertulang’ 1971 (BPI-1971)dan
SK.SNI .T-15.1991-03

2). Pembuatan tulangan untuk batang yang lurus atau dibengkokan, (tiap ujung besi diberi
hak/tekukan) sambungan dan kiat - kiat dalam pembuatan sengkang - sengkang harus
sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-1971 dan SK.SNI.T.T-15.1991-03

3). Pemasangan tulangan besi beton harus sesuai dengan gambar kontruksi. Tulangan besi
beton harus diikat dengan kawat beton untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
anyamanya selama pengecoran, dan tebal selimut beton ±2cm.

a. Pekerjaan Bekisting.

Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam gambar. Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran. Bekisting harus dapat dan tidak bocor permukaanya, bebas dari kotoran seperti
serbuk gergaji, potongan – potongan kayu, tanah dan sebagainya, agar mudah pada saat
dibongkar tanpa merusak permukaan beton. Pembukaan bekisting baru dilakukan setelah
memenuhi syarat-syarat yang dicantumkan dalam PBI-1971 dan SNI.T-01. Yaitu kurang
lebih 21 hari.

b. Pengecoran Sloof Beton.

Cara pengadukan bisa menggunakan mesin Molen atau diaduk dengan cara manual.
Sebelum pengecoran, cetakan harus bersih dari kotoran baik sampah bekas bekisting
maupun kotoran. Ukuran-ukuran dan ketingian, penulangan dan penempatan penahan
jarak harus selalu diperiksa sebelum pengecoran dilaksanakan. Pengecoran harus
dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti kropos yang dapat
memperlemah kontruksi.

3. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan

a. Bahan didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan cacat.

b. Bahan harus disimpan ditempat terlindung, kering, tidak lembap dan bersih sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak pabrik.

c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.

4. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.

a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran.

b. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang mengakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.

c. Bila terjadi kerusakan, wajib untuk diperbaiki dengan tidak mengurangi kualitas pekerjaan.

d. Bagian - bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus dibasahi dengan
air terus menerus selama 1 minggu atau sesuai ketentuan dalam peraturan beton
bertulang, PBI-1971 dan SK.T-15.1991-03.
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat bantu untuk :

a. Pekerjaan pasangan batu belah dengan campuran 1pc : 3 ps sebagai dinding sepanjang
saluran sungai/ drainase agar permanen,

b. Pekerjaan pemasangan kolom dan sloof beton.

c. Plesteran bunga dibagian luar bagian saluran, acian diseluruh bagian dinding batu miring

d. Peralatan yang diperlukan termasuk alat bantu dan alat angkut yang diperlukan uantuk
melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan yang ditentukan.

e. Sesuai dengan gambar yang telah disepakati untuk dilaksanakan.

2. Syarat - syarat Pelaksanaan.

a. Pasangan Batu Belah

1). Sebagian besar dinding saluran dari Pasangan Batu Belah, dengan menggunakan adukan
campuran 1 Pc :4 Pasir.

2). Untuk semua dinding luar diatas permukaan lantai saluran dan daerah basah digunakan
adukan kedap air dengan campuran 1 Pc : 3 Pasir..

3). Pemasangan Pasangan Batu Belah dilakukan bertahap, setiap tahap per- lapis atau
maksimum tinggi 30 m, diikuti dengan cor kolom.

4). Bagian pasangan Pasangan Batu Belah yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton Ø 8 mm jarak 40 cm, yang terlebih
dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam
pasangan bata sekurang - kurangnya 30cm.
7). Pasangan Batu Belah untuk dinding saluran harus menghasilkan dinding finis sesuai
rencana di gambar kerja. pelaksanaan pasangan harus cermat rapi dan benar - benar tegak
lurus.

b. Pekerjan Plesteran.

1). Bersihkan permukaan sampai benar-benar siap menerima adukan plesteran, singkirkan
semua hal yang dapat merusak atau menggangu pekerjaan.

2). Untuk plesteran bunga 1Pc:3Ps pada dinding batu miring.

3). Untuk bidang yang kedap air/ Pasangan Batu Belah yang dekat dengan tanah (diatas sloof)
dengan adukan 1Pc:3Ps dengan ketinggian 40cm dari permukaan lantai.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan Pengiriman dan penyampaian Barang.

Selain pasir, batu kali, dan kerikil, bahan bangunan yang dikirim kelokasi (site),
terutama semen harus dalam keadaan tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan
berlabel pabrik, bertuliskan tipe tingkatannya, dalam keadaan tidak cacat. Bahan harus
diletakkan ditempat yang kering, Berventilasi baik, terlindung, bersih. terlindung, bersih.
Pasal 2.
Pekerjaan Urugan dan Pemadatan

1. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan


a. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Urugan/Timbunan
1) Tanah timbunan yang dibawa menggunakan dump truck harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga jarak
tumpahan dengan hamparan dapat memenuhi 30 cm pada seluruh permukaan;
2) Tumpahan tanah dari Dump Truck diratakan dengan Bulldozer atau Grader untuk mencapai ketebalan
hamparan kurang lebih 30 cm;
3) Pada bagian bawah timbunan atau di atas tanah asli yang berhubungan denga dinding penahan tanah diberi
lapisan geotextile sebagai bahan stabilisasi tanah dasar serta mencegah aliran air naik ke permukaan yang
dapat mengganggu perkuatan struktur bangunan. Pemasangan geotextile dilakukan overlapping sepanjang 1
meter;
4) Untuk kondisi tanah yang kurang baik, dapat menggunakan cerucuk dan matras bambu sesuai dengan hasil
perancangan teknis
5) Pelaksana kegiatan wajib melaksanakan settlement record berupa pemasangan settlement plate untuk
memonitor penurunan tanah timbunan serta melakukan pengamatan pergerakan horizontal tanah dengan
inclinometer dan pengamatan muka air dengan piezometer;
6) Pelaksana kegiatan wajib memperhatikan kadar air timbunan secara visual, jika selama pemadatan timbul debu
berarti kadar air diindikasi kurang, dan apabila selama pemadatan air tanah keluar (timbul genangan) maka
kadar air terindikasi tinggi;
7) Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum hamparan material sebelum
dipadatkan adalah 30 cm, pada sisi kemiringan luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 50 cm dari garis
rencana agar pada saat setelah perapihan didapat kepadatan yang sama diseluruh bidang rencana;
8) Tanah timbunan dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep Foot Roller sebanyak 6 lintasan,
untuk selanjutnya dilakukan pengambilan sampel tanah dan mengukur kepadatannya (berat volume keringnya).
Apablia tanah timbunan masih kurang, maka dilakukan penambahan lintasan pemadatan;
9) Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh permukaan terpadatkan. Lapisan
pertama yang telah selesai dipadatkan, diambil sampelnya setiap jarak 50 cm dan diperiksa kepadatannya;
10) Tingkat kepadatan yang dipersyaratkan adalah kepadatan kering lapangan yang dihasilkan minimal 90%
(Sembilan puluh persen) dari kepadatan kering maksimum laboratorium sesuai dengan SNI 03-1742-1989
tentang Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah;
11) Apabila kepadatan telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru boleh untuk dihampar;
12) Apabila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja dan dilindungi/ditutupi dengan terpal.
Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus dihentikan.
b. Bahan Urugan
1) Bahan urugan, untuk pekerjaan urugan kembali bekas galian, urugan untuk perbaikan kualitas tanah maupun
timbunan, Kontraktor Pelaksana wajib melakukan survey quarryataulokasi galian tanah timbunan serta
melakukan uji kepadatan lapangan (field density),permeability lapangan (field permeability), Berat Jenis (specific
gravity), Kadar Air (water content), konsistensi (consistency/Atterberg Limit), gradasi (gradation), kepadatan
laboratorium (proctor compaction) dengan mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
Konsultan Supervisi.
Karakteristik fisik dan mekanik tanah urugan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Timbunan pilihan terdiri dari tanah berbatu atau batu berpasir dengan ukuran butir maksimum tidak boleh lebih
dari 7,5 cm serta memiliki nilai CBR minimum 10% sesuai SNI 03-1743-1989;
 Jika timbunan dilaksanakan pada kondisi jenuh (terkena dampak pasang surut), syarat material timbunan
haruslah pasir atau kerikil dengan Indeks Plastisitas (PI) maksimum 6%;
 Dalam hal pengendalian mutu material timbunan, wajib dilaksanakan pengujian material timbunan yang dibawa
ke lapangan setiap 1000 meter kubik dari setiap sumber bahan.
2) Bahan urugan harus bebas dari akar tumbuhan, kotoran sampah, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran
lain.
3) Terlebih dahulu dilakukan tes di laboratorium independen yang ditentukan atau disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Hasil tes secara tertulis diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pelaksanaan pengurugan.
4) Bila dalam pelaksanaannya, Kontraktor menggunakan bahan urugan yang tidak memenuhi persyaratan,
Direksi/Konsultan Pengawas berhak untuk menghentikan pekerjaan pengurugan dan mewajibkan Kontraktor
untuk menggali kembali urugan dengan bahan yang tidak memenuhi syarat tersebut diatas dan Kontraktor harus
menggantinya dengan bahan urugan yang memenuhi syarat atas biaya sendiri.

c. Persyaratan Bagi Lokasi yang akan diurug


Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran-kotoran dan air. Bila ada genangan air, maka
Rekanan harus mengeringkannya terlebih dahulu, misalnya dengan bantuan pompa air agar pengurugan bisa
dilakukan dalam keadaan kering.
d. Pemadatan
Pekerjaan pemadatan tiap lapis urugan dilakukan dengan kadar air yang diusahakan selalu mendekati kadar air
optimum. Kadar air optimum ditetapkan melalui percobaan laboratorium.
e. Test Kepadatan
1) Setelah urugan tanah selesai dipadatkan, dilakukan tes kepadatan di lapangan (yang disaksikan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas) maupun di laboratorium.
2) Untuk tes di lapangan, dapat digunakan sand cone method atau cara lain yang disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Alat yang digunakan telah ditera dan disediakan oleh Rekanan.
3) Lokasi dan jumlah titik yang dites ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
4) Hasil tes harus tertulis dan diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk memperoleh persetujuan.
Bila hasil tes menunjukkan tingkat kepadatan yang belum memuaskan, maka dengan atau tanpa perintah
Direksi, Rekanan harus melakukan langkah-langkah perbaikan atas biaya Rekanan sendiri.
f. Tingkat Kepadatan
Tingkat kepadatan lapangan yang disyaratkan adalah :
1) 95 % dari kepadatan kering maksimum menurut ketentuan ASTM D-698 atau Peraturan Bina Marga BPB-0111-
76 yang berlaku untuk semua urugan umum, urugan di bawah pondasi, di belakang pangkal jembatan,
pembuatan badan jalan dan lain-lain.
2) 100 % kepadatan kering maksimum untuk lapisan tanah setebal 15 cm dari subgrade/dasar balas pada
pembuatan jalan/dasar bangunan.

g. Urugan Khusus untuk Perbaikan Tanah


Apabila terjadi perbaikan keadaan tanah dengan maksud memperbaiki daya dukung tanah maka sebagian dari
tanah semula akan digali sedemikian hingga tebalnya tanah pengganti memenuhi syarat dalam gambar rencana
dan mengusahakan seminimum mungkin terjadinya gangguan terhadap tanah asli yang diakibatkan oleh
penggalian tersebut. Tanah ini dipadatkan dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan tentang pemadatan
tanah urugan seperti yang disebutkan dalam (sub) pasal-pasal terdahulu.

Você também pode gostar