Você está na página 1de 2

Aliyawo adalah senjata tradisional masyarakat Gorontalo yang digunakan pada waktu perang panipi oleh

para prajurit kerajaan dalam merebut kekuasaan. Senjata ini dipakai oleh empat kerajaan yakni kerajaan
Limboto, Suwawa, Gorontalo, dan Gowa.

Wamilo adalah senjata yang umum digunakan oleh masyarakat Gorontalo dalam aktivitas keseharian
terutama untuk bertani. Senjata Wamilo dibuat dari bahan besi dan memiliki ta’upo (sarung) yang
terbuat dari kayu kuning.

Banggo terbuat dari besi dan memiliki pasangan ta’upo/sarung dari kayu hitam dan kayu kuning. Senjata
Banggo adalah senjata yang umum dimiliki oleh masyarakat untuk mengolah perkebunan.

Senjata ini dimiliki oleh seluruh pengawal raja di tiap-tiap kerajaan yang ada di Gorontalo pada waktu itu
untuk membela diri disaat bahaya datang.

Senjata tersebut dipegang oleh para penjaga istana kerajaan dan pasukan berkuda setiap kerajaan di
Gorontalo. Badi dibuat dari bahan logam/besi putih dansarungnya (ta‟upo) terbuat dari kayu kuning.

Senjata Eluto merupakan senjata yang berasal dari Suwawa, terbuat dari material tembaga dan
sarungnya terbuat dari kayu. Pemegang senjata ini adalah raja dan talenge (panglima perang).

Wujud senjata memiliki ukuran kayu runcing ± 25 cm dan kayu pangkalnya + 20 cm terbuat dari kayu
hitam. Pemegang senjata Bito Palape adalah anak raja dan keluarga istana raja.

Senjata tersebut merupakan alat utama yang sering digunakan seluruh masyarakat Gorontalo dalam
bertani. Senjata Sabele tidak memiliki ta’upo (sarung).

Sumala merupakan senjata yang di pakai oleh mayuru (pasukan kerajaan yang berbaju hitam). Sumala
digunakan diseluruh kerajaan yang ada di Gorontalo.

Senjata Huwangga berukuran ± 95 cm. Gagang dan sarung/ta’upo senjata terbuat dari kayu hitam
sedangkan mata senjata terbuat dari besi putih. Pemegang senata Huwangga hanyalah seorang raja.

Totobu’o merupakan senjata dengan gagang yang terbuat dari kayu hitam dan mata tombak terbuat dari
besi. Pemegang senjata tersebut adalah prajurit-prajurit penjaga istana kerajaan Gorontalo. Selain itu
senjata tersebut juga biasa digunakan saat berburu binatang.

Totobu’o Yilambua berukuran ± 205 cm, bahan gagang senjata terbuat dari kayu hitam sedangkan mata
tombak terbuat dari besi putih. Terdapat elemen serat enau melingkari bagian pangkal mata senjata.
Pemegang senjata Totobu’o Yilambua adalah keturunan raja laki-laki, paman raja dan prajurit istana
kerajaan.

Senjata Sambawa terbuat dari kayu hitam pada gagangnya dan besi putih pada bagian mata tombak.
Ukuran senjata ± 165 cm di mana salah satu bagian sisi gagangnya diukir seperti kaki lipan. Pemegang
senjata Sambawa adalah keluarga/penghuni istana, remaja kerajaan, dan pasukan kerajaan.
Senjata Kanji pumbungo berukuran ± 275 cm di mana gagang senjata terbuat dari bahan kayu hitam dan
mata senjata dari besi yang berjumlah tujuh ujung. Senjata yang sering digunakan para prajurit
kerajaan/istana dalam berperang dan juga digunakan untuk menagkap ikan dalam aktivitas sehari-hari.

Senjata Ono-ono berukuran ± 195 cm di mana senjata terbuat dari batang pohon enau yang berbentuk
silinder kecil. Pemegang senjata tersebut adalah para penjaga pintu belakang istana, orang-orang
pertapaan, dan pengawal raja ketika berperang.

Senjata Dodopa berbentuk persegi empat memanjang dengan ukuran + 105 cm serta terbuat dari batang
nibung (ombulo). Pemegang senjata tersebut adalah para prajurit penjaga batas istana, pasukan
belakang, dan para pertapaan.

Senjata tersebut sejenis kayu pemukul (bu’bohu) yang berukuran ± 50 cm terbuat dari kayu hitam.
Pemegang senjata Kalumbi adalah pasukan panjaga istana, dan pengawal pasukan berkuda.

Senjata sejenis pemukul memiliki ukuran ± 45 cm terbuat dari bahan kayu hitam. Senjata Pantilo
merupakan salah satu jenis senjata yang di pakai ketika mengahadang lawan pada saat berperang.

Você também pode gostar