Você está na página 1de 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU POLA MAKAN

KLIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RAWAT INAP


RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes
melituskemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. (Bru02)
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus dibeberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti.
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota
besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit
jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipedemia, diabetes dan lain-lain. tetapi data
epidemologi di negara berkembang memang masih belum banyak. Hal ini disebabkan
penelitian epidemologi sangat mahal biayanya. Oleh karena itu angka prevalensi yang
dapat ditelusuri terutama berasal dari negara maju. (soegondo, 2014)
Hampir 80% kematian diabetes terjadi dinegara berpenghasilan rendah dan
menengah. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevelensinya terus
mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara sedang
berkembang, sehingga dikatakan bahwa diabetes melitus sudah menjadi maslah
kesehatan atau penyakit global pada masyarakat. Di amerika sudah maju sekalipun,
angka kematian akibat diabetes melitus bisa mencapai 200.000 orang per tahun
(Juniarti, 2014)
Dalam diabtes atlas 2000 (internationl diabetes federation) tercantum perkiraan
penduduk indonesia diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi
diabetes melitus sebesar 4,6%, di perkirakan pada tahun 2000 pasien diabetes melitus
akan berjumlah 5,6 juta. berdasarkan pola pertambahan seperti penduduk ini,
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di
atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi diabetes melitus sebesar 4,6% akan
didapatkan 8,2 juta pasien diabetes sedangkan indonesia sendiri menduduki tempat ke 4
terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152% atau dari 8,426.000 orang pada tahun 2.000
menjadi 21.257.000 orang di tahun 2030
Beberapa faktor memegang peran penting dalam perkembangan kasus diabetes
melitus kemajuan di bidang teknologi menyebabkan perubahan pada gaya hidup seperti
tersedianya berbagai produk teknologi yang memberikan kemudahan seingga aktivitas
manusia menjadi kurang bergerak. Perubahan perilaku dan pola makan yang mengarah
pada makanan siap saji dengan kandungan tinggi energi, lemak dan rendah serat
berkontribusi besar pada peningkatan prevalensi diabetes melitus.
Sikap penderita diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh pegetahuan, dalam hal
ini pengetahuan penderita tentang penyakit diabetes melitus sangatlah penting karena
pengetahuan ini akan membawa penderita diabetes melitus untuk menentukan sikap,
berfikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat mengurangi kondisi
penyakit. Apabila pengetahuan penderita DM baik, maka sikap terhadap diet diabetes
melitus semestinya dapat mendukung terhadap pola makan diabetes melitus itu sendiri.
Mengetahui jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi merupakan hal yang
penting. Kebutuhan diet seseorang berbeda dengan orang lain. Kebutuhan diet dapat
dikonsultasikan dengan ahli gizi jika ingin mencoba resep baru, cobalah resep yang
ditulis khusus untuk penderita diabetes. Kemampuan untuk mengontrol berat badan bisa
mengurangi resiko terkena serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit lever.
(Klivert, 2011)

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah :
apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pola makan klien
diabetes melitus di ruang rawat inap RSUD Labuang baji Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pola makan
klien diabetes melitus di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus pada penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pola makan
klien diabetes melitus diruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar
b. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan perilaku pola makan klien
diabetes melitus Di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang baji Makassar

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Memberikan masukan dalam pembangunan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
keperawatan serta dapat di gunakan sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan
skripsi
2. Manfaat Institusi
Merupakan sumbangan ilmiah bagi institusi pendidikan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan
propesional dalam upaya meningkatakan mutu pelayanan keperawatan.
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian tentang mutu pelayanan
keperawatan dan sebagai pengalaman berharga dalam memperluas wawasan ilmiah
dan pengetahuan didalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan Umum Tentang Diabetes Melitus


1. Pengertian
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronik
dengan gangguan multiotologi (banyak penyebab) yang ditandai dengan kadar gula
darah yang tinggi disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein
sebagai akibat ketidak cukupan (insufisiensi) fungsi insulin.
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Rendy, 2012)

2. Klasifikasi
Ada beberapa tipe diabetes melitus, di bagi berdasarkan penyebabnya :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe I atau dikenal juga dengan nama insulin dependent
diabetes melitus (DDM) ini, tubuh gagal untuk menghasilkan insulin. Diabetes
melitus tipe 1 biasanya timbul pada usia anak atau remaja, baik pria maupun
wanita. Penyakit tipe ini diobati dengan penyuntikan insulin atau pompa insulin
setiap harinya dengan diet khusus. (Tandra, 2013)
b. Diabetes Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 atau dikenal juga dengan nama Non insulin dependent
diabetes melitus (NIDDM) adalah jenis yang paling sering di dapatkan.
Biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun, namun bisa pula timbul pada usia di
atas 20 tahun. Pada diabetes melitus tipe 2, pankreas masih bisa membuat
insulin tedapat tapi kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan
baik sehingga glukosa dalam darah meningkat. Pasien yang mengidap diabetes
tipe ini biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin,
menurunkan glukosa, memperbaiki pengolahan gula di hati dan lain lain.
(Tandra, 2013)

3. Etiologi
a. Diabetes tipe 1
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau cenderungan genetik ke arah terjadinya
diabetes tipe 1
2) Faktor Immunology
Respon Autoimmun Abnormal : Anti body menyerang jaringan normal
yang dianggap jaringan asing
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel B Pankreas sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentuh
dapat memicu proses auto immun yang dapat menimbulkan distruksi sel
B pankreas (Rendy, 2012)

4. Patofisilogi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa
oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentras glukosa darah setinggi
300-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh.
Beberapa pasien yang mengalami definisi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa
darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan
sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain asthenia atau kekurangan energy sehingga pasien
menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein dalam tubuh dan juga berkurangnya pengaruh karbohidrat untuk
energi. (Wijaya,dkk 2013)

5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala khas pada penderita diabetes melitus antara lain sebagai berikut
(Wijaya, dkk 2014)
1. Keluhan klinik
a. Banyak kencing (polyuria)
Karena sifatnya,kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat menganggu penderita, terutama pada malam hari.
b. Banyak minum (polydipsia)
Rasa haus amat dialami pendrita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat.
Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
c. Banyak makan ( Polifagia)
Rasa lapar yang semaking besar sering timbul pada penderita diabetes
mellitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu
penderita banyak makan.
2. Keluhan Lain
a. Gangguan saraf tepi/ kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki
diwaktu malam har, sehingga menganggu tidur.
b. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatanyang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar
tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/ bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya didaerah kemaluan dan daerah-
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara.

6. Komplikasi Diabetes melitus


Beberapa komplikasi dari diabetes melitus :
a. Akut
1. Hipoglikemia dan Hiperglikemia
2. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3. Penyakit mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
nefropati
b. Komplikasi menahun Diabetes melitus
Neuropati diabetik, retinopati diabetik, nefropati diabetik, proteinuria, kelainan
koroner, ulkus/gangren

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentuh. Pengideraan terhadap
objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intesitas perhatian
persepsi, terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoadmodjo dan Dewi M, 2011).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang
a. Tahu (know)
Tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
“tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,
menguraikan mengidentifikasi, dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu
objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi Real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain (Wawan dan Dewi M. 2011)
e. Sintesis ( Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (wawan dan Dewi M, 2011).
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatan kualitas hidup,
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang dan banyak tantangan
3. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangn dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaanya.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok
2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi (A.Wawan & Dewi M)

C. Tinjauan Umum Tentang Sikap


1. Pengertian
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang
lain, objek atau isue, sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek
2. Komponen sikap
Sikap mempunyai 3 komponen yaitu :
a. Komponen kognitif
Merupakan Reppresentasi apa yang dipercayaia oleh individu pemilik sikap,
komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu
dapat disamakan pendapat terutama apabila menyangkut masalah isuue atau
problem yang kontroversial.
b. Komponen efektif
Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
c. Komponen konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentuh sesuai
dengan yang dimiliki oleh seseorang (Wawan dan Dewi)

D. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Pola Makan


Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan (Wawan & Dewi M)
Salah satu pilar utama pengolahan diabetes adalah perencanaan pola makan.
Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses
penyiapan makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak
dan protein) yang di maksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat. Jumlah
masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting dari pada sumber
atau macam karbohidratnya. Standar yang diajukan adalah makanan dengan komposisi :
Karbohidrat (60 – 70%), Protein (10 – 15%)
Jenis Makanan yang perlu dikonsumsi dan dihindari oleh penderita DM :
1. Makanan yang perlu di konsumsi
a. Sumber karbohidrat : beras putih, beras merah, bihun, makaroni dan tepung
terigu
b. Sumber protein hewani : Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan yoghurt
c. Sumber protein nabati : Tempe
d. Sayuran : sayuran yang rendah kalium : kangkung, sawi,wortel, buncis dan
terong
e. Buah : pepaya dan apel hijau atau semua buah-buahan yang kaya serat
f. Minuman : Air putih
g. Bumbu : Semua jenis bumbu kecuali gula
2. Makanan yang perlu dihindari
a. Sumber karbohidrat : sumber karbohidrat dengan kadar natrium yang tinggi,
seperti Biskuit
b. Sumber protein hewani : daging dan ikan yang diawetkan seperti : ikan asin,
dendeng, sarden dan comed
c. Sumber protein nabati : semua jenis kacang-kacangan dan tahu
d. Sayuran : sayuran tinggi kalium : kacang hijau dan rebung
e. Buah : Jenis buah-buahan yang dikalengkan dalam sirup
f. Minuman : Berbagai minuman bersoda dan beralkohol
g. Bumbu : Semua jenis gula dan madu

3. Pengaturan diet untuk klien diabetes melitus


Pengaturan diet diperlukan untuk menyesuaikan makanan dengan kesanggupan
tubuh untuk menggunakannya, agar klien mencapai keadaan normal dan dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU POLA MAKAN

KLIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RAWAT INAP

RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

KERANGKA KONSEP

Umur Obesitas Gaya Hidup

Pengetahuan

Peningkatan Kadar Pola Makan


Glukosa Darah Klien Diabetes

Sikap

Perilaku

Kavein Makanan Bebas


Gula

KETERANGAN :

: Variabel Utama (Bebas & Tergantung) : Hubungan Variabel Bebas

: Variabel Moderator : Hubungan Variabel Tergantung

: Variabel Antara : Hubungan Variabel Moderator

: Variabel Lain (Kendali & Random) : Hubungan Variabel Kendali

: Hubungan Variabel Random


DAFTAR PUSTAKA

Juniarti. (2014). hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus
yang dirawat di RSUD labuang baji makassar. Vol 1, No 1, ISSN : 2302-1721 .

Klivert, D. C. (2011). Bersahabat dengan diabetes Tipe 2. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.

Rendy, M. C. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam cetakan 1.


Yogyakarta: Nuha Medika.

soegondo, D. S. (2014). Penatalaksaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Fakultas kedokteran


universitas indonesia.

Tandra, H. (2013). Life Healthy with Diabetes. Yogyakarta: Rapha Publising.

tjokronegoro, A. (2002). penatalaksanaan diabetes melitus. jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Tjokroprawiro, A. (2003). Diabetes Melitus : Kalasifikasi, Diagnosis dan Terapi. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Você também pode gostar