Você está na página 1de 24

Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

ALIRAN DI ATAS PELIMPAH AMBANG LEBAR DAN TIPIS

6.1. Pendahuluan

Ambang atau pelimpah merupakan suatu bangunan air yang biasa


digunakan pada saluran terbuka untuk mencari nilai dari debit aliran
air.Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan ambang lebar dan
ambang tipis. Dengan pengaplikasian dikehidupan sehari-hari, ambang
digunakan untuk meninggikan muka air di sungai atau saluran irigasi
untuk mengairi area persawahan dan untuk menentukan debit air yang
mengalir pada saluran terbuka.

Ambang lebar dan ambang tipis dibedakan pada bentuk fisiknya yang
mengakibatkan perbedaan jatuhnya aliran. Pada ambang lebar air akan
jatuh lebih lunak dari ambang tipis.

Kenaikan air merupakan gejala dari aliran dimana untuk memperoleh


keadaan air yang stabil, maka air akan mengalir dengan kondisi aliran
subskritis, karena aliran jenis ini tidak akan menimbulkan erosi pada
permukaan saluran.

Aliran air pada saat melewati ambang akan berperilaku sebagai aliran
kritis, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Kemudian, akan
berperilaku sebagai aliran superkritis apabila pada kondisi tertentu adanya
terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar, sehingga
menyebabkan kondisi aliran menjadi superkritis.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.2. Tujuan Pratikum

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum kali ini yaitu:


a. Menentukan stabilitas suatu benda terapung (ponton).
b. Membandingkan hasil analitis stabilitas benda terapung dengan hasil
percobaan.

6.3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
sebagai berikut:
a. Satu unit saluran terbuka multiguna

Gambar 6.3.1. Saluran Terbuka Multiguna

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

b. Pelimpah ambang lebar dan tipis

Gambar 6.3.2. Ambang Lebar

Gambar 6.3.3. Ambang Tipis

c. Meteran taraf

Gambar 6.3.4. Meteran Taraf

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

d. Mistar ukur

Gambar 6.3.5. Mistar Ukur

e. Saluran terbuka multiguna

Gambar 6.3.6. Saluran Terbuka Multiguna

f. Gelas ukur

Gambar 6.3.7. Gelas Ukur

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

g. Meja hidraulika

Gambar 6.3.8. Meja Hidraulika


h. Stopwatch

Gambar 6.3.9. Stopwatch

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.4. Dasar Teori

6.4.1. Ambang Lebar

Pelimpahan ambang lebar adalah suatu struktur bangunan air dengan garis-
garis aliran bergerak secara paralel antara satu dengan yang lain. Jadi,
distribusi tekanan hidrostatis dianggap terjadi pada suatu tampang kedali.
Untuk mendapatkan kondisi ini, panjang mercu pelipah searah aliran L,
dibatasi oleh tinggi energi total, H di bagian hulu mercu.

Pelimpahan ini dipakai alat ukur debit standar dan besarnya debit Q dapat
ditentukan dengan persamaan :

Q = 1,705. Cd. B. H1,5

Keterangan :

Q = Debit Air (m3/s)

Cd = Koefisien debit

B = Lebar pelimpah (m)

H = Tinggi air di atas mercu ambang (m)

6.4.2. Ambang Tipis

Pelimpah ambang tipis adalah struktur bangunan air dengan panjang


mercu searah aliran sama dengan atau lebih kecil dari dua milimeter.
Umumnya, bangunan ini dipakai untuk mengukur debit (Q). Debit (Q)
dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

2
Q = Cd3 √2g BH1,5

Keterangan :
Q = Debit Air (m3/s)
Cd = Koefisien debit
B = Lebar pelimpah (m)
H = Tinggi air di atas mercu ambang (m)

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

Persamaan debit aliran air sebagai berikut :


𝑣
Q= 𝑡

Keterangan :

Q = Debit Air (m3/s)

V = Volume air (m3)

T = Waktu pengukuran (s)

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.5. Prosedur Percobaan

6.5.1. Percobaan Aliran di Atas Pelimpah Ambang Lebar

Adapun langkah-langkah percobaan yang telah kami lakukan yaitu sebagai


berikut:
a. Menempatkan pelimpah pada saluran terbuka multiguna yang ada di
atas dasar saluran dan pastikan ambang lebar tertempatkan dengan baik
di atas dasar saluran.

Gambar 6.5.1.1. Menempatkan Pelimpah Ambang Lebar.


b. Menghidupkan pompa dan memutar katup pengatur sehingga air
melimpah diatas ambang.

Gambar 6.5.1.2.Memutar Katup.


c. Setelah kondisi aliran stabil, ukur dan catat besarnya debit (Q)
menggunakan stopwatch dan gelas ukur, dengan H untuk setiap
pertambahan tinggi muka air kira-kira 10 mm menggunakan meteran
taraf. Catat pula nilai du dan dc

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

.
Gambar 6.5.1.3.1. Mengukur Debit Aliran.

Gambar 6.5.1.3.2. Mengukur Tinggi Muka Air.

Gambar 6.5.1.3.3. Mengukur Tinggi du

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

Gambar 6.5.1.3.4. Mengukur Tinggi dc


d. Menghentikan aliran air dengan cara memutar katup.

Gambar 6.5.1.4. Memutar Katup


6.5.2. Percobaan Aliran di Atas Pelimpah Ambang Tipis

Adapun langkah-langkah percobaan yang telah kami lakukan yaitu sebagai


berikut:
a. Menempatkan pelimpah ambang tipis pada saluran terbuka multiguna
yang ada di dasar saluran dan pastikan pelimpah ambang tipis
ditempatkan dengan baik di dasar saluran.

Gambar 6.5.2.1. Menempatkan Pelimpah Ambang Tipis.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

b. Menghidupkan pompa dan memutar katup pengatur sehingga air


melimpah di atas ambang.

Gambar 6.5.2.2. Memutar Katup.


c. Setelah kondisi aliran stabil, ukur nilai muka air untuk setiap
pertambahan tinggi muka air dengan meteran taraf

Gambar 6.5.2.3.1. Mengukur Tinggi H.


Untuk menentukan nilai debit (Q), catat waktu dengan menggunakan
stopwatch dengan gelas ukur.

Gambar 6.5.2.3.2. Mengukur Debit Aliran.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

d. Menghentikan aliran air dengan cara memutar katup.

Gambar 6.5.2.4. Memutar Katup

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.6. Data Hasil Percobaan

a. Ambang Lebar

𝐻
Tabel 6.7.1.Hubungan dan Cd
𝐿
No H/L Cd
1 0,14 0,964
2 0,18 1,194
3 0,22 1,581
4 0,29 1.293

H/L vs Cd
1.8
0.22 ; 1.581
1.6

1.4
0.18 ; 1.194
1.2 0.29 ; 1.293
1
Cd

0.8 0.14 ; 0.964

0.6

0.4

0.2

0
0.14 0.18 0.22 0.29
H/L
𝐻
Grafik 6.7.1. Hubungan dan Cd
𝐿

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

2
Tabel 6.7.2.Hubungan H dan𝑄 3
2
No H 𝑄3
1 0,014 0,003
2 0,018 0,004
3 0,022 0,005
4 0,029 0,007

H vs Q2/3
0.0008
0.029 ; 0.0007
0.0007

0.0006

0.0005
0.018 ; 0.0004 0.022 ; 0.0005
Q2/3

0.0004

0.0003
0.014 ; 0.0003
0.0002

0.0001

0
0.014 0.018 0.022 0.029
H(m)
2
Grafik 6.7.2. Hubungan H dan 𝑄 3

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

Tabel 6.7.3.Hubungan Log Q dan Log H


No Log Q Log H
1 -3,866 -1,854
2 -3,609 -1,745
3 -3,264 -1,658
4 -3,264 -1,358

Log H vs Log Q
-2.9
-3 -1.854 -1.745 -1.658 1.358

-3.1
-3.2 -1.358 ; -3.264
-3.3 -1.658 ; -3.357
Log Q

-3.4
-3.5
-1.745 ; -3.609
-3.6
-3.7
-3.8
-3.9 -1.854 ; -3.866
-4

Log H
Grafik 6.7.3. Hubungan Log Q terhadap Log H

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

b. Ambang Tipis

Tabel 6.7.4.Hubungan dan Cd


No H Cd
1 0,033 0,117
2 0,038 0,234
3 0,051 0,317
4 0,053 0,310

H vs Cd
0.35
0.51 ; 0.317
0.3
0.53; 0.31
0.25 0.38 ; 0.234

0.2
Cd

0.15

0.1 0.033 ; 0.117

0.05

0
0.33 0.38 0.51 0.53
H(m)
Grafik 6.7.4. Hubungan H terhadap Cd

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

Tabel 6.7.5.Hubungan H danQ


No H Q
1 0,033 0,0001
2 0,038 0,0003
3 0,051 0,0005
4 0,053 0,0006

H vs Q
0.0007
0.053 ; 0.0006
0.0006
0.051 ; 0.0005
0.0005

0.0004
Q

0.038 ; 0.0003
0.0003

0.0002

0.0001
0.033 ; 0.0001
0
0.033 0.038 0.051 0.053
H(m)
Grafik 6.7.5. Hubungan H terhadap Q

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

Tabel 6.7.6.Hubungan Log Q dan Log H


No Log Q Log H
1 -3,983 -1,481
2 -3,592 -1,420
3 -3,293 -1,292
4 -3,253 -1,276

Log H vs Log Q
0
-1.481 -1.42 -1.292 1.358
-0.5

-1
1.358 ; -1.481
-1.5

-2
Log Q

-2.5

-3
-1.420 ; -3.592
-3.5
-1.292 ; -3.293
-4
-1.481 ; -3.983
-4.5

Log H
Grafik 6.7.6. Hubungan Log Q dan Log H

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

4.7 Perhitungan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.9. Analisis

6.9.1. Profil Aliran

Pada grafik di atas, dapat dilihat profil aliran air pada ambang lebar
dan ambang tipis. Pada grafik terlihat aliran pada keadaan loncat
akan mengalami kenaikan ketinggian setelah jatuh dari ambang.
Hal ini karena pada saat jatuh dari ambang, energi aliran menurun,
dan energi potensial yang hilang tersebut digantikan dengan energi
kinetik. Namun, setelah jatuh dari ambang, aliran air tersebut
mengembalikan energi potensialnya dengan merubah energi kinetik
yang ada, sehingga tinggi muka air bertambah.

6.9.2. H/L vs Cd pada Ambang Lebar

Dari grafik H/L vs Cd diatas dapat kita analisis bahwa semakin


besar nilai H/L maka akan menghasilkan nilai Cd yang semakin
besar pula. Nqamun dalam percobaan ke-4 yang kami lakukan,nilai
Cd mengalami penurunan. Praktikan mungkin kurang teliti dalam
melakukan percobaan. Seharusnya jika nilai H semakin tinggi
maka akan menghasilkan debit yang semakin besar juga. Nilai H
yang selalu positif menunjukkan bahwa H selalu lebih tinggi
daripada tinggi ambang. Nilai Cd atau koefisien debit jika nilai
debit yang dialirkan itu besar maka akan nilai yang lebih besar juga
dikarenakan secara teori nilai H yang dimasukkan akan lebih besar
jika debit yang dialirkan besar juga.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.9.3. H vs Q2/3 pada ambang lebar

Dari grafik di atas dapat dianalisis hubungan antara tinggi muka air
ambang (H), baik pada ambang tipis maupun ambang lebar,
dengan debit air yang mengalir (Q2/3). Hubungan antara H dan Q2/3
adalah berbanding lurus, dimana nilai Q2/3 akan bertambah ketika
nilai H bertambah. Hal ini sesuai dengan persamaan Q = Cd.b.H,
yaitu dimana semakin besar nilai Q2/3 maka semakin besar besar
juga nilai H. Hal ini disebabkan karena ketika nilai Q2/3 besar, air
yang mengalir diambang akan deras dan menyebabkan volume di
hulu meningkat, sehingga air di hulu akan cepat naik dan
menyebabkan ketinggian air di hulu menjadi semakin besar juga.

6.8.4. Log Q vs Log H pada ambang lebar


Dari grafik dapat dianalisisjika Log Q terhadap Log H jika nilai
Q(debit) yang dimasukkan besar maka nilai Log H akan semakin
besar juga.

6.8.5. H vs Cd pada ambang tipis


Pada grafik dapat dilihat hubungan antara perbandingan tinggi muka
air di hulu terhadap tinggi rata-rata muka air (H) dan perbandingan
koefisien alir terhadap koefisien alir rata-rata (Cd). Idealnya nilai Cd
pada grafik mendekati nilai satu. Hal ini dikarenakan nilai Cd sebagai
nilai rata-rata C, maka Cd akan sama dengan nilai C. Pada grafik,
nilai Cd cukup jauh mendekati satu. Hal ini disebabkan terdapat
pengaruh dari ketidakpresisian pengukuran manometer maupun nilai
H.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.8.6. H vs Q
Dari grafik dapat dilihat hubungan antara tinggi muka air yang
mengalir dengan debit yang dialirkan. Dapat dianalisis jika semakin
besar nilai debit yang dialirkan maka akan semakin tinggi rata-rata
muka air juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena nilai H
sangat berpengaruh jika debit yang dialirkan besar. Hubungan Q dan
H dinyatakan dengan rumus empiris Q = K + Hn.

6.8.7. Log H vs Log Q pada ambang lebar


Dari grafik diatas dapat dianalisis jika nilai H yang dimasukkan maka
nilai Q pun akan semakin besar. Akan tetapi baik nilai log H maupun
nilai log Q jika dijumlahkan nilainya akan minus, hal ini disebabkan
karena nilai log yang dimasukkan <1.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.10. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:
a. Dari grafik hubungan antara Q dan H dapat dilihat bahwa semakin besar
nilai Q maka nilai H akan semakin besar pula. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, semakin besar debit aliran air akan semakin besar
pula ketinggiannya.
b.Dari grafik hubungan antara Cd dan H dapat dilihat bahwa semakin
besar Cd akan semakin kecil nilai H. Dimana, seharusnya semakin
besar nilai ketinggian air maka akan semakin besar pula nilai koefisien
debitnya.
c. Pengaplikasian percobaan ini yaitu pada bangunan-bangunan air seperti
bendungan, saluran irigasi, dan drainase.

6.11. Saran

Adapun saran dari praktikum kali ini yaitu:


a. Praktikan diharapkan datang 15 menit sebelum pratikum dimulai untuk
mempersiapkan diri dan alat-alat pratikum.
b. Praktikan pada saat pratikum harus sangat serius dan tidak boleh main-
main karena akan mempengaruhi angka yang didapatkan.
c. Praktikan diharapkan menguasai istilah-istilah maupun rumus dari
mencari tinggi metasentrik.
d. Praktikan diharapkan agar melakukan pembacaan data secara teliti.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 10

6.12. Daftar Pustaka

Tim Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air. 2015. Panduan Pratikum


Mekanika Fluida dan Hidraulika SI-2131. Bandung: ITB
Tim Penyusun. 2018. Panduan Pratikum Mekanika Fluida dan Hidrolika
(Mahasiswa Institut Teknologi Sumatera). Bandar Lampung: Unila
Rasyid, M. Arkan. 2017. Laporan Pratikum SI-2131R Mekanika Fluida
dan Hidraulika. Lampung Selatan: ITERA

Laporan Praktikum Mekanika Fluida

Você também pode gostar