Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
7. Penilaian Klinik
Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan diagnosis serta ada tidaknya
komplikasi.
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi :
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat kehamilan sekarang (utamanya HPHT)
Riwayat obstetrik lalu
Riwayat penyakit
Riwayat sosial ekonomi
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik umum
Kesan umum : Compesmentis, tampak sakit
Pemeriksaan : TD, nadi, pernapasan, suhu, TB, BB,
dan hal lain
2) Pemeriksaan khusus obstetri
Inspeksi
TFU
Palapsi
- Menurut kneble
- Menurut leopold
- Menurut Buddin
- Menurut Ahfeld
Perkusi
- Meteorisme
- Tanda cairan bebas
Auskultasi
- Bising usus
- DJJ
Pemeriksaan dalam
3) Pemeriksaan laboratorium
- Laboratorium rutin; darah lengkap, urine lengkap, test
kehamilan
- Laboratorium khusus
8. Diagnosis
Gambaran kehamilan normal :
- Ibu sehat
- Tidak ada riwayat obstetrik buruk
- Ukuran uterus sama / sesuai usia kehamilan
- Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal
9. Asuhan antenatal
- Sapa ibu (dan juga keluarganya) dan membuatnya merasa nyaman
- Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dengan mendengarkan dengan
teliti apa yang akan diceritakan ibu
- Melakukan pemeriksaan fisik
- Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
menilai apakah kehamilanya normal.
TD dibawah 140/90 mmHg
Oedema hanya ada ekstrimitas
Bertambahnya BB minimal 8 Kg elama kehamilan
TFU dalam m atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan UK
DJJ 120-160 denyut / menit
Gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
- Mendiskusikan dengan ibu dan keluarga mengenai rencana dan
persiapan persalinan
- Memberikan konseling
Gizi; peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari,
mengkonsumsi makanan, yang mengandung protein, zat besi,
minum cukup cairan (menu seimbang).
Latihan; normal tidak berlebih jika istrahat lelah
Perubahan fisiologi; tambah BB, perubahan payudara, tingkat
tenaga bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan
atau varices, hubungan suami istri boleh dilajutkan selama
kehamilan (dianjurkan memakai kondom)
Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ibu
mendapati tanda-tanda bahaya ;
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala berlebihan
Gangguan penglihatan
Pembengkakan pada wajah / tangan
Nyeri abdomen (epigastrik)
Janin tidak bergerak sebanyak biasa
Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman
Personal hygiene
Menjelaskan cara perawatan payudara terutama pada ibu yang
mempunyai putting susu rata atau masuk ke dalam
Memberikan zat besi mulai 90 hari mulai minggu ke 20
Memberikan imunisasi TT 0,5 %
Menjadwalkan kunjungan berikutnya
Mendokumentasikan kunjungan tersebut.
f) Penilaian Klinik
a). Anamnesis
1) Riwayat Ibu
- Nama, Umur
- Tanggal dan tempat lahir
- Penolong
- Jenis Persalinan
- Masalah-masalah selama persalinan
- Nyeri
- Menyusui atau tidak
- Keluhan-keluhan saat ini
Misalnya :
Kesedihan/depresi
Pengeluaran pervaginam/perdarahan/lokhia
Putting/Payudara
- Rencana masa datang ; kontrasepsi yang akan digunakan
2) Riwayat Sosial Ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap bayi
- Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah
- Para pembuat keputusan diruangan
- Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat
- Kepercayaan dan adat istiadat
3) Riwayat Bayi
- Menyusui
- Keadaan tali pusat
- Vaksinasi
- Buang air kecil/besar
b). Pemeriksaan Kondisi Ibu
1) Umum
Suhu Tubuh
Denyut Nadi
Tekanan Darah
Tanda-tanda Anemia
Tanda-tanda Odema/Tromboflebitis
Refleks
Varises
Cuat (Cortial Variabel area tenderness)
Payudara
Putting susu ; pecah, pendek, rata
Nyeri tekan
Abses
Pembengkakan/ASI terhenti
Pengeluaran ASI
Perut/Uterus
Posisi uterus/tinggi fundus uteri
Kontraksi uterus
Ukuran kandung kemih
Vulva/Perineum
Pengeluaran Lokhia
Penjahitan laserasi atau luka episiotomi
Pembengkakan
Luka
Hemoroid
g) Penanganan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu yaitu :
a). Kebersihan diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan
kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiapkali selesai buang
air kecil atau besar.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah matahari atau
disetrika.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b). Istirahat
- Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan
- Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
bisa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur.
- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
c). Latihan
- Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
- Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu, seperti :
Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik
otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan
angkat dagu kedada; tahan satu hitungan sampai 5 rileks
dan ulangi 10 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
- Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap kali gerakan
setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak
30 kali.
d). Gizi
Ibu menyusui harus :
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui Asinya.
e). Perawatan payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering
- Menggunakan BH yang menyokong payudara
- Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu pada setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatka selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4 - 6 jam.
Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan:
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama – lamanya 5 menit.
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan
sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
Payudara dikeringkan
f). Hubungan Perkawinan/Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memili hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, begitu darah merah
berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja,
ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan keputusan
tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g). Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas
kesehatan dapat membatu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh
karena itu, metoda amenore laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kali untuk mencegah terjadinya kehamilan
baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metoda KB mengandung Risiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila
ibu sudah haid lagi.
Sebelum menggunakan metoda KB, hal-hal berikut
sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu.
Bagaimana metoda ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya.
Kelebihan/Keuntungannya
Kekurangannya
Efek samping
Bagaimana menggunakan metoda ini
Kapan metoda ini dapat mulai digunakan untuk wanita
pasca salin yang menyusui.
Jika seorang ibu/pasangan telah memilih KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu
untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh
ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metoda tersebut
bekerja dengan baik.
Dengan perkembangan paru-paru mengakibatkan tekanan O2
meningkat dan tekanan CO2 menurun, hal ini
mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah dari
arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosis
menutup.
Dengan mencuitnya arteri dan vena umbilikalis kemudian
tali pusat di potong. Aliran darah dari plasenta melalui vena
cava inferior dan voramen ovale terhenti. Sirkulasi janin
sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar
badan ibu.
Perubahan alat-alat pencernaan hati ginjal dan alat lainnya
mulai berfungsi.
Langkah-langkah Proses Persalinan
Bila terdapat lipatan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran
paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan
perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan
potong tali pusat di antara dua klem tersebut.
23. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin
bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan
ke empat jari pada bahu dan dada / punggung janin, sementara tangan kiri
memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke arah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong. nilai bayi,
kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah
dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang
memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.
Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem diantara kedua 2
cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem
Bila bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru lahir
29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus
bayi hingga kepala
30. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
32. Memberi tahu ibu akan disuntik
33. Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar paha
kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain
kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva
36. Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan
kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial
Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu
37. Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah
panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta ibu untuk meneran
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke
atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
38. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian
maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang
menimbulkan perdarahan aktif
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam,
pastikan kontraksi uterus baik
43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5
%, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan dengan air
yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya
44. Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati
45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya
46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi
larutan klorin 0, 5%
47. Membungkus kembali bayi
48. Berikan bayi pada ibu untuk disusui
49. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu.
50. Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki kontraksi
baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
52. Memeriksa nadi ibu
53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
54. Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di
sediakan
55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan
pakaiannya dengan pakaian bersih/kering
56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.
Berikut empat fase (kala) persalinan normal:
* Kala 1
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1
terdapat dua fase yaitu :
1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar
delapan jam.
2. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama 20-
30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit,
dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah,
lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum
pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai ketuban pecah dini.
* Kala 2
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan waktu
sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm hingga
bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan,
dengan kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot
dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam
rahim.
* Kala 3
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim.
Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta. Pada
tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim
terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan
membutuhkan bantuan tambahan.
* Kala 4
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk
mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan
tidak boleh ada pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu
harus dirawat dengan baik dan tidak boleh ada gumpalan darah.