Você está na página 1de 22

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari
dimana semua orang dapat beraktivitas tanpa ada gangguan atau hambatan. Menurut
Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa kesehatan merupakan
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan ketentraman hidup maka
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Apabila tujuan tersebut tidak
dapat tercapai maka akan menjadi sebuah masalah keseahatan.
Masalah kesehatan yang sering paling sering dijumpai oleh setiap orang
adalah penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular dapat berupa
HIV/AIDS, TB Paru, Hepatitis dan penyikit menular seks lainnya. Sedangkan
penyakit tidak menular dapat berupa hipertensi, diabetes melitus, asam urat, dan lain-
lain. Selain itu, soft tissue tumor juga menjadi salah satu penyakit yang perlu
perhatian khusus dalam melakukan prosedur pengobatannya.
Jaringan lunak merupakan jaringan yang menghubungkan, menyokong atau
mengelilingi struktur dan organ tubuh. Jaringan lunak termasuk otot, tendon,
ligamentum, fascia, saraf perifer, jaringan serabut, lemak dan pembuluh darah. Tumor
jaringan lunak atau soft tissue tumor dapat bersifat jinak atau ganas dan berbagai lesi
borderline. Sebagian besar tumor jaringan lunak muncul tanpa ada seabbnya,
meskipun radiasi, luka bakar, atau paparan racun terlibat. Tumor jairngan lunak dapat
muncul lokasi manapun,meskipun 405 terjadi pada ekstremitas bawah terutama
femur.
Kejadian atau insiden pada umumnya meningkat dengan bertambahnya usia,
walaupun 15 % muncul pada anak-anak. sarkoma tertentu kadang muncul dalam
kelompok usia tertentu misalnya rabdomiosarkoma pada anak-anak, sarkoma sinovial
pada dewasa muda, dan liposarkoma, histiocytoma fibrosa malignan pada masa
dewasa. Oleh karena itu, soft tissue tumor dapat terjadi pada semua kalangan baik
anak-anak, dewasa maupun lanjut usia. Kasus tumor jaringan lunak ini perlu perlu
diperhatikan dalam penangananya dengan baik.
Soft tissue tumor merupakan suatu benjolan atau massa yang tidak normal dan
dapat tumbuh disegala tempat. Pada kondisi tertentu soft tissue tumor ini dapat
membesar dan ada yang tidak membesar. Soft tissue tumor atau tumor jaringan lunak
terdiri dari banyak jenis tumor, misal lipoma, fibroma, dan beberapa lagi yang
berkembang menjadi tumor. Selama tumor ini termasuk ke dalam jenis tumor jinak
seharusnya dapat ditangani dengan baik dan tidak mengkhawatirkan. Prognosis pada
pasien dengan tumor jaringan lunak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe
histologi tumor, derajat deferensiasinya dan luas anatomi yang dinyatakan dalam
stadium. Kasus ini perlu adanya proses asuhan yang baik demi meningkatkan derajat
kesehatannya.
Asuhan yang diberikan kepada pasien dengan tumor jaringan lunak dapat
berupa pengkajian/ anamnesa, perumusan diagnosa melalui analisa data, intervensi
tindakan, implementasi dan evaluasi. Intervensi yang diberikan dapat berupa mandiri
dan kolaborasi. Tindakan mandiri yang diberikan biasanya pengurangan nyeri dengan
latihan nafas dalam, relaksasi distraksi dan mengalihkan ke sesuatu yang diminati.
Sedangkan tindakan kolaboratif dapat berupa rontgen, bioppsi dan pembedahan.
Dalam pembedahan tetap dilakukan pengkajian sampai dengan evaluasi berdasarkan
kondisi yang dialami pasien. Dalam proses pembedahan perlu dilakukan persiapan
yang matang agar tidak terjadi kesalah pembedahan mulai dari pre op, intra op dan
post op.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan suatu masalah yaitu bagaimanakah melakukan asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien STT Supraclavicula Sinistra.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini hanya akan membahas terkait asuhan keperawatan perioperatif
dengan kasus STT Supraclavicula Sinistra.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu mampu melaksanakan asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien dengan STT Supraclavicula Sinistra.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien STT
Supraclavicula Sinistra
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pre, Intra dan Post operasi.
c. Mempu membuat tindakan keperawatan pada pasien dengan STT
Supraclavicula Sinistra pada Pre, Intra dan Post.
d. Mampu melaksanakan persiapan-persiapan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien STT Supraclavicula Sinistra.
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya tugas makalah ini diharapkan dapat membandingkan antara teori
yang didapatkan saat perkuliahan dengan kasus secara nyata dilapangan terkait
pelaksaan atau perawatan pada pasien khususnya kasus STT Supraclavicula
sinistra.
2. Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah
sakit tentang asuhan keperawatan perioperatif pada pasien STT Supraclavicula
sinistra dan membantu mendukung pelayanan tindakan oerasi yang optimal.
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan bagi mahasiswa lain terkait dengan
asuhan keperawatan perioperatif pada pasien STT Supraclavicula sinistra.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Muskuloskeletal merupakan suatu sistem yang menjelaskan tentang otot, tendon,
rangka, tulang dan sendi. Muskuloskeletal terdiri dari 2 kata yaitu muskulo dan
skeletal. Skeletal merupakan ranngkaian tulang yang mendukung dan melindungi
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga dapat
menjadi alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan yang berkaitan dengan
otot-otot kerangka. Berikut pembagian skeletal : Bagian axila :
1. Bagian kepala
1 tulang kepala belakang (occipital), 2 tulang ubun-ubun (pariental), 1 tulang
dahi (frontal), 2 tulang pelipis (temporal), 2 tulang tapis (ethmoid), 2 tulang
speniodal (sphenoidal).
2. Tulang wajah
1 tulang rahang atas (maxila), 2 tulang rahang bawah (mandibulla), 2 tulang
pipi (zygomatic), 2 tulang hidung (nasale), 2 tulang langit-langit (pallatum), 1
tulang lidah (hyoidium), 2 tulang air mata (lacrimale), 1 tulang rongga mata
(orbitale).
3. Tulang dada
Tulang hulu (manubrium sterni), tulang badan (corpus sterni), taju pedang
(proccesus xypoideius).
4. Tulang rusuk
7 pasang tulang rusuk sejati (costa vera), 3 pasang tulang rusuk palsu (costa
sporia), 2 pasang tulang rusuk melayang (costa fluctuantes).
5. Tulang gelang bahu
2 tulang belikat (scavula) dan 2 tulang selangka (clavicula)
6. Tulang gelang panggul
2 tulang duduk (ichium), 2 tulang kemaluan (pubis), 2 tulang panggul (illium).
7. Tulang belakang
7 ruas tulang leher (vertebra servikal), 12 ruas tulang punggung (vertebra
thorakalis), 5 ruas tulang pinggang (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang
kelangkang (vertebra cacrum), 4 ruas tulang ekor (vertebra corcigious).
Bagian Appendikular
1. Alat gerak bagian atas
Tulang belikat (skapula), tulang selangka (clavicula), tulang lengan atas
(humerus), tulang hasta (ulna), tulang lengan bawah (radius), tulang pangkal
tangan (carpal), tulang telapak tangan (metacarpal), 8 ruas tulang jari tangan
(phalanges).
2. Alat gerak bagian bawah
2 tulang paha (femur), 2 tulang kering (tibia), 2 tulang betis (fibula), 2 tulang
tumit (calcaneus), 2 tulang tempurung lutut (patella), 14 tulang pergelangan
kaki (tarsal), 10 tulang telapal kaki (meta tarsal), 10 tulang jari kaki (phalanges
pedis), 28 ruas tulang jari kaki (digiti phalanges pedis).
Struktur Tulang
1. Periosteum
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang dinamakan
periosteum. Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang
merupakan sel pembentuk tulang.
2. Osteon
Yaitu unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat
kapiler, disekelilingi kapiler tersebut merupakan matrik tulang yang
dinamakan lamela.
3. Lamela
Adalah lapisan-lapisan tulang tipis didalamnya terdapat osteosit yang
memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut dalam kanakuli yang
halus.
4. Canaliculi
Tulang yang dilintasi oleh saluran longitudinal yang disebut canalis havers
yang saling beranastomose dengan hubungan yang transversal dari permukaan
peristeum ke endosteum yang disebut sebagai canalis volkman.
5. Kanal volkman
Pembuluh peristeum mengangkat darah ke tulang kompak melalui kanal
volkman yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus
peristeum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang kecil)
arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang.
6. Endosteum
Membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan
rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum.
7. Trabekulae (batang) tulang
Trabekulae terlihat seperti spons tapi kuat sehingga disebut tulang spon yang
didalamnya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah.
Muskuler/ otot
Jaringan otot merupakan salah satu dari 4 jenis jaringan primer terutama
terdiri dari sel otot yang khusus untuk berkontraksi. Ada tiga jenis jaringan otot yaitu
otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot rangka yaitu berfungsi untuk
menggerakkan anggota tubuh. Selain itu fungsi dari otot ini yaitu menghasilkan
gerakan otot, mempertahankan postur dan posisi tubuh terhadap gaya gravitasi,
menjaga panas tubuh dan mengatur gerak pada tulang dan sebagai alat gerak aktif.
Otot polos ditemukan di dinding saluran dan organ berongga seperti kandung
kemih dan uterus serta pada dinding tuba yang terdapat pada sistem respiratorik,
pencernaan, reproduksi, urinarius dan sirkulasi darah. Otot polos ini berfungsi sebagai
membantu dalam pencernaan makanan dan juga memaksa makanan dari satu organ ke
organ lain dalam sistem pencernaan, mengatur kontraksi dari kerja organ pencernaan,
pernafasan, reproduksi, serta organ-organ lainnya kecuali jantung.
Otot jantung hanya terdapat dalam jantung secara struktural dan fungsional
memiliki kesamaan dengan otot rangka dan otot polos unit tunggal seperti otot
rangka, otot jantung memperlihatkan serat lintang karena filament tebal dan tipisnya
tersusun sangat teratur menjadi pola pita yang reguler. Otot jantung memiliki fungsi
yaitu mengatur fungsi jantung, memompa darah keluar dari serambi dan bilik ke
pembuluh darah kiri /tubuh/sistemik dan kanan/ paru-paru, memeras darah keluar dari
jantung untuk pasokan ke paru-paru atau ke bagian tubuh lainnya dan menyimpan
energi dalam bentuk kratin fosfat.
B. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) merupakan benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non neoplasma (Smeltzer & Bare, 2013).
Soft Tissue Tumor (STT) merupakan pertumbuhan sel baru, abnormal, dan progresif,
dimana sel-selnya tidak seperti kanker (Price & Wilson, 2012).
Berdasarkan kedua pengertian dapat disimpulkan bahwa Soft Tissue Tumor
merupakan suatu benjolan atau pertumbuhan sel baru yang abnormal didalam tubuh
seseorang namun tidak seperti kanker.
C. Tanda dan gejala
Tanda gejala pada soft tissue tumor tidak spesifik, tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Soft tissue tumor timbul berawal dari adanya benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Setiap pasien memiliki respon yang berbeda
kadang merasakan sedikit sakit akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor. Selain
itu dapat juga disebabkan karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Soft tissue tumor biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila di raba terasa
lunak dan bila tumor digerakkan relatif masih mudah digerakkan dari jaringan
disekitarnya dan tidak pernah menyebar ketempat jauh. Pada tahap awal biasanya soft
tissue tumor tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis,
tumor atau benjolan tersebut dapat tumbuh besar, mendorong jaringan normal.
Kadang gejala pertama yang diderita oleh penderita biasanya nyeri atau bengkak.
D. Patofisiologi
Pada umumnya soft tissue tumor merupakan proliferasi jaringan mesenkimal yang
terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. STT dapat timbul dimana saja,
meskipun kira-kira 40 % terjadi diekstremitas bawah, khususnya pada daerah paha, 20
% di ekstremitas atas, 10 % di kepala dan leher dan 30 % di tubuh. Soft tissue tumor
tumbuh centripetally meskipun beberapa tumor jinak seperti serabut luka. Setelah
tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati
batas sampai ke struktur neurovaskuler. Soft tissue tumor timbul pada lokasi seperti
lekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari mayoritas tumor ganas dapat dibagi menjadi
4 fase yaitu : perubahan ganas pada sel-sel target atau disebut sebagai transformasi,
pertumbuhan dari sel-sel transformasi, invasi lokal dan metastasih jauh.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan X Ray
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu memahami lebih lanjut tentang
berbagai tumor jaringan lunak, trasnparansi serta hubungannya dengan tulang
yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor
ganasjaringan lunak, situasi ini terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarkoma
dan lain-lain.
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan
amplop dan tumor jaringa internal. Selain itu, dapat pula membedakan antara
tumor jinak atau ganas. Tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas,
gema samar-samar seperti sarkoma otot lurik, myosarkoma sinovial, sel tumor
ganas berserat histiocytoma.
3. CT Scan
CT Scan memiliki ketepatan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak
yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua
jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke
pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor
tulang atau invasi sumsum tulang adalah untuk mendasarkan pengembangan
rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologi
a. Sitologi dilakukan dengan sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis
yang akurat. Sitologi dapat dioptimalkan melalui ulserasi tumor jaringan
lunak, pap smear atau metode pengumpulan untuk mendapatkan sel,
pemeriksaan mikroskopik, sarkoma jaringan lunak yang disebabkan efusi
pleura, hanya untuk mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi
sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear, dan tusukan smear cocok untuk
tumor yang lebih besar dan tumor yang mendalam yang ditujukan untuk
radioterapi atau kemoterapi, metastasis dan resi rekuren yang berlaku.
b. Forsep biopsi dilakukan pada jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear
tidak dapat di diagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsi dilakukan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi dilakukan untuk tumor kecil jaringan lunak bersama dengan
bagian dari jaringan normal disekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
F. Terapi
1. Pembedahan
Cara ini akan sangat berisiko akan tetapi para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel-sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Di era seperti sekarang sebagian besar
penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara
kemoterapi ini.
3. Terapi radiasi
Terapi yang dengan menggunakan radiasi yang bersumber dari radioaktif. Kadang
radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan
dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
4. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan melihat kebersihan luka pada pasien,
perawatan luka pada pasien, pemberian obat, amati yang terjadi pada pasien
terkait komplikasi atau kejadian potensial pasca operasi.
G. Fokus pengkajian
1. Biodata pasien meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan utama yang dirasakan pasien saat dikaji.
3. Riwayat penyakit sekarang merupakan penyakit yang menyertainya pada pasien
saat dilakukan pengkajian atau dari awal masuk RS sampai dilakukan asuhan
keperawatan.
4. Riwayat penyakit dahulu meliputi adakah penyakit yang menyertainya berkaitan
dengan riwayat penyakit sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga meliputi riwayat penyakit keluarga yang diderita oleh
pasien.
6. Pemeriksaan fisik head to toe dilakukan supaya mengetahui letak benjolan yang
dirasakan oleh pasien.
H. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan STT berdasarkan diagnosa yang
ditegakkan oleh perawat meliputi perioperatif. Diagnosa yang muncul pada STT yaitu
:
1. Kecemasan
a. Kaji tingkat kecemasan
b. Orientasikan dengan tim anastesi/bedah
c. Jelaskan jenis prosedur tindakan pembedahan
d. Beri dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan
e. Dampingi pasien untuk mengurangi rasa cemas
f. Ajarkan teknik relaksasi
2. Resiko infeksi area pembedahan
Kontrol infeksi : Intraoperatif
a. Monitor dan jaga suhu ruangan antara 20 dan 24 derajat.
b. Monitor dan jaga kelembapan relatif antara 20% dan 60%.
c. Monitor teknik isolasi yang sesuai
d. Pisahkan alat-alat yang steril dan non steril
e. Buka persediaan peralatan steril dengan menggunakan teknik aseptik
f. Lakukan tindakan pencegahan universal
g. Oleskan salep antimikroba pada lokasi pembedahan sesuai kebijakan
h. Monitor area yang steril untuk menghilangkan kesterilan dan penentuan
waktu istirahat yang benar sesaui indikator.
3. Risiko infeksi
Kontrol Infeksi
a. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarka pasien mengenai cuci tangan
d. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
e. Pakai sarung tangan steril ketika akan melakukan perawatan luka
f. Lakukan perawatan luka
g. Dorong intake pasien
h. Jaga lingkungan aseptik

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari : Kamis
Tanggal : 15 November 2018
Tempat : Instalasi Bedah Sentral
Jam : 13.20 WIB
Metode : Exisi
Sumber : Bangsal
Oleh : .....
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 22 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukoharjo, Wonosobo
Pekerjaan : Buruh
Status : Lajang
Diagnosa : STT Supraclavicula
No. RM :-
Tgl masuk : 14 November 2018
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 42 Tahun
Alamat : Sukoharjo, Wonosobo
Hubungan dengan pasien : Ayah
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ada benjolan di supraclavicula sinistra
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk ke IBS pada pukul 12.00 WIB dengan keluhan ada benjolan
di bagian supraclavicula sinistra. Pasien tidak merasakan nyeri, nyeri
tekan tidak ada. Saat dibangsal pasien sudah mengenakan pakaian Operasi
dan sudah dipuasakan sejak pukul 06.00 WIB. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital TD : 120/80, S : 37,2, N : 78, RR : 20. Pasien terpasang infus
RL 500 ml 20 tpm, pasien sudah dilakukan injeksi Intra Cutan dengan
hasil tidak ada riwayat alergi obat-obatan.
c. Riwayat dahulu
Pasien mengeluh ada benjolan di supraclavicula sinistra sejak 5 tahun
yang lalu, semakin lama benjolan tersebut semakin bertambah. Hingga
saat ini benjolan sudah sebesar buah mangga.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien.
4. Pola Fungsional Virginia Henderson
a. Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa
bantuan alat.
Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa
menggunakan alat. RR : 20 x/mnt.
b. Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk
seadanya, porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air
putih dan kopi.
Saat dikaji : pasien mengatakan makan seperti biasanya 3 x/hr dengan
lauk pauk sesuai dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien
dipuasakan sejak pukul 06.00 WIB pada tanggal 15 November 2018. Porsi
habis dan minum 4-6 gelas perhari dengan air putih.
c. Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5-6 x/hr, dengan warna
kekuningan, berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna
kekuningan, berbau khas.
Saat dikaji : pasien mengatakan BAB tidak pernah, BAK 3-4 kali perhari
dengan warna kuning, berbau khas. Pasien tidak terpasang Down Cateter.
d. Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan
orang lain, pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya berkurang sejak dirawat di
Rumah sakit, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga.
e. Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa
gangguan orang lain, sering begadang.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang sering terbangun dengan
suasana rumah sakit yang kurang nyaman.
f. Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya
sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu ketika mengenakan pakaian oleh
keluarganya.
g. Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket
ketika panas mengenakan kaos.
Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika
panas mengenakan kaos biasa. Suhu : 37, 2.
h. Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali
sehari, menggosok gigi 2 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau
keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarga.
i. Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada
dilingkungan rumahnya.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi rumah sakit.
j. Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
berkomunikasi kepada orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
k. Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5
waktu dengan berjamaah, akan tetapi kadang-kadang tidak berjamaah.
Saat dikaji : pasien mengatakan melaksanakan ibadah 5 waktu dengan
dududan tidak berjamaah.
l. Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bekerja sebagai buruh tanpa
ada gangguan.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak dapat bekerja karena sakit yang
diderita.
m. Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan jarang berpergian karena selalu
bekerja.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak pernah berpergian karena sakit yang
menyertainya.
n. Keb. Belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari internet.
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait
penyakitnya dari dokter dan perawat.
5. Kesadaran Umum
Suhu : 37, 2o c
Nadi : 78 x/mnt
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
BB : 54 kg
TB : 166 cm
6. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : CM
Cepalo-Caudal
Kepala : bentuk simetris, tidak ada benjolan, distribusi rambut merata, rambut
berwarna hitam.
Wajah : wajah simetris, tidak ada moonface.
Mata : konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil anisokor.
Telinga : bentuk simetris kanan=kiri, tidak ada penumpukan serumen.
Hidung : bentuk simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada penumpukan
kotoran.
Mulut : bentuk simetris atas dan bawah, bibir kering, gigi bersih, tidak ada
stomatitis.
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada benjolan, reflek
menelan baik.
Jantung : I : Tidak ada jejas, bentuk simetris, P : Tidak ada nyeri tekan, P :
pekak di ICS 2- 4 lapangan paru kanan Sampai ICS ke 2-5 lapangan paru kiri,
A : suara jantung I dan II tidak ada suara tambahan.
Paru : I : bentuk simetris, tidak ada jejas, P : Tidak ada nyeri tekan pada kedua
lapang paru, stemfremitus kanan=kiri, P : sonor pada kedua lapang paru, A :
bunyi nafas vesikuler.
Abdomen : I : Tidak ada jejas, tidak ada benjolan, A : peristaltik usus 12
x/mnt, P : tidak ada nyeri tekan pada semua kuadran, P : suara pekak.
Ekstremitas atas : dapat bergerak bebas, tangan kanan terpasang infus RL 20
tpm.
Ekstremitas bawah : dapat digerakkan bebas ke semua arah.
Kekuatan otot : 44 44
Kulit : turgor kulit kering.
7. Pemeriksaan Penunjang
---
8. Terapi
Pre Medikasi : Infus RL 500 ml 20 tpm, Antibiotik Ceftriaxon
Intra Operasi : Asering 2,
Post Operasi : dextrometropen 2 amp, tutofusin 500 ml, granisetron 1 amp.

B. PRE OPERASI
1. Data Fokus
Subyektif : pasien mengatakan baru pertama kali dilakukan operasi, pasien merasa
takut dan khawatir dengan tindakan yang akan dilakukan.
Obyektif : pasien terlihat gelisah, wajah terlihat tegang, TD : 130/87, N : 80, RR :
22, S : 36,7, pasien dilakukan general anastesi.
2. Analisa data Pre OP

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Kamis, 15 Ds : pasien Ansietas Ancaman pada
November mengatakan takut dan status terkini
2018, pukul khawatir dengan
12.30 tindakan yang akan
dilakukan, pasien
baru pertama kali
dilakukan operasi.
Do : pasien terlihat
gelisah, wajah terlihat
tegang, TD : 130/87,
N : 80, RR :22, S :
36,7.

3. Rumusan diagnosa keperawatan


a. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini
4. Rencana Keperawatan Pre OP

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
berhubungan selama 1 x 1 jam diharapkan kecemasan mengetahui
dengan masalah ansietas dapat teratasi 2. Orientasikan tingkat
ancaman dengan kriteria hasil : dengan tim kecemasan
status terkini Tingkat Kecemasan anastesi/bed yang
Indikator Awal Tujuan ah dialami
Perasaan 3 5 3. Jelaskan oleh pasien
gelisah jenis 2. Untuk
Wajah 3 5 prosedur mengurangi
tegang tindakan rasa
Keringat 3 5 pembedahan khawatir
dingin 4. Beri dan takut
Peningkatan 3 5 dorongan pada pasien
TD pasien untuk dalam
Keterangan : mengungka pelaksanaan
1. Berat pkan proses
2. Cukup berat perasaan pembedaha
3. Sedang 5. Dampingi n.
4. Ringan pasien untuk 3. Untuk
5. Tidak ada mengurangi mengurangi
rasa cemas rasa
6. Ajarkan kecemasan
teknik pasien
relaksasi sehingga
pasien
mengerti
prosedur
yang
nantinya
akan
dilakuakan
4. Untuk
mengurangi
rasa
ketakutan
pada
pasien.
5. Untuk
mengurangi
rasa cemas
dengan
mengajak
obrolan
dengan
keluarga
atau
perawat
6. Untuk
menenangk
an perasaan
pasien
sehingga
tidak ada
rasa takut
dan
khawatir.

5. Pelaksanaan dan evaluasi Pre OP

No. dx Tgl/ jam Implementasi Evaluasi


1 Kamis, 15 November 1. Memberikan S : pasien
2018, pukul 13.00 motivasi kepada mengatakan
pasien dengan memahami apa
memberikan yang dijelaskan
penjelasan oleh perawat.
terkait operasi O : pasien tampak
yang akan rileks, KU : baik,
dilakaukan. wajah sudah
2. Memberikan terlihat ceria.
penjelasan
tentang prosedur S : pasien
tindakan dan mengatakan
pengenalan tim paham apa yang
bedah dan dijelaskan oleh
anestesi. perawat terkait
prosedur tindakan
yang akan
dilakukan.
O : pasien tampak
rileks, pasien
terlihat bingung,
KU : baik, TD :
110/70 mmHg.

C. INTRA OPERASI
1. Data fokus
Pasien dilakukan general anastesi, pasien dilakukan pembedahan di supraclavicula
sinistra, TD : 118/70, N : 70, SpO2 : 98 %, suhu dingin diruang operasi, jumlah
personel berlebih selama prosedur pembedahan.
2. Analisa data intra OP

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Kamis, 15 Ds : - Risiko infeksi Prosedur
November Do : pasien dilakukan area invasif
2018, pukul pembedahan
pembedahan di
12.25
supraclavicula
sinistra, TD : 118/70,
N : 70, SpO2 : 98 %,
suhu dingin diruang
operasi, jumlah
personel berlebih
selama prosedur
pembedahan.

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan


a. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif
4. Rencana Intra OP

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1 Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol 1. Untuk
infeksi area keperawatan selama 1 x 1 infeksi : menguran
pembedaha jam, diharapkan masalah Intraoperatif gi
n risiko infeksi area 1. Monitor terjadinya
berhubunga pembedahan dapat teratasi dan jaga infeksi
n dengan dengan kriteria hasil ; suhu pada
prosedur Pengetahuan : Manajemen ruangan proses
invasif Risiko Infeksi antara 20 pembeda
Indikator Awa Tujua dan 24 han.
l n derajat. 2. Untuk
Cara 4 5 2. Monitor menguran
penularan dan jaga gi infeksi
Praktik 3 5 kelembap yang
yang an relatif berkemba
mengurang antara ng pada
i transmisi 20% dan proses
Pentingnya 3 5 60%. pembeda
sanitasi 3. Monitor han.
tangan teknik 3. Untuk
Prosedur 3 5 isolasi menguran
Pemantaua yang gi
n untuk sesuai penularan
infeksi 4. Pisahkan infeksi
Keterangan : alat-alat dari
1. Tidak ada yang steril penyakit
pengetahuan dan non menular
2. Pengetahuan terbatas steril atau tidak
3. Pengetahuan sedang 5. Buka menular.
4. Pengetahuan banyak persediaa 4. Untuk
5. Pengetahuan sangat n mencegah
banyak peralatan terjadinya
steril infeksi
dengan pada luka
mengguna operasi.
kan teknik 5. Untuk
aseptik menguran
6. Lakukan gi
tindakan terjadinya
pencegaha infeksi
n pada area
universal pembeda
7. Oleskan han.
salep 6. Untuk
antimikro menguran
ba pada gi infeksi
lokasi secara
pembedah menyelur
an sesuai uh.
kebijakan 7. Untuk
8. Monitor mencegah
area yang terajdinya
steril infeksi
untuk pada luka
menghilan operasi.
gkan 8. Untuk
kesterilan mencegah
dan infeksi
penentuan yang
waktu berkemba
istirahat ng.
yang
benar
sesaui
indikator.

5. Pelaksanaan dan Evaluasi Intra OP

No. dx Tgl/ jam Implementasi Evaluasi


1 Kamis, 15 November 1. Memisahkan S:-
2018, pukul 13.25 alat-alat yang O : instrumen
steril dan non bedah diletakkkan
steril seperti meja operasi,
kassa (steril) dan kassa, betadin,
hipavik (non handscoon steril
steril). dan gown operasi.
2. Melakukan cuci Hipavik, gunting
tangan steril dan plester diletakkan
memakai APD diluar meja
sesuai SOP. operasi.
3. Membuka
peralatan steril S:-
dengan tepat O : perawat telah
sesuai dengan melakukan cuci
SOP. tangan steril
4. Melakukan sebelum memakai
setting suhu 20- sarung tangan dan
24 dan gown, perawat
kelembapan mengenakan
20% sesuai sarung tangan
dengan standar steril dan gown
kamar bedah. sesuai prosedur.

S:-
O : perawat
sirkuler membuka
peralatan seperti
kassa, benang
sesuai dengan
SOP.

S:-
O : suhu ruang 20
dan kelembapan
20%.

D. POST OPERASI
1. Data Fokus
Pasien terdapat bekas luka pada supraclavicula, Pasien tampak bingung, KU :
sedang, TD : 120/78, N : 80, RR : 20, S : 35, 7, SpO2 : 100 %.
2. Analisa data Post OP

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Kamis, 15 Ds : - Risiko Infeksi Prosedur
November Do : terdapat luka invasif
2018, pukul pada supraclavicula
14.20 sinistra, KU : sedang,
TD : 120/78, N : 80,
RR : 20, S : 35,7,
SpO2 : 100%.

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
4. Rencana Post OP

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi 1. Untuk
infeksi keperawatan selama 1 x 30 menit 1. Pertahankan mencegah
diharapkan masalah risiko infeksi teknik terjadinya
dapat teratasi dengan kriteria hasil : isolasi yang infeksi dari
Kontrol Risiko : Proses Infeksi sesuai penyakit
Indikator Awal Tujuan 2. Batasi menular dan
Identifikasi 3 5 jumlah tidak
faktor risiko pengunjung menular.
infeksi 3. Ajarka 2. Untuk
Mempertahankan 3 5 pasien mengurangi
lingkungan yang mengenai infeksi yang
bersih cuci tangan nantinya
Monitor 3 5 4. Gunakan berkembang.
perubahan status sabun 3. Untuk
kesehatan antimikroba mencegah
Mencuci tangan 3 5 untuk cuci terjadinya
Keterangan : tangan infeksi pada
5. Pakai area luka
1. Tidak pernah menunjukkan sarung 4. Untuk
2. Jarang menunjukkan tangan steril mencegah
3. Kadang-kadang ketika akan terjadinya
menunjukkan melakukan infeksi.
4. Sering menunjukkan perawatan 5. Untuk
5. Secara konsisten luka mencegah
menunjukkan 6. Lakukan terjadinya
perawatan infeksi pada
luka luka post op.
7. Dorong 6. Untuk
intake meminimalk
pasien an infeksi
8. Jaga yang terjadi
lingkungan pada luka
aseptik post op.
7. Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi dan
meningkatka
n nutrisi
pada pasien.
8. Untuk
mempertaha
nkan
lingkungan
yang aseptik
tanpa
mikroorganis
me.

5. Pelaksanaan dan Evaluasi Post OP

No. Tgl/ jam Implementasi Evaluasi


dx
1 Kamis, 15 1. Melakukan monitoring S : pasien
November status kesehatan (TTV) mengatakan hanya
2018, 2. Melakukan teknik aseptik mengeram dan
pukul pada lingkungan (Ruang menganggukkan
14.30 Pemulihan) kepala.
3. Melakukan cuci tangan O : TD : 118/80, N
: 80, RR : 22,
SpO2 : 100%.

S:-
O : menjauhkan
pasien dari
banyaknya
pengunjung,
S:-
O : perawat
melakukan cuci
tangan ketika akan
bersentuhan
dengan pasien.

BAB IV

PEMBAHASAN

Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi
sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan STT
Supraclavicula. Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien
untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila prose
pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SOP maka akan berakibat buruk bagi
pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan
dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian
tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan STT Supraclavicula didapatkan bahwa
pasien belum pernah dilakukan operasi sebelumnya sehingga perlu adanya motivasi
untuk mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien. Selain itu, ditemukan pula
benjolan pada supraclavicula sinistra yang sudah ada sejak kurang lebih 5 tahun yang
lalu. Benjolan tersebut semakin hari semakin membesar sehingga disarankan dokter
untuk dilakukan pembedahan. Sebelum dilakukan pembedahan pasien sudah di
puasakan selama 6-8 jam dan sudah diberikan obat-obat pre medikasi salah satunya
adalah ceftriaxon atau antibiotik. Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda
vital nya hal tersebut untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada proses
pembedahan.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul
selama proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1. Ansietas berhubungan dengan status terkini (Pre Op)
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif (Intra Op)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Post Op)
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban
yang di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang
induksi sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan
berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga
pasien dan pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya
untuk mengurangi rasa cemas yang dihadapinya. Selain itu, latihan nafas dalam juga
diajarkan untuk merilekskan anggota tubuh supaya tidak merasa takut. Pendidikan
mengenai prosedur tindakan juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi
dilakukan.
Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi
pasien juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain
itu cairan yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko
perdarahan yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi
yang ditimbulkan.
Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien
tetap dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal
tersebut dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi
general.
D. Implementasi dan evaluasi
Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dibuat sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post
operasi dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu bangsal.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan
komunikasi, persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses
pembedahan dapat berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga
diagnosa keperawatan perioperatif yaitu ansietas berhubungan dengan status terkini,
risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif dan risiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan
pasien dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan
dengan baik sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya
komplikasi yang mungkin terjadi.
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC

Saefudin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan

Você também pode gostar