Você está na página 1de 4

Analisis jurnal 1

Judul :

Challenges Faced by families of Autistic Children (Tantangan yang dihadapi keluarga


anak autis)

Penulis :

Aadil Bashir1, Unjum Bashir2, Afifa Lone3, Zahoor ahmad4

Latar belakang

Spectrum Disorder Autisme (ASD) adalah gangguan neurologis yang kompleks yang
mempengaruhi fungsi otak dan biasanya muncul dalam tiga tahun pertama kehidupan.
Hal ini menyeba bkan gangguan di beberapa bidang termasuk interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku. Keuarga yang mempunya anak dengan keadaan autis
mempunyai tantangan dan berpengaruh pada ruang lingkup keluarga, interaksi sosial
dan hal yang lainnya sehingga keluarga yang mempuyai anak dengan autis
menghadapi beberapa tantangan.

Tujuan

Untuk mengidentifikasi tantangan-tantangan dan masalah yang dihadapi yang


mempunyai anak-anak autis. Stres yang arang tua anak autis, keuangan, dan saudara
anak autis, penyesuaian pernikahan dan pola asuh yang diterapkan.

Subjek

Karena penelitian ini study literatur jadi tidak ada subjek penelitian.

Hasil

- Stres orang tua dalam keluarga anak autis

Orang tua dengan anak autis mengalami stres terutama ibu dibandingkan ayah. Stres
yang dialami ialah autis tidak memiliki keterangan bilogis dan stres karena ditandai
dengan masalah interaksi sosial sehingga sulit untuk berinteraksi dengan
lingkungannya kemudian kehilangan kontrol, juga pernah terdiagnosis depresi,
dunkungan suami-istri dan rasa tidak percaya diri muncul.

- Pengasuhan anak autis

Pengasuhan pada anak autis harus mendapat dukungan dari semua pihak, seperti
tetangga, keluarga dan lingkungan sekutar agar orang tua yang mempunyai anak autis
tidak terlalu stres. Orang tua mengajarkan beberapa hal seperti komunikasi,
keterampilan dasar, mempersiapkan untuk masa dewasa dan menghindar dari bahaya.
Kemudian orang tua mendatangi profesional agar setidaknya dapat membantu
mereka.

- Saudara dari anak autis

Saudara dari anak autis harus menyesuaikan diri dalam bertingkah laku karena anak
autis tidak sama dengan anak lainnya karena dapat mempengaruhi kepribadian
mereka. Saudara dari anak autis juga berisiko menanggung beban emosial dan
psikologis juka bergaul dengan mereka.

- Stres keuangan keluarga dengan anak autis.

Kondisi keuangan yang dihadapi kaluarga memang sulit jika memiliki anak yang autis,
karena pengobatan atau intervensi untuk menyembuhkan autis terbilang cukup mahal,
pendidikannya pun mahal karena berbeda dengan anak lain. Kemudian juga obat yang
dikonsumsi dan hal-hal yang lainnya yang diperlukan anak autis dapat menghaiskan
banyak uang.

- Tantangan pernikahan

Banyak hal yang dialami oleh orang tua dengan anak autis, ibu kurang tidur karena
harus lebih ekstra dalam mengurus anak autis sementara ayah sibuk mencari uang
untuk biaya anaknya sehingga rumah tangga menjadi tidak harmonis sehingga akan
rentan mengalami perceraian, karena pasangan cendrung ingin memiliki anak yang
normal.

Penelitian selanjutnya

Tertarik memang jika berbicara tentang anak yang mengalami


gangguan autis karena tumbuh kembangnya berbeda dengan anak lainnya. Penelitian
ini membuat kita tertarik agar dapat menjadi meleniliti lebih lanjut dan lebih detail,
misalkan dengan metode kuantitatif atau kualitatif, dengan menggambarkan statistik
perceraian dari pasangan yang mempunyai anak autis lalu juga mungkin dengan
meneliti lebih dalam dengan beberapa subjek anak autis, atau mungkin bisa
menggambarkan hubungan anatara saudara yang autis dengan yang tidak. Masih
banyak hal yang dapat diteliti lebih lanjut.
Analisis Jurnal 2

Judul

Cognitif Behaviour Theraphy for A Child with Auism Spectrum Disorder and Verbal
Impairment

Peneliti

Megan Ames, Jonathan Weiss

Isi

Jurnal ini menggambarkan tentang penelitian seorang tenaga kesehatan terhadap


seorang anak Autism Spectrum Disorder (ASD), peneliti menerapkan sebuh terapi
untuk anak tersebut dalam mengatasi ansietas (kecemasan) nya, perilaku agresif dan
gangguan intelektual. Terapi yang diterapkan adalah terapi kognitif dan perilaku
(Cognitif Behaviour Therapy/CBT). Terapi CBT adalah terapi yang dapat menjadi
terapi yang efektif dalam mengatasi ansietas seorang anak dan remaja dengan ASD
dan gangguan mood.

Anak ASD adalah anak dengan IQ dibawah rata-rata, dalam penelitian tersebut,
peneliti menggunakan anak Chris sebagai subyek dalam penerapan terapi CBT, anak
Cris adalah anak laki-laki usia 9 tahun dengan ASD yang memiliki kesulitan dalam
penguasaan bahasa dan perilaku. Modifikasi yang dilakukan dalam CBT antara lain
komunikasi visual, ketertarikan khusus, aktivitas permainan fisik dan dukungan
orangtua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara acak terhadap anak-anak
dengan ASD yang diberikan program terapi CBT, hal ini menunjukkan bahwa 50%
anak-anak menunjukkan perubahan positif dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak diberikan terapi apapun (sekitar 8,7%).

Metode penelitian

Sample yang memenuhi persyaratan adalah a) anak dengan diagnosis ASD yang
diverifikasi dengan kuisioner Spectrum Autis, b) anak dengan IQ > 70 yang terganggu
kecerdasannya, c) mempunyai tanda klinis ansietas. Deskripsi kasusnya: Cris, seorang
anak 9 tahun yang tinggal dengan orangtuanya dan memiliki ketertarikan dengan
video games dan dia suka mengulang-ulang (stereotype) perilaku salah satu karakter
dari video game tersebut saat cemas dan stres. Salah satu intervensi penerapan metode
terapi CBT untuk anak Cris adalah dengan menggunakan media Coping Cat yang
dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis dan kemampuan visual dalam
pembelajaran.

Hasil

Skor CBCL dan SCARED menunjukkan terdapat perubahan presentasi kompleks dan
perilaku yang meningkat seperti agresi dan kurang perhatian. Sepanjang sesi, Chris
mampu berpartisipasi penuh dalam sesi dan mempertahankan fokus pada materi yang
diberikan. Cris diberikan modifikasi lingkungan yang aman untuk mendukungnya
belajar mandiri dan program yang melibatkan dirinya dalam program tersebut. Dalam
hal ini, penerapan terapi CBT dapat membuat Cris mampu mengidentifikasi emosi
dan tanggapan somatiknya terhadap ansietas. Pada akhir pengobatan, Chris mampu
mengidentifikasi berbagai komponen rencana dan berhasil menyelesaikan dengan
berbagai situasi (misalnya, cerita sosial, dukungan orangtua). Chris menikmati
kegiatan bermain fisik (misalnya, perburuan), yang memungkinkan dia untuk tetap
termotivasi dan fokus pada materi. Berkenaan dengan keuntungan sosial, Chris
berhasil meningkatkan fungsi secara keseluruhan dalam pengaturan kelompok,
meskipun perilaku agresif awalnya muncul. Dia menunjukkan perilaku positif ketika
diperkenalkan kembali ke grup, karena ia sangat bersemangat untuk berbagi dengan
anggota lain dari kelompok tentang apa yang telah dilakukannya di ruang terapi
lainnya. Orang tua Chris juga diajarkan tentang bagaimana menerapkan teknik
relaksasi dengan Chris dan mulai berlatih keterampilan ini dalam rumah. Orang tua
Chris mencatat bahwa mereka berhasil mempraktekkan teknik ini

Você também pode gostar