Você está na página 1de 7

Nama: DESI RATNA SARI

NIM : 04021381821028

Pengertian Perawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah keadaan
pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai
yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut,
masih bisadisembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita
itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan
dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan
kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks. Non-rumah sakit
perawatan paliatif tidak tergantung pada prognosis dan ditawarkan dalam hubungannya dengan
kuratif dan semua bentuk lain yang sesuai perawatan medis.
Perawatan paliatif tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani,
tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosialdan spiritual.Titik sentral dari perawatan adalah
pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini
tidak dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya.
Untuk itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan
mengikut sertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan padapasien diberikan
secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar
berikut ini :

 Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal

 Tidak mempercepat atau menunda kematian.


 Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

 Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

 Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya

Pengertian Psikologi Sosial


1. Roueck and Warren menjelaskan psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari segi-segi psychologis dari pada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh
interaksi sosial.
2. Joseph E. Mc. Grath psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tingkah laku manusia sebagaimana dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan,
tindakan dan lambang-lambang dari orang lain.
Menurut Gordon W. Allport psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengerti
dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh
kenyataan, imajinasi dan kehadiran orang lain.

Tugas Inti Pekerja Sosial


Berhubungan dengan kesehatan sosial dan psikologis dari pasien paliatif dan keluarganya,
terdapat 2 bagian inti psikososial dan assessment berupa intervensi:
a. Assessment
Assessment biopsikososial-spiritual yang komprensive dan berkelanjutan
adalah sebuah kunci fungsi dari pekerjaan sosial dalam setting perawatan kesehatan dan
dasar perencanaan perawatan yang efektif.Assessment seseorang dengan penyakit
kronis atau penyakit yang membatasi kehidupan melibatkan pengumpulan informasi
yang mendalam tentang aspek fisiologis dari gejala dan penyakit,penanganan
pengobatan dan melengkapi manajemen medis yang kompeten.
Berikut ruang lingkup assessment dalam perawatan paliatif:
1. Fisik:diagnosis dan prognosis; sejarah penyakit atau rasa sakit; gejala; dampak dan
fungsi; tidur, suasana hati, dan keintiman.
2. Emosional: depresi; kecemasan; demoralisasi; takut; marah; kesedihan; penerimaan;
kesalahan; malu; kehilangan kendali; ketidakberdayaan; keputusasaan; masalah
psikiatri yangada atau komorbidif; keahlian coping; resiko kehilangan.
3. Sosioekonomi;sumber dan stabilitas pendapatan; akses ke perawatan; hak; masalah
asuransi; isu potensial terkait kerugian ekonomi atau status etnis minoritas; dampak
dansimbol makna; status kecacatan.
4. Kognitif:sikap, keyakinan dan nilai, harapan yang menginformasikan tanggapan
terhadap rasa skit dan penyakit, dialog internal dan makna simbolik rasa sakit,
penyakit, dan pengobatan, dampak self efficiacy, citra diri dan lokus kontrol.
5. Kultural:komunikasi, gender, dan masalah bahasa, tingkat akulturasi, asimilasi,
perbedaan generasi, keyakinan terkait penyakit, rasa sakit, pengambilan keputusan,
menceritakankebenaran, kematian; penggunaan obat tradisional dan penyembuhan
asli.
6. Tingkah laku:
komunikasi verbal dan nonverbal, respon tubuh sadar atau tidak sadar seperti
meringis, gelisah atau menangis; regresi, tergantung dan bertindak keluar;
penanganan pengobatan

b. Intervensi
Untuk pekerja sosial, bidang perawatan paliatif menyajikan kesempatan untuk
menerapkan keterampilan yang merupakan bagian rutin dari pelatihan kami, dan untuk
mempelajari keterampilan lain untuk meningkatkan perawatan dan hasil untuk pasien
dan keluarga mereka.Intervensi pekerja sosial dapat difokuskan di arena kerja
kebijakan atau advokasi publik atau dalam ranah klinis pengalaman keluarga pasien.

1. Advokasi
Advokasi adalah tugas yang sedang berjalan: kebutuhan akan perubahan, tekanan
bervariasi, dan keterampilan mengadvokasi diri dapat memudar karena pasien dan
keluarga menghadapi penyakit berkepanjangan, gejala seperti nyeri dan kelelahan, dan
terkait perasaan kelelahan, ketidakberdayaan dan keputusasaan. Rasa sakit dan gejala
yang tidak dikenali dan tak henti-hentinya dan konflik dan kesalah pahaman dalam
keluarga atau dengan staff adalah contoh situasi klinis yang mungkin memerlukan
keterampilan advokasi pekerja sosial. Pasien dan keluarga sering membutuhkan
bantuan dalam mengadvokasi rencana pelunasan dan melakukan negosiasi dengan
perusahaan asuransi. Ketika pasien dan keluarga merasa kurang tertekan, keterampilan
advokasi dapat diajarkan dengan tujuan meningkatkan self-efficiacy. Selain itu, ada
banyak kesempatan untuk mempromosikan perubahan sitemik di dalam institusi dan
juga pada tingkat politik dan kebijakan.
2. Intervensi konseling yang mendukung
Intervensi konseling yang mendukung mencakup teknik mengklarifikasi,
mengeksplorasi, partializing, memvalidasi, dan pemecahan masalah. Pasien dan
anggota keluarga sering dihadapkan dengan berbagai masalah penyakit, seperti rasa
sakit dan pengambilan keputusan medis yang penting. Intervensi ini, bersamaan dengan
penanganan gejala medis yang intensif, menetapkan dasar untuk kepercayaan
sementara mereka mengeksplorasi kebutuhan mendesak dan kekhawatiran. Mereka
juga memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan hubungan dimana pasien dan
keluarga merasa dimengerti.
3. Pendidikan dan Bimbingan Antisipatif
Pendidikan adalah bagian penting untuk membantu orang menguasai keadaan. Di
lingkungan perawatan kesehatan, pendidikan sering berarti paparan bahasa kedokteran
dalam setting rasa sakit, penyakit dan kecemasan. Komunitas kesehatan bertanggung
jawab untuk mengakomodasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
memberikan informasi dengan cara yang mendukung pemahaman dan kompetensi
pasien dan keluarga.
4.Cognitive-Behavioral Intervention
Teknik perilaku kognitif mengenali bahwa aspek biologis, kognitif, perilaku dan
emosional dari pengalaman terkait dan intervensi yangterfokus pada satu aspek
memiliki potensi untuk memodifikasi keseluruhan pengalaman. Dialog internal pasien
atau anggota keluarga menjadi sumber informasi diagnosis yang kaya, dan hubungan
antaratubuh, pikiran dan emosi menjadi jalan untuk membantu memaksimalkan
perasaan kontrol dan sel-afficiacy dan memodifikasi gejala. Intervensi perilaku kognitif
mungkin ditambahkan ke penanganan gejala medis. Mereka sering digunakan dalam
kombinasidan mungkin merupakan intervensi utama dalam situasi nyeri kronis. Mereka
dapat membantu pasien selama prosedur dan tes diagnostik kemudian sering
menimbulkan tekanan dan perasaan kurang kontrol. Strategi yang dipilih berhubungan
dengan tujuan dan kondisi pasien dan sering memanfaatkan minat dan kemampuan
pasien dan keluarga. Bagi mereka yang kewalahan atau kelelahan fisik atau mental,
dokter bekerja untuk membangun pengalaman yang sukses dengan memilih intervensi
yang membutuhkan usaha lebih sedikit, seperti yang berbasis visual atau pendengaran,
seperti, kaset audio danmusik. Intervensi ini dapat diajarkan kepada individu dan
keluarga atau dapat digabungkan ke dalam pengalaman kelompok. Pendidikan sering
menjasi komponen dasar teknik ini.
5.Restrukturisasi Kognitif
Restrukturisasi Kognitif melibatkan pemantauan penafsiran seseorang terhadap
kejadian untuk mengurangi perasaan tertekan, tidak berdaya dan putus asa. Menjelajahi
dialog internal pasien dapat membantu menidentifikasi pikiran dan perasaan yang
memperparah rasa sakit, intensitas gejala dan tekanan. Teknik yang memberikan
kesempatan baik untuk mengeksplorasi ketakutan dan kesalahpahaman dan untuk
menafsirkan kembali pikiran untuk meningkatkan kenyamanan dan kontrol.
6. Coping Statement
Coping Statement adalah pernyataan internal atau ucapan yang dirancang untuk
mengalihkan perhatian, meningkatkan penanganan, menenangkan diri, atau
mengurangi aspek situasi atau pengalaman yang mengancam. Bencana dan kekalahan
pernyataan diri tentang rasasakit bisa diganti dengan dialog internal yang meningkatkan
coping, ketenangan, dan kompetensi.
7. Distractions
Pengalihan perhatian melibatkan memfokuskan kembali perhatian pada rangsangan
selain rasa sakit dan aspek lain dari diri, yang mungkin termasuk aktivitas mental
(internal) seperti berdoa, membaca, atau melakukan teka-teki silang atau aktivitas fisik
(eksternal), seperti bernapas, irama, atau terlibat dalam percakapan. Aktifitas seperti
bercerita, musik, review hidup, shalat, dan membaca dengan diam-diam atau keras
dapat memiliki nilai terapeutik, sementara pada saat bersamaan mengalihkan perhatian
dari rasa sakit dan sumber tekanan lainnya
8. Self-Monitoring Techniques
Teknik pemantauan diri seperti sebuah buku harian atau jurnal mengeksternalisasikan
dan memusatkan pikiran, perilaku, dan perasaan dan menciptakan sejarah pribadi.
Identifikasi sikap, pikiran, dan keyakinan memungkinkan redefinisi aspek pengalaman
yang mengancam menuju tujuan mengurangi perasaan dan reaksi yang menyusahkan.
Teknik-teknik ini dapat disesuaikan dengan kepribadian dan tujuan yang berbeda, dapat
disimpan selama seminggu atau berbulan-bulan, dapat ditulis dalam format telegram
atau paragraf, dan memberikan tautan ke klinis. Kadang-kadang, catatan harian dan
rekaman audio berfungsi sebagai tujuan tambahan karena mereka mewakili hubungan
simbolis secara simbolis, seperti dalam konsep objek transisi, sehingga memperluas
manfaat terapeutik dan kenyamanan yang tersirat dalam hubungan itu. Buku harian
dapat berguna untuk memahami aspek multidimensi penyakit dan gejala, termasuk rasa
sakit, insomnia, kecemasan, dan depresi dan dengan demikian mengarahkan intervensi.
9. Relaxation Techniques
Pada 1970an, seorang ahli kardiologi bernama Herbert Benson mengembangkan teknik
relaksasi sederhana yang menggabungkan relaksasi otot dan pernapasan berirama.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan respon relaksasi yang melawan, respon adaptif
internal terhadap ancaman di mana tubuh mengeluarkan katekolamin atau hormon
stress, yang mempersiapkan seseorang untuk bertempur atau melarikan diri. Respon ini
sangat penting saat menghadapi ancaman akut dan sering menjadi aktif selama prosedur
medis yang mungkin menakutkan atau mengancam pasien, karena hasil yang
diantisipasi, seperti diagnosis kanker, akan mengubah kehidupan. Tanggapan fight-or-
flight tidak membantu saat stress sedang kronis, seperti saat ancaman itu merupakan
pengalaman internal, seperti rasa sakit atau sesak nafas. Hal ini juga sering mengganggu
saat prosedur yang membutuhkan perhatian atau keheningan pasien. Mempelajari
teknik pernapasan yang memunculkan respons relaksasi dapat memberdayakan pasien
dan keluarga untuk mengatasi kejadian, ketakutan, dan pemikiran berlebihan, sehingga
meningkatkan perasaan self-efficiacy. Banyak pasien menggunakan teknik pernapasan
dengan atau tanpa relaksasi otot untuk membalikkan reaksi fisiologis, emosional, dan
perilaku mereka terhadap stress dan rasa sakit. Pilihan teknik didasarkan pada evaluasi
klinis. Sebagian besar latihan menggabungkan pengulangan kata, frasa, atau nafas,
dengan atau tanpa imagery, dan disempurnakan oleh lingkungan yang tenang dan posisi
fisik yang yang nyaman. Dokter sering bekerja dengan pasien dan keluarga untuk
mempraktikkan teknik dalam hubungan terapeutik. Latihan relaksasi dan pencitraan
yang dipersonalisasi dapat dicatat untuk digunakan oleh pasien dan keluarga, sehingga
menciptakan potensi untuk memperluas manfaat terapeutik mereka.
10.Imagery
Imagery atau yang disebut citra diri adalah penggunaan representasi mental untuk
membantu mengendalikan gejala, untuk meningkatkan relaksasi dan kenyamanan, atau
untuk menjauhkan diri dari masalah dan dengan demikian mendapatkan wawasan
tentang hal itu. Citra sering menggabungkan latihan relaksasi.Meskipun visualisasi
adalah bentuk yang paling umum, banyak latihan diperkaya dengan melibatkan rasa,
penciuman/bau, pendengaran dan sentuhan. Citra bisa digunakanuntuk latihan mental
terhadap aktivitas atau perasaan yang akan datang mengancam. Gambar yang berasal
dari pasien atau keluarga dapat mewakili kenangan pribadi tempat imajiner dan
berpotensi meningkatkan efek terapeutik dari intervensi.

11.Hipnosis
Hipnosis adalah teknik untuk menginduksi keadaan kesadaran tinggi, peningkatan
sugesti, dan konsentrasi terfokus yang dapat digunakan untuk mengubah persepsi rasa
sakit, mengurangi ketakutan dan kecemasan terkait, dan terkadang mengendalikan rasa
sakit itu sendiri. Autogenic self-hypnosis menggunakan saran diri dari kehangatan,
berat dan relaksasi secara berurutan di seluruh tubuh. Hal ini dapat dikaitkan dengan
penurunan rasa sakit dan relaksasi yang meningkat. Dokter yang memilih untuk
menambahkan hipnosis pada keahlian mereka mencari keahlian khusus. Konsep saran,
bagaimanapun, dapat diintegrasikan dengan mudah ke dalam komunikasi profesional
hanya dengan memperhatikan bahasa. Misalnya ungkapan “saat Anda menjadi lebih
nyaman” menyiratkan proses dan harapan akan hasil positif, sebuah pesan yang secara
signifikan berbeda “kapan atau jika Anda merasa lebih nyaman”.
12.Life review and Legalicy Building
Diagnosis penyakit lanjut sering dikaitkan dengan peningkatan kesadaran bahwa
seseorang memang fana. Erikson (1963) berspekulasi bahwa mereka yang menghadapi
kematian berusaha menyelesaikan konflik antara “integritas ego” dan “keputusasaan”.
Membantu pasien dengan tinjauan hidup dengan berfokus pada generativitas (terus
terlibat dalam kegiatan yang bermakna) menawarkan landasan bagi refleksi positif pada
tahap kehidupan yang rentan ini. perhatian baru terhadap eksistensi “makna hidup”
mungkin mulai diutamakan karena individu mempertimbangkan kemungkinan rentan
hidup.

Você também pode gostar