Você está na página 1de 13

Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian di Kecamatan

Karangploso Kabupaten Malang


Diwan Nur Azian1 Dwi Novi Setiawati2 Istikharotul Khoirun Nisa3 Kafiludin Herdananto 4
S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145 Telp.(0341) 551312 Psw.251/255

Abstrak
Penelitian mengenai “Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian di Kecamatan
Karangploso” bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi alih fungsi lahan
dan dampak pengalih fungsian lahan pertanian ke Non pertanian di Kecamatan Karangploso.
Metode pengumpulan data menggunakan survei primer dan sekunder. Seperti halnya di wilayah
lain di seluruh Indonesia, alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di wilayah Kecamatan
Karangploso merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi. Alih fungsi lahan pertanian ke
non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor demografi atau pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat, faktor ekonomi, faktor perubahan pola pikir dan perilaku, serta
faktor proses poduksi pertanian yang tidak seimbang dengan hasil yang didapatkan. Alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian di Karangploso memiliki dampak positif dan negatif.
Kata Kunci : Alih Fungsi, Lahan pertanian, lahan non pertanian

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan manusia yang semakin maju dan berkembang menuntut akan banyak hal
sebagai suatu perubahan baik dari segi pembangunan dan kemajuan intelektual hal tersebut
sangat perlu dilakukan untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup manusia seperti,
pertumbuhan penduduk yang terus-menerus meningkat mengharuskan pembangunan akan
perumahan dan bangunan untuk tempat tinggal semakin dibutuhkan. Cara untuk memenuhi
kebutuhan lahan yaitu dengan pengadaan lahan (Mokoagow, 2012).

Kecamatan Karangploso merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Malang,
Kota terbesar kedua di Jawa Timur dan merupakan kota yang terkenal akan pendidikan,
pariwisata dan industrinya. Kelebihan yang terdapat di Kota Malang membuat perkembangan
kota Malang yang begitu pesat, baik dari perkembangan kota maupun penduduknya.
Perkembangan yang terjadi Kecamatan Karangploso merupakan dampak dari terjadinya
gejala urban sprawl . Urban Sprawl terjadi karena ruang dan lahan yang terdapat di Kota
Malang sudah tidak mampu lagi menampung peningkatan penduduk maka perkembangan
kota Malang melebar ke daerah pinggiran Kota yakni di Kecamatan Karangploso.

Lahan merupakan sumber daya penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup
seluruh rakyat Indonesia yang sangat mendasar. Sebagaimana diketahui masalah tanah
memang merupakan masalah yang sarat dengan berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosial,

1
Mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
politik, bahkan untuk Indonesia, lahan juga mempunyai nilai religius yang tidak dapat diukur
secara ekonomis. Sifat konstan lahan dan terus bertambahnya manusia yang membutuhkan
lahan semakin menambah tinggi nilai lahan atau tanah. Dari waktu ke waktu, seiring dengan
pertambahan penduduk, kemajuan teknologi dan industri, serta pergeseran budaya, jumlah
kebutuhan akan lahan terus meningkat. Pergeseran budaya misalnya, telah merubah corak
negara Indonesia yang dulu agraris menjadi negara yang secara perlahan mengarah pada
negara Industri. Lahan yang dulu menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar
rakyat khususnya di bidang pertanian, kini pemanfaatannya bergeser sebagai lahan yang
diperuntukkan bagi pembangunan perumahan, industri dan perdagangan, jadi tanpa disadari
kecendrungan kehidupan yang mengarah ke sektor industri menyebabkan alih fungsi lahan
pertanian menjadi sulit terhindari. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi
alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama maka lahan di sekitarnya juga akan
mengalami alih fungsi lahan yang serupa.

Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan tanah dari suatu kegiatan
yang menjadi kegiatan lainnya. Alih fungsi lahan muncul sebagai akibat dari pembangunan
dan peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan
untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur industri yang cukup pesat berakibat
terkonversinya lahan pertanian secara besar-besaran. Selain untuk memenuhi kebetuhan
industri, alih fungsi lahan pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan
perumahan jumlahnya jauh lebih besar (Sasono, 1995).

Lahan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring meningkatnya


kebutuhan manusia akan lahan. Perubahan tersebut dikarenakan memanfaatkan lahan untuk
kepentingan hidup manusia. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak
ditanggulangi dapat mendatangkan permasalahan yang serius, antara lain dapat mengancam
kapasitas lahan. Meningkatnya kebutuhan lahan untuk restauran, pemukiman, perumahan,
toko,villa, dan pabrik serta pembangunan jalan juga terjadi di Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Karangploso khususnya di
beberapa desa seperti di desa Ngeneb, desa Girimoyo, Desa Donowarih sudah dapat diamati
dengan jelas. Sebagian besar alih fungsi lahan pertanian di ketiga desa tersebut berubah
menjadi perumahan, villa dan restauan dan sebagian lagi berupa pabrik untuk kegiatan
industri, toko dan rumah penduduk atau pemukiman.
Letak Kecamatan Karangploso sangat strategis, karena berbatasan langsung dengan
Kota Batu di sebelah Barat, lalu disebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Singosari,
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Malang, sedangkan di sebelah utara berbatasan
langsung dengan Kota Batu, yang mana Kota Batu memiliki potensi disektor industri dan
pariwisata sedangkan Kota Malang merupakan wilayah yang memiliki potensi di sektor
industri , pendidikan dan pariwisata. Selain itu Kecamatan Karangploso ini merupakan
kecamatan yang memiliki jalur stategis ke arah Kota Batu dan Kecamatan Siongosari serta
pemandangan alam yang indah. Hal inilah yang membuat para investor baik domestik
maupun asing, tertarik untuk melakukan investasi di daerah ini. Untuk menunjang investasi
tersebut dibutuhkan lahan untuk membangun sarana dan prasarana yang akan dipakai untuk
kelancaran kegiatan investasinya. Dengan adanya keterbatasan lahan di daerah ini
mengakibatkan cenderung meningkatnya perubahan lahan dari lahan pertanian ke non
pertanian secara cepat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian tentang “Alih
Fungsi Lahan Pertanian menjadi lahan Non Pertanian di Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang”.

Rumusan Masalah
` Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:

1. Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kegiatan alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian di Kecamatan Karangploso ditinjau dari segi lingkungan?

Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, Penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
2. Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dari alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian di Kecamatan Karangploso ditinjau dari segi lingkungan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan survei primer dan sekunder. Survei primer
dilakukan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan pada tutupan lahan dengan
meninjau secara langsung wilayah nya, untuk memperjelas alih fungsi lahan pertanian
tersebut yang digunakan sebagai perumahan atau industri maupun yang lain. Selain itu, juga
melakukan wawancara dengan beberapa penduduk di kecamatan Karangploso. Sedangkan
survei sekunder dilakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen. Alat lain yang
digunakan yaitu Google earth, digunakan untuk memperjelas kondisi tutupan lahan pada
tahun 2006, 2012 dan 2018.
Hasil dan Pembahasan
Gambar 1. Kenampakan Kecamatan Karangploso tahun 2012 dalam citra Google Earth

Gambar 2. Kenampakan Kecamatan Karangploso tahun 2016 dalam citra Google Earth

Kecamatan Karangploso merupakan wilayah dengan perkembangan yang cukup


pesat. Perkembangan yang pesat di segala bidang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
akan lahan untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, perkantoran, dan lain
sebagainya. Terbatasnya lahan untuk berbagai keperluan tersebut menyebabkan perubahan
alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang semakin marak sulit dihindari. Hal ini
disebabkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya alih fungsi lahan pertanian ke
non pertanian.
Gambar 3. Perubahan Alih Fungsi Lahan di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso

Gambar 4. Perubahan Alih Fungsi Lahan di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso

Setelah diperbesar dengan memfokuskan pada titik di desa Girimoyo, Kecamatan


Karangploso. Terdapat beberapa titik yang mengalami perubahan alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian sesuai citra diatas yang diambil melalui googl earth. Perubahan
alih fungsi lahan diperoleh dengan cara membandingkan citra tahun 2006 Desa Girimoyo
dengan citra tahun 2018 Desa Girimoyo. Dalam satu titik saja perubahan alih fungsi lahan
pertanian mejadi lahan non pertanian di Desa Girimoyo mencapai 47,69 hektar atau sekitar
2.836.54 meter persegi.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian di Kecamatan Karangploso antara lain:
a. Faktor demografi atau Pertumbuhan Penduduk yang Sangat Cepat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Karangploso laju pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada
tahun 2012 penduduk Kecamatan Karangploso berjumlah 55.409 jiwa. Jumlah tersebut
bertambah pada tahun 2015 menjadi 73.973 jiwa atau mengalami penimgkatan sebesar
18.564 jiwa. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2018 menjadi 81.985 jiwa atau
bertambah sebesar 8.012 jiwa. Berdasarkan data tersebut maka pertambahan penduduk
Kecamatan Karangploso dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 sebesar 26.576 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Karangploso yang begitu cepat tersebut tentunya
membutuhkan tempat atau tanah untuk rumah tinggal. Hal tersebut menjadi salah satu
penyumbang terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian untuk keperluan
perumahan. Pemenuhan kebutuhan perumahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan
terjadinya pengurangan lahan pertanian secara cepat jika lahan non pertanian yang belum
digunakan secara produktif jumlahnya sangat terbatas.
Di Kecamatan Karangploso selain banyaknya pengembang yang membangun
perumahan dari tanah yang beralih fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian, tidak jarang
seorang petani menggunakan lahan pertaniannya untuk dialihfungsikan menjadi tempat
tinggal karena kebutuhan lahan tempat tinggal keluarganya atau pembangunan perumahan
dengan tujuan untuk menambah pendapatan keluarga. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Pak
Imam yang mengalihfungsikan lahan pertaniannya yang seluas 100 m2 untuk rumah tinggal
keluarganya. Selain pak Imam, terdapat juga ibu Endang yang mengalih fungsikan lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian sebesar 150 m2 yang dibangun perumahan menjadi 5
perumahan.

b. Faktor ekonomi
Di kalangan petani sendiri faktor ekonomi merupakan faktor dominan bagi
masyarakat Kecamatan Karangploso yang pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian. Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi sedangkan hasil pertanian yang
tidak dapat mencukupi kebutuhan ekonomi sering menjadi alasan petani merelakan dengan
menjual sebagian bahkan seluruh lahan pertaniannya dialihfungsikan oleh pihak lain untuk
berbagai kepentingan seperti perumahan.
Hal ini seperti yang dialami Bapak Tahyadi yang tinggal di Desa Ampeldento,
Kecamatan Karangploso seorang petani yang menjual sebagian lahan pertaniannya untuk
dialihfungsikan menjadi perumahan. Bapak Tahyadi menjelaskan dirinya menjual sebagian
lahan pertaniannya karena terpaksa disebabkan terdesak kebutuhan dana sedangkan dirinya
sedang tidak memiliki uang tabungan sehingga terpaksa menjual sebagian lahan pertaniannya
kepada orang lain dan dibangun perumahan dan rumah makan.
Gambar 5. Alih Fungsi Lahan di Desa Ampeldento Kecamatan Karangploso

Gambar 6. Alih Fungsi Lahan di Desa Ampeldento Kecamatan Karangploso

c. Perubahan Pola Pikir dan Perilaku


Perkembangan zaman dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
merubah cara pandang dan perilaku anak-anak zaman sekarang terhadap profesi pertani.
Anak-anak zaman sekarang cenderung memandang profesi petani sebagai profesi kurang
baik. Profesi petani dianggap profesi yang lebih rendah dan kurang baik dibanding profesi
yang lain. Petani dipandang profesi yang biasa dan berpenghasilan rendah.
Kondisi tersebut menyebabkan minat para pemuda terhadap profesi petani sangat
minim. Jarang sekali terlihat anak-anak muda yang terjun menjadi petani, baik sekedar
membantu orang tua apalagi terjun langsung menekuni pekerjaan sebagai petani. Profesi
petani di kalangan masyarakat Kecamatan Karangploso umumnya dijalani oleh orang tua.
Para pemuda lebih suka berprofesi lain selain petani. Misalnya saja bekerja sebagai pegawai
toko, PNS, pegawai kantoran ataupun bekerja dalam sektor perdagangan. Mereka beralasan
bahwa profesi petani tidak menjanjikan dan kurang baik. Kadang anak-anak muda malu
terhadap temannya jika harus pergi ke sawah membantu orang tua sebagai petani.
Cara pandang yang demikian ternyata juga sudah mempengaruhi pola pikir para
petani sendiri. Pada umumnya para petani sendiri tidak menginginkan anak-anaknya menjadi
petani. Hampir tidak dapat ditemukan di Kecamatan Karangploso seorang petani menurunkan
pekerjaan dan profesinya kepada anaknya. Para petani berusaha memberikan pendidikan
yang layak agar anaknya kelak bisa mendapatkan masa depan dengan tidak bekerja sebagai
petani namun bisa bekerja di bidang lain yang lebih menjanjikan seperti pekerja-pekerjaan di
kantor.
d. Proses poduksi pertanian yang tidak seimbang dengan hasil yang didapatkan
Hasil produksi pertanian dilakukan melalui proses yang panjang yang dimulai dari
penggarapan lahan, penanaman bibit, perawatan hingga pada panen. Proses yang panjang
tersebut dibutuhkan biaya produksi yang banyak. Proses produksi memerlukan berbagai
macam biaya seperti biaya tenaga penggarap sawah, biaya pupuk dan pemberantasan hama,
serta biaya pengangkutan. Biaya yang tinggi kadang tidak mencapai hasil yang diharapkan.
Seringkali hasil bersih yang diterima oleh petani lebih kecil dari biaya produksi yang
dikeluarkan. Rendahnya hasil produksi pertanian bisa disebabkan beberapa faktor seperti
faktor alam dan cuaca, faktor hama maupun faktor harga pasar yang tidak stabil atau
cenderung rendah.
Kondisi seperti ini membuat petani merasa bahwa hasil pertanian yang diperoleh
seringkali tidak dapat menutup biaya produksi sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup keluarga petani. Untuk mempertahankan hidup tidak jarang petani beralih profesi ke
profesi lain dengan menjual lahan pertanian yang dimiliki. Hal ini seperti dilakukan Bapak
Warno petani di Desa Ampeldento Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang yang
memilih beralih profesi sebagai pedagang karena hasil pertanian dari sawahnya tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bapak Warno mempunyai sawah yang
telah dijual dan uang hasil penjualan sawah tersebut digunakan untuk modal usaha berdagang
kebutuhan pokok. Menurut Bapak Warno hasil sawah tidak mencukupi kebutuhan keluarga
yang semakin hari semakin tinggi dengan naiknya harga-harga bahan pokok. Bapak Warno
menerangkan untuk menggarap sawah dibutuhkan modal yang tidak sedikit untuk biaya
produksi. Kadang modal tersebut didapat dengan cara meminjam, namun setelah panen
ternyata hasilnya tidak cukup untuk menutup modal tersebut sehingga Bapak Warno masih
mempunyai hutang walaupun sawahnya sudah panen.
Dampak alihfungsi lahan prtanian menjadi lahan non pertanian di Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang
Terkonsentrasinya pembangunan ekonomi menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan.
Di satu sisi alih fungsi lahan ini menambah terbukanya lapangan kerja di sektor nonpertanian
seperti konstruksi, industry dan perdagangan akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif
yang kurang menguntungkan.
Menurut Firman (2005) dalam Widjianarko (2006) bahwa alih fungsi lahan yang
terjadi menimbulkan dampak langsung maupun dampak tidak langsung. Dampak langsung
yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan berupa hilangnya lahan pertanian subur, hilangnya
investasi dalam infrastruktur irigasi, kerusakan natural lanskap, dan masalah lingkungan.
Kemudian dampak tidak langsung yang ditimbulkan berupa infasi penduduk dari wilayah
perkotaan ke wilayah tepi kota.
Menurut Situmeang (1998), perubahan struktur ekonomi dimana telah terjadi
peningkatan peranan sektor non-pertanian terhadap perekonomian dapat mempercepat
perubahan pola penggunaan lahan ke arah pengkotaan. Selanjutnya, perubahan struktur
perekonomian sendiri dapat dijelaskan dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, dimana
pertumbuhan ekonomi dapat mempercepat terjadinya struktur ekonomi kearah sektor
manufaktur, jasa dan sektor non-pertanian lainnya.
Furi (2007) menjelaskan bahwa Perubahan dalam penguasaan lahan di pedesaan
membawa implikasi bagi perubahan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat yang
menjadi indikator kesejahteraan masyarakat desa. Terbatasnya akses untuk menguasai lahan
menyebabkan terbatas pula akses masyarakat atas manfaat lahan yang menjadi modal utama
mata pencaharian sehingga terjadi pergeseran kesempatan kerja ke sektor non-pertanian
(sektor informal).
Dampak positif dari adanya alih fungsi lahan
• Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani. Alih fungsi lahan yang terjadi
mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan petani setelah mangaihfungsikan lahan
atau menjual lahan berubah karena harga yang dibayarkan investor sangat tinggi jauh
berbeda dari harga lahan yang biasa diperjualbelikan.

• Membuka Usaha pertanian Baru Keluarga Petani. Hasil penjualan lahan oleh petani
dimanfaatkan untuk membuka usaha pertanian yang baru. Lahan pertanian yang baru
dimanfatkan untuk menanam tanaman jangka pendek misalnya wortel dan kol yang
penghasilannya telah dirasakan oleh keluarga petani. Hasil dari alih fungsi lahan
berdampak positif dengan memanfaatkan penjualan lahan untuk membeli lahan yang
baru.

• Menambah Modal Usaha. Hasil dari penjualan lahan mempengaruhi usaha responden.
usaha yang dilakukan responden satu adalah penjual bahan keliling menggunakan
mobil. pengelolaan hasil penjualan lahan digunakan responden satu untuk menambah
modal dagangannya sehingga dagangannya menjadi lebih besar.
Dampak negatif dari adanya alih fungsi lahan

• Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang


mengganggu tercapainya swasembada pangan dan timbulnya kerawanan pangan serta
mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke nonpertanian.
Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan meningkatkan angka
pengangguran.

• Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi tidak
optimal pemanfaatannya.

• Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan maupun industri,


sebagai dampak krisis ekonomi, atau karena kesalahan perhitungan mengakibatkan
tidak termanfaatkannya tanah yang telah diperoleh, sehingga meningkatkan luas tanah
tidur yang pada gilirannya juga menimbulkan konflik sosial seperti penjarahan tanah.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Kecamatan Karangploso merupakan wilayah dengan perkembangan yang cukup
pesat. Perkembangan yang pesat di segala bidang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan lahan untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri,
perkantoran, dan lain sebagainya. Terbatasnya lahan untuk berbagai keperluan
tersebut menyebabkan perubahan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang
semakin marak sulit dihindari. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
b. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian di Kecamatan Karangploso antara lain:
• Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Karangploso yang begitu cepat
tersebut tentunya membutuhkan tempat atau tanah untuk rumah tinggal. Hal
tersebut menjadi salah satu penyumbang terjadinya alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian untuk keperluan perumahan. Pemenuhan kebutuhan
perumahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya pengurangan
lahan pertanian secara cepat jika lahan non pertanian yang belum digunakan
secara produktif jumlahnya sangat terbatas.
• Di kalangan petani sendiri faktor ekonomi merupakan faktor dominan bagi
masyarakat Kecamatan Karangploso yang pendorong terjadinya alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian. Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi
sedangkan hasil pertanian yang tidak dapat mencukupi kebutuhan ekonomi
sering menjadi alasan petani merelakan dengan menjual sebagian bahkan
seluruh lahan pertaniannya dialihfungsikan oleh pihak lain untuk berbagai
kepentingan seperti perumahan.
• Perkembangan zaman dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
merubah cara pandang dan perilaku anak-anak zaman sekarang terhadap
profesi pertani. Anak-anak zaman sekarang cenderung memandang profesi
petani sebagai profesi kurang baik. Profesi petani dianggap profesi yang lebih
rendah dan kurang baik dibanding profesi yang lain. Petani dipandang profesi
yang biasa dan berpenghasilan rendah.
• Seringkali hasil bersih yang diterima oleh petani lebih kecil dari biaya
produksi yang dikeluarkan. Rendahnya hasil produksi pertanian bisa
disebabkan beberapa faktor seperti faktor alam dan cuaca, faktor hama
maupun faktor harga pasar yang tidak stabil atau cenderung rendah.
c. Dampak positif dari adanya alih fungsi lahan di Kecamatan Karangploso yaitu
meningkatkan pendapatan keluarga petani, membuka usaha pertanian baru keluarga
petani, dan menambah modal usaha.
d. Dampak negatif dari adanya alih fungsi lahan di Kecamatan Karangploso yaitu
berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, investasi
pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi tidak optimal
pemanfaatannya, dan jika terjadi kegagalan investor dalam melaksanakan
pembangunan perumahan maupun industri akan meningkatkan luas tanah tidur yang
pada gilirannya juga menimbulkan konflik sosial seperti penjarahan tanah.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi pemerintah
Bantuan berupa dana dan sarana pertanian dalam upaya peningkatan pertanian
diharapkan menyentuh para petani tanaman pangan juga dalam prakteknya.
b. Bagi pihak perumahan
Hendaknya melakukan analisis kondis lingkungan sebelum menentukan tempat
pembangunan perumahan, agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam rencana sampai
dibangunnya perumahan. Serta melakukan pembenahan dan perbaikan pendidikan
bagi masyarakanya.
c. Bagi masyarakat
Khususnya yang berprofesi sebagai petani pada penelitian ini, agar tidak asal
melakukan atau menjual suatu investasi turun temurun berupa sawah, apalagi jika
dialihfungsikan menjadi kawasan nonpertanian. Dan agar memahami setiap resiko
yang akan ditimbulkan pada setiap keputusan yang diambil.
Daftar Pustaka
Adi, Sasono. 1995. Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Badan pusat statistik. 2012. Kecamatan Karangploso Dalam Angka tahun 2012. Malang
Badan pusat statistik. 2014. Kecamatan Karangploso Dalam Angka tahun 2014. Malang
Badan pusat statistik. 2015. Kecamatan Karangploso Dalam Angka tahun 2015. Malang
Badan pusat statistik. 2016. Kecamatan Karangploso Dalam Angka tahun 2016. Malang
Badan pusat statistik. 2017. Kecamatan Karangploso Dalam Angka tahun 2017. Malang
Furi, D.R. 2007. Implikasi Konversi Lahan Terhadap Aksesibilitas Lahan dan Kesejahteraan
Masyarakat Desa. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mokoagow, Marla. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian
Ke Non Pertanian Di Kabupaten Minahasa Utara. Skripsi. Manado : Fakultas
Pertanian
Situmeang M. 1998. Pola Hubungan Antara Perubahan Penggunaan Lahan Dengan
Transformasi Struktur Ekonomi. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Widjanarko. 2006. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
(Sawah). Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN.

Você também pode gostar