Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
oleh:
KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL
165090700111010
Nama Asisten:
Meta Nisrina Syafitri (155090700111001)
Surinah (155090701111004)
Safira Yasmin (155090701111016)
Ardwina Khoirun N. (155090700111013)
Septiana Wulandani (155090700111009)
Nopri Emrananta B.S. (155090701111014)
Luthfiana Nur Aini (155090701111015)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Seismologi
dan Mikroseismik ini dengan baik dan tepat waktu.
Praktikum Seismologi dan Mikroseismik ini merupakan salah satu matakuliah yang
wajib ditempuh di Program Studi Teknik Geofisika Universitas Brawijaya. Laporan
Praktikum ini disusun sebagai salah satu tugas dari Praktikum Metode Seismologi dan
Mikroseismik.
Dengan selesainya laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Dosen Pengampu matakuliah Metode Seismologi dan Mikroseismik, Ibu Cholisina
Anik Perwita, S.Si.,M.Si. dan Bapak Ir. Wiyono.
2. Seluruh Asisten Praktikum
3. Teman-Teman Penulis
4. Semua pihak yang berperan baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
membantu serta mendukung terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terima Kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
3.2.2 Proses Pengolahan ...................................................................................................... 22
3.2.3 Interpretasi .................................................................................................................. 23
3.3 Diagram Alir Penelitian ................................................................................................. 24
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) ......................................... 10
Gambar 2.3 Contoh Grafik Metode HVSR ............................................................................. 13
Gambar 2.4 Model cekungan yang berisi material sedimen halus ......................................... 14
Gambar 2.5 Pergeseran dari permuakaan tanah ...................................................................... 17
Gambar 4.1 Peta Frekuensi Dominan Kawasan Kulonprogo ................................................. 25
Gambar 4.2 Peta Amplifikasi Kawasan Kulonprogo .............................................................. 26
Gambar 4.3 Peta Indeks Kerentanan Gempa (KG) Kawasan Kulonprogo ............................. 27
Gambar 4.4 Peta Ground Shear Strain (GSS) Kawasan Kulonprogo .................................... 28
4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi natural mikroseismik oleh Kanai
.................................................................................................................................................. 15
Tabel 2.2 Nilai regangan sifat dinamis tanah........................................................................... 18
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian dapat
dituliskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pengolahan data mikroseismik untuk dapat digunakan dalam analisa
tingkat kerentanan gempa?
2. Bagaimana analisa seismologi dan mikroseismik dapat menetukan tingkat kerentanan
gempa?
7
1. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode Horizontal to Vertical
Spektral Ratio (HVSR)
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
3. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan berbagai software sesuai dengan
kebutuhan
4. Penelitian (processing) dilakukan sesuai dengan proses pengajaran oleh asisten
praktikan
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan praktikan dapat memahami dan mengerti
penggunaan dan cara mengolah data seismologi dan mikroseismik serta hasil penelitian dapat
memberikan informasi nilai frekuensi dominan, amplifikasi, nilai indeks kerentanan gempa
dan ground shear strain. Sehingga dengan mendapatkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi masyarakat maupun pemerintah dalan tata kelola ruang, sehingga dapat
menghindari pembangungan infrastruktur di daerah rawan gempa, maupun perekayasaan
teknik dalam pembuatan bangunan tahan gempa.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang Badan
9
Gambar 2.1 Gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S)
Gelombang Permukaan
10
adalah gelombang permukaan yang menyebabkan tanah mengalami pergeseran
kearah horisontal seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Gempa bumi adalah pergerakan tiba-tiba permukaan bumi. Gempa bumi bumi
dapat diakibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik atau aktivitas vulkanik gunung
berapi.
2.2.1.1 Episenter
Episenter adalah titik sumber gempa yang diproyeksikan ke atas
permukaan bumi.
2.2.1.2 Hiposenter
Hiposenter adalah kedalaman dari sumber gempa. Gempa bumi dengan
kedalaman dangkal terjadi pada kedalaman kurang dari 60 km dibawah
permukaan laut. Gempa bumi menengah terjadi pada kedalaman 60 sampai
dengan 100 km dibawah permukaan laut. Gempa bumi dalam terjadi pada
kedalaman lebih dari 100 km dibawah permukaan laut.
2.2.1.3 Magnitudo
11
Gempa Magnitudo gempa adalah besaran yang berhubungan dengan
kekuatan gempa dan sumbernya.
Metode analisis HVSR pertama kali dikembangkan oleh Nakamura pada tahun
1989. Metode HVSR digunakan untuk menghitung rasio spektrum dari sinyal
mikrotremor komponen horizontal terhadap komponen vertikalnya seperti yang
ditunjukan pada Gambar 2.3. Hasil analisis HVSR menunjukan suatu puncak
spektrum pada frekuensi predominan (Nakamura, 1989). Frekuensi natural dan
amplifikasi menggambarkan karakteristik dinamis tanah yang dihasilkan dari
analisis HVSR (Nakamura, 2000). Herak (2008) juga menjelaskan bahwa nilai
frekuensi natural dan amplifikasi pada permukaan suatu daerah berkaitan
dengan parameter fisik bawah permukaan daerah tersebut.
12
Gambar 2.3 Contoh Grafik Metode HVSR
13
Gambar 2.4 Model cekungan yang berisi material sedimen halus
Sehingga,
𝑇ℎ 𝐻𝑓 ∙ 𝑆𝑉𝐵
𝑇𝑠𝑖𝑡𝑒 = = … (2.6)
𝑇𝑉 𝑆𝐻𝐵 ∙ 𝑉𝑓
Dari persamaan (2.1) dan (2.2) site effect atau efek lokal sangat dipengaruhi
oleh perambatan gelombang mikroseismik yang dipengaruhi oleh kondisi
geologi setempat. Nakamura (2000) juga mengasumsikan bahwa data
mikroseismik tersusun atas beberapa jenis gelombang, tetapi utamanya adalah
gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen diatas batuan dasar.
Efek gelombang Rayleigh pada mikroseismik terdapat pada spektrum
komponen vertikal di lapisan sedimen permukaan, tetapi tidak terdapat pada
spektrum komponen vertikal di batuan dasar. Komponen vertikal mikroseismik
tidak teramplifikasi oleh lapisan sedimen (Av = 1) di permukaan tanah. Jika
komponen vertikal lebih besar daripada spektrum gerak vertikal di batuan dasar
(Vf >> SVB) maka berdasarkan persamaan (2.2) terdapat pengaruh gelombang
Rayleigh di lapisan sedimen. Daryono & Prayitno (2009) juga menambahkan
efek gelombang Rayleigh pada rekaman mikroseismik adalah ekuivalen untuk
14
komponen yang terekam. Untuk rentang frekuensi (0,2 – 20 Hz) rasio spektrum
antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati nilai satu
𝑆
(𝑆𝑉𝐵 = 1) . Pada kondisi tersebut rasio spektrum antara komponen horisontal
𝐻𝐵
Persamaan (2.7) sama dengan konsep dari persamaan (2.3), dimana komponen
horisontal dan komponen vertikal dipengaruhi oleh amplifikasinya. Hasil dari
kurva HVSR adalah frekuensi natural dan amplifikasi, dimana frekuensi
natural adalah frekuensi dominan yang terdapat pada daerah tersebut dan
amplifikasi adalah besarnya penguatan gelombang pada saat melalui medium
tertentu. Nilai frekuensi natural dapat merepresentasikan jenis tanah
berdasarkan tabel klasifikasi tanah yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
17
Dimana Cb merupakan kecepatan gelombang seismik dibatuan dasar. Jika
persamaan (2.9) disubtitusikan kedalam persamaan (2.11), maka persamaan
(2.11) menjadi:
𝐴2 𝑎
𝛾= … (2.12)
𝑓𝑜𝜋 2 𝐶𝑏
𝐴𝑎
𝛾=𝐴 … (2.13)
𝑓𝑜𝜋 2 𝐶𝑏
𝐶𝑏
𝑎
𝛾 = 𝐴 4ℎ𝐶𝑜 … (2.14)
𝑓𝑜𝜋 2 𝐶𝑏
𝐶𝑏 1 𝑎
𝛾=𝐴 … (2.15)
4ℎ𝐶𝑜 𝑓𝑜 𝜋 2 𝐶𝑏
𝐴 𝑎
𝛾= … (2.16)
ℎ 4𝜋 2 𝑓𝑜2
Berdasarkan persamaan tersebut didapat hubungan antara nilai kerentanan
gempa dan nilai regang-geser permukaan tanah, semakin beser nilai
kerentanan gempa (Kg) maka semakin tinggi juga nilai regang-geser
permukaan tanah (γ). Menurut Nakamura (1997) nilai regang-geser pada
permuakaan tanah perlu diperhatikan. Pada umumnya, permukaan tanah
yang mengalami regang-geser diatas 𝛾 = 10−3 mulai mengalami deformasi
non-linear. Sementara itu, jika nilai regang-geser 𝛾 > 10−2 maka lapisan
tanah akan mengalami deformasi runtuhan. Tabel 2.2 menjelaskan
fenomena yang terjadi pada tanah berdasarkan nilai regang-geser tanah.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Geopsy
21
ArcMap 10.3
Microsoft Excel
22
dominan, peta kontur amplifikasi, peta kontur indeks kerentanan gempa, dan peta kontur
GSS.
3.2.3 Interpretasi
Setelah data diolah dan didapatkan hasil peta kontur dari masing-masing
parameter, selanjutnya adalah tahap interpretasi. Interpretasi Peta kontur berdasarkan
dengan perbedaan warna pada legenda yang telah di buat. Masing-masing parameter
memiliki karakteristik dan persebaran yang berbeda-beda. Kemudian dari hasil peta
tersebut dikorelasikan dengan geologi regional daerah penelitian, yaitu Kulon Progo.
Hasil yang didapat dapat digunakan untuk menentukan daerah rawan bencana
gempa bumi dan dapat menjadi rekomendasi dalam pembangunan maupun rekayasa
teknik.
23
3.3 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Data Miniseed
Filter Frekuensi
Windowing
Kurva H/V
Peta Kontur
Interpretasi
Selesai
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
dominan 4 – 7 Hz, daerah dengan warna orange menandakan nilai frekuensi dominan 7 – 8
Hz, daerah dengan warna kuning berada pada interval 8 – 10 Hz, daerah berwarna hijau muda
menandakan nilai frekuensi dominan 10 – 12, dan warna hijau tua menandakan nilai frekuensi
12 – 13 Hz. Berdasarkan legenda peta tersebut, daerah tempat penelitian memiliki nilai
frekuensi dominan yang tinggi pada arah barat daya dan mengecil dengan arah timur laut.
Menurut tabel kanai interval tersebut menandakan tipe tanah IV dengan jenis pertama, yang
dimana lapisan ketebalan sedimen permukaan sangat tipis dan didominasi oleh batuan keras
(Hard Sandy, Gravel).
Berdasarkan literatur nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan telah mengalami
deformasi (pelapukan, pelipatan atau pesesaran) yang mengubah sifat fisik batuan,
berdasarkan hal tersebut, semakin besar nilai faktor amplifikasi maka semakin besar pula
26
percepatan gerakan tanah di permukaan sehingga dapat meningkatkan resiko kerusakan yang
parah saat terjadinya gempa.
Dari peta kontur tersebut dapat dilihat nilai amplifikasi berada pada interval 1 sampai
10 . Pada peta tersebut, daerah berwarna merah menandakan nilai amplifikasi yang rendah
yaitu 1 – 4, daerah dengan warna orange menandakan nilai amplifikasi 4 – 5, daerah dengan
warna kuning berada pada interval 5 – 6 Hz, daerah berwarna hijau muda menandakan nilai
amplifikasi 6 - 9, dan warna hijau tua menandakan nilai amplifikasi yang paling tinggi yaitu
9 - 10.
27
semakin tinggi nilai kerentanan seismik pada suatu daerah, maka daerah tersebut semakin
rentan apabila terjadi gempa.
Dari peta kontur tersebut dapat dilihat nilai indeks kerentanan gempa berada pada
interval 0.5 sampai 16. Pada peta tersebut, daerah berwarna merah menandakan nilai indeks
kerentanan gempa yang rendah yaitu 0.5 - 4, daerah dengan warna orange menandakan nilai
indeks kerentanan gempa 4 – 7, daerah dengan warna kuning berada pada interval 7 – 10,
daerah berwarna hijau muda menandakan nilai indeks kerentanan gempa 10 – 13, dan warna
hijau tua menandakan nilai indeks kerentanan gempa yang paling tinggi yaitu 13 - 16. Pada
daerah kulon progo tidak ditemukan nilai kerentanan gempa yang sangat tinggi, namun pada
daerah yang berwarna hijau muda dan hijau tua memiliki nilai indeks kerentanan gempa
diatas 10, sehingga cukup memiliki resiko kerusakan bila terjadi gempa bumi.
28
Berdasarkan literatur, Ground Shear Strain (GSS) merupakan kemampuan suatu
material lapisan tanah untuk meregang dan bergeser saat terjadi gempa bumi, sehingga daerah
yang memiliki nilai GSS yang tinggi, maka daerah tersebut semakin rentan apabila terjadi
gempa karena tanah yang mudah meregang dan bergeser.
Dari peta kontur tersebut dapat dilihat nilai ground shear strain berada pada interval
0.0003 sampai 0.01 . Pada peta tersebut, daerah berwarna merah menandakan nilai ground
shear strain yang rendah yaitu 0.0003 – 0.002, daerah dengan warna orange menandakan nilai
ground shear strain 0.002 – 0.004 daerah dengan warna kuning berada pada interval 0.004 –
0.006, daerah berwarna hijau muda menandakan nilai ground shear strain 0.006 – 0.008, dan
warna hijau tua menandakan nilai ground shear strain yang paling tinggi yaitu 0.008 – 0.01.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Daerah tempat penelitian memiliki nilai frekuensi dominan yang tinggi pada
arah barat daya dan mengecil dengan arah timur laut.
b. Tipe tanah daerah penelitian adalah tipe IV dengan jenis pertama, yang dimana
lapisan ketebalan sedimen permukaan sangat tipis dan didominasi oleh batuan
keras (Hard Sandy, Gravel).
c. Daerah tempat penelitian memiliki nilai amplifikasi yang tinggi pada arah barat
laut dan mengecil dengan arah timur.
d. Pada daerah Kulonprogo tidak ditemukan nilai kerentanan gempa yang sangat
tinggi, namun pada daerah yang berwarna hijau muda dan hijau tua memiliki
nilai indeks kerentanan gempa diatas 10, sehingga cukup memiliki resiko
kerusakan bila terjadi gempa bumi.
e. Daerah tempat penelitian memiliki nilai Ground Shear Strain (GSS) yang tinggi
pada arah barat laut dan mengecil dengan arah timur.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan bedasarkan hasil penelitian ini antara lain:
a. Melakukan akuisisi data mikroseismik.
b. Menggunakan data primer dalam pengolahan data seismologi dan mikroseismik.
c. Lebih teliti dalam pengolahan data mikroseismik (khususnya pada proses
Windowing).
30
DAFTAR PUSTAKA
Daryono & B.S. Prayitno. 2009. Data Mikrotremor dan Pemanfaatannya untuk Pengkajian
Bahaya Gempabumi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika: Yogyakarta.
Daryono. 2011. Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Mikrotremor pada Setiap Satuan
Bentuklahan di Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi. Program
Pascasarjana Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Douglas, J. 2011. Ground-Motion Prediction Equations 1964-2010. BRGM/RP59356-FR.
Earthquake Engineering. Beijing, China.
Edwina, D., & S. Novita. 2008. Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan Intensitas
Seismik Kota Padang Panjang menggunakan Metode Kanai. Jurnal Teknik Sipil
Universitas Andalas, Vol. 2, No. 29, ISSN: 0854-8471
Herak, M. 2008. ModelHVSR: a Matlab Tool to Model Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio
of Ambient Noise. Computers and Geosciences 34, 1514– 1526.
Kanai K. & T. Tanaka. 1961. On Microtremors. VIII, Bull. Earth . Res. Inst., University of
Tokyo, Japan.
Kanai, K. 1966. Improved empirical formula for characteristics of stray [sic] earthquake
motions. Pages 1–4 of: Proceedings of the Japanese Earthquake Symposium. Not seen.
Reported in Trifunac & Brady (1975).
Mala, H.U., A. Susilo & Sunaryo. 2015. Kajian Mikrotremor dan Geolistrik Resistivitas di
Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timor untuk Mitigasi Bencana. Jurnal Natural B,
Vol. 3, No. 1.
Nakamura, Y. 1989. A Method for Dynamic Characteristic Estimation of Subsurface using
Microtremor on The Ground Surface. Q.R. of RTRI. Vol. 30, No. 1, page 25-33.
Nakamura, Y. 1997. Seismic Vulnerability Indices for Ground and Structures using
Microtremor. World Congress on Railway Research: Florence.
Nakamura, Y. 2000. Clear Identification of Fundamental Idea of Nakamura’s Technique and
Its Application. The 12nd Word Conference on Earthquake Engineering. Tokyo,
Japan.
Nakamura, Y. 2008. On The H/V Spectrum. The 14th World Conference on
Nurrahmi, R.E., & Sandra. 2015. Analisis Kecepatan Gelombang Geser Vs30 Menggunakan
Metode Refraksi Mikrotremor (ReMi) di Kelurahan Talise. Jurnal Gravitasi Vol. 14,
No. 1. ISSN : 1412-2375.
Ozaki, M., Y. Kitagawa, and S. Hattori. 1977. Study on Regional Distribution of Maximum
31
Eartquake Motions in Japan. Proceeding of Ninth Joint UJNR Panel Conference
“Wind and Seismic Effect. Page V-14 – V-44.
Putra, D.M.A., N.B. Wibowo, & D. Darmawan. 2014. Indeks Kerentanan Seismik Kabupaten
Kulon Progo Berdasarkan Data Mikrotremor. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika, ISBN : 978-60-99834-6-3. Yogyakarta.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, & Rosidi, H.M.S. 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta
skala 1 : 100.000. Direktorat Geologi, Bandung
Roser, J., & A. Gosar. 2010. Determination of VS30 for Seismic Ground Classification in the
Ljubljana Area, Slovenia. Acta Geotechnica. Slovenia.
Saita, J., M.L.P. Bautista, & Y. Nakamura. 2004. On Relationship Between The Estimated
Strong Motion Characteristic of Surface Layer and The Earthquake Damage -Case
Study at Intramuros, Metro Manila. Paper No. 905, 13th World Conference on
Earthquake Engineering, Vancouver, B.C. Canada.
Telford, M.W., L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1976. Applied Geophysic. Cambridge University
Press.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia. Vol IA: Government Printing Office
Zaharia, B., M. Rudulian, M. Popa, B. Grecu, A. Bala, & D. Tataru. 2008. Estimation of the
Local Response Using teh Nakamura Method for tha Bucharest Area. Romanian
Reports in Physics, 60(1): 131-144.
32
LAMPIRAN
Titik 14
Titik 16
Titik 18
33
Titik 20
Titik 21
Lampiran 2: Dokumentasi
Pengolahan Data Mikroseismik dengan Geopsy
34