Você está na página 1de 22

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

PERCOBAAN II

PEMBUATAN VCO (Virgin coconut oil)

OLEH :

Nama : Ade safitri


NIM : F201501074
Kelas : D2 Farmasi
Kelompok : II
Aisten : Selpirahmawati Saranani, S.Farm.,M.Si

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virgin coconut oil (VCO) merupakan minyak kelapa murni yang
dihasilkan dari buah kelapa tua yang segar, bukan terbuat dari kopra
seperti minyak kelapa yang banyak dikenal. VCO yang beraroma gurih
dan lembut memiliki nilai komersial lebih tinggi karena memiliki banyak
manfaat dan khasiat, yaitu selain digunakan untuk bahan baku industri
pangan dan kosmetik untuk perawatan tubuh (hand body lotion), juga
dapat meningkatkan kemampuan metabolisme tubuh dan dapat
menanggulangi berbagai penyakit, karenanya dijadikan bahan obat-
obatan tradisional.
VCO mengandung medium chain trygliserida (MCT) yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan mempercepat
penyembuhan. Selain itu adanya MCT dalam tubuh tidak mendorong
terjadinya kegemukan atau obesitas. VCO juga mengandung asam
laurat yang sangat tinggi (40-45%), suatu asam lemak jenuh berantai
sedang (C = 12) yang biasa disebut dengan medium chain fatty acid
(MCFA), yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan


VCO bisa meningkatkan ketahanan tubuh terhadap beberapa
penyakit. Keberadaan asam laurat diduga dapat menanggulangi
serangan berbagai virus seperti HIV, herpes simplex virus-1 (HSV-1),
vesicular stomatis virus (VSV), visna virus, cytomegalo virus (CMV),
virus influenza dan berbagai bakteri patogen.
Selain mengandung asam laurat, VCO juga mengandung asam
kaprat, yaitu asam lemak yang memiliki sifat antimikroba yang sangat
kuat. Dalam tubuh, asam kaprat diubah menjadi monokaprat yang
bermanfaat untuk mengatasi penyakit-penyakit seksual akibat virus
HSV-2, HIV-1 dan bakteri Neisseria gonorhoeae.Virgin Coconut Oil
juga tidak membebani kerja pankreas serta dalam energi bagi
penderita diabetes dan mengatasi masalah kegemukan/obesitas. Oleh
karena pemanfaatannya yang cukup luas, maka dengan pembuatan
minyak kelapa murni ini dapat menjadi salah satu obat alternatif, selain
itu juga dapat meningkatkan nilai ekonomi (anonim, 2009).

B. Tujuan Percobaan
Untuk membuat sediaan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan berbagai
metode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman Kelapa
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
2. Klasifikasi Tanaman Pepaya
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L

B. Landasan Teori
1. Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil
pertanian Indonesia yang cukup potensial. Hampir semua bagian dari
tanaman tersebut dapat dimanfaatkan. Banyak kegunaan yang dapat
diperoleh dari kelapa dan salah satu cara untuk memanfaatkan buah
kelapa adalah mengolahnya menjadi minyak makan atau minyak
goreng. Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa,
yang dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra
(Suhardiyono, 1995).
Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan seperti Nux indica,
al djanz al kindi, ganz­ ganz, nargil, narle, tenga, temuai dan pohon
kehidupan. Buah kelapa (cocos nucifera) termasuk famili palmae dari
genus cocos. Pohon kelapa mempunyai tinggi rata­rata 12,3 meter dan
sejak ditanam sampai berbuah hingga siap dipetik pohon kelapa
membutuhkan waktu 12 bulan (Suhardiyono, 1993).
2. Minyak Kelapa Murni
Minyak kelapa murni atau bahasa ilmiahnya virgin coconut oil
adalah minyak perawan yang berasal dari sari pati kelapa, diproses
secara higienis tanpa sentuhan api secara langsung dan bahan kimia
tambahan.
Dilihat dari warnanya, minyak kelapa murni jauh lebih bening
seperti air mineral. Selain itu kadar air dan asam lemak bebasnya kecil,
serta kandungan asam lauratnya tinggi. Minyak kelapa murni
mengandung anti oksidan bebas sehingga mampu menjaga kekebalan
tubuh.
Proses pembuatan minyak kelapa murni ini sama sekali tidak
menggunakan zat kimia organis dan pelarut minyak. Dari proses seperti
ini, rasa minyak yang dihasilkan lembut dengan bau khas kelapa yang
unik. Jika minyak membeku, warna minyak kelapa ini putih murni.
Sedangkan jika cair, VCO tidak berwarna ( bening ). Minyak kelapa
murni tidak mudah tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya
tinggi sehingga proses oksidasi tidak mudah terjadi. Namun, bila
kualitas VCO rendah proses ketengikan akan berjalan lebih awal. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air dan mikroba
yang akan mengurangi kandungan asam lemak yang berada dalam
VCO menjadi komponen lain.
Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini menandakan
bahwa di dalamnya tidak tercampur oleh bahan dan kotoran lain.
Apabila didalamnya masih terdapat kandungan air, biasanya akan ada
gumpalan berwarna putih. Keberadaan air ini akan mempercepat
proses ketengikan. Selain itu, gumpalan tersebut kemungkinan juga
merupakan komponen blondo yang tidak tersaring semuanya.
Kontaminasi seperti ini secara langsung akan berpengaruh terhadap
kualitas VCO.
3. Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Setiaji, B dan Surip, P, 2006)
Membuat VCO tidak sesulit yang dibayangkan. Bahkan,
teknologi pembuatan VCO telah dilakukan oleh nenek moyang kita
secara turun­temurun. Namun, cara tradisional perlu dibenahi agar
kualitas VCO yang dihasilkan lebih baik. Disamping teknologi yang
diterapkan sangat sederhana, bahan baku pun tersedia melimpah di
Indonesia. Oleh karenanya pembuatan VCO sangat memungkinkan
untuk diterapkan oleh petani di pedesaan sekalipun.
Kandungan kimia yang paling utama (tinggi) dalam sebutir
kelapa yaitu air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut
merupakan jenis emulsi dengan protein sebagai emulgatornya. Emulsi
adalah cairan yang terbentuk dari campuran dua zat atau lebih yang
sama, di mana zat yang satu terdapat dalam keadaan terpisah secara
halus atau merata di dalam zat yang lain. Sementara yang dimaksud
dengan emulgator adalah zat yang berfungsi untuk mempererat
(memperkuat) emulsi tersebut. Dari ikatan tersebut protein akan
mengikat butir­butir minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis sehingga
butir­ butir minyak tidak akan bisa bergabung, demikian juga dengan
air. Emulsi tersebut tidak akan pernah pecah karena masih ada
tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein minyak. Minyak
kelapa (VCO) baru bisa keluar jika ikatan emulsi tersebut dirusak.
Untuk merusak emulsi tersebut banyak sekali cara, yaitu dengan
sentrifugasi, pengasaman, enzimatis, dan pancingan. Masing­masing
cara tersebut memilki kelebihan dan kekurangan. Namun, secara
umum teknologi tersebut sangat aplikatif.

4. Manfaat VCO
Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai banyak manfaat
terutama dalam bidang kesehatan (anonim, 2009) diantaranya :
a. Merupakan antibakteri ,antivirus , antijamur dan antiprotozoa
alamiah
b. Membantu meredakan gejala-gejala dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihubungkan dengan diabetes.
c. Membantu melindungi diri terhadap serangan penyakit
osteoporosis.
d. Membantu mencegah tekanan darah tinggi.
e. Membantu mencegah penyakit liver.
f. Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah
g. Membantu mencegah penyakit kanker
h. Membantu menurunkan berat badan
i. Mencegah stamina tubuh
j. Memelihara kesehatan kulit dan rambut

C. Uraian Bahan
Aquadest (Depkes RI, 1979 Halaman 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA


Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat
1. Selang plastic bening
2. Baskom
3. Toples
4. Kain saring
5. Kertas saring
6. Gelas kemia
7. Batang pengaduk
8. Mixer
B. Bahan
1. Kelapa
2. Ragi tape
3. Enzim papain
4. Parnifan
5. Aqua
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Enzim papain
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Kulit papaya di tambahkan dengan air 1000 ml lalu diblender
c. Disaring dengan menggunakan kain saring
2. Pembuatan VCO
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Kelapa yang sudah diparut, diperas dengan menggunakan 4500
ml air dengan 1 kali ekstraksi
c. Santan yang diperoleh didiamkan selama 1 jam untuk
memisahkan krim santan dan air
d. Kemudian Krim santan diambil dan ditempatkan dalam
wadah/toples transparan sebanyak 4 toples
e. Perlakuan pertama krim ditambah dengan permifan, perlakuan
kedua krim ditambah dengan rage tape, perlakuan ketiga krim
ditambah dengan Enzim papain, dan perlakuan keempat krim
dimixer selama 1 jam
f. Setelah itu didiamkan selama 24 jam
g. Setalah pendiaman terjadi pemisahan minyak, gelondo, dan air
minyak dipisahkan dari gelando dengan kertas saring.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Data Pengamatann
Tabel Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1

10 buah kelapa yang telah dicuci bersih


kemudian diparut

Air mineral sebanyak 4,5 L dihangatkan


hingga 40o C. pemanasan air mineral
dilakukan agar santan dari kelapa
dapat ditarik dengan sempurna

Air yang telah dihangatkan dituang


kedalam baskom yang berisi kelapa
parut.

4.

Kelapa yang telah dicampur dengan air


hangat diremas-remas agar santannya
keluar.
5.

Kelapa parut yang telah diremas


diperas menggunakan kain saring agar
santan yang diperoleh bebas dari
ampas kelapa.

6. Diperoleh santan sebanyak 6 L dari 10


buah kelapa dan 4,5 L air mineral

7.

Santan dimasukkan kedalam 4 botol


bening
8.

Santan yang telah dimasukkan


kedalam botol didiamkan selama 2 jam
agar terjadi pemisahan antara santan
yang mengandung minyak dan air

9.

Setelah santan dan ait terpisah, air


dihisap menggunakan bantuan selang
kecil agar memudahkan pemisahan air
dari dalam botol yang berisi santan

10.
Diberikan masing-masing perlakuan
yang berbeda pada 4 kolompok santan

1. Fermentasi santan kelapa


dengan fermipan

2. Fermentasi santan kelapa


dengan ragi tape

3. Fermentasi santan kelapa


dengan enzim papain

4. Pebuatan VCO tanpa


mrnggunakan fermentasi
melainkan dilakukan
pengadukan menggunakan
mixer selama 1 jam

11.

Keempat kelompok santan yang telah


diberi perlakuan ditutup dengan rapat
dan didiamkan selama 24 jam.
12.

Terjadi pemisahan belondo, minyak


dan air setelah didiamkan selama 24
jam

13

a. Pembuatan VCO metode


mekanik didapatkan 240 ml VCO

b. Pembuatan VCO metode


fermentasi dengan ragi roti
(Saccharomyces Sp.)
didapatkan 118 ml VCO

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum bioteknologi kali ini kami membuat Virgin Coconut Oil
(VCO). Pada proses fermentasi ini digunakan mikroba penghasil enzim
tertentu untuk memecah protein yang berikatan dengan minyak atau
karbohidrat sehingga minyak dapat terpisah secara baik. Proses fermentasi
oleh bakteri asam laktat terbukti mampu mengekstraksi minyak dari emulsi
krim santan kelapa. Selama proses fermentasi terjadi pemecahan senyawa-
senyawa penyusun emulsi krim santan. Senyawa karbohidrat dalam krim
santan merupakan sumber karbon bagi bakteri asam laktat yang digunakan
sebagai sumber energi dalam metabolisme sel. Pada proses fermentasi ini
dapat menggunakan mikroba penghasil enzim tertentu untuk memecah
protein yang berikatan dengan minyak atau karbohidrat sehingga minyak
dapat terpisah secara baik. Proses fermentasi oleh bakteri asam laktat
terbukti mampu mengekstraksi minyak dari emulsi krim santan kelapa.
Selama proses fermentasi terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun
emulsi krim santan. Senyawa karbohidrat dalam krim santan merupakan
sumber karbon bagi bakteri asam laktat yang digunakan sebagai sumber
energi dalam metabolisme sel.
Pada praktikum ini dari kelompok 1 (Fermipan yang mengandung
bakteri Saccharomyces sp), 2 (Ragi Tape yang mengandung bakteri
Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor
sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp .), 3
(Enzim Papain), dan 4 (Tanpa Bakteri dan Enzim melainkan dengan
menggunakan metode pengadukan mekanik)

Hasil yang didapatkan pada pembuatan VCO dengan 4 perlakuan


berbeda pada masing-masing kelompok tersebut adalah ekstraksi
menggunakan ragi roti (Saccharomyces sp), menghasilkan VCO yang baik
sebanyak 118 ml, yang dapat dijelaskan bahwa ragi roti dapat memecah
emulsi santan lebih baik dibandingkan dengan ragi tapai dan enzim papain.
Fermentasi santan oleh setiap ragi dapat mengeluarkan minyak dari dalam
santan. Fermentasi santan dengan ragi roti menyebabkan pelepasan alkohol,
asam organik dan CO2 melalui pemecahan glukosa dalam santan. Alkohol
dan asam organic terlibat dalam proses koagulasi protein dan dengan
demikian bertanggung jawab atas destabilisasi emulsi kelapa (Mansor et al.,
2012).

Sedangkan pembuatan VCO dengan cara enzimatis merupakan


pemisahan minyak dalam santan tanpa pemanasan melainkan dengan
bantuan enzim. Enzim papain merupakan enzim proteolitik yaitu enzim yang
mengkatalis ikatan peptida pada protein menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino. Enzim papain termasuk
enzim protease, sifat kimia enzim protease tergantung dari jenis gugus kimia
yang terdapat dalam enzim tersebut. Karena papain memiliki gugus sulfihidril
pada lokasi aktifnya maka enzim papain termasuk dalam golongan enzim
proteolitik sulfihidril (Wahyuning, dkk., 2010). Terbentuknya minyak
merupakan akibat terhidrolisisnya ikatan peptida pada krim santan. Jika
ikatan peptida tersebut terhidrolisis akan menyebabkan sistem emulsi
menjadi tidak stabil maka minyak dapat keluar dari sistem emulsi.
Pemecahan emulsi santan dapat terjadi dengan adanya enzim proteolitik.
Enzim ini dapat mengkatalisis reaksi pemecahan protein dengan
menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana
(Muhidin, 2001 dalam Winarti., dkk, 2007).
Sementara itu, pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan cara
fermentasi menggunakan ragi tape tidak dapat mengambil minyak di dalam
santan. Ini dikarenakan rusaknya emulsi santan oleh asam organik, alkohol,
dan enzim protease yang dihasilkan oleh mikroorganisme di dalam ragi tapai
Menurut Milmi (2008), ragi tapai terdiri dari berbagai macam mikroorganisme,
yaitu kapang (Aspergillus dan Rhizopus sp.), khamir (Saccharomycopsis
fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces
cereviceae dan Candida utilis) dan bakteri (Acetobacter, Pediococcus sp, dan
Bacillus sp.) yang bekerja secara sinergis. Aspergillus bekerja untuk
menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces dan Candida
mengubah gula yang dihasilkan dari penguraian pati oleh Aspergillus menjadi
alkohol dan zat organik lainnya.Alkohol kemudian diubah menjadi asam cuka
oleh Acetobacter (Dwidjoseputro, 1977). Sementara itu, Rhizopus sp
menghasilkan menghasilkan enzim proteolitik. Namun demikian, proses
fermentasi santan menggunakan ragi tapai menghasilkan rendemen VCO
lebih rendah dibandingkan dengan VCO yang dihasilkan pada fermentasi
santan menggunakan ragi roti. Walaupun selama proses fermentasi
dihasilkan asam organik, alkohol, dan enzim protease, namun demikian
enzim protease, asam organik, dan alkohol yang dihasilkan oleh ragi tapai
tidak cukup mampu untuk merusak sistem emulsi santan.
Semakin tinggi kadar air dalam VCO menyebabkan terjadinya reaksi
hidrolisis yang dapat mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan
gliserol yang dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini dihasilkan oleh mikroba
yang tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air tinggi. Reaksi hidrolisi ini
mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita rasa dan bau tengik pada
minyak tersebut
Pada perlakuan keempat yaitu menggunakan metode mekanik
didapatkan 240 ml VCO, ini adalah jumlah VCO terbanyak dari keempat
perlakuan yang diberikan. Santan kelapa pada percobaan ini diberikan
perlakuan mekanik selama 1 jam dengan kecepatan sedang pada mixer.
Pada bagan diatas dapat dilihat bahwa pengaruh kecepatan putaran
dan waktu dapat mempengaruhi kulitas VCO yang didapat berdasarkan jurnal
penelitian oleh Hepsarih dan Walesih dalam jurnal pembuatan virgin coconut
oil (vco) dengan metode sentrifugasi.
Gagalnya pembuatan VCO pada perlakuan 2 ( fermentasi dengan
Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor
sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp .) dan
perlakuan 3 (fermentasi dengan enzim pepain) disebabkan karena
beberapa faktor kesalahan yaitu kandungan santan pada kedua
kelompok tersebut lebih sedikit dan lebih banyak mengandung air
dari pada kelompok perlakuan 1 (fermentasi dengan Saccharomyces
Sp) dan kelompok perlakuan 4 (metode pengadukan mekanik). Faktor
kesalahan lain yang terjadi adalah pembuatan VCO yang tidak higenis
menyebabkan VCO tidak terekstraksi sempurna sehingga blondo tidak
terpisah dari minyak

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum pembuatan VCO dengan empat perlakuan didapat
kesimpulan bahwa :
1. VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari kelapa tua
segar sebagai bahan baku dan diproses tanpa pemanasan atau
dengan pemanasan terbatas,bergizi tinggi dan mengandung 50-53%
asam laurat.
2. VCO yang terbaik diperoleh dari perlakuan keempat yaitu
menggunakan metode mekanik dengan diperoleh 240 ml.
3. Sedangkan pembuataan VCO menggunakan fermipan/ragi roti (yang
mengandung bakteri Saccharomyces Sp.) diperoleh VCO sebanyak
118 ml.
4. Faktor kesalahan pada pembuatan VCO ini disebaknan karena tidak
higenisnya pembuatan VCO yang dilakukan pada perlakuan 2 dan 3.
Serta kandungan air pada santan kelapa lebih banyak.

B. Saran
Diharapkan agar alat dilaboratorium lebih dilengkapi lagi agar
memudahkan praktikan untuk melakukan praktikum. Diharapkan juga agar
asisten labotatorium agar membimbing mahasiswa lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit
Universitas Indonesia (UI­ Press), Jakarta.
Palungkun, R., 1993, Aneka Produk Olahan Kelapa, PT. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Rindengan, B., dan Hengky, N., 2004, Pembuatan & Pemanfaatan Minyak
Kelapa Murni, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B., 2000, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006, Membuat VCO Berkualitas Tinggi,
Penebar Swadana, Jakarta.
Suhardiyono, L, 1993, Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya,
Kanisius, Yogyakarta.
Wahyudi, Anang S., dan Wahyuni, 2005, Pembuatan Minyak Kelapa Murni (
Virgin Coconut Oil ), Tugas Akhir Teknik Kimia, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Wahyuni, Mita Ir., 2000, Bertanam Kelapa Kopyor, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Wijayanti, D.D., dan Sugiyarti, L., 2008, Pembuatan Minyak Kelapa Murni (
Virgin Coconut Oil ) Menggunakan Ekstrak Belimbing Wuluh Sebagai
Sumber Asam, Tugas Akhir Teknik Kimia, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta

Você também pode gostar