Você está na página 1de 87

BAB I

HPP KONVENSIONAL

Harga pokok produksi adalah biaya – biaya produksi yang dikumpulkan untuk
periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk (total biaya yang bersangkutan
dengan produk tersebut) yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode
bersangkutan. Unsur-unsur harga pokok produksi tersebut yakni terdiri dari :

1. Biaya Bahan Baku


2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik

Metode biaya Konvensional (tradisional) hanya membebankan biaya produk sebesar biaya
produksinya. Oleh karena itu, dalam sistem Konvensional biaya produk terdiri atas 3 ( Tiga )
elemen, yaitu: (1) Biaya Bahan Baku / BBB, (2) Biaya Tenaga Kerja Langsung / BTKL, dan
(3) Biaya Overhead Pabrik / BOP. Dan metode penentuan hpp konvensional ada dua yaitu
full costing dan variabel costing, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur
pada masa lalu.

Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu :

1. FULL COSTING
Metode Full Costing => pendekatan FUNGSI
Membebankan seluruh biaya produksi sebagai cost produk, baik biaya produksi yang
berprilaku variabel maupun tetap.
Biaya operasi adalah : Seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk setelah
keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan variabel atau bisa
dikelompokkan menjadi fungsi lebih terinci, seperti fungsi administrasi, fungsi penjualan
dsb.
Jika perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam penentukan cost produk
maka total biaya produksi (BBB + BTKL+ BOP variabel + BOP tetap) ditambah dengan
total biaya nonproduksi (Biaya adm & umum + biaya pemasaran). Biaya produksi
merupakan biaya penuh produk, sedangkan biaya pemasaran dan biaya administrasi &
umum diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing.

MODUL PRAKTIKAN AM | 1
Full costing mengalokasikan suatu proporsi dari overhead pabrikasi tetap dan variabel
kepada setiap unit yang dihasilkan dalam satu periode. Full costing terdiri atas biaya
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrikasi tetap dan
variabel. Dalam metode ini, biaya overhead pabrikasi tetap disertakan dalam persediaan,
dan dimasukan sebagai beban hanya pada saat persediaan tadi dijual.

2. VARIABEL COSTING
Metode Variable Costing => pendekatan Tingkah Laku.
Perhitungan harga pokok dan penyajian laporan laba rugi didasarkan atas tingkah
laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja dan biaya tetap dianggap bukan
biaya produksi. Pendekatan ini digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah
saja layak dibebankan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan.
Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi variabel dipisahkan dengan biaya
operasi tetap karena biaya operasi variabel berubah sesuai dengan perubahan operasi
perusahaan sedangkan biaya operasi tetap tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan.
Jika perusahan menggunakan variabel costing dalam menentukan harga pokok
produksinya adalah total biaya variabel (BBB+BTKL+BOP variabel + biaya adm &
umum variabel + biaya pemasaran variabel) ditambah dengan total biaya tetap (BOP tetap
+ biaya adm & umum tetap + biaya pemasaran tetap).
Dalam metode variabel costing hanya biaya produksi variabel saja yang
diperhitungkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivasi
diukur dalam unit produk yang dihasilkan, maka biaya variabel biasanya terdiri atas
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi variabel. Biaya
overhead pabrikasi tetap berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umunya tidak
dipengaruhi oleh kuantitas produk yang diproduksi. Oleh karena itu, biaya overhead
pabrikasi tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk, melainkan diperlakukan sebagai
biaya periode, seperti halnya beban penjualan dan administratif.
Diperlakukan tiga langkah dalam aplikasi penentuan variabel costing :
 Semua biaya dianalis secara cermat guna menentukan mana yang berperilaku
variabel dan tetap.
 Biaya variabel dikenakan sebagai biaya produk.
 Semua biaya overhead pabrikasi tetap serta beban penjualan dan administratif
diperlakukan sebagai biaya periode.

MODUL PRAKTIKAN AM | 2
Biaya produk ialah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah produk.
Biaya periode ialah semua biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan untuk menjual produk,
disebut juga noninventoriable cost karena biaya ini dikeluarkan selama periode berjalan
untuk menunjang aktivitas perusahaan, tidak berhubungan dengan proses produksi.
Biaya nonpabrikasi ialah biaya dikeluarkan yang tidak dapat dikaitkan atau dibebankan
kepada sebuah produk manufaktur. Seperti biaya pemasaran, dan biaya adm & umum

Perbandingan metode variable costing dan metode full costing

1. Penentuan harga pokok produksi


Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang membebankan
seluruh biaya produksi, baik biaya variable maupun biaya tetap ke produk. Dalam metode
ini biaya overhead produk dibebankan dengan menggunakan tarif yang telah ditentukan
dimuka. Biaya overhead pabrik tetap dianggap sebagai biaya produksi dan baru akan
dilaporkan dalam laporan laba rugi apabila produk telah terjual.

Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang hanya
memperhitungkan biaya variable, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik variable. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya
produksi tapi dibebankan dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya (period cost).

2. Penyajian laporan laba rugi


Pada Metode variable costing, seluruh biaya overhead tetap yang terjadi dalam
periode tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi perode tersebut sehingga akan
mengurangi pendapatan pada periode tersebut.

Sedangkan metode full costing, biaya overhead tetap yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi hanya biaya overhead tetap produk yang telah terjual saja pada
periode tersebut.

MODUL PRAKTIKAN AM | 3
CONTOH KASUS

HPP KONVENSIONAL

PT LABALA adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap di jual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang
dikumpulkan pada akhir periode 2015.

1. Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku (raw material) Rp. 10.000 /unit
Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labor cost) Rp. 6000 /unit
Total Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp. 600.000.000 /th
(Variabel : 70%, Tetap :30%)
Total Biaya Administrasi & Umum Rp. 50.000.000 /th
(Variabel: 45%, Tetap : 55%)
Total Biaya Pemasaran Rp. 20.000.000 /th
(Variabel : 60%, Tetap : 40%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 70.000 /unit
3. Data Penjualan dan Produksi
Persediaan Awal 20.000 unit
Produksi 80.000 unit
Penjualan 70.000 unit
Persediaan Akhir 30.000 unit

Diminta:

1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variable costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing !
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !

MODUL PRAKTIKAN AM | 4
JAWABAN CONTOH KASUS :

1. BiayaProduksi per unit


30% X Rp. 600.000.000
 BOP Tetap /unit = = Rp. 2.250/unit
80.000 unit
70% X Rp. 600.000.000
 BOP Variabel /unit = = Rp. 5.250/unit
80.000 unit

BiayaProduksi /Unit Metode Full Costing MetodeVariabel Costing


BBB Rp. 10.000 Rp. 10.000
BTKL Rp. 6.000 Rp. 6.000
BOP Variabel Rp. 5.250 Rp. 5.250
BOP Tetap Rp. 2.250 -
Total BiayaProduksi Rp. 23.500 Rp. 21.250

MODUL PRAKTIKAN AM | 5
2. Laporan Laba Rugi
a. Full Costing
INCOME STATEMENT

Penjualan (70.000 x Rp. 70.000) Rp.4.900.000.000


HPP
Persediaan Awal (20.000 x Rp. 23.500) Rp. 470.000.000
BBB (80.000 x Rp. 10.000) Rp. 800.000.000
BTKL (80.000 x Rp. 6.000) Rp. 480.000.000
BOP Variabel (80.000xRp. 5.250) Rp. 420.000.000
BOP Tetap (80.000 x Rp. 2.250) Rp. 180.000.000 +
Biaya Produksi Rp. +
1.880.000.000
BTUD Rp.
2.350.000.000
Persediaan Akhir (30.000 x Rp. 23.500) (Rp. 705.000.000)
HPP (Rp.1.645.000.000)
Laba Kotor Rp. 3.255.000.000
Biaya Operasi
Biaya Administrasi dan Umum
 Variabel (45% x Rp. 50.000.000) = Rp. 22.500.000
 Tetap (55% x Rp. 50.000.000) = Rp. 27.500.000
Rp. 50.000.000
Biaya Pemasaran
 Variabel (60% x Rp. 20.000.000) = Rp. 12.000.000
 Tetap (55% x Rp. 20.000.000) = Rp. 8.000.000
Rp. 20.000.000
Total Biaya Operasi (Rp. 70.000.000)
Laba Bersih Rp.3.185.000.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 6
b. Variabel Costing
INCOME STATEMENT

Penjualan (70.000 x Rp. 70.000) Rp. 4.900.000.000


HPP
Persediaan Awal (20.000 x Rp. 21.250) Rp. 425.000.000
BBB (80.000 x Rp. 10.000) Rp. 800.000.000
BTKL (80.000 x Rp. 6.000) Rp. 480.000.000
BOP Variabel (80.000xRp. 6.000) Rp. 420.000.000
Biaya Produksi Rp.1.700.000.000
BTUD Rp. 2.125.000.000
Persediaan Akhir (30.000 x Rp. 21.250) (Rp.637.000.000)
HPP Rp. 1.487.500.000
 Biaya Adm & Umum Var (45% x Rp. 50.000.000) Rp. 22.500.000
 Biaya Pemasaran Var (60% x Rp. 20.000.000) Rp. 12.000.000
Total Biaya Variabel (Rp. 1.552.000.000)
Laba Kontribusi Rp. 3.378.000.000
Biaya Tetap
 BOP Tetap (80.000 x Rp 2.250) Rp. 180.000.000
 Biaya Adm & Umum Tetap Rp. 27.500.000
(55% x Rp. 50.000.000)
 Biaya Pemasaran Tetap (40% x Rp. 20.000.000) Rp. 8.000.000
Total Biaya Tetap (Rp. 215.500.000)
Laba Bersih Rp. 3.162.500.000

3. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing
sebesar Rp. 3.185.000.000, lebih kecil dari pada menggunakan metode variabel costing
sebesar Rp. 3.223.500.000. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan
dalam penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya
produksi per unit sebesar Rp. 23.500, dan pada metode variabel costing sebesar Rp.
21.250, sehingga berpengaruh pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada
kedua metode tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba
usaha.
MODUL PRAKTIKAN AM | 7
FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 8
FORM 3

MODUL PRAKTIKAN AM | 9
BAB II

PENENTUAN HPP DENGAN METODE

ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Metode ABC (Activity Based Costing) merupakan alternatif lain terhadap metode
pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode
tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan
mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja.
Activity Based Costing merupakan penentuan harga pokok produk (cost good of
manufactured) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat
untuk kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya
dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Metode ABC (Activity
Based Cost) menurut Mulyadi (2003:25) merupakan sebuah sistem informasi biaya yang
menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan
melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Oleh karena itu, informasi akuntansi yang
dirancang atas dasar aktivitas (activity-based cost system) merupakan sistem akuntansi yang
relevan dengan kebutuhan manajemen saat sekarang (Mulyadi:35)
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari
aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya
tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full Costing
dan Variable Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase design dan pengembangan produk
 Biaya design (design expenses)
 Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
 Unit level activity cost
 Batch level activity cost
 Product sustaining activity cost
 Facility sustaining activity cost

MODUL PRAKTIKAN AM | 10
3. Fase dukungan logistik
 Biaya iklan (advertising expenses)
 Biaya distribusi (distribution expenses)
 Biaya garansi produk (product guarantee expenses)

Manfaat metode ABC :

1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan


untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas
(activity-based budget).
3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan
biaya.
4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan.

Keunggulan dari ABC :

1. Dapat mengatasi diversitas (perbedaan) volume dan produk sehingga pelaporan biaya
produknya lebih akurat.
2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.
3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan
keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas
sehingga dapat menigkatkan efisiensi dan efektivitas usaha..

Kelemahan dari ABC:

1. Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka


mengenai biaya, yang pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami ABC.
2. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari meskipun memproduksi lebih sedikit
produk.

MODUL PRAKTIKAN AM | 11
3. Memerlukan upaya pengumpulan data yang diperlukan guna keperluan persyaratan
laporan keuangan.
4. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik sehingga prosentase penolakan
terhadap sistem ini cukup besar.

MODUL PRAKTIKAN AM | 12
CONTOH KASUS
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING

PT. VICTORY OFFSET memproduksi 4 jenisprodukyaitu : A, B, C, D dan dengan


data sebagai berikut:

Keterangan A B C D Total

Unit Keluaran 1300 unit 1000 unit 500 unit 700 unit 3.500 unit

Biaya Material Rp 160.000 Rp140.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 650.000

(Material Cost)

Jam Inspeksi 125 jam 250 jam 175 jam 150 jam 700 jam

(Inspection Hours)

Kilowatt 1.225 kwh 1.000kwh 1.500 kwh 1.800kwh 5.525 kwh

(Kilowatt Hours)

Jam Mesin 800 jam 750 jam 820 jam 880 jam 3.250 jam

(Machine Hours)

Putaran Produksi 85 75 55 70 285

(Production Cycle)

Jam Kerja Langsung 80 jam 75 jam 70 jam 85 jam 310 jam

(Direct Labour Hours)

Biaya Tenaga Kerja : Rp 1.250/jam

Biaya Overhead Pabrik

• Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 185.000


• Biaya Listrik : Rp 100.000
• Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost) : Rp 120.000
• Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) : Rp 120.000
Rp 525.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 13
Hitunglah Harga Pokok per unit :

a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!


b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
 Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi.
 Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam.
 Biaya Perawatan Mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin.
 Biaya Persiapan Produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!

JAWABAN CONTOH KASUS

a. Metode Konvensional :
Tarif BOP :Rp 525.000 / 3.250 JM = Rp161,54 / Jam Mesin

Keterangan A B C D
Biaya Material Rp 160.000 Rp140.000 Rp 150.000 Rp 200.000

BTKL Rp 100.000 Rp 93.750 Rp 87.500 Rp 106.250

BiayaUtama Rp 260.000 Rp 233.750 Rp 237.500 Rp 306.250

BOP Rp 129.232 Rp 121.155 Rp 132.462,8 Rp 142.155,2


@ Rp 161,54
HPP Rp 389.232 Rp 354.905 Rp 369.962,8 Rp 448.405,2

Unit yg diproduksi 1300 unit 1000 unit 500 unit 700 unit

HPP/Unit Rp 299,41 Rp 354,91 Rp 739,93 Rp 640,58

Perhitungan :

- BTKL = Jam Kerja Langsung x Biaya Tenaga Kerja


- Biaya Utama = Biaya Material + BTKL
- BOP = Jam Mesin x Tarif BOP
- HPP = Biaya Utama + BOP
- HPP/Unit = HPP : Unit yg diproduksi

MODUL PRAKTIKAN AM | 14
b. Metode ABC
Tarif BOP :

Biaya Inspeksi Pabrik : Rp 185.000/ 700 Jam = Rp264,29 / Jam inspeksi

Biaya Listrik : Rp100.000 / 5.525 kwh = Rp 18,10 / kwh

Biaya Perawatan Mesin : Rp120.000 / 3250 = Rp 36,92 / Jam Mesin

Biaya Persiapan Produksi : Rp 120.000 / 285 =Rp 421,05 / Putaran

Keterangan A B C D

Biaya Utama Rp 260.000 Rp 233.750 Rp 237.500 Rp 306.250

Biaya Inspeksi Rp 33.036,25 Rp 66.072,5 Rp 46.250,75 Rp 39.643,5

@ Rp264,29 / jam

Biaya Listrik Rp 22.172,5 Rp 18.100 Rp 27.150 Rp 32.580

@ Rp18,09 / kwh

Biaya Perawatan Rp29.536 Rp27.690 Rp30.274,4 Rp32.489,6

@ Rp36,92/ jam

Biaya Persiapan Rp35.789,25 Rp31.578,75 Rp23.157,75 Rp 29.473,5

@ Rp421,05 / putaran

HPP Rp 380.534 Rp 377.191,25 Rp 364.332,9 Rp 440.436,6

Unit yg Diproduksi 1300 unit 1000 unit 500 unit 700 unit

HPP / Unit Rp 292,72 Rp 377,19 Rp 728,67 Rp 629,20

MODUL PRAKTIKAN AM | 15
c. Membandingkan Hasil Yang Diperoleh

Keterangan A B C D
HPP / Unit Konvensional Rp 299,41 Rp 354,91 Rp 739,93 Rp 640,58

HPP / Unit ABC Rp 292,72 Rp 377,19 Rp 728,67 Rp 629,20

% Perubahan Pemakaian -2,29% 5,91% -1,55% -1,81%


ABC

Rumus :

𝑯𝑷𝑷 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑨𝑩𝑪−𝑯𝑷𝑷 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑲𝒐𝒏𝒗𝒆𝒏𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍


% Perubahan Pemakaian ABC = x 100
𝑯𝑷𝑷 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑨𝑩𝑪

Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih rendah
sehingga HPP / unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil terhadap
produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah.

MODUL PRAKTIKAN AM | 16
KASUS
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING

PT. HOPE memproduksi 4 jenis produk yaitu : M, I, N, E dan dengan data sebagai
berikut:

Keterangan M I N E Total

Unit Keluaran 1500 unit 750 unit 1.200 unit 550 unit 4.000 unit

Biaya Material Rp 325.000 Rp 350.000 Rp 350.000 Rp 145.000 Rp 1.170.000

(Material Cost)

Jam Inspeksi 150 jam 200 jam 235 jam 100 jam 685 jam

(Inspection Hours)

Kilowatt 1.465 kwh 2000 kwh 1.000 kwh 985kwh 5.450kwh

(Kilowatt Hours)

Jam Mesin 1.550 jam 700 jam 1.250 jam 750 jam 4.250 jam

(Machine Hours)

Putaran Produksi 85 90 75 60 310

(Production Cycle)

Jam Kerja Langsung 90 jam 85 jam 60 jam 65 jam 300 jam

(Direct Labour Hours)

Biaya Tenaga Kerja : Rp 1.200 / jam

Biaya Overhead Pabrik

• Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 125.000


• Biaya Listrik : Rp 120.000
• Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost) : Rp150.000
• Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) : Rp125.000
Rp 520.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 17
Hitunglah Harga Pokok per unit :

a. Menggunakan Metode Konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!

b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :

 Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi.


 Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam.
 Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin.
 Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!

MODUL PRAKTIKAN AM | 18
FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 19
FORM 3

MODUL PRAKTIKAN AM | 20
BAB III
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA

Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan
kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume penjualan dan sebagainya. Dimana
kegiatan yang dapat mempengaruhi biaya disebut dengan pemicu biaya.
Mempelajari dan mengetahui bagaimana perilaku biaya dapat bermafaat bagi manajer
untuk memprediksi laba bisnis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan penaksiran biaya
dimana hal tersebut dapat mempengaruhi beragam keputusan.
Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat dan
cara penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volumen kegiatan.
Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah di bawah berbagai macam
pengaruh merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi biaya di masa
yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Atas dasar hal tersebut biaya digolongkan atas :
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah (konstan)
terhadap perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya penyusutan, biaya gaji
pimpinan,pajak bumi dan bangunan pabrik dsb.
Didalam biaya tetap terdapat dua tipe biaya, diantaranya:
a. Biaya tetap terikat (committed fixed cost) yaitu biaya tetap untuk mempertahankan
kapasitas produksi saat ini atau untuk memenuhi komitmen hukum sebelumnya.

b. Biaya tetap kebijakan atau diskresioner (discretionary fixed cost) yaitu biaya tetap
yang berasal dari keputusan-keputusan tahunan management untuk dibelanjakan
dalam bidang biaya tetap tertentu.

2. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
3. Biaya campuran atau semi variabel (mixed cost) yaitu biaya yang mengandung unsur-
undur biaya variabel dan tetap. Contoh : biaya listrik, biaya telepon, gaji wiraniaga.

MODUL PRAKTIKAN AM | 21
Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh
dengan menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu:

1) Metode titik tertinggi dan titik terendah (High and Low Point Method)
Maksud dari titik tertinggi dan terendah disini adalah Titik tertinggi adalah suatu
titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi sedangkan titik terendah adalah titik
dengan tingkat output atau aktivitas yang terendah. Jadi, metode ini merupakan teknik
pemisahan biaya variabel dengan cara membandingkan biaya pada tingkat kegiatan
yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah
di masa lalu. Selisih biaya yang di hitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya
tersebut. Sedangkan biaya tetap mengurangi biaya semi variabel dengan biaya
variabelnya.
2) Metode biaya berjaga (Stand by Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan
andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol. Biaya
ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga ini merupakan bagian yang tetap.

3) Metode Kuadrat Terkecil (Least-square Method)


Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dan volume kegiatan
berbentuk garis lurus dengan persamaan.
Y=a+bx

Dimana :

Y = Total biaya semi variabel n = Jumlah data

a = Biaya tetap x = Volume kegiatan

b = Biaya variabel satuan

MODUL PRAKTIKAN AM | 22
Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut :

𝑛.∑ 𝑋𝑌−∑ 𝑋.∑ 𝑌 ∑ 𝑌−𝑏.∑ 𝑋


b= a=
𝑛.∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 𝑛

Dimana:

a = Biaya tetap y = Biaya sesungguhnya yang diamati

b = Biaya variable x = Tingkat kegiatan

n = Jumlah data

MODUL PRAKTIKAN AM | 23
CONTOH KASUS
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA

PT JAMAN NOW adalah sebuah pabrik sepatu masa kini yang menggunakan
mesinjahit merk KIDS. Berikut ini adalah data biaya pemeliharaan mesin selama bulan
Januari sampai Juli 2017.

Bulan Jam Mesin Jumlah Biaya Pemeliharaan

(Month) (Machine Hour) (Total Maintenance Expense)

Januari 100 Rp 10.000

Februari 300 Rp 30.000

Maret 100 Rp 10.000

April 400 Rp 44.000

Mei 200 Rp 20.000

Juni 200 Rp 20.000

Juli 40 Rp 8.000

Pertanyaan :

1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah
(high and low point method) jika dalam anggaran bulan Januari-Juli 2017 perusahaan
merencanakan menaikkan 50jam mesin (machine hour). Berapakah jumlah biaya
pemeliharaan (total maintenance expense) yang harus dikeluarkan ?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method),
jika diketahui biaya yang dikeluarkan pada tingkat sebesar 400 jam mesin adalah Rp
44.000 dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp 20.000 per bulan.
Berapakah jumlah biaya pemeliharaan (total maintenance expense) yang harus
dikeluarkan jika perusahaan menaikkan 600 jam mesin (machine hour)?
3. Hitunglah perhitungan biaya variabel, dan biaya tetap dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil!
MODUL PRAKTIKAN AM | 24
JAWABAN CONTOH KASUS

1. METODE HIGH ANDLOW POINT

Titik Tertinggi Titik Terendah Selisih

Jam Mesin (Machine Hour) 400 jam 40 jam 360 jam

Biaya Pemeliharaan Rp 44.000 Rp 8.000 Rp 36.000


(Maintenance Expense)

Biaya variable (variable cost) = selisih biaya pemeliharaan / selisih unit per jam mesin

= Rp 36.000 / 360= Rp 100 per jam mesin

TITIK KEGIATAN

Tertinggi Terendah

Biaya pemeliharaan yang terjadi Rp 44.000 Rp 8.000

Biaya pemeliharaan variable

100 x 400 Rp 40.000

100 x 40 Rp 4.000

Biaya pemeliharaan tetap Rp 4.000 Rp 4.000

Persamaan garis linear :

Y=a+bX , dimana a = biaya tetap b = biaya variabel

Y = Rp 4.000+ 100 X

Kenaikan jam mesin sebesar 50 maka :

Y = Rp 4.000 + 100 (50) = Rp 9.000

Jadi, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan PT JAMAN NOW jika jam mesin dinaikkan
menjadi 50 jam mesin adalah sebesar Rp9.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 25
2. METODE BERJAGA-JAGA

Biaya yang dikeluarkan pada tingkat 400 Rp44.000

Biaya tetap (fixedcost) Rp20.000 -

Selisih (variance) Rp24.000

Biaya variable = Rp 24.000 / 400 = Rp 60 per jam mesin

Persamaan garis linear : Y=a+bX

Y = Rp 20.000 + 60X

Kenaikan jam mesin sebesar 600 :

Y = Rp 20.000 + 60(600)

Y = Rp 56.000

Jadi, biayapemeliharaan yang dikeluarkan PT JAMAN NOW jika jam mesin dinaikkan
menjadi 600 jam mesin adalah sebesar Rp56.000

3. Metode Kuadrat Terkecil

Bulan Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Jam Mesin

Rp.1.000

1.Januari Rp 10.000 100

2.Februari Rp 30.000 300

3.Maret Rp 10.000 100

4. April Rp 44.000 400

5. Mei Rp 20.000 200

6. Juni Rp 20.000 200

7. Juli Rp 8.000 40

MODUL PRAKTIKAN AM | 26
Jawaban

Bulan Biaya Jam XY X”


Pemeliharaan dan Mesin(X)
Reparasi (Y)

1.Januari Rp 10.000 100 1.000.000 10.000

2.Februari Rp 30.000 300 9.000.000 90.000

3.Maret Rp 10.000 100 1.000.000 10.000

4. April Rp 44.000 400 17.600.000 160.000

5. Mei Rp 20.000 200 4.000.000 40.000

6. Juni Rp 20.000 200 4.000.000 40.000

7. Juli Rp 8.000 40 320.000 1.600

Total Rp 142.000 1340 36.920.000 351.600

𝑛.∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥.∑ 𝑦
b) = 𝑛.∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
7 x 36.920.000 −1.340 x 142.000
= 7 𝑥 351.600−13402
258.440.000−190.280.000
= 2.461.200−1.795.600

68.160.000
= = 102,4
665.600

∑ 𝑦−𝑏(∑ 𝑥)
A)= 𝑛
Jadi masing-masing hasil biaya variabel dan biaya
142.000−𝑏 (1.340) tetap sbb:
A= 7

142.000−(102)(1.340)
-Biaya variabel= 102jam mesin
A= 7
-Biaya tetap= Rp 760
142.000−136.680
A= = 760
7

MODUL PRAKTIKAN AM | 27
FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 28
FORM 3

MODUL PRAKTIKAN AM | 29
BAB IV
LAPORAN SEGMENTASI

A. PELAPORAN YANG DISEGMEN


Dalam sebuah perusahaan, agar kegiatan didalamnya dapat beroperasi secara efektif,
manajer harus mempunyai informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi perusahaan
tersebut. Bukan hanya melihat dari beberapa jenis produk yang dapat menguntungkan atau
yang tidak dapat memberikan keuntungan, beberapa daerah penjualan dengan komposisi
penjualan yang buruk atau mungkin mengabaikan kesempatan penjualan, atau beberapa divisi
produksi yang mungkin tidak efektif menggunakan kapasitas dan sumber daya mereka. Oleh
karena itu manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan.
Untuk menghasilkan laporan tersegmentasi, sebuah organisasi bisnis terlebih dahulu
dibagi dalam segmen-segmen. Segmen ini dapat berupa bagian atau aktivitas dalam sebuah
organisasi yang selanjutnya untuk segmen ini para manajer kemudian mengumpulkan data
biaya, pendapatan, dan laba.
Berdasarkan pendekatan manajemen, segmen yang digunakan untuk pelaporan
eksternal ditentukan melalui strktur internal bisnis. Jika pelaporan internal berdasar wilayah
maka laporan segmen harus berdasarkan geografis. Jika pelaporan internal berdasar lini
produk industri, maka laporan segmen harus memakai dasar yang sama. Hal ini dapat
disimpulkan segmen adalah bukti dari struktur suatu organisasi internal perusahaan, dan
pembuat laporan keuangan harus bisa menyediakan informasi yang diperlukan secara efektif
dan tepat waktu.

B. KONSEP ALOKASI DASAR


Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk
kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini
adalah sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian
laporan jenis kontribusi pada umumnya, kecuali satu hal yang tidak sama yaitu terletak
padapenanganan biaya tetap. Dimana biaya tetap dibagi ke dalam dua bagian pada laporan
yang disegmen yaitu Direct Fixed Cost dan Common Fixed Cost.
Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen
tertentu dan yang timbul karena adanya segmen sedangkan Common Fixed Cost yaitu biaya
tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena

MODUL PRAKTIKAN AM | 30
aktivitas operasi keseluruhan.Dua pedoman umum yang dapat diikuti dalam pembebanan
biaya terhadap segmen adalah bahwa biaya dapat dikelompokkan berdasarkan :
 Pada perilaku biaya sehingga semua biaya dikelompokkan sebagai biaya variabel
dan biaya tetap. Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk
menghitung marjin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam
mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam
menghasilkan laba.
 Dapat atau tidaknya suatu biaya secara langsung ditelusuri hubungannya dengan
segmen dimana biaya tersebut terjadi. Penyajian biaya menurut karakteristik ini
dimaksudkan untuk melihat keterkaitan suatu biaya dengan segmen yang dihitung
laba ruginya. Dalam kenyataannya, terdapat biaya-biaya tetap yang terjadi karena
adanya suatu segmen bisnis sehngga penutupan suatu segmen mislanya dapat
menyebabkan hilangnya sekelompok biaya tertentu.

Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen suatu perusahaan guna


menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah

 Divisi geografis (segmentasi yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat
informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan opersi domestik dan luar
negeri).
 Divisi Lini produk atau industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan profitabilitas, tingkay risiko, dan peluang pertumbuhan)
 Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data
akurat yang diperlukan dengan biaya tambahan terkecil).

Penyajian dalam Pelaporan Segmen :

a. Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan


menunjukkan komposisi masing- masing segmen tersebut.
b. Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan
berikut iniharus di ungkapkan :“Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan
antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan
dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam
jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan.

MODUL PRAKTIKAN AM | 31
c. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual
dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.

C. TUJUAN PELAPORAN SEGMEN

Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan


informasi keuangan berdasarkan segmen, yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau
jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan dan berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu
pengguna laporan keuangan dalam :
 Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik
 Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik
 Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai

D. KEBIJAKAN AKUNTANSI SEGMEN


Informasi segmen harus disusun dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan. Kebijakan
akuntansi yang dipilih manajemen untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi atau
perusahaan dianggap sebagai kebijakan akuntansi yang diyakini manajemen paling sesuai
untuk pelaporan keuangan eksternal. Karena tujuan informasi segmen ialah untuk membantu
pengguna laporan keuangan dalam memahami dan membuat penilaian yang lebih memadai
mengenai perusahaan secara keseluruhan, pernyataan ini mensyaratkan bahwa kebijakan
akuntansi yang diterapkan dalam pelaporan informasi segmen sama dengan kebijakan
akuntansi yang telah dipilih manajemen.

MODUL PRAKTIKAN AM | 32
CONTOH KASUS
LAPORAN SEGMENTASI

BALABALA CAKE adalah perusahaan yang memproduksikue berkualitas di


Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu kue bolu gulung. Perusahaan ini menjual
dua macam kue bolu gulung yaitu Bogul Klepon dan Bogul Putu dimana produk tersebut
dijual di daerah Yogyakarta dan Surabaya. Berikut adalah data biaya dan pendapatan masing-
masing produk dan daerah penjualan:

1. Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin:


Bogul Klepon Bogul Putu
Harga jual per satuan Rp 10.000,00 Rp 8.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 6.000,00 Rp 5.000,00
Kontribusi margin Rp 8.000,00 Rp 5.000,00

2. Selama tahun 2017,produk kue Bogul Klepon terjual sebanyak 50.000 unit satuan dan
produk kue Bogul Putu sebanyak 15.000 unit satuan.
Produk kue Bogul Klepon terjual sebanyak 70% dari total penjualannya untuk daerah
Yogyakarta dan sisanya untuk daerah Surabaya. Sedangkan untuk produk kue Bogul
Putu terjual sebanyak 45% dari total penjualannya untuk daerah Yogyakarta dan
sisanya untuk daerah Bandung.

1. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2014


 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Bogul Klepon Bogul Putu
Biaya Produksi Tetap Rp 65.000.000,00 Rp 30.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 8.500.000,00 Rp 4.500.000,00

 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :


Yogyakarta Bandung
Biaya Penjualan Tetap Rp 55.000.000,00 Rp 40.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 7.500.000,00 Rp 7.500.000,00

MODUL PRAKTIKAN AM | 33
Diminta :

1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah


penjualan (Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk
(Produk Line)

MODUL PRAKTIKAN AM | 34
JAWABAN CONTOH KASUS

1. Berdasarkan Daerah Penjualan

Yogyakarta Surabaya Jumlah


Penjualan
- Bogul Klepon Rp 350.000.000,00 Rp 150.000.000,00 Rp 500.000.000,00
- Bogul Putu Rp 54.000.000,00 Rp 66.000.000,00 Rp 120.000.000,00
Total Penjualan Rp 404.000.000,00 Rp 216.000.000,00 Rp 620.000.000,00
Biaya Variabel :
- Bogul Klepon (Rp 210.000.000,00) (Rp 90.000.000,00) (Rp 300.000.000,00)
- Bogul Putu (Rp 33.750.000,00) (Rp 41.250.000,00) (Rp 75.000.000,00)
Total Biaya Variabel (Rp 243.750.000,00) (Rp 131.250.000,00) (Rp 375.000.000,00)
Contribution Margin Rp 160.250.000,00 Rp 84.750.000,00 Rp 245.000.000,00
Direct Fixed Expenses :
- Biaya Penjualan (Rp 55.000.000,00) (Rp 40.000.000,00) (Rp 95.000.000,00)
- Biaya Administrasi (Rp 7.500.000,00) (Rp 7.500.000,00) (Rp 15.000.000,00)
Territorial Margin Segmen Rp 97.750.000,00 Rp 37.250.000,00 Rp 135.000.000,00
Common Fixed Expenses :
- Biaya Produksi (Rp 95.000.000,00)
- Biaya Administrasi (Rp 13.000.000,00)
Penghasilan Netto Rp 27.000.000,00

MODUL PRAKTIKAN AM | 35
2. Berdasarkan Lini Produk

Bogul Klepon Bogul Putu Jumlah


Penjualan Rp 500.000.000,00 Rp 120.000.000,00 Rp 620.000.000,00
Biaya Variabel (Rp 300.000.000,00) (Rp 75.000.000,00) (Rp 375.000.000,00)
Contribution Margin Rp 200.000.000,00 Rp 45.000.000,00 Rp 245.000.000,00
Direct Fixed Expenses :
- Biaya Produksi (Rp 65.000.000,00) (Rp 30.000.000,00) (Rp 95.000.000,00)
- Biaya Administrasi (Rp 8.500.000,00) (Rp 4.500.000,00) (Rp 13.000.000,00)

Product Line Fixed Margin Rp 126.500.000,00 Rp 10.5000.000,00 Rp 137.000.000,00


Comon Fixed Expenses :
- Biaya Penjualan (Rp 95.000.000,00)
- Biaya Administrasi (Rp 15.000.000,00)
Penghasilan Netto Rp 27.000.000,00

MODUL PRAKTIKAN AM | 36
KASUS
LAPORAN SEGMENTASI
Sporty Shoes Company adalah perusahaan yang memproduksisepatu olahraga
berkualitas yang ada di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Adadas dan
Convirse dimana produk tersebut dijual di daerah Jakarta dan Tangerang. Berikut adalah data
biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan:

1. Harga jual,biaya variabel dan kontribusi margin :


Adadas Convirse
Harga jual per unit Rp1.500.000,00 Rp 850.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 200.000,00 Rp 175.000,00
Kontribusi margin Rp 2.000.000,00 Rp 1.650.000,00

2. Selama tahun 2015,produk sepatu Adadas terjual sebanyak 25.000 unit satuan dan
produk sepatu Convirse sebanyak 12.500 unit satuan.
Produk sepatu Adadas terjual sebanyak 85% dari total penjualannya untuk daerah
Jakarta dan sisanya untuk daerah Tangerang. Sedangkan untuk produk sepatu
Convirse terjual sebanyak 40% dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan
sisanya untuk daerah Tangerang.Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015 yaitu :

 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :


Adadas Convirse
Biaya Produksi Tetap Rp 250.000.000 Rp 185.750.000
Biaya Administrasi Tetap Rp 50.000.000 Rp 45.750.000

 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :


Jakarta Tangerang
Biaya Penjualan Tetap Rp 75.000.000 Rp 85.000.000
Biaya Administrasi Tetap Rp 5.500.000 Rp 5.500.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 37
Diminta :

1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah


penjualan (Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk
(Produk Line)

MODUL PRAKTIKAN AM | 38
FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 39
BAB V

ANALISIS CPV

Analisis CPV adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara besarnya biaya
yang dikeluarkan suatu perusahaan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
Analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba atau Cost Profit Volume (CPV)
merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyusun perencanaan laba jangka
pendek. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu volume produk
yang dijual, harga jual produk, dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai
tingkat laba yang diinginkan. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan
volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi
mempengaruhi biaya.(Mulyadi,2015:225-226)

ANALISIS IMPAS

Titik impas adalah suatu keadaan dimana suatu perusahaan dalam kondisi tidak
mendapatkan laba atau menderita rugi. Kondisi ini biasa dinyatakan sebagai :

MODUL PRAKTIKAN AM | 40
 Total penjualan sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut.
 Laba perusahaan sama dengan nol.

Kondisi ini sangat penting untuk diketahui perusahaan. Mengingat,dengan mengetahui


titik impas perusahaan bisa merencanakan operasinya dengan baik atau bahkan untuk tidak
meneruskan operasinya.

Manfaat atau kegunaan analisis break even point (BEP)

Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau
tujuan perusahaan, kegunaannya antara lain :

1. Sebagai dasar/landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha dan dapat


digunakan untuk perencanaan laba/pofit planning.
2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu
untuk alat mencocokan antara realisasi biaya dengan angka-angka dalam perhitungan
break even point sebagai pengendalian atau controlling.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui
hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang ditargetkan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputasan yang harus dilakukan
seorang manager, misalnya seorang manager akan mengambil suatu keputusan
tertentu terlebih dahulu menanyakan titik break even point.

Break Even Point (BEP)

a. Pendekatan Persamaan
Seperti pada artian titik impas bahwa :

• Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi

• Total penjualan sama dengan total biaya

• Laba sama dengan nol

Maka persamaan titik impas bisa disajikan sebagai berikut:

Penjualan = Total Biaya

MODUL PRAKTIKAN AM | 41
Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel,
dengan demikian persaman yang lengkap adalah:

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap

Dalam kondisi ini laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut persamaan
bisa di jadikan:

Penjualan TI*) = Biaya Variabel TI*) + Biaya Tetap


Laba**)

*) TI = Titik Impas

** ) Dimana laba adalah nol.

b. Pendekatan Margin Contribusi


Margin kontribusi (contribution margin) adalah sisa hasil penjualan setelah
dikurangi dengan biaya variable. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk
menutup biaya tetap dan membentuk laba.

Titik impas yang dicari dengan metode marginkontribusi menetapkan, seberapa besar
margin kontribusiuntuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba.Semakin besar
margin kontribusi yang diperoleh perusahaan dari setiap unit produk yang dijualnya,
semakin cepat pula perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang
diinginkan.Dengan pendekatan ini, titik impas bisa disajikan dalam bentuk unit atau dalam
rupiah.

 Unit
Titik impas dalam unit dicari dengan formula:

Biaya Tetap Total

Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit

MODUL PRAKTIKAN AM | 42
 Rupiah
Titik impas dalam rupiah dicari dengan formula:

Biaya Tetap Total

Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit

Margin Kontribusi
*) Ratio margin kontribusi = X 100%
Penjualan

c. Margin of Safety (Margin Pengamanan Penjualan)


Margin of safety (MOS) adalah hasil penjualan pada tingkat titik impas dihubungkan
dengan penjualan yang dianggarkan atau penjualan pada tingkat tertentu, maka akan di
dapat informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga
perusahaan tidak menderita kerugian..Perusahaan dengan margin pengaman yang besar
kurang rentan terhadap imbas kemerosotan permintaan penjualan yang disebabkan
suramnya ekonomi, perubahan prilaku ekonomi ataupun kondisi persaingan
bisnis.Konsekuensinya, ketentuan yang dipakai untuk menerapkan margin pengaman
dalam sebuah perusahaan adalah semakin besar margin pengaman, semakin rendah
resiko bisnis.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Margin of Safety adalah:

a. Margin of Safety dalam rupiah (Rp)


MOS = Penjualan – Penjualan Pada Titik impas

b. Margin of Safety dalam persen (%)

% Mos = MOS dalam rupiah

Penjualan

Angka Margin of safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun agar supaya perusahan tidak menderita
kerugian atau dengan kata lain, angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah
maksimum penurunan volume yang direnanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
MODUL PRAKTIKAN AM | 43
d. Tuasan Operasi (Operating Leverage)
Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak. Karena
perbandingan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap, maka perusahaan
dengan biaya tetap yang tinggi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Tuasan
operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih besar
dibandingkan dengan biaya variabelnya. Demikian sebaliknya apabila perusahaan
memiliki tuasan operasi yang terbilang tinggi, maka keuntungannya akan sangat peka
terhadap perubahan penjualan. Presentase kenaikan atau penurunan yang kecil dalam
penjualan dapat mengakibatkan presentase kenaikan atau penurunan yang besar dalam
keuntungan yang diraih.

Faktor Tuasan Operasi

Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar
presentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba bersih
mendekati nol, maka semakin dekat perusahan ke titik impas. Hal ini akan menyebabkan
faktor tuasan operasi yang tinggi. Pada saat volume penjualan menggelembung, margin
kontribusi dan laba bersih akan membengkak pula, konsekuensinya adalah faktor tuasan
operasi secara progresif menjadi lebih kecil.

Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat dikur dengan menggunakan rumus berikut:

Margin Kontribusi
Faktor tuasan Operasi =
Laba Bersih

Dalam pengukuran operating leverage, manajemen berupaya menentukan seberapa sensitif


laba terhadap perubahan penjualan.Para manajer berupaya menjauhi risiko dengan
mempertahankan kondisi operating leverage pada posisi rendah, bahkan meskipun hal ini
menyebabkan berkurangnya laba perusahaan.

e. Laba Sasaran
Tatkala melakukan investasi dalam sebuah proyek, manajemen tentunya berharap dapat
meraup tingkat keuntungan tertentu. Besarnya keuntungan yang diharapkan oleh
pemodal sering disebut laba sasaran. Ada beberapa manfaat penentuan titik impas,
MODUL PRAKTIKAN AM | 44
diantaranya perusahaan akan bisa memperkirakan penjualan yang dilakukan agar laba
tertentu bisa diperoleh.

Dengan pendekataan persamaan maupun pendekatan margin kontribusi, jumlah


penjualan untuk mencapai laba diinginkan bisa dicari dengan menambahkan laba pada
unsur biaya tetap. Sehingga persamaan atau formulanya akan menjadi sebagai berikut :

a. Pendekataan Persamaan

Penjualan = Biaya Variabel +Biaya Tetap + Laba

b. Pendekataan Margin Kontribusi

Biaya Tetap + Laba


Penjualan= =
Margin Kontribusi

CONTOH KASUS

ANALISA CPV

PT. SERIBU DUA RIBU memproduksi Radio. Berikut ini adalah proyeksi laporan
Penghasilan Usaha perusahaan PT. SERIBU DUA RIBU

PT. SERIBU DUARIBU


Laporan Penghasilan Usaha Kontribusi
31 Maret 2017

Keterangan Total ( Rp ) Per Unit Persentase Penjualan


Penjualan (500 Unit ) Rp. 400.000.000 Rp. 800.000 100 %
Biaya Variabel (Rp. 320.000.000) (Rp. 640.000) 60%
Margin Kontribusi Rp. 80.000.000 Rp. 160.000 40%
Biaya Tetap (Rp. 60.000.000)
Laba Bersih Rp. 20.000.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 45
Hitunglah :
1. Rasio margin kontribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah
3. Margin Of Safety (MOS) apabila terdapat perusahaan PT. GOCAP dengan L/R
sebagai berikut :

Keterangan Total ( Rp ) Persentase Penjualan


Penjualan (500 Unit ) Rp. 400.000.000 100 %
Biaya Variabel (Rp. 280.000.000) 50%
Margin Kontribusi Rp. 120.000.000 50%
Biaya Tetap (Rp. 100.000.000)
Laba Bersih Rp. 20.000.000

4. Tuasan operasi apabila diasumsikan kenaikan laba sebesar 10%


5. Laba sasaran yang diharapkan Rp. 19.000.000
JAWABAN CONTOH KASUS

𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
1. Rasio Margin Kontribusi= × 100 %
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑝.80.000.000
= 𝑥 100% = 20%
𝑅𝑝.400.000.000

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
2. Titik Impas dalam Unit yang Terjual =
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡

𝑅𝑝.60.000.000
= = 375 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝.160.000

Titik Impas Dalam Rupiah = Biaya Tetap Total


Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit

= Rp. 60.000.000 = Rp. 150.000.000


Rp. 40%

MODUL PRAKTIKAN AM | 46
PT. SERIBU DUARIBU PT. GOCAP

Perse
Jumlah Persen Jumlah
n
Penjualan Rp. 400.000.000 100 Rp. 400.000.000 100
Biaya Variabel (Rp. 320.000.000) (60) (Rp. 280.000.000) (50)
Margin Kontribusi Rp. 80.000.000 40 Rp. 120.000.000 50
Biaya Tetap (Rp. 60.000.000) (Rp. 100.000.000)
Laba Bersih Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.000

Titik Impas :
Rp. 60.000.000 / 40% Rp. 150.000.000
Rp. 100.000.000 / 50% Rp. 200.000.000

Margin pengaman dalam rupiah


(Jumlah Penjualan – Titik Impas ) :
Rp. 400.000.000 – Rp.
Rp. 250.000.000
150.000.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 47
Rp. 400.000.000 – Rp.
Rp. 200.000.000
200.000.000

Margin pengamanan dalam


persentase
Rp. 250.000.000 / Rp. 400.000.000 62,5 %
Rp. 200.000.000 / Rp400.000.000 50%

PT. SERIBU DUARIBU PT. GOCAP

Jumlah Persen Jumlah Persen


Penjualan Rp. 400.000.000 100 Rp. 400.000.000 100
Biaya Variabel (Rp. 320.000.000) (60) (Rp. 280.000.000) (50)
Margin Kontribusi Rp. 80.000.000 40 Rp. 120.000.000 50
Biaya Tetap (Rp. 60.000.000) (Rp. 100.000.000)
Laba Bersih Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.000

PT. SERIBU DUARIBU mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya
variabelnya dibandingkan dengan PT. GOCAP. Walaupun demikian jumlah biaya kedua
perusahaan tersebut sama yaitu Rp. 380.000.000 ( Rp. 400.000.000 – Rp. 20.000.000 ) pada
tingkat penjualan Rp. 400.000.000. jika penjualan masing – masing pengusaha dinaikkan
sebesar 10% ( dari Rp. 400.000.000 menjadi 440.000.000 pada setiap pengusaha). Hal ini
tercermin dalam perhitungan di bawahini :

PT. SERIBU DUARIBU PT. GOCAP

Jumlah Persen Jumlah Persen


Penjualan Rp. 440.000.000 100 Rp. 440.000.000 100
Biaya Variabel (Rp. 352.000.000) (60) (Rp. 308.000.000) (50)
Margin Kontribusi Rp. 88.000.000 40 Rp. 132.000.000 50
Biaya Tetap (Rp. 70.000.000) (Rp. 90.000.000)
Laba Bersih Rp. 18.000.000 Rp. 42.000.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 48
Faktor Tuasan Operasi = Margin Kontribusi
Laba Bersih

𝑅𝑝.80.000.000
PT. SERIBU DUARIBU= =4
𝑅𝑝.20.000.000

𝑅𝑝.120.000.000
PT. GOCAP = =6
𝑅𝑝.20.000.000

Dengan mencermati faktor tuasan operasi diatas, dapatdiketahui bahwa suatu perubahan
penjualan akan mengakibatkan perubahan empat kali lipat laba bersih pada PT. SERIBU
DUARIBU danp erubahan enam kali lipat laba bersih pada PT. GOCAP. Dengan demikian,
apabila penjualan meningkat 10 persen, maka laba bersih PT. SERIBU DUARIBU akan
melonjak sebesar 40 persen; laba bersih PT. GOCAP akan melonjak 60 persen. Hal ini
dibuktikan melalui komputerisasi berikut :

(A) (B) (C)


Persentase Kenaikan Faktor Tuasan Persentase Kenaikan
Penjualan Operasi Laba Bersih (A) X
(B)
PT. SERIBU
10 4 40
DUARIBU
PT. GOCAP 10 6 60

Komputerisasi diatas menjelaskan mengapa kenaikan penjualan sebesar 10 % menyebabkan


kenaikan laba bersih PT. SERIBU DUARIBU dari Rp. 20.000.000 menjadi Rp. 28.000.000 (
Kenaikan 40 persen ) dan laba bersih PT. GOCAP melonjak tinggi dari Rp. 20.000.000
menjadi Rp. 32.000.000 (Kenaikan 60 persen ).

3. Laba Sasaran
Harga jual perunit Rp. 800.000 per unit
Biaya Variabel Rp. 640.000 per unit
Biaya Tetap Rp. 60.000.000
MODUL PRAKTIKAN AM | 49
Untuk menentukan laba sasaran terdapat 2 metode yang dapat digunakan yaitu :

1) MetodePersamaan
Penjualan = BebanVariabel + BebanTetap + Laba
800.000 X = Rp. 640.000 X + Rp. 60.000.000 + Rp. 19.000.000
160.000 X = Rp. 79.000.000
X = 494

2) Metode Margin Kontribusi


Unit PenjualanuntukMencapai Target = BebanTetap + Target Laba
Margin Kontribusi per Unit
= Rp. 60.000.000 + Rp. 19.000.000
Rp. 160.000
= Rp. 494 unit

Dari komposisi itu diketahui bahwa PT. SERIBU DUARIBU harus menjual sebanyak
494 unit radio supaya meraih laba sasaran Rp. 19.000.000. Apabila dinyatakan dalam
rupiah, maka besarnya nilai penjualan haruslah Rp. 395.200.000 (Rp. 800.000 X 494).

MODUL PRAKTIKAN AM | 50
FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 51
FORM 3

MODUL PRAKTIKAN AM | 52
FORM 4

BAB VI

DECISION MAKING

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan dan


pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternatif yang harus dipilih.
Dalam pengambilan keputusan itu mereka menghadapi ketidakpastian dalam memilih
berbagai alternatif. Informasi akuntansi sangat membantu manajer dalam proses pengambilan
keputusan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk mengurangi
ketidakpastian atas alternatif yang dipilih. Agar pembuatan keputusan bisa tepat maka
diperlukan informasi yang akurat yaitu informasi yang relevan, tepat waktu dan pendapatan
melebihi biaya didalam perolehan informasi tersebut.

MODUL PRAKTIKAN AM | 53
Biaya diferensial, merupakan biaya yang akan datang yang berbeda diantara berbagai
macam alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya biaya diferensial dihitung dari
perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya.
Jadi, karakteristik biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang (Future Cost) dan
biaya yang berbeda (selisih) diantara berbagai alternatif keputusan. Biaya kesempatan adalah
kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif.

Dalam pengambilan keputusan manajemen, konsep biaya differensial sangat diperlukan


terutama dalam menentukan keputusan manajemen yang bersifat khusus dimana berkaitan
dengan pemilihan alternatif dalam hal :

1. Membuat sendiri atau membeli. (make or buy decision).


2. Menerima atau menolak pesanan khusus. (special order decision).
3. Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product).
4. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher).

o Membuat sendiri atau membeli. (make or buy decision)


Sebuah keputusan membeli atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen terutama
dalam perusahaan yang produksinya terdiri dari berbagai komponen dan yang
memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk
suatu produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok luar
dapat memasok komponen tersebut dengan harga yang lebih murah daripada biaya
untuk memproduksi sendiri komponen tersebut.

o Menerima atau menolak pesanan khusus. (special order decision)


Adanya kapasitas yang “Idle” (menganggur) sehingga mendorong manajemen
menerima atau mempertimbangkan harga jual di bawah normal pada pesanan yang
bersifat khusus tentunya dengan kondisi tidak mengganggu penjualan regulernya.

Jika Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial  Pesanan Diterima

Jika Pendapatan Diferensial < Biaya Diferensial  Pesanan Ditolak


Pendapatan Diferensial  Pendapatan dengan diterimanya pesanan
Biaya Diferensial  Biaya dengan diterimanya pesanan

MODUL PRAKTIKAN AM | 54
o Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product)
Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk (bauran penjualan) yang mengucurkan laba yang dapat diterima. Pada
waktu mulai tersedia, pendapatan dan biaya produk baru harus di evaluasi secara cermat
guna memastikan bahwa imbalan keuntungan terkait adalah cukup besar untuk
menjustifikasi (mempertimbangkan) penjualanya. Keputusan berkenaan dengan apakah
lini produk lama atau segmen perusahaan lain harus dihapus atau ditambah merupakan
suatu keputusan yang pelik yang harus diambil oleh manajer.

Analisis diferensial dapat diterapkan untuk melakukan evaluasi. Asumsi yang mendasari

hal tersebut adalah:

 Evaluasi segmen/ lini memakai margin kontribusi langsung.


 Penghapusan segmen/ lini terpusat pada pendapatan yang hilang dan biaya yang
terhindarkan.
 Penambahan segmen/ lini terfokus pada pendapatan dan biaya inkremental.
Biaya incremental merupakan biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau
pengurangan output ( biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi).

o Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher)

CONTOH KASUS DECISION MAKING

Membuat Sendiri atau Membeli

PT. KIDS ZAMAN NOW adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan.
Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang yang
diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 150.000 unit suku cadang. Kini
perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari perusahaan lain
dengan harga Rp 40/ unit.

Berikut adalah data biaya produksi perusahaan dalam membuat sendiri suku cadang satu
bulan:

Per unit 150.000 unit

MODUL PRAKTIKAN AM | 55
Biaya bahan baku Rp 7 Rp 1.050.000

Biaya tenaga kerja variable Rp 10 Rp 1.500.000

Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 14 Rp 2.100.000

Biaya overhead pabrik variabel Rp 4 Rp 600.000

Biaya Listrik Rp 4 Rp 600.000

Biaya Telepon Rp 3 Rp 450.000

Jumlah biaya produksi Rp 42 Rp 6.300.000

Biaya tambahan jika membeli dari luar :

 Biaya angkut Rp 200.000


Petanyaan :

a. Jika mesin yang dipakai membuat sukucadang menganggur (tidak dipakai dalam
kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknyadipilihpihakmanajemen,
apakahmemproduksisendiriataumembelidariperusahaan lain?

b. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada perusahaan
lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 300.000, alternatif manakah yang
sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat
sendiri?

JAWABAN CONTOH KASUS

a. Tabel Perbandingan Biaya :


NO JENIS BIAYA MEMBUAT MEMBELI
1 BBB Rp. 1.050.000 -
2 BTKL Rp . 1.500.000 -
3 BTK Tak Langsung Rp. 2.100.000
4 BOP Variabel Rp. 600.000 -

MODUL PRAKTIKAN AM | 56
5 Biaya Listrik Rp. 600.000 Rp. 600.000
6 Biaya Telepon Rp. 450.000 Rp. 450.000
7 Harga Beli - Rp. 6.000.000
8 Ongkosangkut - Rp. 200.000
Total Rp. 6.300.000 Rp. 7.250.000
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus di keluar kan untuk
membuat lebih kecil dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli suku cadang
dari perusahaan lain.
b. Tabel Perbandingan

Membuat Sendiri Membeli dari Luar Biaya Diferensial

Biaya Suku Cadang Rp. 6.300.000 Rp. 7.250.000 Rp. 950.000


Biaya kesempatan Rp. 300.000 - Rp. 300.000
Jumlah Biaya Rp. 6.600.000 Rp. 7.250.000 Rp. 650.000

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa sekalipun ada tambahan biaya kesempatan sebesar Rp
300.000 jumlah biaya membuat sendiri masih lebih kecil dari membeli dari luar.

KESIMPULAN:

Sebaiknya PT. KIDZ ZAMAN NOW membuat sendiri untuk produk suku cadangnya,
Karena jika membeli dari luar akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.

2. Menerima atau Menolak Pesanan Khusus


Adanya kapasitas yang “Idle” sehingga mendorong manajemen menerima atau
mempertimbangkan harga jual di bawah normal pada pesanan yang bersifat khusus
tentunya dengan kondisi tidak mengganggu penjualan regulernya.

Jika Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial  Pesanan Diterima

Jika Pendapatan Diferensia l< Biaya Diferensial  Pesanan Ditolak

Pendapatan Diferensial  Pendapatan dengan diterimanya pesanan

MODUL PRAKTIKAN AM | 57
Biaya Diferensial  Biaya dengan diterimanya pesanan

CONTOH KASUS DECISION MAKING

Menerima atau Menolak Pesanan Khusus

PT. GUDANG MICIN yang berlokasi di Jagakarsa adalah perusahaan yang memproduksi
baju. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi baju sebanyak 1500 unit
/bulan. Ramalan penjualan untuk bulan Maret perusahaan hanya memproduksi 970 unit
dengan harga jual Rp 80.000 /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjuk kan
rincian biaya sebagai berikut :

 Biaya Variabel Rp 9.500/unit

MODUL PRAKTIKAN AM | 58
 Biaya tetap pabrikasi Rp 30.000.000/bulan
 Biaya Penjualan dan Administratif Rp 1.700.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 500 unit dengan harga Rp 30.000 /unit. Namun
diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 3.500.000 untuk mencetak logo
tertentu pada baju pesanan khusus.

Keputusan apakah yang diambil perusahaan ?Menerima atau menolak pesanan khusus ?

JAWABAN CONTOH KASUS

Dengan Tanpa Analisis


Pesanan Pesanan Diferensial
Penjualan :
( 970 unit x Rp 80.000 ) Rp 77.600.000 Rp 77.600.000
(500 unit xRp 30.000 ) Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
BiayaVariabel :
( 970 unit x Rp 9.500 ) (Rp 9.215.000) (Rp 9.215.000)
( 500 unit x Rp 9.500 ) (Rp 4.750.000) (Rp 4.750.000)
Margin kontribusi Rp 78.635.000 Rp 68.385.000 Rp 10.250.000
Biayatetap :
Pabrikasi – Reguler (Rp 30.000.000) (Rp 30.000.000)
– Tambahan (Rp 3.500.000) (Rp3.500.000)
Penjualan & Administratif (Rp 1.700.000) (Rp 1.700.000)
Laba bersih Rp 43.435.000 Rp 36.685.000 Rp 6.750.000

Keputusan : Pesanan khusus diterima karena Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial
yaitu Rp 15.000.000 – ( Rp 4.750.000 + Rp 3.500.000) = Rp 6.750.000
Perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih tinggi sebesar Rp 6.750.000
apabila menerima pesanan khusus tersebut .

MODUL PRAKTIKAN AM | 59
3. Menambah atau Menghapus Lini Produk
Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk (bauran penjualan) yang mengucurkan laba yang dapat diterima. Pada
waktu mulai tersedia, pendapatan dan biaya produk baru harus di evaluasi secara cermat
guna memastikan bahwa imbalan keuntungan terkait adalah cukup besar untuk
menjustifikasi penjualanya. Keputusan berkenaan dengan apakah lini produk lama atau
segmen perusahaan lain harus dihapus atau ditambah merupakan suatu keputusan yang
pelik yang harus diambil oleh manajer.

Analisis diferensial dapat diterapkan untuk melakukan evaluasi. Asumsi yang mendasari
hal tersebut adalah:

 Evaluasi segmen/ lini memakai margin kontribusi langsung.


MODUL PRAKTIKAN AM | 60
 Penghapusan segmen/ lini terpusat pada pendapatan yang hilang dan biaya yang
terhindarkan.
 Penambahan segmen/ lini terfokus pada pendapatan dan biaya inkremental.

CONTOH KASUS DECISION MAKING


Menambah atau Menghapus Lini Produk

Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. MOBILE LEGEND yang bergerak
dalam bisnis eceran/ distribusi 3 lini produk.

Produk
Produk Obat Produk Kimia Jumlah
Kosmetik

Penjualan Rp. 600.000 Rp. 1.800.000 Rp. 1.400.000 Rp. 3.800.000

Biaya Variabel (Rp. 450.000) (Rp. 800.000) (Rp. 700.000) (Rp. 1.950.000)

Margin Kontribusi Rp. 150.000 Rp. 1.000.000 Rp. 700.000 Rp. 1.850.000

Biaya Tetap:

MODUL PRAKTIKAN AM | 61
Gaji wiraniaga 110.000 300.000 270.000 680.000

Periklanan 55.000 120.000 60.000 235.000

Asuransi 12.000 10.000 8.000 30.000

Pajak PBB 8.000 10.500 7.500 26.000

Penyusutan 80.500 100.000 65.000 245.500

Lain-lain 3.500 5.500 4.500 13.500

Jumlah (Rp. 269.000) (Rp. 546.000) (Rp. 415.000) (Rp. 1.230.000)

Laba bersih (Rp. 119.000) Rp. 454.000 Rp. 285.000 Rp. 620.000

JAWABAN CONTOH KASUS

Dengan Produk Tanpa Produk Analisis


obat obat Diferensial

Penjualan Rp. 3.800.000 Rp. 3.200.000 Rp. 600.000

Biaya variabel (Rp. 1.950.000) (Rp. 1.500.000) (Rp. 450.000)

Margin Kontribusi Rp. 1.850.000 Rp. 1.700.000 Rp. 150.000

Biaya Tetap:

Terhindarkan(wiraniaga) Rp. 680.000 Rp. 570.000 Rp. 110.000

Tidak terhindarkan Rp. 550.000 Rp. 550.000 Rp. 0

MODUL PRAKTIKAN AM | 62
Jumlah (Rp. 1.230.000) (Rp. 1.120.000) (Rp. 110.000)

Laba bersih Rp. 620.000 Rp. 580.000 Rp. 40.000

Analisis : Hasil laba bersih mengalami penurunan sebesar Rp 40.000 apabila lini obat
dihapuskan, dari yang semula Rp. 620.000 menjadi Rp. 580.000 . Oleh sebab itu
penghapusan lini produk Obat bukan merupakan tindakan yang bijaksana karena penurunan
yang terjadi bila tanpa produk obat.

KASUS DECISION MAKING

Membuat Sendiri atau Membeli

PT. ANTI GALAU CLUB adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan.
Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang yang
diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 100.000 unit suku cadang. Kini
perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari perusahaan lain
dengan harga Rp 45/ unit.

Berikutadalah data biaya produksiperusahaandalam membuat sendiri tahu satu bulan:

MODUL PRAKTIKAN AM | 63
Per unit 100.000 unit

Biaya bahan baku Rp 8 Rp 800.000

Biaya tenaga kerja variable Rp 13 Rp 1.300.000

Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 16 Rp 1.600.000

Biaya overhead pabrik variabel Rp 5 Rp 500.000

Biaya Listrik Rp 5 Rp 500.000

Biaya Telepon Rp 3 Rp 300.000

Jumlah biaya produksi Rp 50 Rp 5.000.000

Biaya tambahan jika membeli dari luar :

 Biaya angkut Rp 300.000


Petanyaan :

c. Jika mesin yang dipakai membuat suku cadang menganggur (tidak dipakai dalam
kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak manajemen,
apakah memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?
d. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada perusahaan
lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 300.000, alternatif manakah yang
sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat
sendiri?

MODUL PRAKTIKAN AM | 64
KASUS DECISION MAKING

Menerima atau Menolak Pesanan Khusus

PT. WEREWOLF yang berlokasi di Bintaro adalah perusahaan yang memproduksi Sepatu
Sport. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi sepatu sport sebanyak
1600unit/bulan. Ramalan penjualan untuk bulan Maret perusahaan hanya memproduksi
960 unit dengan harga jual Rp 85.000/unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut
menunjukkan rincian biaya sebagai berikut :

 Biaya Variabel Rp 8.000/unit


 Biaya tetap pabrikasi Rp 40.000.000/bulan
 Biaya Penjualan dan Administratif Rp 2.200.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 420 unit dengan harga Rp 40.000/unit.Namun
diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 4.500.000 untuk mencetak logo
tertentu pada sepatu sport pesanan khusus.
MODUL PRAKTIKAN AM | 65
Keputusan apakah yang diambil perusahaan ? Menerima atau menolak pesanan khusus ?

KASUS DECISION MAKING


Menambah atau Menghapus Lini Produk

Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. PAYUNG TEDUH yang bergerak
dalam bisnis eceran/ distribusi 3 lini produk.

Produk
Produk Obat Produk Kimia Jumlah
Kosmetik

Penjualan Rp. 800.000 Rp. 2.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 4.300.000

Biaya Variabel (Rp. 600.000) (Rp. 800.000) (Rp. 700.000) (Rp. 2.100.000)

Margin Kontribusi Rp. 200.000 Rp. 1.200.000 Rp. 800.000 Rp. 2.200.000

Biaya Tetap:

Gaji wiraniaga 250.000 200.000 300.000 750.000

Periklanan 85.000 150.000 85.000 320.000

MODUL PRAKTIKAN AM | 66
Asuransi 25.000 20.000 15.000 60.000

Pajak PBB 5.500 10.000 8.500 24.000

Penyusutan 75.000 100.000 85.000 260.000

Lain-lain 8.000 6.500 6.500 21.000

Jumlah (Rp. 448.500) (Rp. 486.500) (Rp. 500.000) (Rp. 1.435.000)

Laba bersih (Rp. 248.500) Rp. 713.500 Rp. 300.000 Rp. 765.000

FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 67
FORM 3

MODUL PRAKTIKAN AM | 68
FORM 4

MODUL PRAKTIKAN AM | 69
BAB VII
TIME VALUE OF MONEY

A. Pengertian Time Value of Money

Nilaiwaktuuang (time value of money) merupakan akibat adanya peluang investasi,


peminjaman, pemberian pinjaman, dan preferensi konsumsi pada saat kini ketimbang pada
masa yang akan datang, serta ekspektasi inflasi (Simamora, 287)

Nilai waktu uang juga merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang
sekarang lebih berharga dari pada nilai uang di masa yang akan datang.

Konsep Nilai Waktu Uang menyatakan bahwa lebih baik menerima sejumlah rupiah
padahariinidaripadasejumlah rupiah pada tahun depan atau suatu saat tertentu dimasa yang
akan datang (Simamora, 287).

Jadi, time value of money itu penting untuk di pelajari guna menentukan seberapa
besar nilai mata uang masa kini dan masa mendatang.

B. Metode yang digunakan


1. Future Value ( Nilai yang akan datang )
Adalah banyaknya sejumlah uang saat ini yang diperoleh pada tingkat suku
bunga tertentu akan berakumulasi pada akhir periode masa depan.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini

26/10/16 26/10/17

Po FV

Rp 1,000,000 ?

Rumus : FV ( r, n ) = PV ( 1 + r ) ^n

Keterangan :

FV : Nilai pada masa yang akan datang r : Tingkat suku bunga

PV : Nilai pada saat ini n : Jangka waktu

MODUL PRAKTIKAN AM | 70
2. Present Value ( Nilai sekarang )
Adalah harga kini sejumlah uang yang diterima pada tanggal tertentu di masa depan
dengan suku bunga tertentu.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

26/10/16 26/10/17

PO FV

? Rp 1,000,000

Rumus : PV = FV ( r, n ) / ( 1 + r ) ^n

Keterangan :

FV : Nilai pada masa yang akan datang r : Tingkat suku bunga

PV : Nilai pada saat ini n : Jangka waktu

3. Anuitas (Annuity)
Adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval
waktu yang sama (Simamora, 293.)
Diasumsikan bahwa FV menunjuk ke arus kas tahunan yang diterima pada setiap
akhir tahun untuk n tahun berikutnya.

Rumus :

PV= FV[ ]

FV= fv[ ]

MODUL PRAKTIKAN AM | 71
4. PeriodePengembalian (Payback Period)
Periode pengembalian adalah masa yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk menutup
investasi perdana. Karena suatu organisasi tidak akan menutup investasinya sebelum
mencapai periode pengembalian, maka semakin lama periode pengembalian, semakin tinggi
pula risikonya. (Simamora, 296)

Maka, payback period merupakan pengukur jangka waktu pengembalian investasi, bukan
pengukur kemampuan menghasilkan laba suatu investasi.

Kelemahan:

 Tidak memperlihatkan profitabilitas sebuah investasi.


 Mengabaikan imbalan investasi.

Kelebihan:

 Metode periode pengembalian lebih mudah dihitung dan dipahami.


 Semakin cepat kas menutupi investasi perdana, semakin lekas pula dapat di
investasikan kembali dalam aktiva produktif lain.
 Periode pengembalian yang singkat dapat mengurangi resiko investasi karena
ketidakpastian biasanya meningkat seiring dengan berlalunya waktu.
 Periode pengembalian lebih mementingkan hasil segera, suatu pertimbangan bagi
beberapa perusahaan.

Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka rumus
berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian:

PeriodePengembalian= InvestasiPerdana :Arusmasukkastahunan

MODUL PRAKTIKAN AM | 72
CONTOH KASUS

TIME VALUE OF MONEY

Metode yang digunakan

A. Future Value ( Nilai yang akan datang )


Banyaknya sejumlah uang saat ini yang diperoleh padat ingkat suku bunga tertentu
akan berakumulasi pada akhir periode masa depan (Simamora edisi3 : 290). Jumlah
penerimaan yang akan datang dari jumlah saat ini ( Po ) yang akan tumbuh selama n
tahun dengan tingkat bunga sebesar r per tahun.

Rumus : FV ( r, n ) = Po ( 1 + r ) ^n

Dengan :
FV : Future Value
Po : jumlah nilai sekarang
r : tingkat bunga/tahun
n : Jangka waktu

Contoh kasus :

Akmal menginvestasikan sejumlah uang sebesar Rp50.000.000 pada Bank BRI yang
memberikan bunga 5% / tahun. Berapa jumlah uang yang akan diterima pada akhir
tahun ke 2?

Penyelesaian :

FV ( 5% , 2 ) = Rp50.000.000 ( 1 + 0,05 ) ^2

= Rp55.125.000

Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan jika Akmal berinvestasi sebesar
Rp50.000.000 selama 2 tahun dan dengan bunga 5% / tahun. MakaAkmal akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.125.000 dan investasinya menjadi =
Rp55.125.000pada akhir tahun ke 2.

MODUL PRAKTIKAN AM | 73
B. Present Value ( Nilai sekarang )
Harga kini sejumlah uang yang diterima pada tanggal tertentu di masa depan dengan
suku bunga tertentu (Simamora, edisi3 : 291). Besarnya jumlah uang pada permulaan periode
atas

dasar tingkat bunga tertentu dari sejumlah yang baru akan diterima beberapa waktu atau
periode yang akan datang.

Rumus : PO = FV ( r, n ) [ 1/ ( 1 + r ) ^n ]

Dengan :
Po : jumlah nilai sekarang
FV : Future Value
r : tingkat bunga/tahun
n : jangka waktu

Contoh kasus :

Fathur menginginkan agar uangnya menjadi Rp 10.000.000 pada 5 tahun yang akan
datang. Berapakah jumlah uang yang harus ditabung Suci saat ini seandainya
diberikan bunga sebesar 5% per tahun ?

Penyelesaian :

PO = Rp10.000.000 [ 1/ ( 1 + 0,05 ) ^5]

= Rp 7.835.262

Kesimpulan :

Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan uang yang akan kita terima
sejumlah Rp 10.000.000 memiliki nilai Rp 7.835.262 pada permulaan periode
(sekarang).

MODUL PRAKTIKAN AM | 74
C. Anuitas (Annuity)
Adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval waktu
yang sama. Diasumsikan bahwa FV menunjuk ke arus kas tahunan yang diterima pada
setiap akhir tahun untuk n tahun berikutnya. (Simamoraedisi3 :293)

Rumus:
PV= fv[ ] FV= fv[ ]

Contoh kasus Anuitas:

1. PT JARDINE sanggup membayar Rp40.000.000 per tahun selama 10 tahun.


Berapa banyak pinjaman yang dapat dipinjam oleh LABALA pada saat ini?
Dengan tingkat bunga 5%. Hitunglah dengan mennggunakan rumus anuitas dan
beri kesimpulan.
(1+0,05)10 −1
PV= Rp40.000.000 [ ]
0,05(1+0,05)10

0,628894626
=Rp40.000.000[0,081444731]

=Rp40.000.000(7,721734952)

=Rp 308.869.398

Kesimpulan:

Bank akan meminjamkan uang kepada LABALA sebesarRp 308.869.398


dengan pembayaran yang dibayarkan sebanyak Rp40.000.000 selama 10 tahun.

2. Tuan Jaka ingin menginvestasikan Rp20.000.000 per tahun selama 12


tahundengansukubungasebesar 5%, berapa banyak uang yang akan dimilikinya
untuk keperluan pendidikan di Inggris?

MODUL PRAKTIKAN AM | 75
(1+0,05)12 −1
FV= Rp20.000.000[ ]
0.05

= Rp20.000.000(15,91712652)

= Rp318.342.530

Kesimpulan:

Dengan demikian Tuan Jaka dengan menginvestasikan Rp20.000.000 per tahun


selama 12 tahun dengan suku bunga 5%, dan bunga dibiarkan terhimpun, maka
akan memiliki dana lebih dariRp318.342.530

D. Periode Pengembalian (Payback Period)


Periode pengembalian adalah masa yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk
menutup investasi perdana. Karena suatu organisasi tidak akan menutup investasinya
sebelum mencapai periode pengembalian, maka semakin lama periode pengembalian,
semakin tinggi pula risikonya (Simamora, 296). Ketentuan keputusan pengembalian
menyatakan bahwa proyek yang dapat diterima haruslah mempunyai periode
pengembalian yang lebih singkat daripada periode yang ditetapkan oleh manajemen.

Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka
rumus berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian:

PeriodePengembalian = InvestasiPerdana

Arusmasukkastahunan

MODUL PRAKTIKAN AM | 76
CONTOH KASUS

Sebuah perusahaan ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkansisa dana


yang menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan usaha yang berbeda.
Sebuah usaha A memiliki nilai investasi Rp444.444, dengan masa manfaat 12 tahun,
dan menghasilkan arus kas sebesar Rp222.222. Sedangkan usaha B mempunyai nilai
investasi Rp 222.222, dengan masa manfaat 11 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas
tahunan sebesar Rp 222.222. Hitung dan tentukanlah proyek mana yang layak dipilih
oleh perusahaan. Dan analisislah.

Usaha A Usaha B

Investasi Rp 444.444 Rp 222.222

Masa manfaat (dalam tahun) 12 11

Arus kas tahunan selama masa manfaaat Rp 222.222 Rp 222.222

Periode pengembalian (dalam tahun) 2 1

Analisis :

Investasi pada Usaha Amempunyai periode pengembalian 2 tahun lebih cepat sepuluh
tahun dari masa manfaat diawalnya, sedangkan investasi dalam Usaha B mempunyai
periode pengembalian 1 tahun dan dapat mengalirkan kas selama 9 tahun berikutnya
dengan periode pengembalian. Jadi perusahaan seharusnya lebih memilih Usaha A.

MODUL PRAKTIKAN AM | 77
FORM 1

FORM 2

MODUL PRAKTIKAN AM | 78
BAB VIII

CAPITAL BUDGETING

Anggaran (budget) adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang


diwujudkan dalam bentuk kwantitatif, formal, dan sistematis (Rudianto,110;2006). Anggaran
merupakan alat bantu manajemen dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Rencana manajemen biasanya dijabarkan dalam bentuk anggaran dan istilah penganggaran
(budgeting) diterapkan untuk menggambarkan proses perencanaan dan penyusunan anggaran
secara umum.

Proses pengambilan keputusan investasi modal sering disebut penggangaran modal.


Penggangaran modal (capital Budgeting) merupakan konsep investasi karena melibatkan
pengucuran dana pada saat ini untuk memperoleh imbalan yang dikehendaki dimasa yang
akan datang. Tujuan penggangaran modal ialah untuk menambah nilai perusahaan dengan
memilih investasi yang memenuhi tujuan organisasi dan menyodorkan tingkat imbalan
tertinggi (Simamora Henry, 286;2012). Dalam mengevaluasi investasi, manajemen perlu
mengetahui tidak hanya seberapa banyak kas yang diterima dari (atau dibayarkan untuk)
sebuah investasi bisnis, tetapi juga kapan kas itu akan diterima (atau dibayarkan) (Simamora
Henry, 286;2012).

Karakteristik anggaran (Mulyadi, 490;2001) :

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.


2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran.
4. Usulan anggaran disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun
anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.

MODUL PRAKTIKAN AM | 79
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Induk Anggaran dibagi menjadi 2 yaitu (Simamora Henry, 202;2012) :

AnggaranOperasi AnggaranKeuangan
Anggaran Penjualan Anggaran Kas
Anggaran Produksi Laporan Pengahasilan Usaha
Dianggarkan
Anggaran Bahan Baku Langsung Neraca Dianggarkan
Anggaran Tenaga Kerja langsung
Anggaran Overhead Pabrikasi
Anggaran Persediaan Akhir Barang Jadi
Anggaran Beban Penjualan Dan Administratif

Fungsi Anggaran :

1. Fungi Perencanaan
Di dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dicapai perusahaan di
masa mendatang.Termasuk di dalamnya menetapkan produk yang akan dihasilkan,
bagaimana menghasilkannya, sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk tersebut bagaimana memasarkan produk tersebut, dan sebagainya.
2. Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan. Aspek
pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan,
apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja
dengan baik dalam mengelola perusahaan.

3. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu
atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.

4. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja

MODUL PRAKTIKAN AM | 80
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan
dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa
lalu dan taksiran-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi
pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.

Model keputusan investasi modal dapat di klasifikasikan ke dalam dua kategori


(Simamora Henry, 295;2012) :

1. Model tanpa pendiskontoan arus kas (nondiscounting model) arus kas


mengabaikan nilai waktu uang.
a) Periode Pengembalian
Periode pengembalian (payback period) adalah masa yang dibutuhkan sebuah
perusahaan untuk menutup investasi perdana.

 Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata sepanjang periode, maka
rumus berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian :
𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒅𝒂𝒏𝒂
𝑷𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 =
𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒔 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏𝒂𝒏

Contoh :

Seandainya investasi perdana Rp.1000.000, dan perusahaan berharap proyek


investasi mengucurkan arus kas Rp.500.000 per tahun, maka periode
pengembaliannya adalah ...

𝑹𝒑. 𝟏𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎


𝑷𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 = = 𝟐 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝑹𝒑. 𝟓𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎

Analisis :

Modal yang ditanamkan dapat ditutup selama 2 tahun.

 Manakala arus masuk kasnya tidak rata, maka periode pengembalian dihitung
dengan menambahkan arus kas tahunan sampai investasi perdana tertutupi.
Contoh :

Diasumsikan sebuah Investasi sebesar Rp. 500.000 mempunyai masa


manfaat 5 tahun dengan taksiran arus masuk kas tahunan sebagai berikut :
MODUL PRAKTIKAN AM | 81
Tahun 1 : Rp. 120.000

Tahun 2 : Rp. 170.000

Tahun 3 : Rp. 70.000

Tahun 4 : Rp. 140.000

Tahun 5 : Rp. 200.000

Maka periode Pengembalianya adalah :

Investasi Belum Tertutup


Tahun Arus Kas Tahunan
(Awal Tahun)
0 Rp.500.000 -
1 Rp. 380.000 Rp.120.000
2 Rp. 210.000 Rp.170.000
3 Rp. 140.000 Rp.70.000
4 - Rp. 140.000

Analisis :

Modal yang ditanamkan dapat ditutup selama 4 tahun.

b. Tingkat Imbalan Akuntansi


Metode tingkat imbalan akuntansi (accounting rate-of-Return ) merupakan cara kasar
dan mudah untuk mengukur kinerja investasi modal. Metode tingkat imbalan
akuntansi berbeda dengan model penggangaran modal lainya karena metode ini lebih
terfokus pada laba akuntansi ketimbang arus kas. Penghasilan usaha bersih akuntansi
(accounting net income) ialah arus masuk kas bersih kegiatan usaha dikurangi beban
yang tidak memerlukan penggunaan kas seperti beban penyusutan.
Penghasilan Usaha bersih setelah pajak
Tingkat imbalan Akuntansi = Rata − rata Tahunan
Investasi Rata − rata (Nilai buku)

MODUL PRAKTIKAN AM | 82
Untuk menghitung penghasilan usaha bersih setelah pajak rata-rata tahunan dipakai
data pendapatan dan beban yang di susun untuk mengevaluasi proyek. Investasi rata-
rata dicari dengan cara sebagai berikut :

Jumlah Investasi + Nilai Residu


Investasi rata − rata =
2

2. Model pendiskontoan arus kas (discounting model) arus kas memperhitungkan


nilai waktu uang.
a) Metode Nilai Sekarang Bersih
Dalam metode nilai sekarang bersih, nilai sekarang semua arus masuk kas
dibandingkan dengan nilai sekarang semua arus keluar kas yang terkait dengan
proyek investasi. Perbedaan antara nilai sekarang arus kas yang disebut nilai
sekarang bersih akan menentukan apakah sebuah proyek dapat diterima atau
ditolak.
Contoh :
Elsa memiliki uang tunai Rp100.000.000.Teman Gempita bernama Moana
mempunyai proyek yang akan ditawarkan kepadanya dengan umur ekonomis 3
tahun dengan asumsi tingkat pengembalian yang diminta adalah 20%. Moana
berjanji akan memberikan imbalan pertahunnya sebagai berikut:

Tahun ke-1 Rp. 40.000.000

Tahun ke-2 Rp. 40.000.000

Tahun ke-3 Rp. 50.000.000

Jawab:

Tahun Cash Inflow DF (20%) Present Value


Tahun ke-1 Rp. 40.000.000 0.833 Rp. 33.333.320
Tahun ke-2 Rp. 40.000.000 0.694 Rp. 27.760.000
Tahun ke-3 Rp. 50.000.000 0.579 Rp. 28.950.000
PV Proceed Rp. 90.030.000
PV Outlay (Rp. 100.000.000)

MODUL PRAKTIKAN AM | 83
NPV (Rp. 9.970.000)

NPV bernilai negatif (kurang darinol), jadi sebaiknya Elsa menolak


menginvestasikan uangnya di proyek Moana.

Soal yang sama tetapi tingkat pengembalian yang diminta adalah 10%.

Jawab:

Tahun Cash Inflow DF (10%) Present Value


Tahun ke-1 Rp. 40.000.000 0.909 Rp. 36.360.000
Tahun ke-2 Rp. 40.000.000 0.826 Rp. 33.040.000
Tahun ke-3 Rp. 50.000.000 0.751 Rp. 37.550.000
PV Proceed Rp. 106.950.000
PV Outlay (Rp. 100.000.000)
NPV Rp. 6.950.000

NPV bernilai positif (lebihdarinol), jadi sebaiknya Elsa menginvestasikan


uangnya di proyek Moana.

b) Tingkat Imbalan Internal


Tingkat imbalan internal (internal rate of return, IRR) adalah hasil bunga
sebenarnya yang diberikan oleh sebuah proyek investasi selama masa
manfaatnya.

MODUL PRAKTIKAN AM | 84
CONTOH KASUS

Saudara sebagai seorang konsultan proyek diminta untuk mengevaluasi rencana pendirian
suatu proyek yaitu pabrik tas yang memproduksi bahan untuk tas. Untuk mempermudah
perhitungan saudara, berikut data-data untuk proyek-proyek yang telah disususun oleh
manajemen pabrik.

a. Investasi awal Rp.50.000.000


b. Taksiran biaya oprasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp.10.000.000 Tahun 4 Rp.55.000.000
Tahun 2 Rp.25.000.000 Tahun 5 Rp.70.000.000
Tahun 3 Rp.40.000.000 Tahun 6 Rp. 85.000.000
c. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp.25.000.000 Tahun 4 Rp.70.000.000
Tahun 2 Rp.40.000.000 Tahun 5 Rp.80.000.000
Tahun 3 Rp.65.000.000 Tahun 6 Rp.95.000.000
d. Besarnya Solvage Value (Nilai sisa) Rp.10.000.000
e. Tingkat Bunga 16%
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?

JAWABAN CONTOH KASUS

Th Benefit PVIF PV Benefit Cost PV Cost NPV


(1) (2) (16%) (3) (4 = 2x3) (5) (7 = 5x3) (8 = 4-7)
0 - - - 50.000.000 50.000.000 -50.000.000
1 25.000.000 0.8621 21.552.500 10.000.000 8.621.000 12.931.500

MODUL PRAKTIKAN AM | 85
2 40.000.000 0.7432 29.728.000 20.000.000 14.864.000 14.864.000
3 65.000.000 0.6407 41.645.500 40.000.000 25.628.000 16.017.500
4 70.000.000 0.5523 38.661.000 55.000.000 30.376.500 8.284.500
5 80.000.000 0.4761 38.088.000 70.000.000 33.327.000 4.761.000
6 95.000.000 0.4104 38.988.000 85.000.000 34.884.000 4.104.000
10.000.000 0.4104 4.104.000 - - 4.104.000
212.767.000 197.700.500 15.066.500
Proyek pendirian pabrik tas tersebut layak diterima karena NPV bernilai positif dalam
arti lain menguntungkan perusahaan.

KASUS

PT STAR merencankan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana
sebesar Rp. 650.000.000.

a. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :


Tahun 1 Rp. 180.000.000 Tahun 4 Rp. 250.000.000
Tahun 2 Rp. 215.000.000 Tahun 5 Rp. 385.000.000
Tahun 3 Rp. 230.000.000
b. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp. 220.000.000 Tahun 4 Rp. 315.000.000
Tahun 2 Rp. 245.000.000 Tahun 5 Rp. 525.000.000
Tahun 3 Rp. 260.000.000
c. Besarnya Solvage Value (Nilai sisa) Rp.150.000.000
d. Tingkat Bunga 18%
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?

MODUL PRAKTIKAN AM | 86
FORM 1

MODUL PRAKTIKAN AM | 87

Você também pode gostar