Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HPP KONVENSIONAL
Harga pokok produksi adalah biaya – biaya produksi yang dikumpulkan untuk
periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk (total biaya yang bersangkutan
dengan produk tersebut) yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode
bersangkutan. Unsur-unsur harga pokok produksi tersebut yakni terdiri dari :
Metode biaya Konvensional (tradisional) hanya membebankan biaya produk sebesar biaya
produksinya. Oleh karena itu, dalam sistem Konvensional biaya produk terdiri atas 3 ( Tiga )
elemen, yaitu: (1) Biaya Bahan Baku / BBB, (2) Biaya Tenaga Kerja Langsung / BTKL, dan
(3) Biaya Overhead Pabrik / BOP. Dan metode penentuan hpp konvensional ada dua yaitu
full costing dan variabel costing, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur
pada masa lalu.
Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu :
1. FULL COSTING
Metode Full Costing => pendekatan FUNGSI
Membebankan seluruh biaya produksi sebagai cost produk, baik biaya produksi yang
berprilaku variabel maupun tetap.
Biaya operasi adalah : Seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk setelah
keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan variabel atau bisa
dikelompokkan menjadi fungsi lebih terinci, seperti fungsi administrasi, fungsi penjualan
dsb.
Jika perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam penentukan cost produk
maka total biaya produksi (BBB + BTKL+ BOP variabel + BOP tetap) ditambah dengan
total biaya nonproduksi (Biaya adm & umum + biaya pemasaran). Biaya produksi
merupakan biaya penuh produk, sedangkan biaya pemasaran dan biaya administrasi &
umum diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing.
MODUL PRAKTIKAN AM | 1
Full costing mengalokasikan suatu proporsi dari overhead pabrikasi tetap dan variabel
kepada setiap unit yang dihasilkan dalam satu periode. Full costing terdiri atas biaya
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrikasi tetap dan
variabel. Dalam metode ini, biaya overhead pabrikasi tetap disertakan dalam persediaan,
dan dimasukan sebagai beban hanya pada saat persediaan tadi dijual.
2. VARIABEL COSTING
Metode Variable Costing => pendekatan Tingkah Laku.
Perhitungan harga pokok dan penyajian laporan laba rugi didasarkan atas tingkah
laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja dan biaya tetap dianggap bukan
biaya produksi. Pendekatan ini digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah
saja layak dibebankan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan.
Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi variabel dipisahkan dengan biaya
operasi tetap karena biaya operasi variabel berubah sesuai dengan perubahan operasi
perusahaan sedangkan biaya operasi tetap tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan.
Jika perusahan menggunakan variabel costing dalam menentukan harga pokok
produksinya adalah total biaya variabel (BBB+BTKL+BOP variabel + biaya adm &
umum variabel + biaya pemasaran variabel) ditambah dengan total biaya tetap (BOP tetap
+ biaya adm & umum tetap + biaya pemasaran tetap).
Dalam metode variabel costing hanya biaya produksi variabel saja yang
diperhitungkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivasi
diukur dalam unit produk yang dihasilkan, maka biaya variabel biasanya terdiri atas
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi variabel. Biaya
overhead pabrikasi tetap berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umunya tidak
dipengaruhi oleh kuantitas produk yang diproduksi. Oleh karena itu, biaya overhead
pabrikasi tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk, melainkan diperlakukan sebagai
biaya periode, seperti halnya beban penjualan dan administratif.
Diperlakukan tiga langkah dalam aplikasi penentuan variabel costing :
Semua biaya dianalis secara cermat guna menentukan mana yang berperilaku
variabel dan tetap.
Biaya variabel dikenakan sebagai biaya produk.
Semua biaya overhead pabrikasi tetap serta beban penjualan dan administratif
diperlakukan sebagai biaya periode.
MODUL PRAKTIKAN AM | 2
Biaya produk ialah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah produk.
Biaya periode ialah semua biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan untuk menjual produk,
disebut juga noninventoriable cost karena biaya ini dikeluarkan selama periode berjalan
untuk menunjang aktivitas perusahaan, tidak berhubungan dengan proses produksi.
Biaya nonpabrikasi ialah biaya dikeluarkan yang tidak dapat dikaitkan atau dibebankan
kepada sebuah produk manufaktur. Seperti biaya pemasaran, dan biaya adm & umum
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang hanya
memperhitungkan biaya variable, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik variable. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya
produksi tapi dibebankan dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya (period cost).
Sedangkan metode full costing, biaya overhead tetap yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi hanya biaya overhead tetap produk yang telah terjual saja pada
periode tersebut.
MODUL PRAKTIKAN AM | 3
CONTOH KASUS
HPP KONVENSIONAL
PT LABALA adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap di jual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang
dikumpulkan pada akhir periode 2015.
1. Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku (raw material) Rp. 10.000 /unit
Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labor cost) Rp. 6000 /unit
Total Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp. 600.000.000 /th
(Variabel : 70%, Tetap :30%)
Total Biaya Administrasi & Umum Rp. 50.000.000 /th
(Variabel: 45%, Tetap : 55%)
Total Biaya Pemasaran Rp. 20.000.000 /th
(Variabel : 60%, Tetap : 40%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 70.000 /unit
3. Data Penjualan dan Produksi
Persediaan Awal 20.000 unit
Produksi 80.000 unit
Penjualan 70.000 unit
Persediaan Akhir 30.000 unit
Diminta:
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variable costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing !
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !
MODUL PRAKTIKAN AM | 4
JAWABAN CONTOH KASUS :
MODUL PRAKTIKAN AM | 5
2. Laporan Laba Rugi
a. Full Costing
INCOME STATEMENT
MODUL PRAKTIKAN AM | 6
b. Variabel Costing
INCOME STATEMENT
3. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing
sebesar Rp. 3.185.000.000, lebih kecil dari pada menggunakan metode variabel costing
sebesar Rp. 3.223.500.000. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan
dalam penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya
produksi per unit sebesar Rp. 23.500, dan pada metode variabel costing sebesar Rp.
21.250, sehingga berpengaruh pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada
kedua metode tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba
usaha.
MODUL PRAKTIKAN AM | 7
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 8
FORM 3
MODUL PRAKTIKAN AM | 9
BAB II
Metode ABC (Activity Based Costing) merupakan alternatif lain terhadap metode
pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode
tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan
mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja.
Activity Based Costing merupakan penentuan harga pokok produk (cost good of
manufactured) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat
untuk kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya
dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Metode ABC (Activity
Based Cost) menurut Mulyadi (2003:25) merupakan sebuah sistem informasi biaya yang
menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan
melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Oleh karena itu, informasi akuntansi yang
dirancang atas dasar aktivitas (activity-based cost system) merupakan sistem akuntansi yang
relevan dengan kebutuhan manajemen saat sekarang (Mulyadi:35)
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari
aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya
tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full Costing
dan Variable Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase design dan pengembangan produk
Biaya design (design expenses)
Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
Unit level activity cost
Batch level activity cost
Product sustaining activity cost
Facility sustaining activity cost
MODUL PRAKTIKAN AM | 10
3. Fase dukungan logistik
Biaya iklan (advertising expenses)
Biaya distribusi (distribution expenses)
Biaya garansi produk (product guarantee expenses)
1. Dapat mengatasi diversitas (perbedaan) volume dan produk sehingga pelaporan biaya
produknya lebih akurat.
2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.
3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan
keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas
sehingga dapat menigkatkan efisiensi dan efektivitas usaha..
MODUL PRAKTIKAN AM | 11
3. Memerlukan upaya pengumpulan data yang diperlukan guna keperluan persyaratan
laporan keuangan.
4. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik sehingga prosentase penolakan
terhadap sistem ini cukup besar.
MODUL PRAKTIKAN AM | 12
CONTOH KASUS
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
Keterangan A B C D Total
Unit Keluaran 1300 unit 1000 unit 500 unit 700 unit 3.500 unit
(Material Cost)
Jam Inspeksi 125 jam 250 jam 175 jam 150 jam 700 jam
(Inspection Hours)
(Kilowatt Hours)
Jam Mesin 800 jam 750 jam 820 jam 880 jam 3.250 jam
(Machine Hours)
(Production Cycle)
MODUL PRAKTIKAN AM | 13
Hitunglah Harga Pokok per unit :
a. Metode Konvensional :
Tarif BOP :Rp 525.000 / 3.250 JM = Rp161,54 / Jam Mesin
Keterangan A B C D
Biaya Material Rp 160.000 Rp140.000 Rp 150.000 Rp 200.000
Unit yg diproduksi 1300 unit 1000 unit 500 unit 700 unit
Perhitungan :
MODUL PRAKTIKAN AM | 14
b. Metode ABC
Tarif BOP :
Keterangan A B C D
@ Rp264,29 / jam
@ Rp18,09 / kwh
@ Rp36,92/ jam
@ Rp421,05 / putaran
Unit yg Diproduksi 1300 unit 1000 unit 500 unit 700 unit
MODUL PRAKTIKAN AM | 15
c. Membandingkan Hasil Yang Diperoleh
Keterangan A B C D
HPP / Unit Konvensional Rp 299,41 Rp 354,91 Rp 739,93 Rp 640,58
Rumus :
Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih rendah
sehingga HPP / unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil terhadap
produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah.
MODUL PRAKTIKAN AM | 16
KASUS
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
PT. HOPE memproduksi 4 jenis produk yaitu : M, I, N, E dan dengan data sebagai
berikut:
Keterangan M I N E Total
Unit Keluaran 1500 unit 750 unit 1.200 unit 550 unit 4.000 unit
(Material Cost)
Jam Inspeksi 150 jam 200 jam 235 jam 100 jam 685 jam
(Inspection Hours)
(Kilowatt Hours)
Jam Mesin 1.550 jam 700 jam 1.250 jam 750 jam 4.250 jam
(Machine Hours)
(Production Cycle)
MODUL PRAKTIKAN AM | 17
Hitunglah Harga Pokok per unit :
MODUL PRAKTIKAN AM | 18
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 19
FORM 3
MODUL PRAKTIKAN AM | 20
BAB III
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan
kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume penjualan dan sebagainya. Dimana
kegiatan yang dapat mempengaruhi biaya disebut dengan pemicu biaya.
Mempelajari dan mengetahui bagaimana perilaku biaya dapat bermafaat bagi manajer
untuk memprediksi laba bisnis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan penaksiran biaya
dimana hal tersebut dapat mempengaruhi beragam keputusan.
Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat dan
cara penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volumen kegiatan.
Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah di bawah berbagai macam
pengaruh merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi biaya di masa
yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Atas dasar hal tersebut biaya digolongkan atas :
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah (konstan)
terhadap perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya penyusutan, biaya gaji
pimpinan,pajak bumi dan bangunan pabrik dsb.
Didalam biaya tetap terdapat dua tipe biaya, diantaranya:
a. Biaya tetap terikat (committed fixed cost) yaitu biaya tetap untuk mempertahankan
kapasitas produksi saat ini atau untuk memenuhi komitmen hukum sebelumnya.
b. Biaya tetap kebijakan atau diskresioner (discretionary fixed cost) yaitu biaya tetap
yang berasal dari keputusan-keputusan tahunan management untuk dibelanjakan
dalam bidang biaya tetap tertentu.
2. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
3. Biaya campuran atau semi variabel (mixed cost) yaitu biaya yang mengandung unsur-
undur biaya variabel dan tetap. Contoh : biaya listrik, biaya telepon, gaji wiraniaga.
MODUL PRAKTIKAN AM | 21
Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh
dengan menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu:
1) Metode titik tertinggi dan titik terendah (High and Low Point Method)
Maksud dari titik tertinggi dan terendah disini adalah Titik tertinggi adalah suatu
titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi sedangkan titik terendah adalah titik
dengan tingkat output atau aktivitas yang terendah. Jadi, metode ini merupakan teknik
pemisahan biaya variabel dengan cara membandingkan biaya pada tingkat kegiatan
yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah
di masa lalu. Selisih biaya yang di hitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya
tersebut. Sedangkan biaya tetap mengurangi biaya semi variabel dengan biaya
variabelnya.
2) Metode biaya berjaga (Stand by Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan
andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol. Biaya
ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga ini merupakan bagian yang tetap.
Dimana :
MODUL PRAKTIKAN AM | 22
Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana:
n = Jumlah data
MODUL PRAKTIKAN AM | 23
CONTOH KASUS
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT JAMAN NOW adalah sebuah pabrik sepatu masa kini yang menggunakan
mesinjahit merk KIDS. Berikut ini adalah data biaya pemeliharaan mesin selama bulan
Januari sampai Juli 2017.
Juli 40 Rp 8.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah
(high and low point method) jika dalam anggaran bulan Januari-Juli 2017 perusahaan
merencanakan menaikkan 50jam mesin (machine hour). Berapakah jumlah biaya
pemeliharaan (total maintenance expense) yang harus dikeluarkan ?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method),
jika diketahui biaya yang dikeluarkan pada tingkat sebesar 400 jam mesin adalah Rp
44.000 dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp 20.000 per bulan.
Berapakah jumlah biaya pemeliharaan (total maintenance expense) yang harus
dikeluarkan jika perusahaan menaikkan 600 jam mesin (machine hour)?
3. Hitunglah perhitungan biaya variabel, dan biaya tetap dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil!
MODUL PRAKTIKAN AM | 24
JAWABAN CONTOH KASUS
Biaya variable (variable cost) = selisih biaya pemeliharaan / selisih unit per jam mesin
TITIK KEGIATAN
Tertinggi Terendah
100 x 40 Rp 4.000
Y = Rp 4.000+ 100 X
Jadi, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan PT JAMAN NOW jika jam mesin dinaikkan
menjadi 50 jam mesin adalah sebesar Rp9.000
MODUL PRAKTIKAN AM | 25
2. METODE BERJAGA-JAGA
Y = Rp 20.000 + 60X
Y = Rp 20.000 + 60(600)
Y = Rp 56.000
Jadi, biayapemeliharaan yang dikeluarkan PT JAMAN NOW jika jam mesin dinaikkan
menjadi 600 jam mesin adalah sebesar Rp56.000
Rp.1.000
7. Juli Rp 8.000 40
MODUL PRAKTIKAN AM | 26
Jawaban
𝑛.∑(𝑥𝑦)−∑ 𝑥.∑ 𝑦
b) = 𝑛.∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
7 x 36.920.000 −1.340 x 142.000
= 7 𝑥 351.600−13402
258.440.000−190.280.000
= 2.461.200−1.795.600
68.160.000
= = 102,4
665.600
∑ 𝑦−𝑏(∑ 𝑥)
A)= 𝑛
Jadi masing-masing hasil biaya variabel dan biaya
142.000−𝑏 (1.340) tetap sbb:
A= 7
142.000−(102)(1.340)
-Biaya variabel= 102jam mesin
A= 7
-Biaya tetap= Rp 760
142.000−136.680
A= = 760
7
MODUL PRAKTIKAN AM | 27
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 28
FORM 3
MODUL PRAKTIKAN AM | 29
BAB IV
LAPORAN SEGMENTASI
MODUL PRAKTIKAN AM | 30
aktivitas operasi keseluruhan.Dua pedoman umum yang dapat diikuti dalam pembebanan
biaya terhadap segmen adalah bahwa biaya dapat dikelompokkan berdasarkan :
Pada perilaku biaya sehingga semua biaya dikelompokkan sebagai biaya variabel
dan biaya tetap. Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk
menghitung marjin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam
mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam
menghasilkan laba.
Dapat atau tidaknya suatu biaya secara langsung ditelusuri hubungannya dengan
segmen dimana biaya tersebut terjadi. Penyajian biaya menurut karakteristik ini
dimaksudkan untuk melihat keterkaitan suatu biaya dengan segmen yang dihitung
laba ruginya. Dalam kenyataannya, terdapat biaya-biaya tetap yang terjadi karena
adanya suatu segmen bisnis sehngga penutupan suatu segmen mislanya dapat
menyebabkan hilangnya sekelompok biaya tertentu.
Divisi geografis (segmentasi yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat
informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan opersi domestik dan luar
negeri).
Divisi Lini produk atau industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan profitabilitas, tingkay risiko, dan peluang pertumbuhan)
Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data
akurat yang diperlukan dengan biaya tambahan terkecil).
MODUL PRAKTIKAN AM | 31
c. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual
dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.
MODUL PRAKTIKAN AM | 32
CONTOH KASUS
LAPORAN SEGMENTASI
2. Selama tahun 2017,produk kue Bogul Klepon terjual sebanyak 50.000 unit satuan dan
produk kue Bogul Putu sebanyak 15.000 unit satuan.
Produk kue Bogul Klepon terjual sebanyak 70% dari total penjualannya untuk daerah
Yogyakarta dan sisanya untuk daerah Surabaya. Sedangkan untuk produk kue Bogul
Putu terjual sebanyak 45% dari total penjualannya untuk daerah Yogyakarta dan
sisanya untuk daerah Bandung.
MODUL PRAKTIKAN AM | 33
Diminta :
MODUL PRAKTIKAN AM | 34
JAWABAN CONTOH KASUS
MODUL PRAKTIKAN AM | 35
2. Berdasarkan Lini Produk
MODUL PRAKTIKAN AM | 36
KASUS
LAPORAN SEGMENTASI
Sporty Shoes Company adalah perusahaan yang memproduksisepatu olahraga
berkualitas yang ada di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Adadas dan
Convirse dimana produk tersebut dijual di daerah Jakarta dan Tangerang. Berikut adalah data
biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan:
2. Selama tahun 2015,produk sepatu Adadas terjual sebanyak 25.000 unit satuan dan
produk sepatu Convirse sebanyak 12.500 unit satuan.
Produk sepatu Adadas terjual sebanyak 85% dari total penjualannya untuk daerah
Jakarta dan sisanya untuk daerah Tangerang. Sedangkan untuk produk sepatu
Convirse terjual sebanyak 40% dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan
sisanya untuk daerah Tangerang.Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015 yaitu :
MODUL PRAKTIKAN AM | 37
Diminta :
MODUL PRAKTIKAN AM | 38
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 39
BAB V
ANALISIS CPV
Analisis CPV adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara besarnya biaya
yang dikeluarkan suatu perusahaan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
Analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba atau Cost Profit Volume (CPV)
merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyusun perencanaan laba jangka
pendek. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu volume produk
yang dijual, harga jual produk, dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai
tingkat laba yang diinginkan. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan
volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi
mempengaruhi biaya.(Mulyadi,2015:225-226)
ANALISIS IMPAS
Titik impas adalah suatu keadaan dimana suatu perusahaan dalam kondisi tidak
mendapatkan laba atau menderita rugi. Kondisi ini biasa dinyatakan sebagai :
MODUL PRAKTIKAN AM | 40
Total penjualan sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut.
Laba perusahaan sama dengan nol.
Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau
tujuan perusahaan, kegunaannya antara lain :
a. Pendekatan Persamaan
Seperti pada artian titik impas bahwa :
MODUL PRAKTIKAN AM | 41
Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel,
dengan demikian persaman yang lengkap adalah:
Dalam kondisi ini laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut persamaan
bisa di jadikan:
*) TI = Titik Impas
Titik impas yang dicari dengan metode marginkontribusi menetapkan, seberapa besar
margin kontribusiuntuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba.Semakin besar
margin kontribusi yang diperoleh perusahaan dari setiap unit produk yang dijualnya,
semakin cepat pula perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang
diinginkan.Dengan pendekatan ini, titik impas bisa disajikan dalam bentuk unit atau dalam
rupiah.
Unit
Titik impas dalam unit dicari dengan formula:
MODUL PRAKTIKAN AM | 42
Rupiah
Titik impas dalam rupiah dicari dengan formula:
Margin Kontribusi
*) Ratio margin kontribusi = X 100%
Penjualan
Penjualan
Angka Margin of safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun agar supaya perusahan tidak menderita
kerugian atau dengan kata lain, angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah
maksimum penurunan volume yang direnanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
MODUL PRAKTIKAN AM | 43
d. Tuasan Operasi (Operating Leverage)
Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak. Karena
perbandingan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap, maka perusahaan
dengan biaya tetap yang tinggi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Tuasan
operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih besar
dibandingkan dengan biaya variabelnya. Demikian sebaliknya apabila perusahaan
memiliki tuasan operasi yang terbilang tinggi, maka keuntungannya akan sangat peka
terhadap perubahan penjualan. Presentase kenaikan atau penurunan yang kecil dalam
penjualan dapat mengakibatkan presentase kenaikan atau penurunan yang besar dalam
keuntungan yang diraih.
Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar
presentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba bersih
mendekati nol, maka semakin dekat perusahan ke titik impas. Hal ini akan menyebabkan
faktor tuasan operasi yang tinggi. Pada saat volume penjualan menggelembung, margin
kontribusi dan laba bersih akan membengkak pula, konsekuensinya adalah faktor tuasan
operasi secara progresif menjadi lebih kecil.
Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat dikur dengan menggunakan rumus berikut:
Margin Kontribusi
Faktor tuasan Operasi =
Laba Bersih
e. Laba Sasaran
Tatkala melakukan investasi dalam sebuah proyek, manajemen tentunya berharap dapat
meraup tingkat keuntungan tertentu. Besarnya keuntungan yang diharapkan oleh
pemodal sering disebut laba sasaran. Ada beberapa manfaat penentuan titik impas,
MODUL PRAKTIKAN AM | 44
diantaranya perusahaan akan bisa memperkirakan penjualan yang dilakukan agar laba
tertentu bisa diperoleh.
a. Pendekataan Persamaan
CONTOH KASUS
ANALISA CPV
PT. SERIBU DUA RIBU memproduksi Radio. Berikut ini adalah proyeksi laporan
Penghasilan Usaha perusahaan PT. SERIBU DUA RIBU
MODUL PRAKTIKAN AM | 45
Hitunglah :
1. Rasio margin kontribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah
3. Margin Of Safety (MOS) apabila terdapat perusahaan PT. GOCAP dengan L/R
sebagai berikut :
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
1. Rasio Margin Kontribusi= × 100 %
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑝.80.000.000
= 𝑥 100% = 20%
𝑅𝑝.400.000.000
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
2. Titik Impas dalam Unit yang Terjual =
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝.60.000.000
= = 375 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝.160.000
MODUL PRAKTIKAN AM | 46
PT. SERIBU DUARIBU PT. GOCAP
Perse
Jumlah Persen Jumlah
n
Penjualan Rp. 400.000.000 100 Rp. 400.000.000 100
Biaya Variabel (Rp. 320.000.000) (60) (Rp. 280.000.000) (50)
Margin Kontribusi Rp. 80.000.000 40 Rp. 120.000.000 50
Biaya Tetap (Rp. 60.000.000) (Rp. 100.000.000)
Laba Bersih Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.000
Titik Impas :
Rp. 60.000.000 / 40% Rp. 150.000.000
Rp. 100.000.000 / 50% Rp. 200.000.000
MODUL PRAKTIKAN AM | 47
Rp. 400.000.000 – Rp.
Rp. 200.000.000
200.000.000
PT. SERIBU DUARIBU mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya
variabelnya dibandingkan dengan PT. GOCAP. Walaupun demikian jumlah biaya kedua
perusahaan tersebut sama yaitu Rp. 380.000.000 ( Rp. 400.000.000 – Rp. 20.000.000 ) pada
tingkat penjualan Rp. 400.000.000. jika penjualan masing – masing pengusaha dinaikkan
sebesar 10% ( dari Rp. 400.000.000 menjadi 440.000.000 pada setiap pengusaha). Hal ini
tercermin dalam perhitungan di bawahini :
MODUL PRAKTIKAN AM | 48
Faktor Tuasan Operasi = Margin Kontribusi
Laba Bersih
𝑅𝑝.80.000.000
PT. SERIBU DUARIBU= =4
𝑅𝑝.20.000.000
𝑅𝑝.120.000.000
PT. GOCAP = =6
𝑅𝑝.20.000.000
Dengan mencermati faktor tuasan operasi diatas, dapatdiketahui bahwa suatu perubahan
penjualan akan mengakibatkan perubahan empat kali lipat laba bersih pada PT. SERIBU
DUARIBU danp erubahan enam kali lipat laba bersih pada PT. GOCAP. Dengan demikian,
apabila penjualan meningkat 10 persen, maka laba bersih PT. SERIBU DUARIBU akan
melonjak sebesar 40 persen; laba bersih PT. GOCAP akan melonjak 60 persen. Hal ini
dibuktikan melalui komputerisasi berikut :
3. Laba Sasaran
Harga jual perunit Rp. 800.000 per unit
Biaya Variabel Rp. 640.000 per unit
Biaya Tetap Rp. 60.000.000
MODUL PRAKTIKAN AM | 49
Untuk menentukan laba sasaran terdapat 2 metode yang dapat digunakan yaitu :
1) MetodePersamaan
Penjualan = BebanVariabel + BebanTetap + Laba
800.000 X = Rp. 640.000 X + Rp. 60.000.000 + Rp. 19.000.000
160.000 X = Rp. 79.000.000
X = 494
Dari komposisi itu diketahui bahwa PT. SERIBU DUARIBU harus menjual sebanyak
494 unit radio supaya meraih laba sasaran Rp. 19.000.000. Apabila dinyatakan dalam
rupiah, maka besarnya nilai penjualan haruslah Rp. 395.200.000 (Rp. 800.000 X 494).
MODUL PRAKTIKAN AM | 50
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 51
FORM 3
MODUL PRAKTIKAN AM | 52
FORM 4
BAB VI
DECISION MAKING
MODUL PRAKTIKAN AM | 53
Biaya diferensial, merupakan biaya yang akan datang yang berbeda diantara berbagai
macam alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya biaya diferensial dihitung dari
perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya.
Jadi, karakteristik biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang (Future Cost) dan
biaya yang berbeda (selisih) diantara berbagai alternatif keputusan. Biaya kesempatan adalah
kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif.
MODUL PRAKTIKAN AM | 54
o Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product)
Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk (bauran penjualan) yang mengucurkan laba yang dapat diterima. Pada
waktu mulai tersedia, pendapatan dan biaya produk baru harus di evaluasi secara cermat
guna memastikan bahwa imbalan keuntungan terkait adalah cukup besar untuk
menjustifikasi (mempertimbangkan) penjualanya. Keputusan berkenaan dengan apakah
lini produk lama atau segmen perusahaan lain harus dihapus atau ditambah merupakan
suatu keputusan yang pelik yang harus diambil oleh manajer.
Analisis diferensial dapat diterapkan untuk melakukan evaluasi. Asumsi yang mendasari
o Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher)
PT. KIDS ZAMAN NOW adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan.
Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang yang
diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 150.000 unit suku cadang. Kini
perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari perusahaan lain
dengan harga Rp 40/ unit.
Berikut adalah data biaya produksi perusahaan dalam membuat sendiri suku cadang satu
bulan:
MODUL PRAKTIKAN AM | 55
Biaya bahan baku Rp 7 Rp 1.050.000
a. Jika mesin yang dipakai membuat sukucadang menganggur (tidak dipakai dalam
kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknyadipilihpihakmanajemen,
apakahmemproduksisendiriataumembelidariperusahaan lain?
b. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada perusahaan
lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 300.000, alternatif manakah yang
sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat
sendiri?
MODUL PRAKTIKAN AM | 56
5 Biaya Listrik Rp. 600.000 Rp. 600.000
6 Biaya Telepon Rp. 450.000 Rp. 450.000
7 Harga Beli - Rp. 6.000.000
8 Ongkosangkut - Rp. 200.000
Total Rp. 6.300.000 Rp. 7.250.000
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus di keluar kan untuk
membuat lebih kecil dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli suku cadang
dari perusahaan lain.
b. Tabel Perbandingan
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa sekalipun ada tambahan biaya kesempatan sebesar Rp
300.000 jumlah biaya membuat sendiri masih lebih kecil dari membeli dari luar.
KESIMPULAN:
Sebaiknya PT. KIDZ ZAMAN NOW membuat sendiri untuk produk suku cadangnya,
Karena jika membeli dari luar akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.
MODUL PRAKTIKAN AM | 57
Biaya Diferensial Biaya dengan diterimanya pesanan
PT. GUDANG MICIN yang berlokasi di Jagakarsa adalah perusahaan yang memproduksi
baju. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi baju sebanyak 1500 unit
/bulan. Ramalan penjualan untuk bulan Maret perusahaan hanya memproduksi 970 unit
dengan harga jual Rp 80.000 /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjuk kan
rincian biaya sebagai berikut :
MODUL PRAKTIKAN AM | 58
Biaya tetap pabrikasi Rp 30.000.000/bulan
Biaya Penjualan dan Administratif Rp 1.700.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 500 unit dengan harga Rp 30.000 /unit. Namun
diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 3.500.000 untuk mencetak logo
tertentu pada baju pesanan khusus.
Keputusan apakah yang diambil perusahaan ?Menerima atau menolak pesanan khusus ?
Keputusan : Pesanan khusus diterima karena Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial
yaitu Rp 15.000.000 – ( Rp 4.750.000 + Rp 3.500.000) = Rp 6.750.000
Perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih tinggi sebesar Rp 6.750.000
apabila menerima pesanan khusus tersebut .
MODUL PRAKTIKAN AM | 59
3. Menambah atau Menghapus Lini Produk
Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk (bauran penjualan) yang mengucurkan laba yang dapat diterima. Pada
waktu mulai tersedia, pendapatan dan biaya produk baru harus di evaluasi secara cermat
guna memastikan bahwa imbalan keuntungan terkait adalah cukup besar untuk
menjustifikasi penjualanya. Keputusan berkenaan dengan apakah lini produk lama atau
segmen perusahaan lain harus dihapus atau ditambah merupakan suatu keputusan yang
pelik yang harus diambil oleh manajer.
Analisis diferensial dapat diterapkan untuk melakukan evaluasi. Asumsi yang mendasari
hal tersebut adalah:
Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. MOBILE LEGEND yang bergerak
dalam bisnis eceran/ distribusi 3 lini produk.
Produk
Produk Obat Produk Kimia Jumlah
Kosmetik
Biaya Variabel (Rp. 450.000) (Rp. 800.000) (Rp. 700.000) (Rp. 1.950.000)
Margin Kontribusi Rp. 150.000 Rp. 1.000.000 Rp. 700.000 Rp. 1.850.000
Biaya Tetap:
MODUL PRAKTIKAN AM | 61
Gaji wiraniaga 110.000 300.000 270.000 680.000
Laba bersih (Rp. 119.000) Rp. 454.000 Rp. 285.000 Rp. 620.000
Biaya Tetap:
MODUL PRAKTIKAN AM | 62
Jumlah (Rp. 1.230.000) (Rp. 1.120.000) (Rp. 110.000)
Analisis : Hasil laba bersih mengalami penurunan sebesar Rp 40.000 apabila lini obat
dihapuskan, dari yang semula Rp. 620.000 menjadi Rp. 580.000 . Oleh sebab itu
penghapusan lini produk Obat bukan merupakan tindakan yang bijaksana karena penurunan
yang terjadi bila tanpa produk obat.
PT. ANTI GALAU CLUB adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan.
Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang yang
diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 100.000 unit suku cadang. Kini
perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari perusahaan lain
dengan harga Rp 45/ unit.
MODUL PRAKTIKAN AM | 63
Per unit 100.000 unit
c. Jika mesin yang dipakai membuat suku cadang menganggur (tidak dipakai dalam
kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak manajemen,
apakah memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?
d. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada perusahaan
lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 300.000, alternatif manakah yang
sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat
sendiri?
MODUL PRAKTIKAN AM | 64
KASUS DECISION MAKING
PT. WEREWOLF yang berlokasi di Bintaro adalah perusahaan yang memproduksi Sepatu
Sport. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi sepatu sport sebanyak
1600unit/bulan. Ramalan penjualan untuk bulan Maret perusahaan hanya memproduksi
960 unit dengan harga jual Rp 85.000/unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut
menunjukkan rincian biaya sebagai berikut :
Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. PAYUNG TEDUH yang bergerak
dalam bisnis eceran/ distribusi 3 lini produk.
Produk
Produk Obat Produk Kimia Jumlah
Kosmetik
Biaya Variabel (Rp. 600.000) (Rp. 800.000) (Rp. 700.000) (Rp. 2.100.000)
Margin Kontribusi Rp. 200.000 Rp. 1.200.000 Rp. 800.000 Rp. 2.200.000
Biaya Tetap:
MODUL PRAKTIKAN AM | 66
Asuransi 25.000 20.000 15.000 60.000
Laba bersih (Rp. 248.500) Rp. 713.500 Rp. 300.000 Rp. 765.000
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 67
FORM 3
MODUL PRAKTIKAN AM | 68
FORM 4
MODUL PRAKTIKAN AM | 69
BAB VII
TIME VALUE OF MONEY
Nilai waktu uang juga merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang
sekarang lebih berharga dari pada nilai uang di masa yang akan datang.
Konsep Nilai Waktu Uang menyatakan bahwa lebih baik menerima sejumlah rupiah
padahariinidaripadasejumlah rupiah pada tahun depan atau suatu saat tertentu dimasa yang
akan datang (Simamora, 287).
Jadi, time value of money itu penting untuk di pelajari guna menentukan seberapa
besar nilai mata uang masa kini dan masa mendatang.
26/10/16 26/10/17
Po FV
Rp 1,000,000 ?
Rumus : FV ( r, n ) = PV ( 1 + r ) ^n
Keterangan :
MODUL PRAKTIKAN AM | 70
2. Present Value ( Nilai sekarang )
Adalah harga kini sejumlah uang yang diterima pada tanggal tertentu di masa depan
dengan suku bunga tertentu.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.
26/10/16 26/10/17
PO FV
? Rp 1,000,000
Rumus : PV = FV ( r, n ) / ( 1 + r ) ^n
Keterangan :
3. Anuitas (Annuity)
Adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval
waktu yang sama (Simamora, 293.)
Diasumsikan bahwa FV menunjuk ke arus kas tahunan yang diterima pada setiap
akhir tahun untuk n tahun berikutnya.
Rumus :
PV= FV[ ]
FV= fv[ ]
MODUL PRAKTIKAN AM | 71
4. PeriodePengembalian (Payback Period)
Periode pengembalian adalah masa yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk menutup
investasi perdana. Karena suatu organisasi tidak akan menutup investasinya sebelum
mencapai periode pengembalian, maka semakin lama periode pengembalian, semakin tinggi
pula risikonya. (Simamora, 296)
Maka, payback period merupakan pengukur jangka waktu pengembalian investasi, bukan
pengukur kemampuan menghasilkan laba suatu investasi.
Kelemahan:
Kelebihan:
Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka rumus
berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian:
MODUL PRAKTIKAN AM | 72
CONTOH KASUS
Rumus : FV ( r, n ) = Po ( 1 + r ) ^n
Dengan :
FV : Future Value
Po : jumlah nilai sekarang
r : tingkat bunga/tahun
n : Jangka waktu
Contoh kasus :
Akmal menginvestasikan sejumlah uang sebesar Rp50.000.000 pada Bank BRI yang
memberikan bunga 5% / tahun. Berapa jumlah uang yang akan diterima pada akhir
tahun ke 2?
Penyelesaian :
FV ( 5% , 2 ) = Rp50.000.000 ( 1 + 0,05 ) ^2
= Rp55.125.000
Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan jika Akmal berinvestasi sebesar
Rp50.000.000 selama 2 tahun dan dengan bunga 5% / tahun. MakaAkmal akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.125.000 dan investasinya menjadi =
Rp55.125.000pada akhir tahun ke 2.
MODUL PRAKTIKAN AM | 73
B. Present Value ( Nilai sekarang )
Harga kini sejumlah uang yang diterima pada tanggal tertentu di masa depan dengan
suku bunga tertentu (Simamora, edisi3 : 291). Besarnya jumlah uang pada permulaan periode
atas
dasar tingkat bunga tertentu dari sejumlah yang baru akan diterima beberapa waktu atau
periode yang akan datang.
Rumus : PO = FV ( r, n ) [ 1/ ( 1 + r ) ^n ]
Dengan :
Po : jumlah nilai sekarang
FV : Future Value
r : tingkat bunga/tahun
n : jangka waktu
Contoh kasus :
Fathur menginginkan agar uangnya menjadi Rp 10.000.000 pada 5 tahun yang akan
datang. Berapakah jumlah uang yang harus ditabung Suci saat ini seandainya
diberikan bunga sebesar 5% per tahun ?
Penyelesaian :
= Rp 7.835.262
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan uang yang akan kita terima
sejumlah Rp 10.000.000 memiliki nilai Rp 7.835.262 pada permulaan periode
(sekarang).
MODUL PRAKTIKAN AM | 74
C. Anuitas (Annuity)
Adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval waktu
yang sama. Diasumsikan bahwa FV menunjuk ke arus kas tahunan yang diterima pada
setiap akhir tahun untuk n tahun berikutnya. (Simamoraedisi3 :293)
Rumus:
PV= fv[ ] FV= fv[ ]
0,628894626
=Rp40.000.000[0,081444731]
=Rp40.000.000(7,721734952)
=Rp 308.869.398
Kesimpulan:
MODUL PRAKTIKAN AM | 75
(1+0,05)12 −1
FV= Rp20.000.000[ ]
0.05
= Rp20.000.000(15,91712652)
= Rp318.342.530
Kesimpulan:
Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka
rumus berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian:
PeriodePengembalian = InvestasiPerdana
Arusmasukkastahunan
MODUL PRAKTIKAN AM | 76
CONTOH KASUS
Usaha A Usaha B
Analisis :
Investasi pada Usaha Amempunyai periode pengembalian 2 tahun lebih cepat sepuluh
tahun dari masa manfaat diawalnya, sedangkan investasi dalam Usaha B mempunyai
periode pengembalian 1 tahun dan dapat mengalirkan kas selama 9 tahun berikutnya
dengan periode pengembalian. Jadi perusahaan seharusnya lebih memilih Usaha A.
MODUL PRAKTIKAN AM | 77
FORM 1
FORM 2
MODUL PRAKTIKAN AM | 78
BAB VIII
CAPITAL BUDGETING
MODUL PRAKTIKAN AM | 79
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
AnggaranOperasi AnggaranKeuangan
Anggaran Penjualan Anggaran Kas
Anggaran Produksi Laporan Pengahasilan Usaha
Dianggarkan
Anggaran Bahan Baku Langsung Neraca Dianggarkan
Anggaran Tenaga Kerja langsung
Anggaran Overhead Pabrikasi
Anggaran Persediaan Akhir Barang Jadi
Anggaran Beban Penjualan Dan Administratif
Fungsi Anggaran :
1. Fungi Perencanaan
Di dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dicapai perusahaan di
masa mendatang.Termasuk di dalamnya menetapkan produk yang akan dihasilkan,
bagaimana menghasilkannya, sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk tersebut bagaimana memasarkan produk tersebut, dan sebagainya.
2. Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan. Aspek
pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan,
apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja
dengan baik dalam mengelola perusahaan.
3. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu
atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
MODUL PRAKTIKAN AM | 80
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan
dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa
lalu dan taksiran-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi
pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.
Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata sepanjang periode, maka
rumus berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian :
𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒅𝒂𝒏𝒂
𝑷𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 =
𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒔 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏𝒂𝒏
Contoh :
Analisis :
Manakala arus masuk kasnya tidak rata, maka periode pengembalian dihitung
dengan menambahkan arus kas tahunan sampai investasi perdana tertutupi.
Contoh :
Analisis :
MODUL PRAKTIKAN AM | 82
Untuk menghitung penghasilan usaha bersih setelah pajak rata-rata tahunan dipakai
data pendapatan dan beban yang di susun untuk mengevaluasi proyek. Investasi rata-
rata dicari dengan cara sebagai berikut :
Jawab:
MODUL PRAKTIKAN AM | 83
NPV (Rp. 9.970.000)
Soal yang sama tetapi tingkat pengembalian yang diminta adalah 10%.
Jawab:
MODUL PRAKTIKAN AM | 84
CONTOH KASUS
Saudara sebagai seorang konsultan proyek diminta untuk mengevaluasi rencana pendirian
suatu proyek yaitu pabrik tas yang memproduksi bahan untuk tas. Untuk mempermudah
perhitungan saudara, berikut data-data untuk proyek-proyek yang telah disususun oleh
manajemen pabrik.
MODUL PRAKTIKAN AM | 85
2 40.000.000 0.7432 29.728.000 20.000.000 14.864.000 14.864.000
3 65.000.000 0.6407 41.645.500 40.000.000 25.628.000 16.017.500
4 70.000.000 0.5523 38.661.000 55.000.000 30.376.500 8.284.500
5 80.000.000 0.4761 38.088.000 70.000.000 33.327.000 4.761.000
6 95.000.000 0.4104 38.988.000 85.000.000 34.884.000 4.104.000
10.000.000 0.4104 4.104.000 - - 4.104.000
212.767.000 197.700.500 15.066.500
Proyek pendirian pabrik tas tersebut layak diterima karena NPV bernilai positif dalam
arti lain menguntungkan perusahaan.
KASUS
PT STAR merencankan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana
sebesar Rp. 650.000.000.
MODUL PRAKTIKAN AM | 86
FORM 1
MODUL PRAKTIKAN AM | 87