Você está na página 1de 3

GEOLOGI JAWA TIMUR

Struktur Geologi Jawa Timur di dominasi oleh Alluvium dan bentukan hasil gunung api
kwarter muda, keduanya meliputi 44,5 % dari luas wilayah darat, sedangkan bantuan yang
relatif juga agak luas persebarannya adalah miosen sekitar 12,33 % dan hasil gunung api
kwarter tua sekitar 9,78 % dari luas total wilayah daratan. Sementara itu batuan lain hanya
mempunyai proporsi antara 0 - 7% saja.

Batuan sedimen Alluvium tersebar disepanjang sungai Brantas dan Bengawan Solo yang
merupakan daerah subur. Batuan hasil gunung api kwater muda tersebar dibagian tengah
wilayah Jawa Timur membujur kearah timur yang merupakan daerah relatif subur. Batuan
Miosen tersebar disebelah selatan dan utara Jawa Timur membujur kearah Timur yang
merupakan daerah kurang subur Bagi kepulauan Madura batuan ini sangat dominan dan
utamanya merupakan batuan gamping.

Dari beragamnya jenis batuan yang ada, memberikan banyak kemungkinan mengenai
ketersediaan bahan tambang di Jawa Timur. Atas dasar struktur, sifat dan persebaran jenis
tanah diidentifikasi karakteristik wilayah Jawa Timur menurut kesuburan tanah :

1. Jawa Timur bagian Tengah, Merupakan daerah subur, mulai dari daerah kabupaten
Banyuwangi. Wilayah ini dilalui sungai - sungai Madiun, Brantas, Konto, Sampean.
2. Jawa Timur bagian Utara, Merupakan daerah Relatif tandus dan merupakan daerah
yang persebarannya mengikuti alur pegunungan kapur utara mulai dari daerah
Bojonegoro , Tuban kearah Timur sampai dengan pulau Madura.

Cekungan Jawa Timur


Secara geologi Cekungan Jawa Timur terbentuk karena proses pengangkatan dan
ketidakselarasan serta proses-proses lain, seperti penurunan muka air laut dan pergerakan
lempeng tektonik. Tahap awal pembentukan cekungan tersebut ditandai dengan adanya half
graben yang dipengaruhi oleh struktur yang terbentuk sebelumnya. Tatanan tektonik yang
paling muda dipengaruhi oleh pergerakan Lempeng Australia dan Sunda. Secara regional
perbedaan bentuk struktural sejalan dengan perubahan waktu.

Aktifitas tektonik utama yang berlangsung pada umur Plio Pleistosen, menyebabkan
terjadinya pengangkatan daerah regional Cekungan Jawa Timur dan menghasilkan bentuk
morfologi seperti sekarang ini. Struktur geologi daerah Cekungan Jawa Timur umumnya
berupa sesar naik, sesar turun, sesar geser, dan pelipatan yang mengarah Barat-Timur akibat
pengaruh gaya kompresi dari arah Utara-Selatan.
Tatanan geologi Pulau Jawa secara umum dibagi berdasarkan posisi tektoniknya.
Secara struktural Blok Tuban dikontrol oleh half graben yang berumur Pre–Tersier. Peta Top
struktur daerah telitian dapat dilihat pada Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari
dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa
memiliki pola-pola yang teratur.
Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda
dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut
–Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola
Sunda dan arah Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang
berarah Timur Laut - Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur - Barat (E-W) sejak kala
Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang
sangat rumit disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan
tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah
sekitarnya.
Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah
terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung.
Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur,
“Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun
Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan
terekspresikan di bagian timur.
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara
perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi yang mencerminkan pola ini
adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna.
Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan. Pola Jawa di bagian barat pola ini
diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di
bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu
Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa
sesar naik.
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang
paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan
tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di
daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih
muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda
telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga
Oligosen Akhir.
Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang
telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik
dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.
Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan persebaran
tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Penampang
stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994 menunjukkan
bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan
Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.

Você também pode gostar