Você está na página 1de 9

ANALISA SINYAL GETARAN PADA SIMULATOR

KERUSAKAN ROLLER BEARING


Hasna Fauziyah1, Novi Saksono, ST., MT2
Program Studi Teknologi Rekayasa Manufaktur, Jurusan Teknik Manufaktur, Politeknik Manufaktur Bandung
Kanayakan, Bandung 40145
Email : hasna.fauziyah@gmail.com 1, novi.saksono@gmail.com 2

Abstrak
Semua benda yang bergerak pasti bergetar, termasuk sebuah mesin dan elemen-elemennya.
Vibration Analysis merupakan bagian vital dari condition monitoring dimana teknik tersebut
sangat umum digunakan untuk mengetahui kondisi bearing khususnya roller bearing. Untuk
itu dibuatlah simulator kerusakan roller bearing dimana terdiri dari sebuah konstruksi mesin
sederhana yang digunakan sebagai media penelitian roller bearing. Penelitian ini difokuskan
pada analisa sinyal getaran pada simulator kerusakan roller bearing dimana bearing yang
digunakan memiliki 3 kondisi yaitu; kerusakan inner ring, rolling element dan kondisi normal
tanpa kerusakan. Melalui analisa software (Finite Element Analysis), pengujian getaran pada
kecepatan kerja, pengujian bump test, dan pengujian coastdown dapat diketahui frekuensi
pribadi, ciri kerusakan konstruksi dan karakteristik getaran yang terjadi pada masing-masing
kondisi roller bearing. Dari hasil proses Finite Element Analysis didapatkan nilai frekuensi
pribadi pertama yaitu 645,6 Hz sedangkan dari hasil pengujian bump test frekuensi pribadi
pertama yaitu 100 Hz. Pada pengujian coastdown frekuensi pribadi 100 Hz juga terlihat pada
grafik spektrumnya. Adapun ciri getaran yang terjadi berasal dari unbalance, mechanical
looseness, dan frekuensi pribadi simulator. Selain itu, amplitudo frekuensi bearing (BPFO,
BPFI dan BSF) pada ketiga kondisi bearing masih tidak dominan dimana tingkat kerusakannya
masih berada dalam stage 1.
Kata kunci : spektrum getaran, condition monitoring, roller bearing

I. Pendahuluan Condition Monitoring adalah Vibration Analysis


karena diakui dapat menentukan kondisi mekanis
Bantalan atau bearing merupakan sebuah elemen mesin dan dapat memprediksi waktu
mesin yang berfungsi untuk menumpu poros yang kerusakannya secara tepat.
bergerak. Adapun jenis bantalan yang sangat
umum digunakan pada konstruksi mesin adalah Maka dari itu, penelitian ini akan difokuskan pada
roller bearing (Shah & Patel, 2016). Karena itu analisa sinyal getaran simulator kerusakan roller
sangatlah penting untuk selalu memonitoring bearing. Simulator yang telah dibuat sebelumnya
kondisi roller bearing. Teknik yang sangat umum oleh Mahasiswa D-III angakatan 2010 tersebut
digunakan untuk mengetahui kondisi elemen adalah sebuah konstruksi sederhana yang terdiri
mesin secara berkala dalah Condition Monitoring dari penggerak primer berupa motor hingga roller
karena dinilai sangat menguntungkan industri bearing. Simulator tersebut berfungsi untuk
(Nistane, 2016) . Teknik yang memiliki motto menganalisa dan mengetahui karakter getaran
“The right Information at the right time” tersebut yang terjadi pada jenis kerusakan roller bearing.
merupakan salah satu bagian dari Predictive Pada riset ini roller bearing yang digunakan
Maintenance. Adapun keuntungan dari Condition memiliki kondisi yang berbeda-beda, yaitu
Monitoring adalah dapat senantiasa memonitoring kondisi cacat pada bagian inner ring, cacat pada
perkembangan kondisi mesin berbasis analisa bagian elemen gelinding dan kondisi normal tanpa
tertentu dan memprediksi waktu terjadinya kerusakan. Penelitian ini dilakukan melalui
kerusakan lalu mencegahnya agar tidak sebuah metodologi penelitian yang dimulai dari
menyebabkan downtime atau unexpected studi literatur, perancangan modifikasi,
shutdown (Lewis, Roemer, Hess, Wu, & pembuatan ulang model 3D, analisa menggunakan
Vachstevanos, 2006). Menurut Alena Bilosova software, pengadaan komponen, proses
(Bilosova & Bilos, 2012), bagian vital dari pemesinan, assembly, hingga pengujian. Melalui

1
pengujian, akan didapatkan informasi berupa  Tingkat 1
grafik frekuensi terhadap amplitudo yang
Seperti terlihat pada gambar, raceways atau
kemudian akan diterjemahkan, dianalisa dan
rolling elements bearing tidak memiliki kerusakan
dibandingkan dengan Charlottes Standard.
yang terlihat selama tingkat 1. (Scheffer &
Girdhar, 2004)
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui frekuensi pribadi melalui analisa
software, pengukuran bump test, dan coastdown
serta membandingkan hasil analisa software
dengan hasil pengukuran. Serta menganalisa
kerusakan roller bearing berbasis sinyal getaran

Gambar 1. Tingkat 1
II. Landasan Teori
 Tingkat 2
Menurut Scheffer & Girdhar (2004), terdapat Pada fase ini raceways yang cacat mulai terlihat
formula untuk menentukan frekuensi pada posisi tertentu terhadap waktu. Rolling
kerusakan bearing. Mereka mengatakan elements yang melewati posisi cacat tersebut akan
bahwa: menghasilkan frekuensi pribadi komponen
“…the following formulas are used to bearing yang dominan terjadi pada kisaran 30-120
determine bearing defect frequencies.” kcpm. Berdasarkan tingkat kerusakannya, akan
(hlm. 112) memungkinkan ditemukannya frekuensi sideband
diatas dan dibawah frekuensi pribadi peak pada
akhir fasa 2. (Scheffer & Girdhar, 2004)
𝑁𝑏 𝐵𝑑
[𝐵𝑃𝐹𝐼 = (1 + cos 𝜃) × 𝑅𝑃𝑀]
2 𝑃𝑑
𝑁𝑏 𝐵𝑑
[𝐵𝑃𝐹𝑂 = (1 − cos 𝜃) × 𝑅𝑃𝑀]
2 𝑃𝑑
𝑝𝑑 𝐵𝑑
[𝐵𝑆𝐹 = {(1 − ( )2 (cos 𝜃)2 } × 𝑅𝑃𝑀]
2𝐵𝑑 𝑃𝑑
Gambar 2. Tingkat 2
Where,
BPFO= Ball Pass Frequency Outer (cpm)  Tingkat 3
BPFI= Ball Pass Frequency Inner (cpm) Pada fasa ini, frekuensi bearing yang tetap dan
BSF = Ball Spin Frequency (cpm) harmonik akan muncul pada FFT. Kemungkinan
Nb = Number of balls akan muncul dengan beberapa sidebands.
Bd = Ball diameter (mm) Kecacatan akan dapat terlihat pada bearing dan
Pd = Pitch diameter (mm) akan menyebar ke tepi raceway pada bearing.
Θ = Contact Angle (Scheffer & Girdhar, 2004)

Menurut Scheffer & Girdhar (2004), spektrum


FFT kerusakan bearing dapat terbagi menjadi 4
zona (A,B,C, dan D) dimana menyatakan
perubahan dari keasusan bearing. Dimana
keempat zona tersebut dideskripsikan sebagai :
 Zona A : rpm mesin dan zona harmonik
 Zona B : frekuensi kerusakan bearing (5-30 Gambar 3. Tingkat 3
kcpm)
 Zona C : zona frekuensi pribadi komponen  Tingkat 4
bearing (30-120 kcpm) Pada fasa terakhir ini kecacatan akan bersatu satu
 Zona D : zona deteksi frekuensi tinggi (HFD) sama lain, dan menghasilkan lintasan yang kasar
(diatas 120 kcpm) dan pecah pada raceways dan/atau rolling
elements bearing. Pada fase ini, kondisi bearing

2
sangat buruk. Bahkan amplitudo 1 kali rpm 3.1 Konstruksi Simulator Kerusakan Roller
komponen akan naik. (Scheffer & Girdhar, 2004) Bearing

Gambar 4. Tingkat 4

III. Metodologi Penelitian

Berikut ini adalah diagram alir yang menunjukkan


Gambar 5. Konstruksi Simulator
prosedur penelitiannya :
Simulator ini adalah sebuah konstruksi mesin
sederhana yang dibuat untuk meneliti kerusakan
roller bearing. Simulator ini terdiri dari penggerak
primer berupa motor listrik yang dihubungkan
melalui kopling serta pillow block sebagai
penyangga hingga roller bearing sebagai
spesimen uji. Pertama-tama putaran dari motor
diteruskan oleh poros melalui kopling. Lalu poros
melalui 2 buah pillow block (self-alignment
bearing) yang juga berguna untuk menjaga
kesejajaran poros yang panjang. Dan yang terakhir
poros melalui housing bearing yang didalamnya
terdapat spesimen roller bearing yang diuji.
Pembebanan radial dilakukan dengan
menggantungkan pemberat yang memiliki berat
1.5 kg. Pemberat tersebut digantungkan pada
Housing bearing yang juga dilengkapi penahan
gaya aksial di kedua sisi housing tersebut.
Seperti yang terlihat pada gambar, simulator ini
dibuat untuk bergetar kearah radial vertikal
sehingga diharapkan getaran yang terukur pada
bearing akan lebih dominan pada arah radial
vertikal.
3.2 Variabel yang diuji
Variable yang diuji pada penelitian ini adalah
roller bearing yang memiliki 3 kondisi. Yaitu:
1. Kondisi normal (tidak dirusak)
2. Kondisi rusak inner ring bearing
3. Kondisi rusak rolling element bearing
Diagram 1. Diagram Alir Penelitian Kondisi rusak inner ring dan rolling element
tersebut dilakukan menggunakan mesin wirecut
pada penelitian sebelumnya. Roller bearing yang
digunakan merupakan jenis cylindrical roller
bearing FAG-23820.

3
3.3 Modifikasi Dari tabel diatas, dapat diketahui kecenderungan
bergeraknya konstruksi pada masing-masing
modus. Contohnya, pada modus 1 yaitu memiliki
frekuensi sebesar 645.6 Hz, memiliki besar
participation paling besar pada arah sumbu x,
maka dari itu pada modus tersebut konstruksi akan
cenderung bergerak pada arah sumbu x.

3.5 Pengujian

Pengujian yang dilakukan terdapat beberapa


jenis yaitu pengujian bump test, spektrum
pada kecepatan kerja, dan coastdown
Gambar 6. Modifikasi

IV. Data dan Analisa


Berdasarkan hasil peninjauan, komponen poros
4.1 Diagram alir analisa data
pada Simulator Kerusakan Roller Bearing tersebut
sebelumnya menggunakan material alumunium
dan ditemukannya pula goresan (cacat) pada poros
tersebut. Dari kecacatan tersebut maka dapat
diidentifikasi bahwa material poros tersebut tidak
menunjang karena bersifat lunak dan tidak tahan
gesek serta memiliki kekuatan yang rendah
sehingga menyebabkan mudah lecet saat dipasang
dan dikunci oleh baut pengunci pada pillow block
dan kopling. Maka dilakukan modifikasi metrial
pada poros tersebut yaitu menjadi material
VCN160.
Berdasarkan hasil peninjauan, jaw kopling
yang digunakan sebelumnya tidak baik
kesumbuannya, sehingga diganti menjadi
kopling fleksibel yang terbuat dari bahan
plastik karet elastis selang air dan
pengikatannya menggunakan klem gas. hal ini
dimaksudkan untuk dapat meredam getaran
lebih baik dan dapat mengurangi getaran
akibat misalignment sehingga getaran yang Diagram 2. Diagram Alir analisa data
terukur dapat lebih ideal. Berikut ini hasil 3D
model hasil modifikasi yang dilakukan. 4.2 Hasil Pengujian Spektrum pada
kecepatan kerja
3.4 Hasil Finite Element Analysis
Dari hasil pengujian spektrum pada rpm kerja
(1490 rpm) yang telah di set pada inverter
Tabel 1. Frekuensi dan besar modal displacement
didapatkan ciri kerusakan konstruksi sebagai
berikut :

 Ciri Unbalance. Ciri ini terlihat pada hasil


pengujian spektrum pada rpm kerja arah radial
horizontal non drive end sebelum dan setelah
terpasang kopling. Berikut ini ditampilkan ciri
tersebut dibandingkan dengan charlotte’s
standard.

4
 Ciri Mechanical Looseness. Ciri ini terlihat
pada hasil pengujian spektrum pada motor non
drive end radial horizontal dan motor drive end
radial horizontal. Berikut ini ditampilkan ciri
tersebut dibandingkan dengan charlotte’s
standard

Grafik 2. spektrum pada rpm kerja motor non


drive end radial horizontal (atas) dan motor drive
end radial horizontal (bawah), serta Gambar 8.
Grafik 1. spektrum pada rpm kerja sebelum Ciri Mechanical Looseness Charlotte’s
(atas) dan setelah (bawah) terpasang kopling, Standard
serta Gambar 7. Ciri Unbalance Charlotte’s
Standard Grafik diatas merupakan salah satu ciri
Grafik diatas merupakan salah satu ciri unbalance mechanical looseness yang ditampilkan. Ciri
yang ditampilkan. Ciri tersebut juga terlihat pada tersebut juga terlihat pada grafik spektrum lainya
grafik spektrum lainya yang dapat disimpulkan yang dapat disimpulkan bahwa seluruhnya
bahwa keduanya mengindikasikan unbalance mengindikasikan mechanical looseness yang
yang terjadi dapat diakibatkan oleh konstruksi dapat terjadi karena konstruksi motor drive end
klem gas dan kontruksi pillow block yang dan non drive end yang berbeda. Salah satunya
menggunakan setscrew sebagai penguncinya. adalah bahwa motor drive end memiliki
konstruksi lebih kaku daripada motor non drive
end.

5
4.3 Hasil Pengujian Bump Test

Dari hasil pengujian bump test yang dilakukan, didapatkan data mengenai frekuensi pribadi konstruksi
yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Bump Test


Tabel diatas menunjukan hasil pengujian bump test detail diurutkan berdasarkan frekuensi terkecil hingga
terbesar pada kelima letak pengujian.

4.4 Hasil Pengujian Coastdowm

Dari hasil pengujian coastdown yang dilakukan pada arah radial vertikal dan aksial bearing, dapat
diindikasikan sebagai berikut:

1. Ciri 1x harmonik hingga 10x rpm dimana mengindikasikan mechanical looseness


2. Ciri 1x rpm dominan dimana mengindikasikan unbalance
3. Ciri frekuensi pribadi pada 254 Hz arah aksial dan 295 arah radial vertikal

Berikut ini ditampilkan spektrum hasil pengujian coastdown yang telah dipetakkan dengan hasil
pengujian bump test.

Grafik 3. Hasil pengujian coastdwon pada bearing rusak inner ring arah aksial

6
Grafik 4. Hasil pengujian coastdwon pada bearing rusak inner ring arah radial vertikal

4.5 Perbandingan besar amplitudo kerusakan pada ketiga kondisi bearing

Dari hasil pengujian spektrum bearing didapatkan bahwa ketiga kondisi bearing masih memiliki amplitudo
kerusakan BPFI, BPFO dan BSF yang relatif kecil. Berikut ini ditampilkan salah satu ciri kerusakan bearing
dengan kondisi rusak inner, yang sudah dipetakan menyesuaikan ciri stage 1 sebagai perbandingannya;

Gambar 9 ciri kerusakan stage 1 bearing

Grafik 5. Spektrum bearing kondisi rusak inner ring pada arah radial vertikal

Walau ciri amplitudo ciri kerusakan bearing relatif kecil, jika dihitung dengan lebih teliti, masih terdapat
perbedaan besar amplitudo kerusakan pada masing-masing kondisi bearing. Berikut ini data perbandingan
besar amplitudo pada kondisi bearing normal, kerusakan inner, dan kerusakan rolling element pada arah
radial vertikal.

7
Grafik 5. Perbandingan besar amplitude kerusakan

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa amplitudo kerusakan bearing sangat beragam pada 3 kondisi.
Amplitudo frekuensi inner ring bearing terbesar justru terlihat tinggi pada bearing kondisi normal,
begitupun pada kondisi bearing dengan kerusakan inner memiliki amplitudo frekuensi outer ring (BPFO)
lebih tinggi daripada frekuensi inner ring (BPFI). Hal ini dapat disebabkan dari kemungkinan bearing
normal memiliki kerusakan yang lebih parah pada inner ring daripada bearing kondisi rusak inner itu
sendiri, dan kemungkinan bearing kondisi rusak inner justru mempunyai kondisi outer ring yang lebih
parah daripada kondisi inner yang telah dirusak. Yang berarti, hal ini dapat disebabkan pula karena
kerusakan yang dibuat pada inner ring dan rolling element hanya berupa kerusakan dengan pemotongan
kecil oleh kawat wirecut. Sehingga tingkat kerusakannnya belum begitu parah dan amplitudo ciri kerusakan
bearing (BPFI, BPFO, dan BSFI) yang terukur masih belum dominan.

V. Kesimpulan d. Dari hasil perbandingan data, bearing dengan


kerusakan inner ring memiliki amplitudo
5.1 Kesimpulan BPFO yang tinggi yaitu 0.0838 mm/s (rms),
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data yang sedangkan memiliki amplitudo BPFI yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat lebih kecil dari BPFO yaitu 0.0195 mm/s
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut; (rms). Adapun bearing dengan kerusakan
a. Dari hasil proses FEA didapatkan nilai rolling element memiliki amplitudo BPFO
frekuensi pribadi pertama yaitu 645,6 Hz yang lebih besar daripada amplitudo BSF nya
sedangkan dari hasil pengujian bump test yaitu 0.0383 mm/s (rms). Jika
frekuensi pribadi pertama yaitu 100 Hz. dideskripksikan, bearing dengan kerusakan
Dimana pada pengujian coastdown frekuensi inner ring dan bearing dengan kerusakan
pribadi pertama 100 Hz juga muncul. rolling element justru memiliki kerusakan
Perbedaan antara analisa software dan hasil yang lebih besar pada outer ring-nya
pengujian diakibatkan oleh pemodelan yang sehingga amplitudo pada bagian yang
tidak sesuai. sengaja dirusak justru tidak dominan. Hal
b. Dari proses analisa data yang dilakukan tersebut dapat disebabkan karena kerusakan
didapatkan bahwa ciri getaran yang terjadi yang dibuat pada inner dan rolling element
pada konstruksi Simulator Kerusakan Roller bearing tidak terlalu besar sehingga ciri
Bearing berasal dari unbalance, mechanical kerusakan yang terbaca tidak dominan.
looseness, dan frekuensi pribadi simulator.
c. Amplitudo frekuensi bearing (BPFO, BPFI 5.2 Saran
dan BSF) pada ketiga kondisi bearing masih Dengan merujuk dari kesmipulan yang telah
tidak dominan dimana tingkat kerusakannya didapatkan, disarankan beberapa hal perbaikan
masih berada dalam stage 1. untuk mendukung penelitian yang berkelanjutan.
Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut;

8
a. Sebaiknya tingkat kerusakan bearing PRÜFTECHNIK. 2003. VibXpert. Ismaning :
diperbesar sehingga ciri kerusakan yang PRÜFTECHNIK, 2003.
terukur akan lebih dominan.
b. Sebaiknya konstruksi simulator kerusakan Rao, Singiresu S. 2011. Mechanical Vibrations.
roller bearing dibuat lebih fleksibel agar Miami : Prentice Hall, 2011.
getaran lebih dominan pada satu arah saja. Scheffer, Cornelius and Girdhar, Paresh.
c. Sebaiknya parameter pemodelan 3D pada 2004. Machinery Vibration Analysis & Predictive
software lebih diperhatikan. Maintenance. Oxford : ELSEVIER, 2004.
DAFTAR PUSTAKA SKF. 2000. SKF Vibration Analysis Guide.
Bilosova, Alena and Bilos, Jan. 2012. Vibration California : SKF Reliability System, 2000.
Diagnostics. Ostrava : European Union, 2012.
FAG. Cylindrical Roller Bearing 23820. s.l. : Slocum, Alexander. 2008. Fundamentals.
Norelem. Massachusetts Institute of Technology Education
Web Site. [Online] 2008. http://web.mit.edu/.
Failure Evaluation of Ball Bearing for
Prognostics. Nistane, V M. 2016. 2016, Indian Study on Excitation Forces Generated by
Institute of Technology Roorkee. Defective Races of Rolling Bearing. Shah, Dipen
S and Patel, V N. 2016. 2016, ICIAME, p. 1.
Intellegent Fault Diagnosis and Prognosis for
Engineering Systems. Lewis, F, et al. 2006. Thomson, William T and Dahleh, Marie
2006, John Wiley&Sons. Dillon. 1998. Theory of Vibration with
Applications. New York : Prentice-Hall, Inc,
Modlen, Geoffrey. 2010. Introduction to Finite 1998.
Element Analysis. Loughborough : The
University of Manchester, 2010.

Você também pode gostar