Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Semua benda yang bergerak pasti bergetar, termasuk sebuah mesin dan elemen-elemennya.
Vibration Analysis merupakan bagian vital dari condition monitoring dimana teknik tersebut
sangat umum digunakan untuk mengetahui kondisi bearing khususnya roller bearing. Untuk
itu dibuatlah simulator kerusakan roller bearing dimana terdiri dari sebuah konstruksi mesin
sederhana yang digunakan sebagai media penelitian roller bearing. Penelitian ini difokuskan
pada analisa sinyal getaran pada simulator kerusakan roller bearing dimana bearing yang
digunakan memiliki 3 kondisi yaitu; kerusakan inner ring, rolling element dan kondisi normal
tanpa kerusakan. Melalui analisa software (Finite Element Analysis), pengujian getaran pada
kecepatan kerja, pengujian bump test, dan pengujian coastdown dapat diketahui frekuensi
pribadi, ciri kerusakan konstruksi dan karakteristik getaran yang terjadi pada masing-masing
kondisi roller bearing. Dari hasil proses Finite Element Analysis didapatkan nilai frekuensi
pribadi pertama yaitu 645,6 Hz sedangkan dari hasil pengujian bump test frekuensi pribadi
pertama yaitu 100 Hz. Pada pengujian coastdown frekuensi pribadi 100 Hz juga terlihat pada
grafik spektrumnya. Adapun ciri getaran yang terjadi berasal dari unbalance, mechanical
looseness, dan frekuensi pribadi simulator. Selain itu, amplitudo frekuensi bearing (BPFO,
BPFI dan BSF) pada ketiga kondisi bearing masih tidak dominan dimana tingkat kerusakannya
masih berada dalam stage 1.
Kata kunci : spektrum getaran, condition monitoring, roller bearing
1
pengujian, akan didapatkan informasi berupa Tingkat 1
grafik frekuensi terhadap amplitudo yang
Seperti terlihat pada gambar, raceways atau
kemudian akan diterjemahkan, dianalisa dan
rolling elements bearing tidak memiliki kerusakan
dibandingkan dengan Charlottes Standard.
yang terlihat selama tingkat 1. (Scheffer &
Girdhar, 2004)
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui frekuensi pribadi melalui analisa
software, pengukuran bump test, dan coastdown
serta membandingkan hasil analisa software
dengan hasil pengukuran. Serta menganalisa
kerusakan roller bearing berbasis sinyal getaran
Gambar 1. Tingkat 1
II. Landasan Teori
Tingkat 2
Menurut Scheffer & Girdhar (2004), terdapat Pada fase ini raceways yang cacat mulai terlihat
formula untuk menentukan frekuensi pada posisi tertentu terhadap waktu. Rolling
kerusakan bearing. Mereka mengatakan elements yang melewati posisi cacat tersebut akan
bahwa: menghasilkan frekuensi pribadi komponen
“…the following formulas are used to bearing yang dominan terjadi pada kisaran 30-120
determine bearing defect frequencies.” kcpm. Berdasarkan tingkat kerusakannya, akan
(hlm. 112) memungkinkan ditemukannya frekuensi sideband
diatas dan dibawah frekuensi pribadi peak pada
akhir fasa 2. (Scheffer & Girdhar, 2004)
𝑁𝑏 𝐵𝑑
[𝐵𝑃𝐹𝐼 = (1 + cos 𝜃) × 𝑅𝑃𝑀]
2 𝑃𝑑
𝑁𝑏 𝐵𝑑
[𝐵𝑃𝐹𝑂 = (1 − cos 𝜃) × 𝑅𝑃𝑀]
2 𝑃𝑑
𝑝𝑑 𝐵𝑑
[𝐵𝑆𝐹 = {(1 − ( )2 (cos 𝜃)2 } × 𝑅𝑃𝑀]
2𝐵𝑑 𝑃𝑑
Gambar 2. Tingkat 2
Where,
BPFO= Ball Pass Frequency Outer (cpm) Tingkat 3
BPFI= Ball Pass Frequency Inner (cpm) Pada fasa ini, frekuensi bearing yang tetap dan
BSF = Ball Spin Frequency (cpm) harmonik akan muncul pada FFT. Kemungkinan
Nb = Number of balls akan muncul dengan beberapa sidebands.
Bd = Ball diameter (mm) Kecacatan akan dapat terlihat pada bearing dan
Pd = Pitch diameter (mm) akan menyebar ke tepi raceway pada bearing.
Θ = Contact Angle (Scheffer & Girdhar, 2004)
2
sangat buruk. Bahkan amplitudo 1 kali rpm 3.1 Konstruksi Simulator Kerusakan Roller
komponen akan naik. (Scheffer & Girdhar, 2004) Bearing
Gambar 4. Tingkat 4
3
3.3 Modifikasi Dari tabel diatas, dapat diketahui kecenderungan
bergeraknya konstruksi pada masing-masing
modus. Contohnya, pada modus 1 yaitu memiliki
frekuensi sebesar 645.6 Hz, memiliki besar
participation paling besar pada arah sumbu x,
maka dari itu pada modus tersebut konstruksi akan
cenderung bergerak pada arah sumbu x.
3.5 Pengujian
4
Ciri Mechanical Looseness. Ciri ini terlihat
pada hasil pengujian spektrum pada motor non
drive end radial horizontal dan motor drive end
radial horizontal. Berikut ini ditampilkan ciri
tersebut dibandingkan dengan charlotte’s
standard
5
4.3 Hasil Pengujian Bump Test
Dari hasil pengujian bump test yang dilakukan, didapatkan data mengenai frekuensi pribadi konstruksi
yaitu sebagai berikut:
Dari hasil pengujian coastdown yang dilakukan pada arah radial vertikal dan aksial bearing, dapat
diindikasikan sebagai berikut:
Berikut ini ditampilkan spektrum hasil pengujian coastdown yang telah dipetakkan dengan hasil
pengujian bump test.
Grafik 3. Hasil pengujian coastdwon pada bearing rusak inner ring arah aksial
6
Grafik 4. Hasil pengujian coastdwon pada bearing rusak inner ring arah radial vertikal
Dari hasil pengujian spektrum bearing didapatkan bahwa ketiga kondisi bearing masih memiliki amplitudo
kerusakan BPFI, BPFO dan BSF yang relatif kecil. Berikut ini ditampilkan salah satu ciri kerusakan bearing
dengan kondisi rusak inner, yang sudah dipetakan menyesuaikan ciri stage 1 sebagai perbandingannya;
Grafik 5. Spektrum bearing kondisi rusak inner ring pada arah radial vertikal
Walau ciri amplitudo ciri kerusakan bearing relatif kecil, jika dihitung dengan lebih teliti, masih terdapat
perbedaan besar amplitudo kerusakan pada masing-masing kondisi bearing. Berikut ini data perbandingan
besar amplitudo pada kondisi bearing normal, kerusakan inner, dan kerusakan rolling element pada arah
radial vertikal.
7
Grafik 5. Perbandingan besar amplitude kerusakan
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa amplitudo kerusakan bearing sangat beragam pada 3 kondisi.
Amplitudo frekuensi inner ring bearing terbesar justru terlihat tinggi pada bearing kondisi normal,
begitupun pada kondisi bearing dengan kerusakan inner memiliki amplitudo frekuensi outer ring (BPFO)
lebih tinggi daripada frekuensi inner ring (BPFI). Hal ini dapat disebabkan dari kemungkinan bearing
normal memiliki kerusakan yang lebih parah pada inner ring daripada bearing kondisi rusak inner itu
sendiri, dan kemungkinan bearing kondisi rusak inner justru mempunyai kondisi outer ring yang lebih
parah daripada kondisi inner yang telah dirusak. Yang berarti, hal ini dapat disebabkan pula karena
kerusakan yang dibuat pada inner ring dan rolling element hanya berupa kerusakan dengan pemotongan
kecil oleh kawat wirecut. Sehingga tingkat kerusakannnya belum begitu parah dan amplitudo ciri kerusakan
bearing (BPFI, BPFO, dan BSFI) yang terukur masih belum dominan.
8
a. Sebaiknya tingkat kerusakan bearing PRÜFTECHNIK. 2003. VibXpert. Ismaning :
diperbesar sehingga ciri kerusakan yang PRÜFTECHNIK, 2003.
terukur akan lebih dominan.
b. Sebaiknya konstruksi simulator kerusakan Rao, Singiresu S. 2011. Mechanical Vibrations.
roller bearing dibuat lebih fleksibel agar Miami : Prentice Hall, 2011.
getaran lebih dominan pada satu arah saja. Scheffer, Cornelius and Girdhar, Paresh.
c. Sebaiknya parameter pemodelan 3D pada 2004. Machinery Vibration Analysis & Predictive
software lebih diperhatikan. Maintenance. Oxford : ELSEVIER, 2004.
DAFTAR PUSTAKA SKF. 2000. SKF Vibration Analysis Guide.
Bilosova, Alena and Bilos, Jan. 2012. Vibration California : SKF Reliability System, 2000.
Diagnostics. Ostrava : European Union, 2012.
FAG. Cylindrical Roller Bearing 23820. s.l. : Slocum, Alexander. 2008. Fundamentals.
Norelem. Massachusetts Institute of Technology Education
Web Site. [Online] 2008. http://web.mit.edu/.
Failure Evaluation of Ball Bearing for
Prognostics. Nistane, V M. 2016. 2016, Indian Study on Excitation Forces Generated by
Institute of Technology Roorkee. Defective Races of Rolling Bearing. Shah, Dipen
S and Patel, V N. 2016. 2016, ICIAME, p. 1.
Intellegent Fault Diagnosis and Prognosis for
Engineering Systems. Lewis, F, et al. 2006. Thomson, William T and Dahleh, Marie
2006, John Wiley&Sons. Dillon. 1998. Theory of Vibration with
Applications. New York : Prentice-Hall, Inc,
Modlen, Geoffrey. 2010. Introduction to Finite 1998.
Element Analysis. Loughborough : The
University of Manchester, 2010.